With Enhypen

By catchyu

85 7 4

[ENHYPEN FANFICTION STORY] Oneshoot/Twoshoot with member enhypen. Enjoy ^^ catchyu, 2023 More

1.1「 With Heesung 」

84 7 4
By catchyu

[Toxic]

"Aku yang bodoh mencintaimu? Atau kamu yang pintar membodohiku?"

。。。。。

Reale turun dari ranjang yang ia tiduri semalam. Dari wajahnya yang tertekuk, sudah bisa di tebak kalo cewek itu sedang kesal. Gadis itu segera memunguti baju dan memakainya tanpa harus mematut diri setelah itu bergegas mengambil kunci mobil di atas meja.

Tanpa kata melangkahkan kaki meninggalkan Heesung yang buru-buru ikut turun dari ranjang memakai baju juga lalu berlari untuk menahan cewek itu.

Ketika ada sebuah tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, Reale menepis kuat seraya mengucapkan kalimat sakral untuk Heesung.

"Kita putus!" 

Mampu membuat Heesung mematung sesaat.

Lalu setelah itu tanpa menunggu respon dari cowok di depannya ini, Reale membuka pintu, keluar dari kamar hotel dan membantingnya sehingga berdebam keras.

Sial!

Heesung menutup mata bersamaan tangannya terangkat menarik rambut belakang kepala, dan saking kesalnya harus menendang asal barang terdekat.

Entah kenapa Reale tiba-tiba marah lalu meminta putus seperti tadi. Padahal  semalam mereka baru saja melakukan hal intim dalam keadaan baik-baik saja.

Apa karena sebelumnya dia yang kedapatan minum bersama mantannya di kelab? Bukannya hal itu sepele, kenapa sampai harus minta putus?

Dasar posesif! Begitu pikirnya.

Seharusnya Reale tahu sendiri, kalo cowok populer dan setampan dia pasti akan banyak cewek yang naksir. Walau saat ini Reale berstatus pacar Heesung, kalo soal selingkuh itu pribadi Heesung aja. Gak ada urusan dengan cewek itu.

Heesung lalu berbalik, duduk di tepi ranjang. Mengacak rambutnya frustasi, matanya tertutup rasa kantuk masih mendominasi. Dia belum cukup tidur akibat kegiatan bersama pacarnya semalam.

Ketika mendengar bunyi notifikasi. Tangan kokohnya di pergunakan mengambil ponsel yang tersimpan di atas nakas. Dengan malas membuka aplikasi chat.

Cantika
Kak semalem kemana ko ga ke rumah? (3)

Mona
Bub besok jalan ya? Aku mau ke salon (1)

Raya
Kangen :( kemana sih? (34)

Reale memang yang pertama, tapi jangan harap jika cewek itu akan jadi yang terakhir. Banyak perempuan cantik di kampusnya dan akan sangat menyesal kalo Heesung tidak mencobanya satu-satu.

Mengabaikan puluhan pesan yang masuk, Heesung men-scroll layarnya ke bawah untuk mencari ruang chatnya bersama Reale. Mengetik pesan di sana.

Heesung
Yakin mau putus?
Aku keluar banyak tadi malem

Usai pesan itu terkirim, dia menyeringai.

Lee Heesung

Monster berparas sempurna yang mampu membuat wanita manapun sanggup berlutut di depan wajahnya.

Dan Reale? Heesung pastikan tidak akan semudah itu pergi dari hidupnya.

。。。。。

Kejadian kemarin dimana Reale mengakhiri hubungan mereka, Heesung tidak ambil pusing. Dia sudah khatam dengan drama basi seperti itu. Tepatnya kelakuan labil yang sering pacar-pacarnya lakukan.

Bilangnya putus, besoknya pasti minta maaf dan mohon-mohon ngajak balikan.

Itu udah biasa, Heesung mampu menertawakan saja. Padahal mereka tau kalo dia brengsek abis, masih aja di ajak balikan.

Dan Heesung yakin, siang ini Reale akan menemuinya untuk meminta maaf.

Siang ini Heesung sengaja menunggu di kantin mempermudah cewek itu jika mencarinya, duduk di kursi yang sering mereka tempati bersama, di temani dua temannya.

Reale tak lama lagi akan menapakkan kaki di sini. Lihat saja.

"Serius nih si Ale bakal datang? Ini udah mau lewat jam makan siang." Suara bariton Jay mengalihkan pandangan Heesung yang sedari tadi tertuju ke pintu masuk.

"Tunggu sebentar lagi," balas Heesung. Sebenarnya dia juga agak panik, takut Reale tidak datang.

Jay menaikan bahunya singkat, saling bertatapan dengan Sunghoon. Tapi kembali bersikap tak acuh.

