Ante Meridiem #GrasindoStoryI...

AdynEvanali23 द्वारा

76 11 7

Valerina Blenda Aldric seorang produser yang mempunyai sebuah bakat - disebut dirinya sebagai kelainan. Itu s... अधिक

BAB 2
BAB 3
BAB 4

BAB 1

28 4 5
AdynEvanali23 द्वारा


Semakin malam, udara semakin dingin. Warna bangunan didominasi batu bata berwarna merah semakin redup terlihat. Hanya lampu jalanan berwarna perak menyinari setiap jejak langkah.

Dinginnya kota Toulouse membuat orang-orang berlindung di rumah mereka. Tentu dengan penghangat ruangan. Di sekitar jalan Place Saint-Sernin sangat sepi sekali. Tak ada yang melintas kecuali aku yang terpaksa lewat gereja Basilique Saint-Sernin de Toulouse. Terpaksa melewati jalan ini, karena rumah kakakku yang berada di Rue Saint-Bernard. Jaraknya dengan gereja hanya sekitar 100 meter.

Aku salah memilih waktu berkeliling. Place du Capitole Toulouse memang agak ramai malam ini, namun ketika berjalan ke gang-gang kecil, jangan berharap menemukan keindahan kota Toulouse di siang hari. Semua terasa seperti berwarna abu-abu gelap dengan kabut dan lampu jalan berwarna perak.

"Je vous ai dit notre relation terminée!" seseorang dengan nada suaranya yang memekik berkata keras. Arahnya datang dari belakangku. Sementara, langkah sepatu heels-nya bersuara. Ia tak sendiri. Ada langkah sepatu pria yang cukup berat mengimbangi langkahnya. Pria itu berkata dengan bahasa Perancis yang sangat cepat sambil emosi tak karuan.

Hingga, wanita itu tak menyadari menubruk lengan kanan-ku saking juga emosi pada pria-nya. Mereka masih berdebat sampai diujung gang. Kanan dan kiri mereka bangunan merah bata bercampur warna gelap.

Dari belakang, aku melihat pria itu semakin kesal karena permintaannya tak digubris si wanita. Pria itu kemudian menarik kerah mantel si wanita. Ia mendorong dan mendesaknya ke tembok bangunan.

Aku bergidik ketakutan sambil kebingungan. Takut karena melihat pertengkaran mereka, juga bingung haruskah aku menolong wanita itu? Aku tak ingin ikut campur.

Namun, ada sebuah adrenalin yang membuncah membangunkan keberanianku ketika pria itu mengambil sebuah benda kecil dan runcing dari saku celananya. Lalu, ia menodongkan pisau kecil itu ke pipi wanitanya.

"Wait! Don't do that!" teriakku sambil berlari menghadang pria itu.

"Ne pas interferer!" desisnya. Berhadapan dengan pria yang lebih tinggi dariku itu membuatku bisa melihat tampilan wajahnya yang penuh emosi dan garang.

Pria Perancis itu semakin galak dan mengumpat dengan bahasa yang tak ku mengerti dan sangat cepat. Sementara, wanita di belakangku ketakutan dengan nafas yang tersengal-sengal. Pegangan tangan pria itu makin kuat menarik kerah sang wanita.

Aku ingin melawan pria itu. Namun, ada yang harus ku hindari. Aku harus menghindari tatapan mata-nya. Semakin garang dan semakin pekat mata hitam pria itu terlihat, kepalaku semakin pusing. Mulai ada suara-suara kecil yang menggaung di telingaku. Suara itu, semakin tajam terdengar ketika aku mulai tak sengaja melihat mata pria itu. Ini sebuah kutukan.

"dia berselingkuh dan ingin pisah dariku! Lebih baik ku bunuh saja dia!" suara itu terdengar ketika aku melihat matanya yang menyalak dalam. "bunuh dia!" suara itu terdengar jelas ketika makin membuka diri untuk melihat lama matanya. Ini seperti terhipnotis. Ragaku mulai tak sesuai dengan apa yang ku inginkan.

Suara itu masih memerintahku. Otakku merespon dengan menyuruh semua syaraf dan sendiku bergerak. Di dalam hati, aku mulai menyumpahi diriku yang lagi-lagi melakukan hal ini. Mataku hanya menatap satu titik. Kosong. Hingga kepalaku menoleh tanpa ku inginkan menatap pisau yang pria itu pegang.

