Another [KookV] (On Hold Dulu...

By siminionz

21.6K 2.5K 247

Mereka berbentuk seperti manusia Mereka berbentuk seperti teman Mereka sangat dekat bagaikan teman Mereka ber... More

00 Help
1st - A Scary Black Shadow
3rd - Nightshift
4th - Piece of Body
5th - Weird Jungkook
6th - He's REALLY Gone
7th - New Comer
8th - Jimin
9th - Wall
hello there....

2nd - Sweet or Sweat Night?

2.4K 255 8
By siminionz

Be sure you're not under 18th

"...Tae?" suara berat mulai terdengar dari semulanya samar. "Tae? Sayang?" Pandangan yang gelap kini mulai terang walau masih berkabut. Aku memegang kepalaku yang terasa sangat sakit.

"Ternyata aku masih hidup." kataku sambil memandangi sosok yang kini menunduk diatas wajahku. Wajahnya terlihat sangat cemas. "Aku masih hidup, Kook..." Aku memegang tangannya yang berada dipipiku. "Siapa yang membawaku pulang?"

Jungkook masih terdiam memandangiku cemas. "Tadi tubuhmu sangat pucat, biru hampir seperti mayat yang beberapa hari lalu kutemukan." Tangannya bergerak mengelus pipiku yang terasa dingin. Tangannya mengalirkan rasa hangat hingga ke dada, membuatku tersenyum. "Jimin menemukanmu."

Kulirik jam di dinding. Sudah jam sepuluh pagi. "Aku harus kerja." Tangan Jungkook yang lebih berotot daripada tubuhku, menahan kuat pergerakanku agar tidak bangun. "Kook, ada yang harus kulaporkan."

"Tidak. Ini sudah malam. Kau-"

"Malam?" Aku terkejut saat Jungkook mengangguk. Mataku melihat kearah jendela, tidak ada cahaya sedikitpun selain cahaya lampu.

Jungkook tertawa kecil sambil menyisir rambutku. "Kau pingsan seharian." aku menghembuskan nafas. Makhluk bayangan hitam itu membuatku berbaring seharian, padahal aku harus melapor tentang bayangan hitam itu walau tidak ada yang akan percaya. "Sekarang kau sudah merasa baik?"

Aku mengangguk lemah. Tubuhku merasa baik, hanya kecewa karena aku tidak diperbolehkan pergi malam ini untuk melapor.

"Akh-! Jung-ah! Jungkook.... Jangan...." Kaus hitamku terangkat hingga leher. Hembusan nafas hangat menjalar dari dada hingga pusar. Tepat pada pusar, kecupan lembut diberikan oleh Jungkook. "...Kook... Hentikan."

"Malam sakral, kau ingat? Kau yang menamai malam itu." Jungkook terkekeh, menatapku dengan matanya yang berkilat nafsu. Seperti yang kuduga, malam ini nafsunya meledak setelah ditabung seharian penuh.

Kini seluruh pakaianku entah ada dimana. Hanya udara dingin dari pendingin udara yang kurasakan. "Jungkook~" gerakan menggeliat mungkin pilihan yang salah. Karena mata berbinar Jungkook menandakan bahwa dirinya semakin tertarik untuk menyiksaku.

Jungkook bangkit meninggalkanku dan kembali dengan benda mengerikan yang baru pertama kali kulihat secara langsung. Aku biasanya hanya melihat benda itu dari video-video yang kutonton bersama Jungkook -dan berujung desahan nyata.

"K-kook- Kumohon, jangan- ahh..." jemari panjangnya berada tepat didepan pintu masuk ku. Sedangkan kepalanya mengusak pada ceruk leherku sambil meniup tanpa menciumnya, membuatku frustasi.

Rasa panas mulai membakar. Aku terus-terusan berteriak frustasi saat jarinya hanya mengelus lubang dibawah sana tanpa memasukkan jarinya satu senti pun, bahkan milikku juga tidak disentuh.

Kepalanya turun berhadapan dengan dadaku -masih dengan kegiatan tiup-meniupnya. Terus turun hingga berhadapan dengan kejantananku yang semakin berdiri setiap tiupan nafas Jungkook menerpa kulit. Kepalanya semakin menurun, nafas hangatnya ikut menurun hingga tempat dimana dia akan memompa miliknya dengan sangat-sangat kuat nantinya.

