Down There Is What You Called...

By Atikribo

91.9K 10K 2.6K

Kepergian sahabatnya meninggalkan sebuah tanda tanya besar dalam diri Raka. Ketika semua orang mengatakan pen... More

Sebelum Menjelajah
Chara Profile
Surface - 1
Surface - 2
Surface - 3
Surface - 4
14 Years Ago, Capital City
Somewhere - 1
Somewhere - 2
Surface - 5
Surface - 6
1st Floor
2nd Floor
3rd Floor
4th Floor
5th Floor
At The Corner Of His Memories
6th Floor
10K READS: GIVE-FRICKIN-AWAY!! (Closed)
7th Floor
GIVEAWAY CLOSED
GIVE-FRICKIN-AWAY WINNER
8th Floor
9th Floor
10th Floor
11th Floor
12th Floor
13th Floor
14th Floor
15th Floor
Somewhere - 3
16th Floor
17th Floor
18th Floor
19th Floor
20th Floor
Antarkasma - 4
Antarkasma - 5
21st Floor
Antarkasma - 6
Antarkasma - 7
22nd Floor
Orenda, 14 Years Before
Orenda - 7 Years Before
24th Floor
Antarkasma - 8
25th Floor
26th Floor
27th Floor
28th Floor
Antarkasma - 9
29th Floor
30th Floor
31st Floor
Epilog
Afterwords & Surat Cinta
Bincang Ubin Vol.1
FLOOR NEW YEAR SPECIAL: College AU
Bincang Ubin Vol. 2
Maps & Glossarium

23rd Floor

431 80 26
By Atikribo

MESKI FAJAR telah berlalu, matahari tak kunjung tampak. Kabut tebal menyelimuti pagi. Denting peralatan makan berbunyi ketika Indhira tengah mencuci. Dee menuangkan kopi ke dalam beberapa cangkir dan meletakkan french press-nya di tengah meja, mempersilakan siapa saja untuk menyeduh. Menyesap kopinya, Kei menggerakkan jari telunjuk, menyuruh Nova mendekat. Sementara itu, Luke berada di balkon, menghabiskan rokok entah batang kesekian.

"Kopi?" tawar Dee dan mendapat gelengan singkat dari Nova.

Indhira mengambil sebuah cangkir dari dalam kabinet, memasukkan teh ke dalam gelas dan menyeduhnya. Ia meletakkan sebuah mug di hadapan Nova lalu duduk di samping Dee.

"Terima kasih," katanya. Nova menghangatkan jemarinya di mug, bingung harus memulai dari mana. Sementara itu, ketiga penghuni klinik juga sama-sama menunggu siapa yang hendak membuka pembicaraan duluan. Kei, menopang dagu, mengetuk-ngetukkan jari telunjuk dan tengahnya bergantian ke pipi.

"Lucu ya, melihat kau dan Raka datang ke sini secara terpisah," mata sayu Kei menatap Nova dalam-dalam. Entah kenapa sudut bibirnya selalu terlihat berkedut

"Raka masih hidup?" tanya Nova, mengerjapkan matanya.

"Raka siapa?" Luke berjalan ke arah meja bundar itu, mengambil kursi dan duduk di samping gadis berambut burgundi.

Nova menoleh dan menjawab, "Dia seseorang yang aku temui di Permukaan Atas. Dia bodoh dan lebih sering tidak berpikir panjang."

Indhira tampak kesulitan menahan senyum ketika mendengarkan komentar Nova. Tapi, pertanyaannya di awal mengusik dirinya, "Tapi, kamu pikir Raka sudah...mati?"

"Tidak. Aku enggak tahu," jawabnya, "Terakhir kali aku melihatnya mungkin sekitar...satu - dua minggu yang lalu? Aku tidak ingat pastinya. Kami berpisah saat dia terjebak Huva Atma sendirian."

"Dan berhasil keluar hidup-hidup," Dee menambahkan, "Itu sebuah pencapaian."

"Dari segala bahaya pagna dan juga azuline?" Nova terdengar tidak percaya, "Wow."

Bagi Nova, Raka hanyalah seorang pemuda yang pernah menolongnya di Permukaan Atas dan bersikeras untuk ikut dengannya. Ketidaktahuan tentang Bumiapara dan sikapnya yang tidak berpikir panjang membuat hal sial menimpa dirinya. Ia kira nama Raka tidak akan masuk lagi ke telinganya. Betapa mengejutkan mendengar nama itu dari mulut Kei.

