Gamers Couple [Slow Update]

Oleh AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... Lebih Banyak

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 8

581 35 7
Oleh AnyaNurand28

Kediaman Lolita kali ini terlihat lebih ramai dari biasanya, suara-suara bersahutan mengisi keheningan yang tercipta di rumah sebesar ini. Dua cowok yang sedang berebut, satu cowok yang sedang membaca, satu cewek yang sedang memperhatikan cowok, dan satu cewek yang sedang menekuk mukanya kesal.

Darrel dan Bimo yang sedang berebut ingin mendapatkan barang yang lebih bagus, Reno yang asyik membaca buku di atas sofa dan Lolita yang tak berkedip sama sekali memperhatikan Reno di seberang sofa, sedangkan Miya dia sangat terpuruk berada di situasi seperti ini. Satu sahabat yang sedang kasmaran dan satu sahabat yang selalu pacaran namun selalu sibuk dengan game di ponsel masing-masing, keberadaanyapun sampai sekarang belum terlihat.

Jika sudah seperti ini tak ada yang bisa Miya lakukan selain beranjak dari ruang tamu dan menuju dapur membantu si mbo menyiapkan hidangan untuk mereka, awalnya Miya dan Reno menolak. Namun dengan tidak tau malunya, Darrel dan Bimo berkata dengan semangat seperti peliharaan yang akan diberi makan oleh manjikannya.

"Rel, lo yang itu aja lah, ngalah sekali-kali sama gue."

"Gue nggak mau Bimo, itu nggak cocok buat gue. Lagian kan Lolita bilang tadi itu punya gue bukan punya lo."

"Tapi gue pengennya yang ini, modelnya gue suka banget. Cucok ucul gitu tau."

"Nggak bisa kayak gitu dong Bim, itu sama aja lo ngambil hak dan barang milik orang lain."

"Tadikan Lolita juga bebasin kita buat pilih apa aja, berarti sandal ini juga bisa dong."

"Kalau sandal mah kan udah di kasih masing-masing sama Lolita dan dia bilang itu punya gue."

"Ini nggak bakalan cukup buat lo Rel, percaya deh sama gue. Lihat aja ini kecil banget sedangkan kaki lo kan lebar."

"Sok tau banget lo, gue tadi udah nyobain dan hasilnya pas dan cocok di kaki gue."

"Ayolah Rel, sekali ini aja lo ngalah sama gue."

"Ck, gaya lo sekali ini aja. Udah berapa kali gue ngalah sama lo Bim, sampai cewek yang gue suka juga gue kasih buat lo dan malah sampai jadian sama lo, kurang baik apa gue."

Memang benar, dulu ketika mereka masih kelas sepuluh. Darrel dan Bimo menyukai cewek yang sama, namun karena persahabatan dan tak ingin menjadi permasalahan, Darrel mengikhlaskan cewek yang dia sukai jadian sama Bimo, itu sangat dan sangat sakit. Lebih sakitnya lagi ternyata cewek itu menyukai Bimo sejak selesai MOPD, dia tak menyangka jika cinta nya akan bertepuk sebelah tangan.

"Yeh itu sih kita mah emang sama-sama suka dan cinta kita nggak bertepuk sebelah tangan. Jodoh itu emang gak akan ketuker bro."

"Alah gaya lo bilang jodoh, sok-sokan mutusin padahal mah masih sayang. Makanya dengerin dulu penjelasan dia, egois sih."

"Eh nih ya, gue itu bisa aja dengerin penjelasan dia tapi hati gue itu ngerasa kasihan sama lo yang kelamaan jomblo, sampai rambut lo aja berubah jadi coklat gitu. Jadi gue temenin deh, baik sekali kan gue."

"Eh curut, rambut gue emang dari sononya udah coklat ya dan gue juga nggak perlu di kasihani sama manusia kayak lo."

"Bahasa lo itu, ck ck."