Aku mengerang frustasi. Rasa hangat dibawah sana menjalar dan semakin panas sampai pada otakku. Kakiku hanya menendang-nendang udara. Sepertinya tanganku terlalu keras menjambak rambut dibawahku ini.

Jungkook menegakkan tubuhnya, memandangku yang menatapnya sayu. Tatapan kami bertemu, tapi ekspresi kami berbeda jauh. Jungkook berkilat nafsu dan siap menggagahiku kapan saja, walau tidak akan secepat itu. Sedangkan aku lemah, deru nafasku lebih cepat dari sebelumnya. Semua tubuhku terasa panas, padahal udara diruangan tidak pengap.

Tanganku dicengkram kuat, "Kau belum boleh pegang milikmu dulu." Jungkook menarikku untuk duduk. Kedua tanganku dibawa kebelakang tubuhku sendiri dan diikat -entah menggunakan apa, yang jelas aku tidak bisa menggerakkan tanganku secara bebas untuk menyentuh diriku sendiri.

Sedangkan Jungkook semakin gencar menggoda tubuhku saat setelah dirinya mendorong tubuhku untuk berbaring kembali. Hembusan nafas Jungkook membuat bentuk silang diatas kejantananku. Dan sesekali menghampiri bagian terbawahku, menyentuhkan lidahnya dengan kerutan lubang.

Hanya menempel, tanpa pergerakan apapun!

"Jungkook...~" Tuhan! Dia benar-benar membuatku berteriak frustasi. Rasa basah dari lidahnya itu yang membuatku harus terus-terusan reflek membuka kaki ku lebih lebar, seakan berharap lidah itu semakin melesak masuk, atau yang lebih besar dari lidah itu?

Akhirnya kepala dengan rambut cokelat itu menjauh, menyisakanku yang berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Kepalanya berada didepan salah satu daging kecil didadaku. Menatapnya sejenak lalu membuang saliva nya disana.

"Nghh... Kook-hh." hanya satu jilatan, lalu pergi.

Dia mulai membuka pakaiannya sendiri hingga tidak satupun kain menutupinya. Seharusnya aku tidak kaget lagi ketika melihat benda besar panjang berurat dibawah Jungkook itu. Tapi jantungku berdebar sangat kencang saat ini.

Saat Jungkook melangkah lebih dekat, kukira dia akan langsung memasukkan miliknya kedalamku.

Dia kembali hanya untuk memberikanku sentuhan yang kutunggu -walau belum tepat.

Akhirnya ia menaruh tangannya pada dadaku yang membusung. Dengan memberikan ciuman dalam, tentu saja aku langsung membalasnya tak kalah dalam, hisapan dan suara kecapan tak pernah bisa dikalahkan oleh suara bising apapun dirumah ini, bahkan suara Anjingku.

Tangannya terus mengelus seluruh tubuhku dengan bibirnya masih saling bertautan denganku. Namun satu yang dia tinggalkan, bagian ter-intim-ku yang sedari tadi sudah memantul minta disentuh, tapi Jungkook benar-benar menahan tangannya untuk tidak menyentuh.

Sesekali Jungkook menegakkan tubuhnya, memperhatikan tubuhku yang penuh peluh. Lalu mendekatkan bibirnya pada kulitku untuk mencium dan menghisapnya, memberikan beberapa ruam merah pekat pada kulitku. Saat setelah dirinya selesai dengan hisapan pada seluruh tubuhku, dia merasa puas dengan karyanya dan mengusap pelan dengan jemarinya dengan sensual membuatku mengelinjang kegelian tepat saat jari telunjuknya menyentuh gundukan daging kecil pada dadaku.

Selesai memberikan cumbuan pada tubuhku -min satu tempat, Jungkook bangkit dan mendekatkan alat bantu sex yang terdapat dildo didepannya, entahlah, aku tidak begitu tahu apa namanya.

"Ahh~" jemarinya sekali-sekali masuk kedalamku satu-dua senti sambil melumuri lube untuk mempermudah.