Namun kepanikan itu hilang saat matanya jatuh kepada cewek dengan rok pendek yang baru saja masuk.

Reale benar-benar datang. Sesuai dugaan.

"Tuh kan!" Seru Heesung hampir loncat dari duduknya. "Nih, sebentar lagi dia nyemperin."

Perempuan dengan rambut terurai tersebut masih tampak celingukan seperti mencari seseorang, saat pandangannya menghadap ke depan tepatnya pada Heesung, Reale jalan mendekat.

Senyum kemenangan Heesung terukir, dia akan menyambut hangat kedatangan cewek ini dan siap mendengar permintaan maafnya.

"Wah bener, Man." Jay membuka rahangnya tidak percaya.

Celetukan itu membuat Heesung tersenyum penuh bangga.

Semakin dekat, Heesung menarik dalam ujung bibirnya. Menebak-nebak apa yang akan Reale katakan untuk memohon dan minta balikan.

Ketika jarak mereka hanya beberapa langkah lagi, Heesung bangkit dari duduknya. Menatap cewek itu penuh harap. Dia siap merengkuh tubuh Reale yang nanti akan menangis di pelukannya.

Siapa suruh minta putus seenaknya? Jadi nyesel kan.

Tatapan mereka beradu. Reale tampak berseri-seri. Bahkan sedikit berlari untuk segera sampai, gadis itu mungkin tak sabar ingin memeluknya. Dan mengelurakan kata-kata penyesalan.

Heesung pasti akan menerimanya kembali, memaafkannya, karena bagaimanapun cewek ini adalah cinta pertamanya.

Begitulah apa yang ada di benak Heesung.

Karena sepertinya itu benar hanya sekedar harapan Heesung. Tubuhnya kaku, ketika Reale justru melangkah berlalu, melewatinya begitu saja. Heesung terbelalak, bahkan cewek itu tidak melirik ke arahnya sama sekali.

What the f-

Dia hampir saja mengumpat. Heesung mematung sesaat, perlu waktu untuk memastikan jika kejadian tadi sungguh nyata. Reale mengabaikannya?

Ketika cewek lain rela menangis di depan banyak orang demi Heesung, tapi Reale bahkan tak sedikitpun mengindahkan kehadirannya.

Sial, Reale. Apa yang ada di dalam otak kamu?

Hal tersebut tentu mengundang tahan tawa dari dua sosok yang menjadi saksi kejadian malang tersebut, mata mereka mengikuti tubuh Reale yang ternyata menghampiri temannya-teman cewek itu di belakang. Pandangan Jay dan Sunghoon beralih pada cowok yang masih diam, tidak mau menoleh sedikitpun. Masih shock kayaknya.

"Bang, ngapain lu? Tumpengan? Diri terus." Celetuk Sunghoon, menahan tawa namun nyatanya tak bisa dia berhasil mengumbar tawa.

Shit!

"Duduklah Bang, udah lewat kok orangnya. Baik banget udah jadi patung selamat datang buat Ale." Jay ikut menyeletuk,  kembali menghadirkan tawa dari mereka sendiri.

Double shit!

Heesung duduk dengan rahang yang mengeras, napasnya terengah. Padahal dia tidak habis berlari, tapi tarikan napasnya terasa sangat berat.

Jay dan Sunghoon kembali saling menatap jenaka, berkomunikasi lewat alis yang mereka naik-naikkan.

"Nyebut bang nyebut. Astagfirullah, gitu."

"Btw itu kaki pegel apa gimana sampe reflek berdiri gitu tadi," kata Sunghoon setelah berhasil menyenggol lengan Heesung. Menyindir.

Cowok itu menoleh sekilas, menatap tajam. Kayak, bisa gak mereka diam dulu.

Mereka malah cekikikan, seperti tingkah Heesung adalah lawakan lucu.

"Kira-kira kaki atau hati yang pegel?" Ejek Jay kemudian.

"Bacot lo." Heesung meraih asal minuman yang ada di meja lalu meneguknya habis. Haus, tiba-tiba suasana di kantin terasa sangat panas. Brengsek!

"Ih marah, berarti kesinggung. Ngerasa ya?" Sunghoon menunjuk-nunjuk Heesung, tidak ada habisnya. Tidak di tanggapi sama sekali oleh cowok itu.

Semangatnya yang tadi membara kini sudah tersiram dan redup lagi. Heesung mengambil ponsel lalu bangkit, setelahnya menge-cek jam di sana.

"Wuidih buru-buru amat, kemana?" Tanya Jay belum menghilangkan nada jenakanya.

Heesung mengambil dompet di saku belakang, tanpa harus menjawab.

"Disini aja lah dulu ngadem." Timpal Sunghoon. "Tau kok itu hati lagi panas banget pasti." 

"Bacot."

Dua lembar uang di simpannya oleh Heesung ke atas meja, mengantongi lagi dompetnya.

Sunghoon dan Jay melotot, bahkan Sunghoon menunjuk uang tersebut. Meminta penjelasan pada Heesung.

"Ini mana cukup anjir?"

"Gue cuman beli minum," sahut Heesung tenang.

"Terus kita gimana?" Ucap Jay dan Sunghoon bersamaan.

"Bayar sendiri."

Wadezig. Heesung kalo bercanda berlebihan.

Tapi seolah maklum, Jay dan Sunghoon akhirnya mengangguk mengiyakan. Mereka menyeringai, Heesung naikin alis. Mereka kawan yang terlalu peka. Tau, Heesung sedang patah hati.

"Ya udah gak apa-apa, hati-hati di jalan. Jangan lupa kakinya yang pegel di pijet." Jay berkata layaknya seorang ibu pada anaknya. "Plus hatinya juga jangan lupa di obatin. Atit itu nanti meriang."

Heesung menatap tajam temannya yang malah tertawa ngakak, dia enggan menanggapi. Heesung mending segera pergi dari sana, daripada terus jadi bahan ejekan. Ingatkan dia harus menendang bokong mereka nanti.

Tanpa bisa di cegah dia satu kali memutar kepala menatap Reale di belakang.

Tangannya mengepal. Ternyata selain bersama teman perempuannya. Reale juga duduk berdampingan bersama Nicholas, alias mantan cewek itu.

Oh gini ya cara main lo, Nicholas brengsek.

Tak ingin kelewat emosi, Heesung benar-benar berbalik dan pergi sekarang. Kata sialan terus memenuhi tenggorokannya.

。。。。。

Reale menghela napas malas saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu apartemennya. Orang yang saat ini sedang ia hindari.

Enggan berbalik, karena sudah merasa lelah untuk menghindar dan butuh istirahat, dengan mantap ia melanjutkan langkah.

Berusaha tenang meski jarak sudah terkikis, Reale memasukkan kode apartemen miliknya, tanpa harus menoleh.

Sedangkan di sisi lain, sosok itu sadar di abaikan seperti dirinya adalah makhluk tak kasat mata, cowok berjaket navy itu terdengar membuang napas pelan.

"Reale..."

Panggilan lembut itu di dengarnya, tapi Reale tetap mencoba abai sampai terdengar suara kunci pintu telah terbuka lalu segera mendorongnya.

Membuat sosok itu panik.

"Reale, sayang. Sebentar." Heesung menahan tangan cewek itu. Suaranya bergetar.

Reale mendengus, menghempaskan tangannya. Seperti menolak di sentuh. "Ngapain lo ke sini? Pergi!"

Pada akhirnya terpaksa menganggap kehadiran mantan pacarnya.

"Babe, aku-"

"Don't babe me sama mulut berbisa lo itu. Pergi dari sini. Kita udah putus!" Reale menatapnya bengis, untuk pertamakali setelah sekian lama menghindar bertatapan.

Mata bambi itu meredup, seolah terluka. Hal tersebut membuat Reale kembali membuang pandangan. Tidak ingin terkecoh.

"Maaf," ucap cowok itu parau. Mencoba meraih kedua tangan Reale, tapi gagal. "Please forgive me, ayo kita bicara."

"Gak. Mending lo pergi. Kita udah putus-"

"I know, tapi izinin aku buat lurusin semuanya. Kamu salah paham. Malam itu, aku bisa jelasin, asal kamu kasih aku kesempatan buat bicara."

Reale menaikkan satu alis, baru sadar setelah menoleh, mata Heesung berkaca-kaca, bahkan air matanya sudah siap tumpah kapan saja. Seberapa kalut cowok itu karena Reale memutuskan sepihak hubungan mereka?

Bukankah selama ini Heesung tidak perlu takut kehilangan satu cewek, karena masih banyak ribuan yang datang di saat hanya satu yang mundur.

"Kamu ada hubungan apa lagi sama Nichol?"

Dahi Reale mengkerut, "urusan lo apa? Bukannya lo mau ngejelasin soal kelakuan lo? Kenapa malah bahas Nichol."

"Aku gak suka liat kamu bareng dia tadi."

Kalo boleh Reale ingin tertawa.

"Terus? Kita udah putus. Terserah gue mau bareng  sama siapa. Liat dulu konteks kelakuan lo."

Heesung menunduk. "Aku bisa jelasin-"

"Jelasin apalagi? Omongan lo banyak bullshitnya, gue males."

Cowok itu mendoangak sambil mengambil satu langkah mendekat. Menarik napas sebelum berucap.

"I love you, i really do, Reale.. Please, ini bukan omong kosong. Kamu gak ngerti gimana sakitnya aku liat kamu salah paham kemarin, jangan menghindar lagi. Kamu bisa marah, pukul aku, bentak aku. Tapi jangan pergi apalagi mutusin hubungan kita kayak kemarin. I can't... Ale.. It's hurt."

Reale menutup matanya, ikut merasa sesak karena kalimat itu. Bagaimanapun dia masih mencintai Heesung. Hanya dia sudah lelah di khianati terus-terusan.

"Kamu. Ketemuan with ur fucking ex. Di kelab. Dan posisinya kita masih pacaran. Itu masalahnya."

"Kita gak ketemuan, itu gak sengaja sayang." Heesung akhirnya berhasil meraih satu tangan Reale saat gadis itu sedang lengah, merematnya. "Maaf Ale... Aku tau, aku ngerti gimana perasaan kamu malam itu, liat aku berduaan satu meja sama cewek lain di kelab. Tapi bukan gitu keadaannya. Aku mabuk. Dan kita cuman ngobrol."

Heesung mengecup punggung tangan Reale dan menghirupnya pelan. 

"Fyi, i just think about you, kapanpun dan dimanapun, bahkan malam itu aku lagi mikirin kamu, i miss you so bad, kita susah ketemu. Aku kesel karena gak ada waktu buat kita ketemu makannya aku ke kelab buat ngilangin stress. Tapi sekalinya ketemu, kamu malah mutusin aku. Sakit banget, Le. Aku gak bisa... Maaf aku brengsek selama ini, tapi asal kamu tau, aku gak bisa kehilangan kamu. Aku sayang kamu. Banget."

Reale menatap mata Heesung yang sendu. Mencari letak kebohongan di mata cowok itu, tapi hanya kesedihan mendalam yang ia dapat.

"Reale... Aku boleh kehilangan apapun asal bukan kamu."

Tanpa bisa di tahan Reale langsung menghambur kepelukan si tampan. Di balas erat oleh Heesung.

"I'm sorry.... I'm sorry, love," gumam cowok itu mengecup berulang kali tengkuk gadisnya.

Reale menariknya ke dalam apartemen, menutup pintu. Mengalungkan kedua tangannya pada leher Heesung.

"I miss you..."

"Me too, please be mine again. Reale... I'll do everything. Please don't give up on me," ucap Heesung mengukung tubuh Reale di bawah, menyandarkan cewek itu ke sofa.

Cup

Reale menyentuh sensual rahang cowok itu setelah mengecupnya "I love you too, Hee. I'm yours..."

Senyum Heesung merekah, hanya dengan kalimat itu ia berani meraih kedua sisi wajah gadisnya dan menempelkan kedua bilah bibir mereka yang dalam beberapa detik berubah menjadi lumatan.

Hanya soal waktu, ciuman itu semakin dalam, dan semakin panas. Reale meremat bahu cowok itu, sesak.

"Stay away from him." Heesung melepas ciumannya sesaat, berbisik. "Aku cemburu, gak suka. Kamu cuman punya aku."

Reale mengecup bibir Heesung lagi, menurunkan tangannya membuka kancing baju atas lawannya. "Kamu juga, jauhin cewek-cewek itu buat aku."

Heesung menyeringai, kembali membawa Reale dalam cumbuan panas itu lagi. Tanpa harus menjawab. Malam itu Reale kembali menyerahkan dirinya kepada Heesung.

Di sela kegiatan mereka, Heesung tersenyum. Senyuman penuh kemenangan.

See?  Lagi-lagi Heesung berhasil memikat wanitanya hanya dengan mulut manisnya itu.

Heesung tentu keberatan dengan permintaan Reale tadi, tapi biarkan saja. Yang penting dia kembali membuat cewek itu tunduk kepadanya.

Reale... wanita malang itu. Semoga baik-baik saja.


👉 Cara baca nama Reale > Re-i-li,
👉 Kalo nama panggilannya Ale > El-i

NOTE

Hai!

Selanjutnya aku bakal update sesuai urutan member, dan bakal buka request pas cerita Ni-ki udah di update nanti.

Boleh nanti request di kolom komentar, atau kalo mau lebih detail boleh di pesan pribadi juga silahkan!

Enjoy ya! Maaf kalo cerita pertamanya terlalu klise. Semoga bisa menemani kegabutan kalian. Kalo tertarik boleh langsung masukin cerita ini ke perpustakaan, biar kalo aku update langsung masuk notifikasinya.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya, dengan ceritanya Jay ^^

Continue Reading

You'll Also Like

42.4K 5.2K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...
36.7K 3.4K 22
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
187K 17.4K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
165K 16.7K 65
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...