"Apa seaneh itu melihatku dan Raka tidak datang bersamaan?"tanya Nova, "Bagaimana kalian bisa mengenalnya juga?"

"Oh, Dee menemukannya di hutan. Nyaris mati, sepertinya. Udara di sana bau sekali karena banyak tubuh tak bernyawa, kau tahu," ujar Kei, "Kalian ini seharusnya satu paket. Tapi, bukan itu hal yang penting sekarang sih."

"Tidak, tidak, tidak. Aku harus tahu kenapa. Aku lelah dengan semua teka-teki ini dan aku ingin menghubungkan satu titik dengan titik yang lainnya sekarang," Nova menunduk, melihat teh dalam gelasnya sudah pekat dan menyesapnya. Ia berkata lirih, "Petunjuk terbesar yang aku punya hanya tato yang ada di punggungku."

"Flint," Dee angkat bicara, "merencanakan tato dan hal lainnya selama bertahun-tahun. Cukup lama setelah idealismenya digoyahkan. Tentu saja kau enggak bisa memecahkannya hanya dalam satu-dua hari."

"Apa yang dia rencanakan? Flint—ayah, maksudku. Kenapa dia merajah punggungku? Kenapa dia pergi meninggalkan kami? Kenapa sekarang dia menghilang? Dari mana aku seharusnya memulai untuk mencari tahu kebenarannya? Dan untuk apa rencana yang ia buat?"

Dee membenarkan kacamatanya yang melorot, "Ini terdengar ambisius, tapi mengutip perkataannya, dia ingin menyelamatkan umat manusia."

Nova mendengus, "Umat manusia?" ulangnya dengan intonasi yang lebih tinggi. Ia merasa jantungnya berdebar lebih cepat dari seharusnya, "Memangnya dia melakukan apa sampai merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan umat manusia? Dia bukan seorang pahlawan, oke. Flint bahkan tidak bisa menjaga keluarganya utuh."

"Sebuah pengorbanan kecil tidak ada artinya dibandingkan hal yang sedang ia jalankan," imbuh Dee.

Nova kehabisan kata-kata. Gadis itu menatap Dee dan Kei bergantian; menganggap kedua dokter itu sama gilanya dengan ayahnya sendiri. Alisnya mengerut, bibirnya menyinggungkan senyum yang akan tampak sangat aneh jika bercermin.

"Kamu tidak paham, Nova."

"Ya, buat dia paham!" Luke membuka mulut, terdengar tidak sabar, "Setiap harinya dia berusaha mencari jawaban. Lalu apa yang anak ini dapat? Lembaran teka-teki lainnya! Kalau kalian tidak bisa memberikan penjelasan sama sekali, lebih baik kami pergi saja. Gua enggak mau membuang-buang waktu di sini."

Pria botak itu mengalihkan pandangannya pada Nova, "Atau... kau mulai bertanya, bukannya menunggu dijelaskan tanpa arah seperti ini!"

Nova tertegun. Pria itu memang dari awalnya sudah kasar, tapi jarang sekali ia melihat kesabaran Luke habis. Melihat ke lawan bicaranya, kedua dokter itu beserta Indhira hanya mengerjapkan mata. Keheningan pun menyambut ruangan.

Mengaduk-aduk tas, Nova mengambil lembaran kertas berisi sketsa tato di punggungnya. Gadis itu meletakkannya di atas meja dan berkata, "Petunjuk terbesar yang aku punya hanya ini. Kalau Flint memang —seperti yang kamu bilang, merencanakan sesuatu— pasti ada alasan kenapa dia merajahnya di punggungku. Ini mungkin menjadi awal pertanyaanku, tapi, aku ingin memahaminya secara holistik. Terutama dengan," Nova mendengus, "dia mau menjadi seorang pahlawan. Apa dia memang ayahku?"

Kei mengambil lembaran kertas yang Nova jajarkan dan mengamatinya. Matanya bergerak liar mengamati lembar demi lembar lalu mengoper lembaran sketsa yang telah ia lihat pada Dee. Seiring waktu, seringai pria itu semakin lebar dan ia berdecak seolah-olah mengagumi gagasan Flint yang dituangkan ke dalam gambar.

