Pramitha's Make Up ( Sudah Te...

By hapsari1989

2.2M 133K 3K

Sudah terbit dan dihapur sebagian. Dapatkan versi cetak Pramitha's Make Up di Grassmedia Grup atau Lotus Pub... More

1. Hari penuh Emosi
2 Pesta Ulang Tahun
3 Adu Pendapat?
5. Gadis Mengagumkan
6. Stupid Mistakes
7. Another Chaos
8 Ice Cream
9. Tumbuh dan Bersemi
10. Daun Teh dan Bunga Mawar
11. Play Date
12. Dimulai, sekarang!
13. Teman Dekat
14. Aku Sayang Kamu
15. Tentang Amanda
16. Mencoba?
17. Tiba Saatnya
18. Menjauh
19. Orang Baru
20. Queen Bee
21. Rumor
22. Anval
23. Rumor dan Rawat Inap
24. Keputusan terbaik
35. Give away!
36. Info pemenang giveaway Queenbee
Pre Order
Toko Buku Online

4 Aktualisasi Diri

71.9K 6.3K 188
By hapsari1989

"Mōshiwakearimasen, watashi no ai"

Mitha menatap enggan pada Karina, Building Facility Manager sekaligus sepupunya. Demen banget sama penjajah, embusan napas kasar keluar seiring gelengan kepala Pramitha. Lebih baik mengabaikan wanita itu dan kembali fokus meninjau kamar hasil dekorasi Karina.

"Watashi wa kono ato ni ikudarou"

Karina menatap sinis sepupu cantiknya yang kini berdiri angkuh. Mata cantik wanita itu memicing pada sang sepupu yang tengah mengedarkan pandangan jeli, menilai hasil kerja kerasnya seminggu ini. Demi Hageshī josei kesayangan Aunty Liliana, eh enggak! Demi Om Hermawan, Gue bela-belain gak kencan semingguan!

"Yūshoku ni aimashō, Watashi wa anata o aishiteimasu, koibito"

Manis, lembut, dan penuh kemesraan. Suara Karina, sungguh mengindikasikan pasangan harmonis penuh cinta yang kini dilanda rindu tak terperi, akibat proyek Roro Jonggrang cetusan Hermawan Sutanto dan Dokter anak pengganti itu.

Bagus, Mitha mengangguk samar. Gak sia-sia dia dilepas lima tahun di kebun sakura sana, kini Mitha kembali melirik sepupunya yang masih saja sibuk dengan ponsel. Mitha menggeleng samar lagi. Bisa ya pacaran disela kunjungan kerja. Mencoba tak peduli, Mitha kembali melangkahkan kaki meyusuri sepanjang koridor bangsal anak.

"Bye, Kenji-san" Karina menutup percakapan ponselnya dan bergegas menyusul Mitha yang ternyata sudah melangkah lebih jauh dari yang ia sadar. "Tunggu, sih, Mith!" Ucap Karina sedikit keras.

Mitha hanya menoleh sepintas dan tak menggubris ucapan sepupunya. Ia tengah melongok pada satu kamar yang menurutnya paling beda dari semua kamar yang Karina dekorasi.

"Kagum ya? Karina gitu loh..." Kini wanita seumuran Mitha itu menepuk dadanya kencang, seraya tersenyum riang dan bangga pada sepupu yang menjadi atasannya itu.

"Kenapa yang ini beda?"

"Owh.. Dokter Bima yang request. Katanya, pasien anak dengan kasus khusus bisa ditaro disini dan dua kamar lain yang kita desain dengan konsep agak beda"

Mitha mengangguk,

"Dan gue.., mau kencan sama Kenji malam ini, setelah lu siksa seminggu penuh dengan permintaan simsalabim bokap lu."

"Terserah"

Karina mengangguk, "Well, good then." Karina memutar badan, hendak pergi meninggalkan atasannya untuk segera bergegas pulang. Si sipit langsat tercintanya sudah menunggu untuk makan malam menyenangkan setelah ini.

