If I Let You Go [Minhyunbin]

Od taekookjin30

3.2K 289 44

Kebahagiaanmu adalah segalanya untukku. Viac

Minhyun
Hyunbin
1
2
3
4
5
6

7

395 34 9
Od taekookjin30

Minhyun mendudukkan dirinya di tepi kasur dengan tatapan kosongnya.

Setelah bertemu dengan Chaeyeon, Hyunbin terlalu asyik mengobrol bahkan mengabaikan Minhyun. Diakhiri dengan Hyunbin yang mengantarkan Chaeyeon pulang sedangkan Minhyun kembali ke rumah sendirian.

Minhyun tersenyum miris. Ini sudah hampir 4 jam dan Hyunbin belum juga pulang.

"Sepertinya keputusanku untuk kembali dengannya ini salah." Gumam Minhyun. Tubuh Minhyun merosot ke bawah, terduduk dengan punggung bersandar pada kasur. Ditekuknya kedua lututnya dan disembunyikannya wajahnya di sana. Minhyun kembali menangis untuk yang kesekian kalinya.

Minhyun merasakan dadanya sesak mengingat Hyunbin yang tertawa lepas bersama Chaeyeon tadi.

"Wae? Kenapa ini semua terjadi padaku?? Wae??" Minhyun memukul dadanya sambil terus meraung.

"Jika memang kau masih mencintainya, kenapa menahanku di sisimu??"

Minhyun terus saja menangis, tidak peduli dengan tenggorokannya yang sedikit sakit dan matanya yang membengkak. Minhyun hanya ingin meluapkan rasa sakitnya.

"Minhyun-ah!"

Minhyun bahkan tidak menyadari kedatangan Hyunbin karena terlalu sibuk menangis.

Hyunbin yang panik segera mendekati Minhyun dan menarik namja manis itu ke dalam pelukannya.

"Hey, kenapa menangis?"

Bukannya menjawab, tangisan Minhyun semakin keras.

"Jahat! Kau jahat Hyunbin-ah!"

Hyunbin paham jika Minhyun pasti menangis karena Chaeyeon tadi. Tapi sungguh! Hyunbin tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja Hyunbin sedang... ah, Hyunbin punya alasan tersendiri yang tidak bisa ia katakan.

"Iya, maafkan aku hm? Maafkan aku?"

"Kenapa kau jahat sekali padaku??"

Hyunbin tidak bisa menjawab. Yang ia lakukan hanyalah mempererat pelukannya. Sesekali tangannya mengusap punggung Minhyun dan ia juga mendaratkan kecupan-kecupan di puncak kepala Minhyun.

"Maafkan aku."

Hyunbin terus saja mengucapkan kata maaf sambil menenangkan Minhyun hingga namja manis di dalam dekapannya itu jatuh tertidur karena kelelahan.

Hyunbin segera mengangkat tubuh Minhyun dan membaringkannya di kasur, menutupi tubuh Minhyun dengan selimut hingga sebatas dada. Hyunbin merapikan poni Minhyun yang berantakan kemudian mengusap lembut mata Minhyun yang membengkak.

"Maafkan aku."

Satu kecupan mendarat di kening Minhyun.

"Aku janji, ini yang terakhir."



















































































"Minhyun-ah. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

"Tidak bisa. Aku sibuk."

Hyunbin tersenyum maklum. Minhyun pasti masih marah padanya.

"Aku sudah menelpon appa agar memberikan cuti 1 hari kepadamu."

Minhyun membulatkan matanya yang masih sedikit bengkak, efek menangis tadi malam.

"Kenapa kau berlaku semaumu??"

"Aku benar-benar ingin mengajakmu kesana Minhyun-ah."

"Kalau aku tidak mau?" Tanya Minhyun sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kau harus mau. Aku memaksa."

Minhyun mendengus kesal. Tapi walau bagaimanapun juga, ia tetap tidak bisa menolak permintaan Hyunbin.

Dengan langkah yang dihentak-hentakkan, Minhyun berjalan ke arah kamarnya untuk bersiap-siap, sedangkan Hyunbin hanya bisa terkekeh gemas melihat tingkah Minhyun.
























































Minhyun sedari tadi tidak bisa menutup mulutnya. Ia benar-benar kagum dengan pemandangan di sekelilingnya. Seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat jalanan yang dipenuhi dengan pohon cherry blossom di sisi kanan dan kiri, sepanjang jalan. Apalagi sekarang sedang waktunya bunga bermekaran. Nuansa jalan yang berubah menjadi merah muda itu terlihat mengagumkan di mata Minhyun hingga ia melupakan amarahnya sejenak.

Ya benar. Mereka sekarang berada di simni cherry blossom road dimana orang-orang bisa menikmati festival bunga selama musim semi ini. Di jalan yang memiliki panjang 5 kilometer itu benar-benar dikelilingi oleh pohon cherry blossom sebanyak 1200 pohon yang sangat indah.

Hyunbin tersenyum kecil melihat Minhyun yang terkagum sedari tadi.

