Gamers Couple [Slow Update]

By AnyaNurand28

18.6K 941 69

Awalnya Thalia hanya ingin menghilangkan kejenuhannya dengan game sampai akhirnya ia bertemu dengan seseorang... More

Part 1
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35

Part 2

1.8K 65 6
By AnyaNurand28

Suasana di bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta sore itu cukup ramai, banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitar bandara entah untuk menjemput kerabat, untuk pergi berlibur, pulang dari berlibur atau pun yang lainnya.

Thalia yang sedang duduk di luar cafe dekat bandara dengan ponsel yang ada di genggamannya mendesah kasar, pasalnya orang yang dia tunggu sedari tadi belum juga memunculkan bau-bau keberadaanya.

Bosan harus menunggu, akhirnya Thalia memilih untuk memainkan game kesayangannya yaitu Mobile legend. Gerakan tangannya begitu lihai memainkan games yang sedang populer.

Setengah jam sudah Thalia memainkan games tersebut, tapi dia tidak menyadari sesuatu jika kursi yang ada di depannya sudah di isi oleh seseorang.

"Udah lama?"

Pertanyaan seseorang yang sangat Thalia ketahui itu jelas membuat dia sesegera mungkin menyelesaikan permainannya. Dengan kecepatan super, Thalia menyelesaikannya dan menaruh ponselnya di atas meja.

"Ka Han kemana aja sih lama banget? Gk tau apa kalau nunggu itu bosen? Ini itu udah sore ka, nggak kasian ngeliat adeknya sendirian nunggu? Coba belum makan, masih pake seragam sekolah, muka udah kumel, uang nggk punya. Ah lengkap sudah derita nunggu ka Han pulang."

Thalia terus saja mengoceh di depan kakak keduanya, Johan Alexander. Maklum saja, Thalia yang tabiatnya anak paling bontot harus belajar hidup mandiri dan terpisah dari dua kakak laki-lakinya.

Johan sendiri sedang menempuh studynya di Universitas Gadjah Mada, sedangkan kakak yang satunya lagi sedang mengurus perusahaan keluarganya di Yogyakarta.

"Udah ngocehnya? Ayo pulang!"

"Gk mau, ka Han nyebelin."

"Mau ini nggak?" Pertanyaan yang di barengi dengan keluarnya sesuatu dari dalam tas Johan membuat Thalia membelalakan matanya tak percaya.

"Ini.. ini kan.. ka Han kok ka Han bisa tau sih kalau Thalia lagi pengen itu." Thalia terus saja menatap barang yang masih berada di dalam genggaman Johan.

"Mau ini kan?" tanya Johan.

Thalia mengangguk mengiyakan pertanyaan Johan.

"Yaudah, ayo pulang" titah Johan.

"Siap bos laksanakan" ujar Thalia yang langsung melesat begitu saja pergi dari cafe dan meninggalkan Johan yang masih terpaku di tempat duduknya.

"Punya adek kok kelakuannya kayak gitu. Ngidam apa nyokap pas hamilnya?" Johan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya yang semakin dewasa semakin absurd.

"KA HAN CEPETAN, KATANYA TADI DI SURUH PULANG." Teriakan Thalia mengundang tatapan mengandung tanda tanya dari setiap pelanggan dan pelayan cafe yang masih berada di tempatnya. Belum lagi orang-orang yang berlalu lalang di sekitar cafe tersebut, memandang penuh kecurigaan.

Dengan membungkukan badan seolah mewakilkan kata perminta maaf yang tak bisa di ucapakan kepada orang-orang di sekitarnya, Johan sesegera mungkin pergi dari cafe menuju parkiran. Malu. Satu kata yang tercipta di pikiran Johan karena kelakuan adiknya itu.

Adek sialan, di kasih hati malah minta empedu!

***

Sudah tiga jam berlalu, namun Thalia masih enggan beranjak dari sofa yang di duduki saat ini. Mager? Ya bisa di bilang seperti itu.

"Anteng banget chatan sama pacarnya" ucap Johan yang tiba-tiba muncul di belakang Thalia dengan membawa segelas coklat dingin.

Johan memang mengetahui hubungan antara Thalia dan Jhonson. Mereka memang berpacaran cukup lama dan sering bertemu di waktu tertentu. Johanpun mengetahui bahwa keduanya adalah pecinta game.

Namun yang tidak Johan ketahui, pertemuan itu bukan pertemuan layaknya sepasang kekasih melepas rindu. Tapi itu adalah pertemuan permusuhan, dimana mereka selalu menjaga tahta kebanggaannya masing-masing.

"Gak ada chat-chatan, gak penting!" tegas Thalia berujar.