Kepalaku mendongak hingga bertemu kepala ranjang. Tidak ada yang bisa menahanku untuk tidak mengerang. Tubuhku mengeliat, Jungkook tidak keberatan dengan banyaknya gerakan tubuhku. Dia malah merasa sangat bangga karena dirinya berhasil membuatku tersiksa.

Ya, tersiksa. Karena dia hanya memasukkan jarinya tidak lebih dari dua senti.

"AKH!" Mataku membulat sempurna saat jari tengah Jungkook yang kurasa tadi terganti oleh benda keras yang lebih besar dari jari itu, masuk dengan sekali hentakan. Aku menangis bukan karena sakit.

Mataku melihat kearah sesuatu yang memasuki ku. Bukan milik Jungkook yang berada didalamku, pantas saja tidak langsung mengenai lokasi termanisku.

Sebuah remot ditangan Jungkook mulai dipencet tombolnya. Membuat dildo didalam bergetar dan mengalirkan getaran pada desahanku. "Aahh... Jung-ahh, lepaskan itu...-ahh..." Jungkook menghiraukanku serta desahan tersiksa yang keluar dari bibirku.

Tubuhku bergetar seiring bergeraknya benda itu. Kejantananku pun mulai mengeluarkan pre cum. Tapi Jungkook sangat mengenalku. Aku tidak akan bisa keluar sebelum disentuh. Dan itulah bagian tersiksanya.

Jungkook menahan kakiku yang hendak mengapit kejantananku sendiri demi mendapat sedikit sentuhan dan mengeluarkan cairan yang tertahan didalam. "Jungkook.... Biar-ah! Biarkan aku keluar~" Entahlah sudah berapa kali aku merengek. Itu sudah bukan hal memalukan lagi setelah tiga tahun melakukannya dengan si maniak sex ini.

Padahal kejantanannya sudah sangat mengacung hanya melihatku disetubuhi benda yang hidup karena listrik ini. Tapi dia masih belum memasukkan benda besar itu kedalamku.

Hingga hampir satu jam aku tersiksa karena tidak bisa mengeluarkan cairanku, karena tidak satu kalipun aku diberikan sentuhan dibagian itu.

Akhirnya mata merah dan wajah tegas Jungkook mulai mendekat pada wajahku, memberikan ciumannya yang dalam dengan hisapan keras, membuat suara kecipak yang kuat, terdengar nista.

Benda dibawah sana akhirnya berhenti bergerak. Jungkook mengeluarkannya dari dalamku, dan membiarkan lubangku menganga kosong dengan kedutan meminta diisi yang lebih besar. Aku melenguh pelan, memohon agar lebih lembut saat dia memasuk- "AKH!" Teriakanku lebih kencang dari sebelumnya.

Sepertinya milik Jungkook sudah semakin membesar saat melihatku bermain dengan alat tadi. "Ashh... Tae, tiga tahun rasanya masih sama seperti tahun pertama." kepalanya menenggak menatap langit-langit, mengerang nikmat.

Tangannya menelusuri tubuhku dan jarinya menggelitik perutku dekat kejantananku, membuatku mengerang. "Kook-hh lebih keatas-shh." Tapi dia malah menjauhkan tangannya dan menaruh kedua kakiku diatas pundaknya.

Pinggulnya bergerak maju guna memperdalam miliknya didalamku. Lalu kembali mengeluarkan kejantanannya sejenak, lalu membanting pinggulnya dengan keras, berulang seperti itu. "Sudah kuisi dengan milikku, kenapa kau masih-ahh.. Kenapa masih needy, hah?"

"Ah! Hahhh... Makanya sentuh milikku, Jungkook... Ahh.. Akh! Pelan-pelan Jungkook!" pria diatasku hanya tersenyum miring, menikmati permainannua dengan wajah nakal guna meledekku yang sedang berkebutuhan ini.

Jungkook memompa pinggulnya dengan sangat kuat dan cepat. Tidak memberiku kesempatan untuk bernafas. Berteriakpun terputus-putus, bahkan mendesahpun kadang bernada seperti getaran. "Kook... Lebih pelan..." Jungkook malah memperkuat gerakannya.