"Kar.." dan gerak Karina terhenti. Kembali menoleh pada supupunya yang tampak tegas dengan kacamata dan rambut kuncir kudanya. "Si Dokter Anak itu memangnya bilang apa aja selama proyek ini jalan?"

Karina tampak berfikir, "Gak ngomong banyak sih, Dia. Cuma beberapa kali Dia kasih saran via conference call sama Om Hermawan, saat gue lagi konsepin desain aja. Kenapa?"

"Dia sering telepon elu?"

"Enggak." Karina menggeleng. "Gue yang tepatnya sering telepon dia," lanjutnya seraya tertawa, "Habis dia orangnya lucu sih! Humoris. Terus kayak paham banget dunia anak. Dia bisa bikin gue membayangkan dengan baik, bagaimana perasaan anak-anak kala mendapat suasana ceria, positif, dan optimis ditengah rasa sakit mereka."

Mitha menatap Karina datar, tanpa ekspresi. Memilih fokus pada setiap intisari informasi yang Karina lontarkan.

"Terus, kan gue harus pilah pilih warna dong, untuk tau cara bikin bangsal ini biar jadi cute binti imut. Nah, Dokter Bima tuh kalo gue ajak diskusi, dia asyik! Kasih gue gambaran warna yang anak-anak banget kayak gimana. Makanya gue bisa selesaikan projek 'jadi apa prok prok prok' ini dengan cepat dan baik!" Tukas Karina.

"Saran gue sih, Kar. Lu jangan terlalu deket sama dia. Dia itu, ular bermuka dua, lidahnya panjang"

Kening Karina berkerut samar, "Lu gak salah maksud orang, kan, Mith?"

Mitha menggeleng santai, "Enggak, lu percaya aja sama gue"

"Gimana gue bisa percaya sama elu, kalo mata gue, yang gue yakin normal tanpa minus atau silinder kayak yang lu punya, lihat cowok yang senyum dan ketawanya lepas banget. Bahkan gak keberatan gendong bocah yang mata nya sembab dan kepalanya diperban"

Deskripsi itu terasa nyata. Mitha mengikuti arah pandang Karina. Pria berbalut snelli tengah asik bercanda dengan bocah empat tahun yang kepalanya dibalut perban.

"Jadi.. Iron Man itu, sepatunya punya roket kecil. Dia bisa terbang tanpa harus punya sayap. Bagas kalau mau bisa terbang kayak Iron Man, belajar yang pintar supaya bisa buat sepatu yang ada roketnya"

"Emang gak ada yang jual sepatunya ya, Om Dokter?"

"Om Dokter gak tau, yang penting, besok-besok, Bagas jangan terjun dari balkon lagi ya. Kasihan kepalanya."

Sang Ibu yang mengantar hanya geleng-geleng kepala. Entah merasa heran, atau miris dengan apa yang ada di imajinasi anaknya.

Mitha dan Karina mematung ditempat. Hanya bola mata yang refleks bekerja mengikuti arah dokter dan pasien itu berjalan. Dari netra miliknya, Mitha melihat Bima menurunkan pasiennya dari gendongan dan melambaikan tangan pada bocah itu serta ibunya yang tengah masuk lift hendak turun menuju lobby.

"Eh.. ada Mbak Karina." Bima kini menyapa Karina. Mereka saling sapa dan bercanda layaknya teman lama yang bertemu kembali setelah jutaan abad berpisah.

Heboh banget, norak. Batin Mitha.

"Keren banget, Mbak, desainnya. Anak-anak suka" Puji Bima pada Karina seraya menepuk tangannya kencang, setelah mereka selesai bertegur sapa dengan mode heboh.

"Anak-anak suka, tapi tetep aja gak ada yang mau diajak tidur disini" Karina dan Bima menoleh bersamaan pada sosok yang hampir saja tidak terlihat, atau memang mereka anggap tidak ada?