"Gaya lo. Udah lah sekarang mah ikhlasin aja mantan lo yang pernah lo putusin padahal masih sayang, terima dengan lapang dada kalau dia udah punya yang baru. Makanya pikiran dulu kalau mau berucap, bodoh kok di pelihara, begini kan jadinya. Mau minta balikan gengsi, nggak minta balikan tapi masih sayang, dan akhirnya diembat juga kan sama orang."

Sialan emang Darrel, jago sekali dia membalikkan keadaan. Baru saja Bimo ingin kembali membuatnya kesal dengan beberapa penuturan yang akan dia lontarkan, ternyata dia kalah cepat, Darrel sudah lebih dulu memojokannya dengan kalimat yang sungguh menyayat hati.

Namun memang tak bisa dipungkiri juga jika kalimat yang diucapkan Darrel itu benar adanya, terlalu melankolis sekali dia jika hanya merutuki kesalahannya sendiri karena pengucapan yang bodohnya tak dia pikirkan matang-matang, hanya karena satu opsi yang Bimo lihat semuanya jadi hancur berantakan. Padahal lelaki yang dia lihat kala itu ternyata hanya sebatas kakak sepupunya, bukan cowok spesial yang dia kira.

Matanya terus saja melihat ke arah langit-langit rumah Lolita, mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu yang membuat hidupnya merasa ada yang hilang. Sambil melamun sesekali dia menarik nafasnya panjang dan mengeluarkannya dengan keras, isakan tanpa air mata keluar dari arah Bimo.

Bodoh sekali, kenapa Bimo bisa langsung mengucapkan kata perpisahan setelah selang satu hari kejadian yang dia lihat di taman kota itu dan parahnya dia bukannya meminta petunjuk kepada Tuhan ataupun kepada teman-temannya atas hubungannya, dia malah menangis semalam dan berakhir dengan kata perpisahan yang dia lontarkan di siang harinya, ujungnya penyesalanlah yang dia dapatkan.

Bimo tidak menyadari jika lamunannya itu dimanfaatkan oleh Darrel untuk mengambil alih sandal yang ada disamping Bimo lalu segera dia masukkan kedalam tasnya dan tanpa pikir panjang pula dia membawa satu paper bag yang sudah Lolita siapkan untuk diletakan olehnya disamping tas yang disimpan diatas sofa dekat dengannya.

"Hidangan sudah siap," lamunan Bimo seketika buyar tatkala dia mendengar suara Miya meneriakan kata 'hidangan'.

Bimo tidak menyadari adanya kejanggalan, dia langsung berdiri dan melesat ke arah meja yang diatasnya sudah tersedia beberapa hidangan kecil, tanpa tahu malu Bimo langsung menyantapnya. Darrel yang melihatnyapun langsung terkekeh geli, sedangkan Miya yang berada di samping Bimo menepuk jidatnya kasar tatkala melihat salah satu sahabat dari pacar sahabatnya ini.

Sebegitu laparnya kah dia sampai mengunyah makanan dengan terburu-buru? Apa di rumahnya tidak disediakam hidangan yang cukup, padahal setau Miya, Bimo itu berasal dari keluarga yang serba berkecukupan, massa dengan makanan seperti ini dia bisa memakannya dengan lahap.

"Aduh Bim, kok gue jadi ngeri ya ngeliat cara makan lo gitu?" Miya bergidik ngeri ketika melihat cara makan Bimo yang sekarang telah berubah menjadi seperti orang kerasukan.

"Swumpwah nwih ywah Miw, iwni itwu ewnak bwangwet" ujar Bimo dengan tangan yang menutup mulutnya yang sedang mengunyah agar tidak menyembur ke arah Miya.

"Kunyah dulu yang bener baru ngomong, entar keselek tau rasa lo."

"Wikwiw Bimo diperhatiin sama Miya. Akhirnya dia menemukan penggantinya juga, yang ini jaga baik-baik Bim jangan sampai ngulang kesalahan lagi."