"Ini memang Flint, oke," ujar Kei sembari meletakkan lembaran kertasnya kembali di atas meja. Pria itu kemudian menggulung kedua lengan baju yang menutupi lengan, menunjukkan guratan tato rumit di kulitnya, "Kau tidak perlu khawatir dengan tatomu, Nova. Karena aku memahami sebagian gambar itu dan kabar baik lainnya, kita punya tato kembar!"

Suara Kei yang meninggi dan begitu semangat membuat Luke mengerutkan alisnya heran. Begitu pula dengan Nova. Ia menelengkan kepalanya, tampak kebingungan. Bagaimana bisa hal itu menjadi sebuah kabar gembira?

"Lihat simbol ini?" Kei mengulurkan lengan kanan dan membaliknya. "Apa pendapatmu?"

Guratan heksagonal membentuk sarang madu terajah tak jauh dari lipatan sendi. Dibandingkan dengan tato di punggung Nova, tentu saja ukuranya lebih kecil namun tidak menghilangkan detil yang memuat banyak informasi dari gambar itu. Tiga buah heksagon yang serangkai diberi pigmen hitam, membentuk pola segitiga. Deretan angka dan juga huruf yang kecil disematkan di dalam heksagon-heksagon itu. Hurufnya sangat kecil dan sulit untuk dilihat tanpa memicingkan mata.

Membandingkan dengan gambar yang Nova punya, Tato di lengan Kei memiliki sedikit perbedaan. Dari tiga heksagonal berwarna hitam, sarang madu Kei digambarkan lebih banyak pada sisi heksagon hitam pertama dan kedua, sementara Nova pada sisi heksagon hitam pertama dan ketiga. Nova meraba lengan Kei dan bolak-balik melihat kembali sketsa tatonya.

"Kedua tato ini sama tapi juga berbeda," gumam gadis itu, "Aku tidak salah 'kan? Apa arti dari kedua tato ini? Lagipula aku tidak mempunyai angka-angka maupun huruf yang tertera seperti pada lenganmu."

"Tentu saja kau punya," ujar Kei berdiri dari duduknya. Ia mengodok-ngodok lemari tak jauh dari tempatnya duduk, mengambil sebuah lampu UV dan melambaikannya kepada Nova. "Akan kutunjukkan sesuatu padamu. Akan sangat lebih baik kalau kau bisa membuka baju."

"Aku tidak mau membuka bajuku!" tolak Nova sigap.

"Serius, Dok? Kukira kamu tidak punya ketertarikan terhadap perempuan," komentar Indhira, tersenyum canggung.

"Memang tidak. Gua hanya mempunyai ketertarikan terhadap apa yang ada di balik tengkorak orang-orang. Tapi gadis itu perlu tahu apa yang tidak bisa ia lihat dengan mata telanjang di punggungnya."

Nova menghela napas, mengganti bajunya dengan baju pasien yang Indhira berikan. Sementara itu Dee menarik gorden untuk menghalangi cahaya yang masuk. Karena tato ini, sudah cukup banyak orang yang memintanya untuk membuka pakaian.

Gadis itu menunduk, menenggelamkan wajahnya kala ia membungkuk. Kei mengarahkan lampu UV sementara Dee mengambil gambar dengan kamera. Wajah Nova terasa hangat saat semua orang mengamati punggungnya. Mereka bergumam, sesekali mendesis entah karena kengerian atau kekaguman atas kerumitan dari tato di punggungnya itu.

"Apa sudah selesai?" tanya Nova merasa risih.

"Belum," jawab Kei, "Aku perlu lihat tato di tanganmu juga."

Gadis itu meghela napas dan mengulurkan tangannya.

Luke berkomentar, "Semua ini memiliki arti? Ayahmu hebat juga. Lihat berapa banyak kode rahasia yang ada di punggungmu itu. Aku penasaran bagaimana bisa satu orang merencanakan ini semua. Apa barangkali ada seseorang bernama Trevor ikut merancangnya juga?"

Nova melihat tangannya yang tengah dipindai dengan lampu UV. Guratan rajah yang tak kasat mata berpendar kebiruan di bawah cahaya. Hal itu tampak indah dan juga mengerikan sekaligus. Tak heran proses pembuatannya bagi Nova sangat sakit untuk anak berusia empat belas tahun saat itu; memupuk lagi rasa benci terhadap ayahnya.

"Kalian pernah bertemu dengan Trevor sebelumnya?" Dee angkat suara.

"Tidak," jawab Luke, "Tapi, ada satu gambar tertera nama itu di punggung anak ini. Dan dikatakan bahwa dia telah...terbunuh."

"Terbunuh?" ulang Kei. Pria itu menurunkan lampu UV-nya. "Bagaimana mungkin?"

Luke menunjuk punggung Nova di mana tertera nama orang itu. Di saat yang sama meraih lembaran sketsa yang di atas meja. Menunjuk ambigram itu, Kei mengambilnya dan memutarbalikkan kertasnya berkali-kali.

"Kami berencana mencari orang itu terlebih dahulu, tapi catatan mengenai dirinya berhenti dua tahun yang lalu," jelas Luke.

"Apa bisa kalian menyelesaikan melihat punggungku supaya aku bisa pakai baju?" protes Nova yang langsung disanggupi oleh kedua dokter itu.

Saat mereka selesai dan Nova kembali mengenakan pakaiannya, mereka kembali duduk melingkari meja. Nova mengambil buku catatan dan memperlihatkan keterangan mengenai Trevor kepada kedua dokter itu.

Membacanya dengan saksama, Dee kemudian memastikan, "Flint dianggap hilang dan tidak memberikan kabar padamu sejak satu tahun yang lalu 'kan?"

"Ya," jawab Nova.

"Dan kapan kau mendapat tato itu di punggungmu?"

Nova takkan pernah melupakannya, "Empat tahun yang lalu."

"Ini hanya asumsiku, tapi mungkin siapapun yang mencatat ini ingin memastikan apakah Trevor memang orang yang 'bersih' dan tidak bersekongkol dengan Orenda," jelas Dee.

"Kenapa?" tanya Nova.

"Karena Trevor-lah seniman tato yang menggambarkan ini semua di punggungmu," kata Kei, lalu menunjuk tangan kanannya, "dan juga tato-tato ini. Dia seorang seniman dan desainer berbakat. Kau paham apa yang terjadi jika terjadi kekacauan di kota, ketika semuanya tidak seimbang dan hanya ada porak-poranda? Bagaimana cara menyatukan mereka?"

Nova terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab, "Mencari pemimpin baru?"

"Ya, tapi bagaimana?" tanya Kei lagi sebelum memberikan jawaban, "Propaganda."

"Sudah kubilang Flint telah merencanakan semuanya termasuk juga cara menanggulanginya. Ketika semua orang kehilangan pegangan karena tak ada lagi tumpuan dan mayoritas Floorian adalah orang-orang dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah, hanya orang-orang yang memiliki latar belakang yang sama atau orang-orang yang paham posisi merekalah yang bisa menarik massa lebih mudah," ucap Dee, "Seniman, desainer, dan juga orang-orang yang bergerak di bidang humanisme akan lebih mudah diterima oleh mereka. Trevor akan dibunuh jika ternyata dia mengkhianati Flint."

"Jadi apa? Ayahnya ini ingin menjadi seorang pemimpin atau ingin menjadikan Trevor seorang pemimpin?" tanya Luke, menyipitkan mata.

"Kau pikir ilmuwan idealis seperti dirinya bisa memimpin? Otak Flint di atas rata-rata, tapi dia tidak memiliki kemampuan interpersonal yang baik. Jadi, sepertinya tidak. Tapi, mungkin dia tahu seseorang yang masih muda dan paham mengenai perjuangan ini semua."

Nova menyesap tehnya yang sudah dingin kemudian menggelengkan kepala, "Tetap saja itu tidak menjawab pertanyaanku: kenapa? Maksudku, orang-orang Orenda mengejarku, menusukku di perut dengan sebilah pisau! Karena apa? Karena ayahku? Karena tato di punggung? Kenapa. Itu. Sangat. Penting," Nova memukulkan telapak tangannya ke atas meja, "Aku harus tahu. Mencari Trevor adalah pilihan pertamaku sebelumnya, tapi karena aku bertemu denganmu sekarang... kupikir kamu mempunyai jawaban yang lebih jelas."