"Ah.., Bu Mitha bisa saja. Setidaknya, mereka tidak perlu takut saat harus dipantau kesehatanya disini"

Ada senyum manis yang Bima sematkan di wajahnya. Karina yang supel dan selalu bersahabat itu, sungguh bisa cepat nyambung dengan dokter pecicilan ini. Berbeda dengan Mitha yang... ah, sudahlah. Malas mengingat kalimat yang pernah Mitha dengar dari Pungki dulu.

"Dokter Bima.." Bima menoleh pada seorang ibu yang tengah berjalan mendekati dirinya.

"Owh, Hai Feliciaa..., kok tambah cantik ya?" Tanya Bima semangat pada bocah enam tahun yang tengah tersenyum malu-malu.

"Iyalah tambah cantik, kan baru lepas perban dan benang jahitan. Makanya jangan pecicilan lagi di sekolah.. kepentok lemari sobek deh tu jidat" omel si Mama.

"Tidak apa ya Feli.., kan jadinya kita bisa bertemu karena kecelakaan itu," tukas Bima, "Tak usah sedih. Felicia tetap cantik kok. Dokter Bima suka sama rambut Feli, panjang dan indah seperti Rapunzel" Feli tersenyum malu-malu tapi bangga dan Bima tersenyum seraya mengelus rambut panjang Feli.

Owh.. ember mana ember.. Mitha mau muntah! Wajahnya sudah pucat seperti sedang terkena racun gas berbau tajam. Ia bukan sedang dilanda gejala hamil muda. Hanya saja, episode 'Om-om memuji rambut hitam lebatku' yang sedang live itu sangat menjijikkan dimatanya.

Sedang Karina, bersusah payah menahan tawa atas ucapan lebay teman barunya ini. Bagaimana bisa pria dewasa seperti Bima bisa all out memuji bocah enam tahun.

"Dokter Bima mau nyanyi deh jadinya..." dan suara fales itu mengudara, ditambah tepuk tangan lirih dari bocah yang mulai tertawa dengan tingkah polah pria dewasa yang menggerak-gerakkan tangannya menari mengikuti irama sumbang suaranya.

"Dokter Bima..." kini semua orang yang ada disana menoleh pada seorang perawat yang tengah berjalan kearah mereka. "Waktunya visit, Dok"

"Yaahh.. kita harus sayonara, Feli," Bima memsang wajah sedih dan kecewa, "Sampai jumpa. Jangan lupa jaga kesehatan dan sikat gigi sebelum tidur!" Felicia mengangguk dan melambaikan tangan sembari berjalan memasuki lift.

"Dokter Bima fans-nya banyak ya!" Seloroh Karina

Bima tertawa, "Mereka menyenangkan, Mbak."

"Cukup menyenangkan bagi pria dewasa yang bisa saja pengidap pedophilia. Bukan begitu Dokter Bima?"

Bima tertawa, tergelak. Sebenarnya dia mau mematahkan leher jenjang Pramitha saat ini juga. Tapi naluri kemanusiaannya masih menahan dirinya untuk bersikap arogan. Bisa saja jika dia khilaf, sudah dia 'bungkam' mulut atasannya saat ini juga.

"Ah.., Bu Mitha jangan-jangan cemburu ya! Saya puji Felicia barusan. Ya Ampun!" Bima menepuk dahinya kencang, seakan ia baru menyadari satu hal, "Felicia itu, kata Maminya, dia juara kelas. Satu minggu lalu dia dibawa kesini karena dahinya sobek dan harus dijahit. Dia cantik, iya cantik, karena mampu menjadi bintang kelas. Yah.. tipe wanita pintar lah, selera saya. Brain is new beauty Bu, istilahnya"

Karina tertawa, bersamaan juga dengan tawa kecil yang keluar dari perawat yang tengah memegang papan ditangannya.

Mitha geram. Ia menembakkan tatapan 'elu mau gue bunuh sekarang?' Pada pria slengek'an dihadapannya ini. Sialan, dia mau terang-terangan bilang kalau Mitha itu tidak cantik karena bukan bintang kelas? Cemburu? Cemburu dari Zimbabwe! Apa yang harus dicemburui dari pria aneh ini!

Lihatlah, pria itu justru cengar-cengir tidak jelas kearah Mitha. Seakan mengejek atau menanyakan kebenaran asumsinya tentang cemburu itu. Bah! Gak sudi juga Mitha harus cemburu pada dia.

"Dokter Bima, saya minta, tolong jaga wibawa anda selama bertugas disini!"

"Tapi tenang, Bu Mitha. Saya lebih memilih anda pastinya. Siapa sih yang tahan terkena kilaunya bedak Bu Mitha?" Kini gelak tawa menguar dari tiga orang yang berada di sekitar Mitha.

Mitha menghentakkan kakinya samar. Lantas meninggalkan tiga orang yang tengah tertawa hanya karena lelucon receh buatan orang aneh itu.

Istighfar Mitha.. Istighfar..

"Gak usah diambil hati ya, Dok." Tukas Karina yang baru saja berhasil menghentikan tawanya. "Udah kelamaan ngejomblo dia, kurang belaian, jadinya kayak singa Madagaskar" 

Bima hanya tersenyum dan mengangguk, "Dia tidak seseram itu kok, Mbak. Justru terlihat seperti singa Kodomo, lucu dengan rambut yang berwarna"

Gelak tawa menguar lagi dari mulut dua orang itu.

Karina pergi menyusul Mitha yang sudah hilang ditelan lift, setelah Bima pamit untuk menjalankan tugasnya sore ini.

"Dok.." Bima menoleh pada perawat yang masih setia menyamai langkahnya. "Tapi singa kodomo yang Dokter sebut lucu itu, wisudawan terbaik diangkatannya lho... sampai Pak Hermawan pernah mau kasih BMW seri terbaru buat dia sebagai hadiah"

Bima menoleh pada perawat itu, tertarik dengan informasi yang kini ia dengar.

"Tapi Bu Mitha tolak. Dia malah pilih Yaris yang katanya lebih cocok buat dia. Dan Singa Kodomo itu juga punya banyak followers di Instagram dan Youtube."

"Youtube?"

"Iya, Dok. Bu Mitha punya channel Make Up Tutorial dan subscriber-nya sudah ribuan, termasuk saya. Selain itu, direktur utama rumah sakit ini juga harusnya dia, tapi entah kenapa dia belum juga menjabat sebagai direktur. Jadi Pak Hermawan yang mengalah untuk kembali bekerja disini. Padahal seharusnya, beliau sudah di komite komisaris, bukan direktur lagi"

Bima menelan ludahnya yang mendadak terasa mencekat. Siapa tadi itu? Youtuber yang punya banyak  subscribers dan followers di Instagram? Yang katanya wisudawan terbaik dan lebih pilih Toyota Yaris daripada BMW? Yang katanya calon direktur rumah sakit ini.

Dan Abimana Barata, baru saja menghina dan menggoda wanita nyaris sempurna itu.

**********

Hollaaaaaa..
Happy reading sayangnya aakkuuhh..
Maaf baru update wkwkwk
Habis jadi sleeping beauty alias bedrest. Pening pala berbie campur enter wind alias masuk angin hahaha..

Jangan lupa vote dan komennya ya Pretty Bees nya Pramithaaa..

Yang suka sama make up tutorialnya Mitha siapa? Ngacung!!

LopLop
Hapsari








Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 242K 44
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
451K 66.1K 21
Ayara punya cinta pertama, tetangga sebelah rumah yang merupakan idola semua gadis semasa sekolah mereka. Meski menjadi tokoh utama di cerita ini, sa...
4.6M 172K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
8.4K 1.4K 50
[Romance] Mengidap OCD sejak sekolah menengah, Jayden benci bila nasi di piringnya bercampur dengan sayur. la benci bila pakaian di lemarinya tidak...