Aku berbalik pada si wanita. Wanita itu menatapku dengan tatapan memohon ampun. Kepalanya digeleng-gelengkan agar aku tak melakukan apa yang pria itu inginkan. Tapi, tanganku yang memegang pisau perlahan-lahan terangkat dan siap menghunus wanita itu.

Aku berusaha menahan apa yang akan ku lakukan. Aku sekuat tenaga menyuruh jiwaku untuk mendobrak pintu otak agar menyuruhku tak melakukannya. Tapi, bisikan yang membuatku frustasi semakin kuat memerintahku.

Aku mengayunkan tangan. Mataku membelalak.

Dengan jeritan bercampur tangisan wanita itu, aku merasakan pisau yang ada di tanganku menggores sesuatu. Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Namun, ku temukan lengan seseorang yang lain menerima goresan pisau itu.

Aku masih belum bisa sadar. Dalam bayanganku hanya terlihat sosok pria lain berwajah Indonesia, dengan mata hitam kecokelatan yang gelap, hidungnya yang mencuat dan bibir tipisnya meringis menahan kesakitan.

Bola mata-nya menatapku lekat. Seakan berkata: "lihat apa yang sudah kau perbuat?" Lalu, ada sebuah bisikan lembut dari dirinya memintaku segera sadar. Aku tak pernah melihat tatapan ini sebelumnya. Tatapan yang mampu meluluhkan otakku agar segera tersadar. Tatapan yang seolah aku ingin menuruti semua perintahnya, semua permintaannya.

Pisau kecil itu lepas dari tanganku. Suara-nya berdenting ke lantai jalanan ketika jatuh. Sesaat itu juga, aku tersungkur lemas. Aku kesal sambil meratapi apa yang telah ku perbuat. Mataku juga panas. Sungguh, ini hal memalukan yang sudah berkali-kali ku lakukan. Air mataku mulai mengalir di pipi.

Sedangkan, pria yang menyuruhku membunuh kekasihnya kabur begitu saja. Si wanita sambil menangis terisak-isak berterimakasih pada pria yang ada di depanku dengan bahasa perancisnya.

"Vale! Astaga!" sebuah suara memekik memanggil namaku. Ia terkejut dan tak percaya pada apa yang ku lakukan di lingkungan rumahnya. "Kenapa lagi-lagi kau begini!" omelnya. Ia memelukku. Aku menahan tangis namun tak bisa. Bulir-bulir air mata menetes-netes ke lantai jalanan.

"Tu vas bien, monsieur?" seorang pria di sebelah kakakku bertanya pada pria yang masih ada di depanku. Aku masih merasa, Ia menatapku dingin sambil emosi dengan apa yang terjadi. Sementara, lengannya mengeluarkan darah karena tergores pisau. "allons a notre maison," kata suami kakakku dengan logat perancisnya yang kental. "soigne tes blessures," katanya lagi.

"non, merci," jawab pria itu dingin. "Je dois y aller," ucapnya. Ia lalu melangkah pergi sambil menekan luka di lengan kanannya akibat perbuatanku.

Terakhir yang ku lihat adalah sosoknya yang pergi, namun pandangan matanya masih melekat kuat dalam ingatanku. Tatapan yang belum pernah membuatku selemah ini.

*****

Rusak sudah rencana liburan-ku di Toulouse, Perancis. Seharusnya, aku bisa merasakan bagaimana semilir angin sore di pinggir sungai Garonne. Seharusnya, bisa menikmati salmon keju kambing sambil menyesap cokelat panas di salah satu restoran samping Place du Capitole.

Ternyata mengambil cuti dan mengunjungi kakakku tak mengubah apa yang menjadi kelainan-ku. Ya, kelainan. Belakangan ini aku juga membuat kekacauan di kantor-ku. Kekacauan yang membuatku malu setengah mati, hingga sebenarnya aku takut untuk kembali bekerja.