"Apaan sih lo berisik," ujar Miya ketus.

Darrel yang mendengarnyapun hanya tertawa, ternyata Miya merespon ucapannya juga, tapi Bimo dia masih sibuk dengan makanannya. Tak dihiraukan sama sekali apa yang diucapkan Darrel barusan, sungguh dia tidak bisa berbohong kalau perutnya saat ini meminta untuk segera diisi.

Berbeda dengan mereka bertiga, si empunya rumah justru masih sibuk memandangi wajah damai Reno yang masih setia menatap ke arah buku bacaan yang berada di tangannya. Tak ada senyuman yang menghiasi wajah Reno, hanya raut seriuslah yang dia perlihatkan.

Lolita tidak menyerah jika sampai sekarang dia masih tidak dilirik oleh Reno, namun jika ada orang lain yang berani-berani mendekati Reno dia akan bergerak untuk memberi pelajaran kepada orang tersebut.

Rumah yang awalnya ramai berubah menjadi sepi. Darrel dan Miya tengah sibuk dengan ponselnya, Reno dengan buku bacaanya, Lolita dengan kegiatannya, dan Bimo dengan makanannya. Tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara barang sekatapun, semua sibuk dengan aktifitas pribadinya. Sampai suara Reno mengintrufsi semuanya.

"Eh, Thalia sama Jhonson belum dateng juga?"

"Pacaran dulu kali mereka. Lo nggak tau kalau Jhonson lagi sama Thalia di dalam mobil, waktu tempuh perjalanan yang biasanya 15 menit bakalan berubah jadi 45 menit atau bahkan 1 jam" tutur Miya dan mendapat anggukan mantap dari Darrel dan Bimo.

Hening kembali. Reno tak berbicara lagi, dia kembali sibuk dengan aktifitas yang sedari tadi menemaninya. Reno sadar bahwa Lolita dari tadi memperhatikannya, namun tak dia hiraukan karena buku bacaannya kali ini lebih penting dari hanya sekedar menanggapi Lolita saja.

***

Tampaknya tempat kali ini yang akan dikunjungi Thalia dan Jhonson adalah sebuah taman bunga di daerah pedalaman dan jauh dari keramaian pusat kota. Bisa dilihat dari jalan yang mereka lalui tersebut tertanam pohon-pohon hijau di pinggiran jalan dan suasana yang sejuk asri tanpa banyaknya asap kendaraan bermotor.

Setelah kejadian yang dialami Thalia tadi, Jhonson tak lagi berbicara dan memilih terus memperhatikan Thalia yang sedari tadi tak bergeming ditempatnya. Dia tetap merasa khawatir meskipum tadi Thalia sempat menjelaskan alasannya, namun Jhonson tak sepenuhnya percaya terlihat dari gelagat Thalia yang tadi tak sengaja dia perlihatkan.

"Tha lo beneran nggak apa-apa?" tanya Jhonson kembali memastikan.

"Gue udah nggak apa-apa Jho, lo bisa liat sendiri kan," masih sama dengan penuturan sebelumnya, Thalia tidak memberitahukan alasan sebetulnya kepada Jhonson.

"Kalau gitu kita langsung ke rumah Lolita aja biar lo bisa istirahat."

Sontak Thalia melirik ke arah Jhonson yang tepat berada disampingnya dengan tatapan bingung. "Gue kan tadi udah bilang nggak apa-apa, kenapa pulang?".

Mata bulat Jhonson kini menatap Thalia dengan tatapan tajam menerawang, dia melihat ada kebohongan di binar matanya. Tak ingin nantinya terjadi apa-apa kepada Thalia, Jhonson memilih untuk menunda rencananya saja.

"Kayaknya lo perlu istirahat. Gue baru sadar kalau muka lo sedari tadi masih pucat dan mata lo juga sayu banget."