Berkali-kali aku berteriak kesakitan karena titik nikmatku ditumbuk hingga siap tembus lebih kedalam lambung. Namun tentu aku tidak bisa bohong, disitulah level ternikmatnya. Miliknya yang panjang selalu melebihi titik manisku, membuatku berteriak hingga suaraku serak.

"Jungk-ahhh..." Didalamku sudah sangat terasa cairan panas mengalir hingga keluar karena penuh. Sedangkan milikku selama satu jam ini hanya mengeluarkan pre cum, bahkan membengkak karena menampung penuh cairan.

Cairan Jungkook belum sepenuhnya keluar, tapi dia sudah menariknya keluar. Lalu mendekatkan kepalanya pada ujung kejantananku. Meniup ujungnya, "OHH~ Yahh... Jungkook-ah." Tepat saat bibirnya menyentuh ujung kejantananku, cairanku menyembur kedalam goa hangat Jungkook.

Seperti pada sapi, Jungkook memerah kejantanku dengan tangannya dan menghisap kejantananku hingga seluruh cairannya keluar didalam mulutnya. Membuatku mengerang kuat, mengeluarkan seluruh nafas yang ada diperutku.

Jungkook menelan seluruh cairanku. Dengan wajahnya yang terkena semburan cairan putihku, Jungkook memasang wajah brengseknya dengan senyuman puas nan nakal lalu mengedipkan matanya padaku. "Belum selesai, sayang." Jungkook dengan cekatan, membalik tubuhku dan menarik bokongku untuk menungging dengan tubuh bagian atasku tetap berada dibawah.

Satu hentakan ini sudah tidak bisa membuatku berteriak keras, suaraku sudah habis. Miliknya yang masih keras hebat kembali dipompa hingga sebuah semburan cairan hangat yang jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.

Ikatan pada tanganku dilepas. Jungkook membiarkan tanganku jatuh lemas.

Dengan miliknya yang masih didalam, Jungkook membalik tubuhku untuk terlentang. Tangannya mengelus pipiku, menjalar ke leher, dada, dan terakhir kejantananku yang disentuh menggunakan telunjuknya. "Selamat untuk ketiga tahun kita."

Tubuhnya ambruk lalu menarikku tidur menghadap kesamping berhadapan dengannya. Nafasku masih memburu lemah. "Karena sekarang kau sedang sakit, Kali ini aku tidak terlalu menyisamu, kan? Hanya seperti permainan yang biasa kita mainkan, ya kan?"

"Kepalamu tidak menyiksa!"

°°°

"Kau sudah sehat?" Jimin menghampiriku dan bertanya cemas. Dia sedang membawa banyak berkas ditangannya.

"Hampir sehat. Tapi Jungkook..." Aku melirik malas pada Jungkook yang duduk dikursinya dengan berkas-berkas, terlihat serius. Jimin mengangguk paham. "Itu apa?" Aku meraih salah satu berkas yang dibawa Jimin.

Berkas itu berisi tentang laporan-laporan pembunuhan baru. Lokasinya tidak di lorong, melainkan didaerah dekat lorong itu. Sama hal nya di lorong, tidak ada jejak sedikitpun dari pembunuh itu. Pembunuhan terjadi jam tujuh malam, belum dikatakan malam untuk membunuh, itu masih dianggap sore. Seharusnya masih banyak orang yang melintas disana.

"Apa ada saksi?"

"Mereka tidak sadar ada pembunuhan, hanya sadar saat korban sudah tergeletak biru dengan darah-"

"Cukup." Aku teringat malam terakhir saat aku bertemu bayangan hitam. Jungkook bilang tubuhku biru seperti mayat saat ditemukan.

Jimin mengerti kenapa aku menyuruh berhenti mendeskripsikan mayatnya, dia yang menemukanku malam itu. "Banyak warga mengeluh. Mereka takut pembunuhnya mulai mencari korban bukan hanya di lorong."

"Jimin." Aku bersuara serius, menatapnya lamat. "Apa kau akan percaya jika aku mengatakan bahwa pembunuhnya tidak bisa kita tangkap secara fisik, karena memang fisiknya tidak ada?"

Jimin termenung sejenak, mungkin mencerna perkataanku. "Maksudmu?" aku yakin Jimin pasti merasa janggal juga dengan apa yang terjadi denganku kemarin dini hari.