Dua minggu lalu, dua orang staf sekretaris redaksi kami bertengkar hanya karena masalah penataan dokumen-dokumen yang tak rapi. Lisa, staf sekretaris berambut panjang menuduh Kiki yang menaruh dokumen kehadiran narasumber tidak sesuai dengan tempatnya. Saat itu, aku yang ingin mendubbing (mengisi suara dari naskah untuk paket berita) terpaksa melewati mereka. Keduanya masih adu mulut ketika aku berjalan. Hingga secara tak sengaja aku melihat mata Kiki yang kesalnya bukan main, aku berbalik arah. Seperti terhipnotis entah darimana datangnya. Aku menuruti apa yang ada di benak Kiki.

Sebuah tamparan keras dari telapak tanganku mendarat di pipi kanan Lisa. Semua staf, orang-orang yang ada di newsroom kantor-ku luar biasa terkejut-kejut. Semua orang terbelalak menatapku. Bahkan, Kiki pun yang menyuruhku melalui mata dan pikirannya terkejut dengan apa yang ku lakukan. Sementara Lisa mengeluarkan air mata meringis kesakitan sambil keluar dari newsroom, kemungkinan menuju toilet.

Setelah peristiwa itu besoknya aku langsung mengambil cuti dan terbang ke Perancis. Berharap bisa lebih tenang, namun kenyataannya semakin runyam.

Aku tak mengerti apa yang terjadi pada diriku sendiri. Ini seperti bakat namun menjadi sebuah bencana. Dengan memandang mata seseorang, aku bisa mengetahui sekilas apa yang ia pikirkan. Aku juga seakan menuruti kehendak orang itu untuk melakukan sesuatu yang tak seharusnya.

Sewaktu kecil aku tak mengerti bakat ini. Aku hanya menyadari bahwa aku hanyalah seorang anak kecil yang menuruti semua kemauan Ayah dan Ibu-ku. Namun, semakin remaja dan beranjak dewasa, aku semakin tak bisa mengontrol diri untuk tidak dikontrol orang lain.

"Tinggallah lebih lama di sini," kata kakakku, Alice Aldric. Ia memohon padaku sembari khawatir dengan hidupku yang sendiri di Jakarta.

Aku menghela nafas berat. "Kak, belum-belum kemarin saja aku sudah membuat masalah," kataku muram.

"Aku tahu, sebenarnya kau ingin membela wanita itu," kakakku meyakinkan untuk menghiburku. Iya, dia yang paling tahu bagaimana kelainan pada diriku.

"Yah, dan untungnya aku tak dilaporkan ke polisi sama pria itu," kataku lagi. Otakku langsung dipenuhi sosok pria dingin itu kemarin. Aku cukup bersyukur karena kasus ini tak dilaporkan ke polisi di sini. Bisa bayangkan'kan bagaimana kalau turis Indonesia terlibat kasus di luar negeri? Pasti ribet luar biasa. "Jadi, lebih baik aku pulang saja kak, daripada akan menambah masalah di sini," kataku lagi.

"Baik-baik di Jakarta," sebut Alice. Ia masih saja mengkhawatirkanku.

Setelah memeluk Alice dalam-dalam dan berpamitan pada suaminya, aku menggeret koperku. Rasanya baru dua hari kemarin aku tiba di Bandara Blagnac, dan hari ini aku berangkat lagi di bandara ini menuju Paris untuk transit dan langsung terbang selama kurang lebih 14 jam ke Jakarta.

* * * * *

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

339K 27.2K 26
"Why the fuck you let him touch you!!!"he growled while punching the wall behind me 'I am so scared right now what if he hit me like my father did to...
3.2M 205K 90
What will happen when an innocent girl gets trapped in the clutches of a devil mafia? This is the story of Rishabh and Anokhi. Anokhi's life is as...
347K 27K 15
MY Creditor Side Story ပါ။ Parallel Universe သဘောမျိုးပြန်ပြီး Creation လုပ်ထားတာမို့ main story နဲ့ မသက်ဆိုင်ပဲ အရင် character ကို ရသအသစ် တစ်မျိုးနဲ...
491K 26.9K 18
𝐒𝐡𝐢𝐯𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 𝐱 𝐑𝐮𝐝𝐫𝐚𝐤𝐬𝐡 𝐑𝐚𝐣𝐩𝐮𝐭 ~By 𝐊𝐚𝐣𝐮ꨄ︎...