Setelah berkendara selama kurang lebih 2 jam, Hyunbin memarkirkan mobilnya dan mengajak Minhyun untuk turun. Hyunbin kemudian menggenggam erat tangan Minhyun -meskipun awalnya Minhyun menolak karena ia masih marah pada suaminya itu- tapi akhirnya Minhyun hanya bisa pasrah mengikuti langkah kaki suaminya.

Hyunbin mengajak Minhyun untuk berjalan menaiki tangga kayu yang dibuat di sisi bukit itu. Setelah sampai di pertengahan, Hyunbin menghentikan langkahnya begitu juga dengan Minhyun.

Minhyun yang melihat pemandangan di hadapannya langsung membulatkan matanya dan berpegangan pada pagar kayu sambil tersenyum lebar.

"Wooaahhh!"

Minhyun tersenyum lebar menatap hamparan pohon cherry blossom yang sudah mekar sepenuhnya. Mata Minhyun berbinar melihat helaian bunga cherry blossom yang jatuh tertiup angin, membuatnya tampak seperti butiran salju di musim semi.

Minhyun mengulurkan tangannya, berusaha menangkap helai bunga itu ketika tiba-tiba ada sebuah drone dengan balon yang melekat di kakinya, terbang di atasnya.

Minhyun menatap drone itu dengan bingung dan...

































POP!







































Balon itu meletus dan kertas kecil berbentuk hati bertebaran, diikuti dengan kain yang terbuka gulungannya.






















(Seperti ini, tapi tulisannya bukan ini ya )








































Happy 1st anniversary!♡







































Minhyun menutup mulutnya dengan kedua tangan dan matanya kembali memanas.

"Selamat hari jadi yang pertama sayang."

Minhyun menoleh dan mendapati Hyunbin berdiri di belakangnya sambil membawa buket bunga yang entah di dapat dari mana.


"Hyunbin..." lirih Minhyun.

"Maafkan aku, untuk yang kemarin dan juga untuk selama ini. Aku... hanya sibuk memikirkan diriku sendiri tanpa mau memikirkan perasaanmu."

"Kau tahu? Saat kau meminta cerai, aku bersumpah hari itu adalah hari dimana aku merasa duniaku runtuh. Aku sudah terbiasa dengan kehadiranmu tapi aku tidak mau mengakuinya. Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika harus hidup tanpa dirimu."

"Untuk yang kemarin, aku minta maaf. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja aku meminta bantuan Chaeyeon untuk menyiapkan ini semua da-"

Ucapan Hyunbin terpotong saat Minhyun tiba-tiba berlari dan memeluk dirinya.

"Hiks... bodoh! Dasar bodoh! Kukira... kukira kemarin kau ingin kembali pada Chaeyeon dan benar-benar meninggalkanku!"

Hyunbin tersenyun kemudian membalas pelukan Minhyun meskipun agak sulit karena satu tangannya memegang buket bunga yang tidak bisa dibilang kecil itu.

"Maka dari itu, aku minta maaf. Lagi-lagi aku membuatmu menangis. Aku janji, kemarin adalah terakhir kalinya aku membuatmu menangis, Minhyun-ah."

Hyunbin melonggarkan pelukannya dan memandang Minhyun yang masih menunduk sambil sesunggukan. Hyunbin kemudian meletakkan buket bunga itu di lantai dan membawa kedua tangannya untuk menangkup wajah Minhyun. Kedua ibu jarinya mengusap pipi Minhyun yang basah karena air mata.

"Aigoo, lucunya Minhyun-ku." Hyunbin terkekeh melihat Minhyun yang terlihat menggemaskan dengan mata dan hidung yang memerah.

"Jahat!"

Meskipun berkata demikian, Minhyun segera memeluk Hyunbin lagi dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Hyunbin. Ia terlalu malu karena menurutnya, wajahnya sekarang pasti sangaah jelek. Ia juga malu karena telah berburuk sangka pada Hyunbin.

"Selamat hari jadi yang pertama, Hyunbin-ku." Ucap Minhyun dengan wajah yang masih bersembunyi di dada Hyunbin membuat Hyunbin terkekeh gemas dan mmendaratkan kecupan sayang di puncak kepala Minhyun.

"Aku mencintaimu, Hwa- ah ani, Kwon Minhyun. Sekarang, nanti dan selama-lamanya. Jadi maukah kau menghabiskan sisa waktumu bersama denganku? Hingga kita tua nanti dan hanya maut yang bisa memisahkan kita?"

Minhyun memundurkan badannya dan menatap Hyunbin kemudian tersenyum manis sambil mengangguk.

"Aku juga mencintaimu, Kwon Hyunbin...



































































Dan ayo habiskan sisa hidup kita bersama, selamanya."
















































End

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

940K 57.7K 119
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...
1.2M 53.3K 99
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
43.8M 1.3M 37
"You are mine," He murmured across my skin. He inhaled my scent deeply and kissed the mark he gave me. I shuddered as he lightly nipped it. "Danny, y...
7.3M 303K 38
~ AVAILABLE ON AMAZON: https://www.amazon.com/dp/164434193X ~ She hated riding the subway. It was cramped, smelled, and the seats were extremely unc...