"Lah terus ketemu-ketemuan gitu biar sweet nya nyata?" goda Johan dengan mencolek pipi Thalia keras. Bukannya mengaduh kesakitan, Thalia malah menghempas tangan Johan yang hendak menyentuh pipinya kembali dengan kasar.

"Diem ah ka, jangang ganggu!"

"Wish, galak amat neng."

"Ish gila, ini mah bentar lagi gue kalah" Thalia bermonolog melihat layar ponsel di hadapannya yang sedang memainkan sebuah game ternama tahun ini.

"Apanya yang kalah sih?" Johan pun mengintip apa yang membuat jari tangan adiknya begitu lihai berjalan di atas layar dan ketika menyadari itu adalah kesenangan utamanya.

"Oh, ternyata lagi selingkuh sama pacar pertama. Pacar keduanya di anggurin dulu ternyata" tambah Johan dengan pandangan meledek.

"Ish diem dulu deh" tukas Thalia sembari terus memfokuskan penglihatannya pada layar ponsel. Namun setelahnya dia berucap lagi, "tuh kan gara-gara kaka sih, dia balas dendam jadinya. Kaka sih ganggu, jadi Thalia gak fokus."

"Kenapa jadi nyalahin kaka?" kening Johan terlihat mengkerut mendengar ucapan adiknya.

"THALIA KALAH DARI JHONSON KA JOHAN."

"Ya Allah, ternyata adik gue bukan lagi selingkuh sama pacar pertamanya. Tapi lagi mempertemukan kedua pacarnya."

"BODO AMAT KA BODO AMAT."

"Gak apa-apa lah ngalah kali-kali sama pacar.""

"Kali ini nggak, ini urusan harga diri."

"Cuman gara-gara games aja jadi gini, aneh" cibir Johan dengan suara pelan namun masih di dengar jelas oleh Thalia.

"Gue denger," ujar Thalia.

"Bagus lah."

Bukannya menjawab ucapan Johan, Thalia malah mengerlingkan matanya dan beranjak dari sofa yang sudah tiga jam dia duduki. Tidak ada kata mager untuk sekarang, mungkin kata itu telah menghilang di balik kemarahan Thalia saat ini.

Dengan cepat dia mengambil satu gelas coklat dingin yang di letakkan di atas meja dan melesat pergi begitu saja menuju lantai dua tanpa melihat raut wajah seseorang yang sudah menahan geram.

"THALIA COKLAT KAKA MAU DI BAWA KEMANA? ITU SATU-SATU NYA STOCK DI RUMAH, GAK ADA LAGI."

"Buat di minum lah ka masa iya di buang, tenang aja ka gue nggak sebodoh itu kok," Thalia membalas teriakan Johan dengan begitu santainya.

"Balikin nggak?" pinta Johan lalu beranjak dari sofa hendak menyusul Thalia. Namun ternyata Johan kalah gesit, Thalia sudah berada di barisan tangga ke atas dengan memeletkan lidahnya ke arah Johan.

"Sorry ya ka, minumnya gak ada cuman tinggal gelasnya doang. Habisnya adek haus sih naik tangga cepet-cepet," kata Thalia sambil memperlihatkan sebuah gelas yang mulanya di penuhi dengan coklat dingin sekarang sudah menjadi bersih tak bersisa.

"Emm, ternyata enak juga ya coklat dingin buatan kaka," tambah Thalia ketika melihat muka Johan yang sudah merah padam.

Johan pun menarik nafasnya panjang dan berucap "NATHALIA, SIALAN LO, ADEK TERLAKNAT". Ucapan Johan tersebut sontak membuat Thalia meledakan tawanya sangat keras yang membuat cairan bening luruh di sudut kedua matanya.

Coklat dingin adalah salah satu minuman kesukaan Johan. Bukannya Thalia tidak tahu, jelas dia sangat tahu. Karena itulah dia mengambil gelas berisi coklat dingin milik sang kaka dan meminumnya sampai tandas tak bersisa.

"MAKANYA JANGAN MACEM-MACEM SAMA ADEKMU INI KA."

Setelah Thalia selesai meneriaki kakanya yang masih berada di undakan tangga pertama, Thalia langsung melesat lari dan masuk kedalam kamarnya sebelum melihat monster merah bertanduk banteng siap menyerangnya.

***

Jendela kamar Thalia malam ini masih terbuka setengahnya menyebabkan semilir angin masuk melalui celah terbuka tersebut. Si empunya kamar sedang sibuk di kursi meja belajarnya, padahal jam sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Tepat setelah tadi dia masuk ke dalam kamarnya, Thalia bukannya langsung cuci tangan, cuci kaki, cuci muka lalu tidur. Dia malah menjatuhkan bokongnya di kursi meja belajar, bukan untuk belajar membaca materi pembelajaran yang akan di pelajari besok ataupun sekedar mengisi pekerjaan rumah yang harus di kerjakan.