Tak ingin membantah ucapan Jhonson karena memang itu benar adanya, Thalia merasakan tubuhnya saat ini tidak bekerja dengan baik. Namun ketika matanya melirik ke arah kiri, hamparan bunga warna-warni langsung menyedot perhatiannya, kecemasan dan ketakutan tadi seolah hilang tercampur warna-warni bunga, tubuhnya pun saat ini secara cepat mendadak bugar kembali, dengan cekatan Thalia membuka sabuk pengaman dan bergegas turun, berlari menuju hamparan bunga yang sangat indah.

Mendengar suara dentuman pintu yang dibanting cukup keras, Jhonson tersadar bahwa Thalia sudah tak berada di sampingnya. Cemas, tentu saja. Melihat wajah Thalia yang pucat pasi tadi membuat Jhonson tersadar pasti akan ada sesuatu yang terjadi jika dia tidak menyusulnya. Buru-buru dia keluar dan berlari mengitari taman yang berada dihadapannya.

Luasnya taman dan indahnya bunga-bunga yang sedang mekar tidak dapat mengalihkan perhatian Jhonson, fokusnya hanya satu, mencari keberadaan Thalia yang sedang pucat pasi. Dia takut Thalia akan pingsan dan menyulitkan dia untuk menemukannya.

"THA, LO DI MANA?"

Teriakan Jhonson yang sangat kencang mungkin akan mengalihkan pengunjung yang sedang menikmati indahnya taman bunga ini, tapi beruntungnya Jhonson karena hari ini taman terlihat sangat sepi dan hanya ada mereka berdua dan mobil Jhonson yang sedang terparkir.

"Tuh anak kemana sih? Udah tau muka pucet kayak vampir, masih aja ngilang," gerutu Jhonson. Matanya yang tajam masih terus mengintai keadaan taman, sampai akhirnya satu fokus mengalihkan penglihatannya.

Gadis cantik dengan bunga yang terselip di daun telinganya membuat Jhonson terpana, rambutnya yang berterbangan tertiup angin seperti mengalihkan dunia Jhonson sepenuhnya. Memandangnya saja dari kejauhan dia bisa langsung jatuh cinta, senyuman manis yang menghiasi bibirnya tersebut bagai magnet, siapapun yang melihatnya orang itu pasti akan ikut tersenyum.

"Kenapa lo bisa secantik itu dari jarak jauh?"

Sebuah kalimat yang tak masuk akal. Bagaimana bisa Jhonson berucap seperti itu hanya karena memandang Thalia dari jarak jauh, sedangkan dari jarak dekat dia seolah selalu mengabaikannya.

Pikiran Jhonson kini berkelana, mengapa dia tak bisa mengungkapkan kata-kata manis dan romantis jika berhadapan langsung dengan Thalia? Justru dia hanya bisa mengucapkan dari jarak yang tak bisa dibilang dekat, seperti tadi contohnya.

"JHO SINI, INDAH BANGET TAU DISINI, KEREN GILA PEMANDANGANNYA, FOTOIN GUE YA!"

Lamunan Jhonson seketika buyar ketika mendengar teriakam cempreng seorang gadis di tengah-tengah hamparan bunga, sedetik kemudian senyumnya langsung mengembang dan segera menghampiri gadis tersebut.

"Tunggu disitu jangan kemana-mana, gue kesana."

***

Terima kasih telah menyempatkan baca 😊

Budayakan vote+komentar ya guys. Kalian harus tahu karena itu sangat berpengaruh bagi author sebagai penulis.😊

Follow IG: @anyanurand , @galeri_mywattpad
Wattpad (AnyaNurand28)

-Anya❤ 

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
RAYDEN Oleh onel

Fiksi Remaja

3.8M 231K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
GEOGRA Oleh Ice

Fiksi Remaja

2.4M 101K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
1.1M 43.9K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...