"Dia berupa bayangan hitam, Jimin. Aku bertatapan dengannya sebelum kau menemukanku." Tubuh Jimin mematung dengan matanya yang terlihat tegang.

"Kau serius?" Aku mengangguk mantap. Aku sangat yakin dengan apa yang kulihat. Aku masih sangat ingat dengan mata merah itu. "Lalu kita harus bagaimana? Warga terus-"

"Dimana yang bertugas untuk pembunuhan di lorong dekat stasiun kereta?!" Suara berat didekat pintu masuk ruangan kami terdengar memekakkan telingaku, sekaligus merinding langsung kudapat. "Taehyung! Jimin!" semua menoleh padaku. Beberapa orang yang tidak satu tim denganku mencemooh kami.

"Kalian ini sebenarnya kerja atau tidak, hah?! Kalian mau membuat buruk nama kepolisian? Pemerintah?" Suaranya terdengar mengejek.

Aku berdiri maju menghadap tepat pada si brengsek itu. "Tuan Kim, maaf aku lancang. Sampai kapan tuan akan menahan uang untuk tidak membeli barang satu pun kamera pengintai agar kami lebih mudah mencari siapa pembunuhnya. Kenapa tuan begitu menahan uangnya? Dimakan sendiri? Atau tuan yang membunuh merek-"

Bugh!

Tubuhku hampir jatuh ke kanan saat satu pukulan tepat mengenai pipi kiriku. Cukup keras, aku dapat merasakan rasa metalik dari darah diujung bibirku.

"Kau baik-baik saja?" Jungkook membantuku berdiri dengan benar. Aku mengangguk lalu kembali menatap Kepala Polisi sialan didepanku dengan tajam. Aku sudah terlalu sabar dengan sikapnya yang pelit tapi memaksa. Dia lebih seperti tipikal bos perusahaan dari pada bekerja untuk pemerintah.

Tuan Kim menghembuskan nafasnya berat guna meredakan emosinya. "Kuberi satu kamera cctv. Jika terjadi pembunuhan lagi tapi kau tidak berhasil menangkapnya..." Matanya beralih pada Jungkook. "Jungkook, selesaikan masalah ini."

Setelahnya, ia pergi. Ruangan lenggang setelah kepergiannya, hanya tatapan mengejek dari tim penyelidik lainnya kepadaku dan Jimin serta anggota lain dari tim kami.

"Kau berdarah." Jimin mengelap pinggir bibirku menggunakan ibu jarinya. Aku meringis merasakan perih. "M-maaf." Aku menggeleng. Namun kukira Jimin meminta maaf padaku. Matanya menatap gugup pada pria yang masih merangkulku.

Kulihat Jungkook menatap tajam Jimin. Aku menyikut Jungkook untuk tidak begitu padanya. Dia selalu bersikap seperti tidak suka pada Jimin. Entahlah apa yang membuatnya tidak suka. Mungkin saja hal lain, mungkin juga cemburu karena dua bulan ini aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jimin.

"Kau harus hati-hati dengannya." Jungkook berbisik sebelum pergi ke mejanya.

Jimin masih dapat mendengar bisikan itu merasa tersinggung. "Yak! Taehyung-ah, kau yang harusnya hati-hati dengannya!" Jimin menaikkan suaranya, tidak terima.

"Jimin! Berhenti berteriak! Aku pusing terkena semburan terus-menerus dari si Kim sialan itu!" Kini ketua kami yang mengomel.

"Maaf Han-ssi, aku juga Kim." Aku menunduk, sedikit tersinggung.

"Iya! Aku juga pusing denganmu! Aku pusing dengan orang-orang bermarga Kim!" Dia bangkit membawa pergi mug kesayangannya, berniat membuat kopi untuk menenangkan kepala yang hanya botak dibagian atasnya itu. "Enyahlah kalian, Kim!"

[tbc]

Nggak hot?

😅 hehe, iya, biarin.
Sementara begitu aja dulu.

Masi belajar bikin smut si sbnrnya 😅😅

Walo gitu, ini masih mau dilanjut?

Yah siapa tau, smut nya berkembang di episode lainnya nanti 👀

Continue Reading

You'll Also Like

63.1K 5.7K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
174K 14.8K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
466K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
74.7K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG