For My Bad Boy 2

By Blue_Blossom07

46.6K 2.8K 616

For My Bad Boy 2 Rate : T Genre : Romance/Drama, Friendship Disclaimer : Naruto Belong to Masashi Kishimoto :... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11

Chapter 7

2.9K 234 21
By Blue_Blossom07

Chapter 7 : Friend You Say?

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

'Priit'

Suara pluit yang ditiup oleh pelatih klub basket KIHS terdengar dan mengakhiri latihan mereka siang ini. Seluruh member yang mendapat bagian untuk latihan hari itu segera berlari menuju bench mereka.

"Ya, terima kasih untuk kerja keras kalian hari ini. Dan... oh ya, dimana si pirang berisik yang biasa mengacau itu? Kenapa dia tidak ada?" tanya sang pelatih dan kini menatap satu persatu anggotanya.

"Haha... gomen sensei, bocah itu sedang merajuk sekarang. Kami akan mencarinya setelah ini".

"Baiklah. Haah... ini pasti karena insiden kemarin yah, aku paham Naruto seperti itu. Jadi anggota HK memang tidak mudah yah" ucap guru dengan surai mangkuk itu mendramatis.

"Bicaramu sok sekali sensei. Mereka tidak akan dihukum jika bukan karena rencana gila dari kaichou kita itu" timpal si pemuda merah yang membuat sang guru terkekeh.

"Aku pahan maksudmu Gaara-kun, haah... dia selalu merugikan dirinya sendiri" yah hanya dua orang itu yang mengerti maksudnya, sementara siswa lain hanya menatap bingung guru aneh dan pemuda merah itu bergantian.

"Ku pikir tidak baik membicarakan orang lain di belakang... Guy-sensei, Gaara-kun" sahut seseorang dan membuat mereka semua menoleh ke asal suara. Setelan hitam seperti biasanya, namun sosok itu sudah lama hilang dari pandangan mereka.

"Oh... Zaki-chan, ku pikir sudah lama tidak melihatmu menggunakan atribut itu. Bagaimana misi gilamu itu?" di balik maskernya gadis itu menyeringai dan berduduk di salah satu benc pemain.

"Haah... ini benar-benar akan menyulitkanku. Yah... ku pikir mereka terlalu kuat ada yang membantu mereka di dalam sekolah, orangtua mereka juga bodoh selalu membela anak mereka seperti itu".

"Haah... apa kau tidak punya cara lain? Ini benar-benar akan membahayakanmu loh, memangnya kau tidak menyayangi dirimu sendiri?" dengus si pemuda merah.

"Hahaha... kau seperti tidak kenal aku Gaara-kun, kau pikir sudah berapa kali aku menjatuhkan diriku. Haah... kalian tenang saja, ini akan berakhir menyenangkan. Aku akan membiarkan mereka menikmati kesenangan mereka dan aku akan membuat mereka terjatuh ke dalam lubang yang mereka buat sendiri... haha... di tambah sebentar lagi mereka akan datang. Ck... ck... mereka akan sangat bersimpati padaku".

"Mereka menkhawatirkanmu baka, kau itu bagaimana" bentak pemuda itu dan membuat si gadis terdiam. Gadis itu tersenyum lembut di balik maskernya.

"Hihi... aku tau, aku tau. Akupun melakukan ini untuk kalian juga. Ne, aku akan bersenang-senang dengan rasa sakit itu dan aku tidak akan membiarkan semua yang ku sayangi merasakan rasa sakit yang kurasakan" sang guru juga pemuda bersurai merah itu menatap prihatin gadis dihadapan mereka.

"Ne Gaara-kun. Ku pikir dia benar-benar sudah gila".

"Kau baru sadar Guy-sensei?".

"Mo, aku juga bisa sakit hati loh. Tapi... ngomong-ngomong kemana Naruto? Kenapa dia tidak ada?" tanya gadis itu dan matanya mengedar mencari sosok pirang jabrik yang biasanya paling heboh di klub mereka.

"Sepertinya dia masih kesal soal kemarin. Habisnya kau sudah membocorkan semuanya padanya sih, dia jadi overprotectif pada Sakura" gadis itu terkekeh mendengar ucapan Gaara, gadis itu berdiri dari duduknya.

"Ada-ada saja. Dia memang tidak pernah berubah, padahal aku sudah memintanya untuk tetap mendukung Sasuke" pemuda raven dan tiga sahabatnya itu menoleh heran pada Sakura. "Dan juga, aku tidak memberitaukan soal misiku padanya. Aku yakin dia akan melarangku mati-matian".

"Haah... persahabatan kalian ini lucu yah. Bagaimana Sasuke-kun? Naruto sudah menerima anak nakal ini loh, kau tidak ingin mendengar alasan kenapa dia menghilang?" Sasuke mengernyit dan menatap sang guru dengan tatapan bingung. Apa senseinya ini tau perihal masalahnya dengan Saki dimasa lampau? Begitulah pikiran Sasuke.

"Yah... aku juga tau soal masalahmu dengan Saki. Guru-guru senoir di sekolah ini, para orangtua bahkan kakakmu Itachi juga tau. Para senior seangkatan Itachi-senpai, dan para pimpinan HK, dari awal mereka sudah tau masalahmu dengan Saki" Sasuke melirik ke arah Sakura dan gadis itupun melirik ke arah Sasuke.

"Kenapa? Kau terkejut hm?" tanya Sakura disertai seringainya dan tentu saja tak nampak kerena tertutupi maskernya. "Haah... cuacanya makin panas ku rasa besok-besok aku harus memakai hodie saja" ujar gadis itu sedikit mengibaskan tangannya.

"Yah sebentar lagikan musim panas, jadi tidak heran jika cuacanya seperti ini" gadis itu terdiam sebentar.

"Musim panas yah? Haah, waktuku tidak lama lagi. Ini akan menyulitkan aku juga Sakura" guman gadis itu dengan tatapan memelasnya.

"Maksudmu?" gadis itu menoleh ke arah sepupu merahnya.

"Tidak mungkin kau tidak mengerti Gaara-kun. Ini tahun terakhirku, begitu juga Sakura dan semua masalah ini sudah harus selesai sebelum musim panas nanti. Kau tau, tahun ini Sakura dan teman-temannya tidak ikut turnamen interhigh?" kali ini semua anggota basket juga pelatih mereka menatap penasaran gadis itu.

"Turnamen?" ulang Neji dan dijawab anggukan oleh gadis itu.

"Sakura, Hinata, Ino, Tenten dan Temari adalah anggota inti di tim Akuma basket beberapa tahun terakhir mereka tidak ikut turnamen karena sibuk dengan tugas mereka masing-masing".

"Memang tidak ada masalah dengan itu?" Sakura mengernyit menatap guru kepala mangkuknya itu. "Maksudku, mereka akan melawan Suna bukan? Dan Sakura, Hinata, dan Ino waktu itu kaki mereka hampir patah kalau saja Temari dan Tenten tidak menjaga mereka aku khawatir dengan tim kalian yang sekarang" para anggota basket itu menyimak dengan serius perbincangan Sakura dengan pelatih mereka.

"Tidak perlu khawatir. Aku yakin Rieko dan yang lain bisa mengatasi permainan brutal putri Suna. Dan menjadi runner up sudah cukup untuk membukakan jalan menuju winter cup untuk Sakura dan teman-temannya. Ja, soal Naruto biar aku yang urus. Aku akan menyeretnya ke sini segera".

"Yah, aku mengandalkanmu Zaki".

"Memang kau pikir semudah itu membujuk si Dobe itu?" Sakura menoleh kearah Sasuke, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku jaketnya.

"Kenapa tidak? Bukannya kau tau, satu-satunya orang yang paling bisa membujuk Naruto itu aku, bahkan Kushina ba-san tau itu" pemuda itu terdiam dan memandang gadis di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Ayolah, jangan menatapku seperti itu. Serahkan Naruto padaku, aku akan segera membawanya ke sini" ujar gadis itu dan berjalan menjauhi lapangan.

"Yosh, kita bisa andalkan Zaki untuk mrngurus Naruto" ucap sang pelatih semua hanya menangguk menyetujui perkataan pria dengan potongan rambut seperti mangkuk itu. Sementara Sasuke hanya menatap kepergian gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

::

::

Beberapa saat kemudian, di atap KIHS. Seorang pemuda dengan surai orange tengah berduduk sembari menyandarkan tubuhnya ke pembatas atap. Netranya meredup dengan kepala yang ditunddukan.

"Naruto" pemuda itu menoleh dengan cepat ketika mendengar suara itu, seorang gadis dengan surai pink, bermanik emerald dan memakai setelan serba hitam tengah tersenyum ke arahnya.

"Sakura-chan?" gadis itu berpindah dan berduduk di sebelah Naruto.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah harusnya kau latihan dengan Sasu-kun dan yang lainnya?" raut wajah pemuda itu kembali masam.

"Ck. Aku masih kesal pada Teme karena kemarin dia menamparmu ttebayo" gadis itu tersenyum dan mendongakkan kepalanya menatap langit.

"Aku senang kau membelaku Naruto-kun, tapi... aku juga tidak senang kalau kau menjauhi Sasuke seperti ini".

"Yah, aku yakin kau akan berkata seperti itu Sakura-chan. Kau selalu ada di pihaknya" dengus pemuda itu dan membuat Sakura terkekeh menanggapi tingkah sahabatnya. "Sebenarnya Sakura-chan. Aku sangat mendukungmu jika kau memiliki hubungan lebih dengan Teme tapi... apa hanya dia satu-satunya orang yang kau cintai?" Sakura terdiam sejenak, matanya menatap Naruto penuh arti.

"Untuk apa kau bertanya seperti itu?".

"Ano sa, aku bertanya seperti ini juga karena aku ingin kau mendapatkan yang terbaik, begitu juga Teme tapi si kurang ajar itu tidak pernah mau mendengarkan omonganku".

"Haah, mau bagaimana lagikan? Jika kau memintaku untuk jujur soal pertanyaanmu barusan sebenarnya ada" Naruto menoleh cepat dan menatap Sakura penuh antusias. "Whoaa. Tanggapanmu berlebihan sekali".

"Yah, bagiku itu penting Sakura-chan. Rasanya menyebalkan melihatmu tersiksa seperti itu hanya karena ketidakpekaan si Teme" Sakura mendengus menahan tawa, kemudian gadis itu kembali berujar.

"Baiklah akan aku beritau. Selain Sasuke, ada Sasori-nii tapi tidak bisa karena dia kakak kandungku sendiri, lalu ada Ryuu tapi Ryuu sudah memiliki tunangan sekarang dan tidak mungkin aku harus menghancurkan hubungan mereka bukan? Oh ya, bicara soal Ryuu kau tau Naruko juga menyukai si bodoh itu?" lagi-lagi Naruto menoleh cepat menatap Sakura.

"Kau sungguh-sungguh?" Sakura mengangguk pasti.

"Dia sendiri mengatakan padaku. Hanabi dan Konohamaru juga tau soal itu. Dan satu lagi, yang terakhir adalah..." Naruto menggantungkan kalimatnya dan menatap Sakura dengan raut penasaran sementara gadis itu juga kini menatap wajah pemuda itu. "Dia adalah kau Naruto...".

"A-apa?"

::

::

Dua anak muda berbeda gender itu berjalan beriringan menuju lapangan basket KIHS. Gadis itu sudah kembali memakai tudung dan maskernya.

"Oh ya Sakura-chan, ngomong-ngomong kenapa kau bisa ada di sini?" Sakura mengernyit dan menatap heran pada Naruto.

"Memangnya kenapa kalau aku ada di sini? Kau tidak suka?" mata pemuda itu membelalak dan dengan segera mengibaskan tangannya.

"B-bukan begitu, b-bukannya kau dan yang lain sedang di skors yah? Kenapa kau bisa ada di sini?".

"Oh soal itu. Aku memang di skors, tapi aku di skors sebagai Haruno Sakura bukan Runno Sazaki jadi... aku masih bisa berkeliaran bebas sebagai kaichou HK" Naruto mengangguk paham.

"Lalu... Hinata-chan bagaimana?" Sakura terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang satu ini.

"Hinata bahkan hadir sejak kemarin yang absen kemarin itu hanya aku" Naruto menatap horor pada Sakura. "Mereka hanya salah paham, mereka pikir mereka tidak bisa bertemu denganmu hanya karena kau itu mulut ember" kali ini pemuda itu mendengus. "Baiklah, aku pergi dulu. Latihanlah dengan baik, kalau kau sampai kalah di babak penyisihan minggu depan, aku tidak akan memaafkanmu".

"Haah, kalau sudah begini mau bagaimana lagi ttebayo" gadis itu hanya terkekeh menanggapi tingkah sahabatnya dan setelahnya mereka berdua berpisah menuju tempat yang mereka tuju.

::

::

Malam harinya, di Haruno's Mansion.

Kamar Sakura.

Gadis itu tengah serius menatap tulisan pada buku tebal di depannya. Sesekali matanya melirik ke arah laptopnya. Sebuah seringai kemudian terukir di wajahnya. Gadis itu mengambil smartphonenya yang tergeletak di atas kasurnya dan menghubungi seseorang.

"Moshi-moshi?" sahut seseorang yang tengah melakukan perbincangan melalui via telephone.

"Hai' moshi-moshi" jawab gadis bubble gum itu, senyumnya belum juga luntur dari wajahnya. "Mereka sudah bergerak. Kali ini tempatnya di distrik 20" ujar gadis itu.

"Kau yakin?" gadis itu menganggukkan kepalanya. "Tenang saja, informasi ini tidak salah. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, waspadalah dengan salah satu rekanmu".

"Tentu saja. Kami akan segera lakukan penggerebekannya dan seperti katamu sebelumnya, biarkan dia lolos dan tangkap pelanggan dan barang transaksinya" Sakura tersenyum puas mendengar ucapan seseorang yang menjadi lawan bicaranya.

"Um, semoga berhasil Ritsu-senpai".

"Yup, do'akan aku yah anak nakal" gadis itu terkekeh.

"Tentu. Kalau begitu ku tutup teleponnya yah. Sampai jumpa".

"Ya".

Dan percakapan telepon itu berakhir.

"Empat hari lagi masa skorsingku akan berakhir. Pemasangan cctv dan penyadap juga sudah hampir selesai, dan pergerakan Sheena sudah bisa ku ketahui" gadis itu tersenyum puas lalu menoleh ke arah rembulan yang bersinar dengan cerah malam itu. "Semoga semua berjalan sesuai rencanaku" ujar gadis itu sebelum menutup bukunya lalu bersiap untuk tidur.

::

::

Di sisi lain kota, tepatnya di sebuah gang sunyi di distrik 20 kota Konoha. Keadaan di tempat itu sedang kacau sekarang, polisi dan beberapa orang berpakaian serba hitam saling melawan satu sama lain. Dan hasilnya polisi berhasil menangkap para pelanggan dan juga barang transaksi yang mereka perjual belikan. Namun sayang sang pengedar yang sudah menjadi buronan sejak lama berhasil melarikan diri.

'Beep'.

Pria itu mematikan televisi yang memutar kejadian semalam. Mata elangnya beralih pada sebuah koran terbaru yang juga menyajikan berita yang sama, tangan kanannya begerak untuk mengangkat secangkir kopi buatan sang istri kemudian menyeruputnya perlahan.

"To-san" kepala keluarga Uchiha itu menoleh ketika putra sulungnya memanggilnya. "Sasori sudah mengirimkan file yang to-san inginkan. Aku baru saja mencetaknya" ujar pemuda itu dan menyerahkan sebuah dokumen pada sang ayah.

"Mereka berdua selalu bergerak cepat yah. Bedanya putriku itu lebih suka bermain-main lebih dulu di banding menangkap mereka secara langsung" pemuda itu tersenyum menanggapi ucapan ayah.

"Hihi, sebenarnya tergantung siapa yang mereka hadapi to-san" pria itu menatap putra sulungnya. "Jika lawan mereka mudah untuk dihadapi aku yakin mereka akan menembak langsung dan Sakura juga seperti itu" pria itu mengernyit menatap heran putra sulungnya itu. "Tapi, kali ini Sakura harus berhati-hati dan harus lebih waspada. Lawan yang dia hadapi jauh lebih berbahaya dari lawan yang aku dan Sasori hadapi sebelumnya. Di tambah lagi anak nakal itu juga harus melindungi Sasuke dari jauh" pria itu mengangguk mengerti.

"Haah, seandainya dulu aku bisa mengawasi anak itu 24 jam, hal ini tidak akan terjadi".

"Ini bukan salah to-san, sebaiknya kita do'akan Sakura-chan, semoga dia bisa menyelesaikan semua masalah rumit ini. Oh, kami juga akan turun tangan untuk membantu Sakura" pria itu merenggut dan menatap datar putranya, jelas Itachi heran akan sikap ayahnya. "A-apa aku mengatakan sesuatu yang salah?".

"Haah. Tidak juga, kau dengan ibumu beruntung. Kalian bisa leluasa membantu anak itu".

"Oh ya, to-san. Apa benar tahun ini ka-san akan berhenti menjadi pembimbing?" pria itu mengangguk.

"Itu benar. Kami juga sudah menemukan penggantinya".

::

::

Empat hari berlalu, ini adalah hari terakhir para pimpinan HK di skorsing dan saat ini mereka...

"Hati-hati Te-chan, kau bisa jatuh kalau salah injak dahannya" seru pimpinan kelompok itu, sementara gadis yang dimaksud kini sedang berdiri di sebuah dahan di sebuah pohon di sisi tersunyi area sekolah, hutan belakang sekolah. Gadis itu menatap datar gadis yang memang jauh lebih muda darinya itu.

"Memang siapa yang membuatku harus memanjat seperti ini" dengus gadis dengan setelan serba hitam itu. "Ah, sudah selesai".

"Baik, turun pelan-pelan. Aku akan pegangkan tangganya" ucap Sakura sembari memegangi tangga agar sahabat cepolnya turun dengan selamat. Walau sudah sehati-hati apapun terkadang kejadian tidak diinginkan bisa terjadi seperti sekarang.

'Kyaa'

Gadis berstelan hitam dengan bordiran kuning pucat pada pinggiran tudungnya itu berteriak histeris saat melihat seekor ulat di bajunya entah kapan ulat itu bertengger manis di sana dan alhasil membuat gadis itu mengibaskan tangannya lalu reflek mundur ke belakang hingga...

'Brak'.

Waktu seakan berhenti sesaat. Tangga itu jatuh bersamaan dengan dua gadis yang tadinya menuruni tangga itu dan gadis yang tengah menahan tangga tadi.

"Shh, aw" ringis gadis dengan manik coklat itu ketika merasakan nyeri di kakinya, bagaimana tidak ? kaki kanannya tertimpa tangga tadi. Dan kaichou mereka ? tangan gadis itu agak bengkak karena menahan beban tubuhnya saat terjatuh tadi.

Ino mundur beberapa langkah dan menangkupkan kedua tangannya.

"G-gomen" sementara Tenten dan Sakura menatap kesal gadis barbie itu.

::

::

Di ruangan pimpinan HK. Sakura menatap nanar tangan kirinya sementara Tenten masih memijat kakinya yang terkilir.

"Haah... Tsunade-shisou pasti melarangku bekerja lagi" dengus gadis dengan surai bubble gum itu.

"Ck. Memangnya ada apa sampai kau berteriak seperti tadi?" dengus Tenten dan menatap tajam Ino. Gadis barbie itu hanya menampilkan cengirannya, tangan kanannya bergerak untuk menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.

"Yahaha... kalian tau aku benci ulat bukan?" dua gadis itu hanya menghela nafas mereka maklum.

"Akusih tidak begitu masalah dengan tanganku, dan mungkin ini akan segera pulih. Tapi bagaimana dengan kakimu Te-chan? Tiga minggu lagi kau akan mengikuti lomba".

"Daijobu, waktunya masih tiga minggu dan aku punya dokter pribadi di sini" Sakura mendengus dan menatap datar sahabat cepolnya itu.

"Aku bukan ahli ortopedi loh" Tenten menghendikkan bahunya, "setidaknya kau tau sedikit caranya menyembuhkan kaki terkilir dengan cepat bukan?" Sakura merotasikan bola matanya.

"Jadi... apa kita sudah selesai di sini?" Sakura menoleh ke arah kakak sepupunya dan mengangguk lemah.

"Ku harap ini benar-benar selesai musim panas nanti".

::

::

Keesokan harinya, gadis-gadis kebanggaan kita sudah mulai mengikuti pembelajaran di sekolah dan sekarang, Sakura, Ino, dan Hinata tengah bercengkarama melewati koridor menuju kelas mereka. Banyak siswa siswi yang bicara hal buruk tentang gadis-gadis namun mereka menghiarukannya.

"HINATA-CHAAN!" seorang pemuda blonde berseru dan segera berlari menghampiri pujaan hatinya.

"N-Naruto-kun ada apa?" dengan wajah memerah dan diselimuti perasaan gugup gadis itu bertanya.

"Ah... seminggu tidak melihatmu aku jadi kesepian kau tau. Benar-benar menyebalkan" gadis dengan surai indigo itu hanya terkekeh menanggapi ucapan tunangannya.

"Kau hanya sendiri Naruto?" pemuda itu menoleh pada gadis musim semi yang berdiri diantara Hinata dan Ino.

"Yah, seperti yang kau lihat. Tapi tenang saja, aku dengan teman-teman ku sudah baikan yah... walaupun aku masih kesal sih" jawab Naruto dengan tampang kesalnya, sementara Ino dan Sakura hanya terkekeh menanggapi ucapan pemuda bersurai durian itu.

"A-ano, aku mau ke toilet dulu ya sebentar" kedua sahabat dan tunangan gadis itu mengangguk dan dengan segera gadis itu meninggalkan tempat itu. Tak ada yang menyadari kalau ketua mereka tengah menatap bingung gadis bersurai indigo itu, namun sedetik kemudian senyum lembut terpatri di wajah ayu gadis itu.

"Ohayou" ketiga orang itu menoleh pada gadis yang baru saja datang dengan kaki pincang dan raut lesunya.

"Apa masih sakit?" tanya di barbie dengan tampang watadosnya, sementara Tenten hanya menatap kesal sahabat pirangnya itu.

"Sudah lihat, kenapa masih bertanya."

"Apa kau yakin masih bisa ikut turnamennye?" gadis dengan dua cepol itu mengangguk dengan yakin.

"Ja, karena ini salahku, aku akan membantumu sebisaku" seru Ino dan segera berpindah ke sebelah Tenten dan memegangi pergelangan tangan gadis itu.

"Oh ya, Temari-nee belum datang?".

"Oh, Temari-san sudah datang, dia ada di kelas sekarang."

"Ja, kalau begitu ayo kita ke kelas" dua gadis dan pemuda itu mengangguk kemudian berjalan beriringan menuju kelas.

::

::

Jam pelajaran pertama.

Saat ini para siswa dan siswi kelas XII-A dan XII-B tengah berkumpul di lapangan basket outdoor sekolah mereka. Yup, sekarang jam mata pelajaran penjas alias pendidikan jasmani dan kedua kelas ini digabung dalam mata pelajaran ini.

"Yosh, mina ohayou!" seru si guru kepala mangkuk dengan semangatnya.

"Ohayou sensei" para murid menjawab sapaan sang guru yang kini tengah menampilkan ceringan khasnya hingga membuat siapa saja buta karena giginya yang berkilau.

"Hum, aku suka semangat kalian. Ja, hari ini kita akan praktek bermain basket. Untuk para anggota klub basket baik putra dan putri, ku minta kalian serius juga. Pertandingan kita tidak lama lagi jadi anggaplah ini latihan kalian" ucap sang guru dan para murid sekarang sudah mulai berkasak-kusuk dengan teman-teman dekat mereka.

"Ne, Te-chan kau tidak bisa ikut latihan kalau begitu" ujar Ino yang kini berdiri di sebelah Tenten yang sedang berduduk di pinggiran lapangan sambil menopang dagu dengan wajah masam.

"Kau pikir ini salah siapa?" dengus gadis dengan dua cepolan itu, sementara Ino hanya menampilkan cengiran lebarnya. "Bagaimana dengan tanganmu Sa-chan?" Sakura menoleh ke arah Tenten kemudian menatap telapak tangannya yang tengah dibalut perban.

"Ku pikir tidak masalah. Aku bisa bermain sekarang."

"Ah, beruntungnya" keempat gadis terkekeh menatap sahabat cepol mereka.

"Setelah kau sembuh kita ke markas dan latihan bersama lagi" keempat gadis itu tersentak dan menatap heran sahabat pinknya.

"Kau yakin Sa-chan?" gadis itu mengangguk.

"Tentu, ku pikir kita bisa ke sana untuk refreshing, setelah ini tugas kita akan semakin berat jadi... ku pikir kita perlu melakukan sesuatu yang menyenangkan."

"Yosh, aku setuju kalau seperti itu. Ne, selamat berjuang untuk kalian berempat."

"Baiklah, aku akan bagi kelompok. Tim Karin dan Sasuke tetap, lalu Sakura?" guru itu menatap Sakura dan teman-temannya.

"Emm... Tenten sedang terluka, jadi dia tidak bisa iktu bermain. Aku akan senang jika teman-teman mau satu kelompok dengan kami, tapi kalau tidak ada yang mau... kami berempatpun tidak masalah" jawab Sakura dengan senyumannya, Hinata, Ino, dan Temari menganggukkan kepala mereka setuju akan perkataan pimpinan mereka.

"Baiklah, jadi ada yang ingin satu kelompok dengan Sakura?" salah seorang gadis di antara mereka mengangkat tangan mereka. "Oh Yukimi-san, baiklah kau sekelompok dengan Sakura".

"Aku benar-benar berterima kasih karena sudah bergabung dengan kami Yukimi-san, tapi... sebelumnya kami berempat minta maaf yah" orang-orang di tempat itu mengernyit heran ketika Sakura mengucapkan kalimatnya.

"Baiklah, kita mulai..."

Skip>>

Semua kelompok telah bertanding dengan baik dan di final untuk putra dimenangkan oleh tim Sasuke, seperti yang diharapkan dan sekarang, penentuan pemenang untuk tim putri, antara tim Sakura dan tim Karin yang merupakan tim inti klub basket putri KIHS.

"Ja, terakhir, pertandingan antara tim Karin dan tim Sakura."

'Pst. Menurutmu siapa yang akan menang?'

'Sudah pasti bukan? Tentu saja tim Karin, jarang ada yang bisa melawan keahlian basket mereka, sementara di tim Sakura hanya ada Yukimi-san yang memang salah satu anggota elit di tim basket putri.'

"Kalian siap?" tanya Guy sensei pada Temari dan Tayuya yang akan melakukan tip off dan ditanggapi anggukan oleh dua gadis itu.

'Priittt...'

Pertandinganpun dimulai. Tayuya, mendapatkan bolanya setelah bola itu di lempar tinggi oleh Guy sensei.

"Cih, gomen Sa-chan!" seru Temari dan ditanggapi senyum kalem dari Sakura.

"Tidak masalah, lakukan seperti biasanya. Aku akan menutup posisi Tenten" ujar Sakura lalu tatapan matanya beralih pada Yukimi. "Yukimi-san, maaf yah."

'Tap.'

Entah sejak kapan bola dengan warna orange itu berada di tangan gadis musim semi itu, bahkan para penonton dibuat terkejut dengan hal ini.

"Bagus Hinata-chan" gadis dengan surai indigo itu tersenyum mendengar ucapan kapten mereka, yah... gadis itulah yang mengoper bolanya ke arah Sakura setelah mencurinya dari Shion dan tidak satupun dari mereka menyadarinya. "Sekarang, mari kita mainkan peran kita" keempat gadis itu menyeringai dan memulai permainan liar mereka. Ehem, maksud liar di sini dalam artian baik yah^^.

Para siswa dan siswi takjub melihat permainan yang dilakukan oleh Sakura, Hinata, Ino, dan Temari karena permainan cepat mereka. Bola itu jarang jatuh ke tangan lawan bahkan rekan mereka sendiri, Yukimi tidak mendapatkan bola karena tidak mampu mengimbangi permainan cepat Sakura dan teman-temannya.

Dan... permainan berakhir dengan dimenangkan oleh tim Sakura.

"Yah, aku tidak mungkin meragukan kemampuan Sakura dan teman-temannya. Apa kalian yakin akan menang di winter cup dengan kemampuan seperti itu" kelima gadis itu merengut dengan wajah masam.

"Apa-apaan itu, sensei. Harusnya sensei mendukung kami" dengus Tenten yang sejak tadi berduduk di sebelah gurunya.

"Aku yakin bisa, kami belum mengerahkan seluruh kemampuan kami. Lagipula, tangan Sakura sedang cidera sekarang dan Tenten tidak ikut bermain dengan kami. Ku pikir kau bisa menilai dari situ sensei" dengus Temari dan menatap tajam guru kepala mangkuknya itu.

"Baiklah, di segi kemampuan kalian mampu, tapi..." guru itu menatap satu persatu lima gadis itu dengan tatapan serius. "Bagaimana dengan defense kalian?" kelima gadis itu saling pandang.

"Sensei jangan khawatir soal itu. Sensei pikir untuk apa kami vacum selama dua tahun ini" ujar Sakura dengan senyuman lembutnya. "Oh ya sensei, aku punya saran supaya tim sekolah kita kuat. Minggu depan ada babak penyisihan interhigh tim Suna dan Kiri, kau bisa membawa teman-teman untuk menonton pertandingannya."

"Baiklah-baiklah, akan ku pikirkan nanti" kelima gadis itu tersenyum. "Lalu bagaimana dengan pertandinganmu?" tanya Guy sensei pada Tenten.

"Hmm... ku harap kakiku bisa segera sembuh sebelum babak penyisihan bulan depan di mulai."

"Jadi... Sakura-san dan yang lain itu pemain basket?" Sakura menoleh ke arah gadis yang tadi menjadi pemain pengganti Tenten lalu gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Begitulah" jawab Sakura sekenanya.

"Kau main di tim apa?".

"Ah benar juga yah kalian tidak tau soal ini. Sakura dan teman-temannya adalah tim inti dari komunitas basket Akuma dan aku yakin kalian semua tau mereka" mereka menatap tak percaya pada Sakura dan teman-temannya.

"Yah, kami baru bergabung di tahun pertama kami di KIHS" Sakura, Hinata, Ino, dan Temari menatap horor pada sahabat cepol mereka. "Tapi... kami vacum dua tahun ini karena kami sibuk dengan urusan kami sekarang. Dan mungkin akan ikut pada turnamen wintercup tahun ini."

"Tenten no baka" desis Sakura dalam hati dan menatap kesal Tenten. "Syukur mereka tidak peduli."

"Ya sudah, pelajaran kita akhiri di sini. Segera ganti baju kalian dan masuk ke kelas kalian" semua siswa dan siswi itu menuruti ucapan guru mereka dan dalam waktu beberapa menit saja mereka semua sudah meninggalkan lapangan.

::

::

Saat jam istirahat, di kelas XII-A.

"Teme, kau mau ke kantin?" pemuda emo itu mengangguk mengiyakan ucapan sahabat blondenya. "Baiklah, ayo pergi. Aku sudah lapar ttebayo" seru pemuda itu kemudian meninggalkan kelas dan di susul oleh Sasuke.

::

::

Dua pemuda itu berjalan beriringan menuju kantin, si bocah rubah terus saja mengoceh tak jelas dan si bocah datar hanya menyimak ucapan Naruto dan sesekali menanggapinya dan gumanan ambigu.

"Haah, pertandingannya tinggal sebentar lagi yah."

"Hn"

Pemuda blonde itu terhenti ketika berdiri tepat di depan ruang kelas XII-B. Manik shapirnya bergulir pada sosok gadis cantik dengan surai soft pink yang tengah serius menatap layar laptopnya. Di telinganya tersemat earphone yang terhubung langsung dengan laptopnya. Tak hanya pemuda pirang itu, namun si emo juga memperhatikan gadis itu.

"Semoga semuanya cepat selesai" guman pemuda pirang itu sebelum melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Sasuke yang masih setia menatap wajah Sakura.

"Gomen Saku" batin pemuda itu menatap nanar Sakura lalu pergi menyusul Naruto.

Sementara itu, Sakura. Gadis itu tengah mengawasi pergerakan Karin dan teman-temannya melalui laptopnya yang terpantau dalam CCTV. Gadis itu bernafas lega ketika tidak menemukan hal yang aneh.

'Drrt... drrt... drrt...'

Sakura segera mengambil smartphonenya dari saku bajunya. Terdapat satu panggilan dari unknown number dengan segera gadis itu keluar dari kelas dan mengangkat teleponnya. Namun, saat gadis itu keluar dia tidak menyadari satu hal aneh yang dilakukan oleh Karin dan teman-temannya.

"Moshi-moshi" ucap gadis itu setelah menerima panggilan telepon itu.

"Yo, ini aku" gadis itu tersentak ketika mendengar suara orang yang menjadi lawan bicaranya.

"Kau? Kenapa bisa punya nomorku?"

"Aku minta pada pimpinan rehabilitasi."

"Begitu ya. Bagaimana dengan rehabilitasimu?" tanya gadis itu sembari menyanderkan tubuhnya pada dinding di belakangnya.

"Ya begitulah. Mungkin sebentar lagi selesai. Bagaimana dengan tugasmu?"

"Berjalan sesuai rencana. Kau sendiri bagaimana? Kau siap jalankan tugasmu nanti?".

"Kau tenang saja. Tugas yang kau berikan itu terlalu mudah, aku yakin aku bisa melakukannya dengan baik".

"Yah, ku harap kau tidak melakukan kesalahan nanti".

"Kau tenang saja, aku akan berusaha membantumu semampuku" Sakura tersenyum mendengar ucapan lawan bicaranya.

"Ja. Kalau begitu sudah dulu yah, aku harus kembali ke kelas" Sakura mematikan percakapan mereka setelah mendengar sahutan hm dari lawan bicaranya. Lalu gadis itu melangkah menuju kelasnya.

::

::

Bel pertanda pulang sudah berdenting sejak setengah jam yang lalu, sekolahpun mulai sepi dan tinggal beberapa orang saja yang tinggal untuk mengikuti kegiatan klub, seperti klub kesehatan dan klub basket yang saat ini tengah melakukan latihan persiapan lomba. Dan saat ini, seorang gadis dengan surai pink berjalan santai menuju ruang klub kesehatan untuk melakukan rapat bersama para anggota tapi.

"Hmmp.."...

TBC/Tsuzuku...

Mina, I'm so sorry. Ini udah keterlaluan lama upnya. Nggak bisa ngomong banyak, tapi aku mau ucapin terima kasih untuk reader-san yang rela-relaan nunggu upnya FF absurd ini dan seperti sebelumnya, Ao minta maaf yah^^ Ao sibuk banget soalnya. Dan kalau terdapat kekurangan-kekurangan tertentu dalam FF ini, mohon di beri kritik dan sarannya.

So, see you next time mina-san^^.

Continue Reading

You'll Also Like

665K 33.6K 61
A Story of a cute naughty prince who called himself Mr Taetae got Married to a Handsome yet Cold King Jeon Jungkook. The Union of Two totally differe...
1.8M 60.5K 73
In which the reader from our universe gets added to the UA staff chat For reasons the humor will be the same in both dimensions Dark Humor- Read at...
82.5K 1.9K 33
!Uploads daily! Max starts his first year at college. Everything goes well for him and his friends PJ and Bobby until he meets Bradley Uppercrust the...
192K 19.1K 24
"๐™๐™ค๐™ช๐™˜๐™ ๐™ฎ๐™ค๐™ช๐™ง๐™จ๐™š๐™ก๐™›, ๐™œ๐™ž๐™ง๐™ก. ๐™„ ๐™ฌ๐™–๐™ฃ๐™ฃ๐™– ๐™จ๐™š๐™š ๐™ž๐™ฉ" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...