"Pertanyaan singkat," Kei mengacungkan jari telunjuknya, "Menurutmu Orenda itu apa?"

Nova membisu dan Luke membuka mulutnya, "Sebuah perusahaan, pabrik bahkan. Setahuku mereka membuat obat untuk kebutuhan orang banyak karena azuline yang berkeliaran, mengambil memori orang-orang yang membuat mereka menjadi lebih depresif."

"Ya, ya, benar sekali," Kei mengacungkan jari telunjuknya ke arah Luke, "Mereka menjualnya ke orang-orang, lambat laun kita lupa bahwa setiap makanan dan minuman yang kita konsumsi mengandung zat itu. Obat-obatan itu awalnya tentu saja bermula dari tanaman-tanaman herbal. Namun apa kalian tahu dari mana mereka mengambil zat-zat itu sekarang?"

Nova mengulum bibirnya, menjawabnya lirih, "Manusia?"

"Ya, benar sekali!" kali ini Kei menuding Nova, "Dan dampak terburuk dari yang mereka lakukan adalah apa yang kalian lihat Huva Atma."

"Bukannya itu berarti pembunuhan?" tanya Luke, "Jika ya, itu seharusnya menjadi kasus besar dan sudah bersuar di seluruh berita!"

"Oh, ada masanya Orenda dikecam banyak orang, oke? Mungkin jauh sebelum kita lahir. Tapi, entah bagaimana mereka berhasil meredamnya dan tidak mengambil lagi orang-orang di Bumiapara. Alih-alih, mereka mengambil orang-orang dari Permukaan Atas... dengan sukarela."

"Tapi setidaknya, mereka tidak membunuh lagi orang-orang dari Bumiapara kan?" tanya Nova. Ia tahu hal yang ia ungkapkan terdengar sangat konyol.

"Tapi manusia tetaplah manusia," sanggah Dee, "Indhira adalah salah satu orang Permukaan Atas yang bisa selamat."

Indhira menimpali, "Tepatnya, diselamatkan. Kupikir ayahmulah yang waktu itu menolongku."

"Kalau kau mengira tidak apa-apa Indhira mati karena hal ini, berarti hal itu juga berlaku dengan ibu dan juga dirimu," ucap Dee sembari menyilangkan tangan di depan dadanya.

Nova menelengkan kepalanya, "Apa maksudmu?"

"Kirana berasal dari Permukaan Atas."

Ucapan Dee membuat gadis itu membelalakan matanya. Apa yang sebenarnya ia ketahui mengenai kedua orang tuanya? Sepertinya nihil. Nova merasa dikhianati sekaligus dibohongi. Tujuh belas tahun dan selalu ada kejutan bodoh setiap harinya. Nova sama sekali tidak menduganya.

"Kau tidak tahu?" Dee terdengar terkejut, "Yah, sekarang kau sudah tahu."

*

//Duh saya hampir takut enggak bisa update karena sebetulnya lagi enggak enak badan. But, here you go, the latest chapter about Nova dengan jumlah kata yang enggak sebanyak biasanya. Untuk yang lupa tatonya kaya apa, originally gambarnya ada di 17th Floor (tapi akan sy masukkan di bagian Maps & Glossarium sih) dan untuk yang mau recall mengenai Trevor, silakan intip lagi di 20th Floor.

Chapter yang akan datang kita akan adakan Flashback ke kehidupan Flint. Yuhuuu! Terimakasi untuk kamu yang bersabar mau menunggu. Dukunganmu sangat berarti supaya saya bisa menyelesaikan cerita ini haha. Yuk, mari, mangga, terimakasih!//

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 358K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
3.8K 1.1K 29
Apa yang akan terjadi jika Metaverse atau alam semesta fiktif mulai mengambil alih realita sebenarnya? Alvin, seorang mahasiswa di Universitas Clariu...
4.4K 1K 32
[BOOK #3 OF THE JOURNAL SERIES] London dan Zevania adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Seolah ada benang tak kasat mata yang mengikatnya selam...
105K 15.7K 61
[BOOK #1 OF THE JOURNAL SERIES] Mendapatkan beasiswa selama setahun di Inggris pastinya diterima baik oleh Zevania Sylvianna, seorang gadis pecinta k...