Kalian pasti tau apa yang di lakukan seorang Thalia jika sudah duduk seperti itu. Games. Satu kata yang bisa membuat Thalia seperti seorang manusia yang hanya satu-satunya di muka bumi saking fokusnya dia ke arah gadget yang selalu menampilkan permainan favorit dia itu.

Anak cewek tidak ada larangan untuk menjadi gamers dong, meskipun terkadang permainan yang di mainkan hanya berupa masak-masakan, belanja dan nyalon, memang tidak jauh dari tipe seperti itu. Tapi Thalia berbeda, dia lebih memilih permainan yang lebih seru dan menantang.

Contohnya seperti saat ini, sejak dia memutuskan untuk menjadi kekasih Jhonson yang seorang gamers. Diapun tak segan-segan memilih untuk menjadi seorang gamers juga, agar dia tidak terlalu bosan atau terlalu mengenaskan jika di diamkan dan di selingkuhi oleh kekasih dengan sebuah games.

Merasa hawa dingin menusuk kulitnya, Thaliapun menyelesaikan permainannya dengan cepat lalu menutup setengah jendela yang tadi dia buka.

Tok..tok..tok

Suara ketukan pintu terdengar tepat ketika Thalia selesai mengunci jendelanya dan menutupnya dengan gorden biru kesayangannya.

"Masuk aja, gak dikunci kok" suara Thalia setengah berteriak karena jarak pintu dan jendela yang cukup jauh.

Thalia mematung seketika melihat seseorang yang berdiri di ambang pintu setelah pintu itu terbuka lebar dan menampilkan sosok yang sangat dia rindukan. Dengan kecepatan kilat dia berlari menuju arah orang tersebut dan berhambur ke pelukannya. Tanpa basa-basi diapun berujar.

"Thalia kangen, kapan pulang?" tanya Thalia kepada seorang laki-laki yang sedang dia peluk erat-erat seperti tidak ingin melepaskannya lagi.

"Barusan, baru nyampe" jawab laki-laki tersebut sambil mengelus puncak kepala Thalia.

"Kok gak bilang-bilang sih kalau mau pulang."

"Biar suprise."

"Kalau gitu kenapa gak bareng sama ka Johan aja tadi sore?"

"Ada hal yang harus di urus dulu di sana. Tadinya emang mau bareng, tapi gak jadi."

"Kenapa gak jadi? Kan ka Johan bisa nungguin."

"Udah ah, bawel banget sih nanya mulu. Yang penting kan udah nyampe disini dengan selamat" tutur Laki-laki tersebut sambil melepaskan pelukan mereka dan beralih memegang bahunya.

"Tapi kan-" ucapan Thalia terpotong ketika mendengar perintah yang di lontarkan secara tegas dan lugas.

"Sekarang udah malem, cepetan tidur. Jangan ada penolakan," laki-laki tersebut menggiring Thalia menuju ranjang king size nya, dia tidak menolak ataupun membantah perintah tersebut, justru dia menerimanya dengan senang hati.  Laki-laki itu menyelimutinya lalu mengecup keningnya sekilas sebelum mengucapkan selamat malam.

Selamat malam malaikat kecilku 💖

***

Ruang makan kali ini berbeda dari biasanya, bukan dekorasinya yang berubah melainkan suasana yang tercipta di ruang makan tersebut menjadi lebih ramai dan lebih hangat dari biasanya. Karena di tambahnya dua orang laki-laki yang paling berharga dalam hidup Thalia.

Thalia yang setiap pagi hanya di temani oleh mbo Iyem pun hari ini merasa sangat senang karena keluarganya bertambah meskipun tidak lengkap.

"Hari ini kaka anterin kamu ke sekolah boleh kan?" tanya laki-laki yang kemarin malam datang tanpa sepengetahuan Thalia itu. Dengan anggukan sekilas Thalia mengiyakan tawaran kakak tertuanya ini.

Tristan Alexander, 25 tahun adalah kakak tertua Thalia dan Johan. Dia yang menjabat sebagai CEO muda di perusahaan Alexander Grup. Kesibukannya karena pekerjaan membuat Tristan terpaksa meninggalkan Thalia sendiri di Jakarta dan di titipkan kepada asisten rumah tangga kepercayaannya.

"Ka, kalau pulang anter Thalia, mampir ke supermarket dulu ya," pinta Johan dengan tangan yang sedang memegang gelas kosong miliknya. Isinya? Mungkin sudah berada di dalam perut Johan.

"Ngapain? Bukannya persediaan bahan makanan di rumah masih banyak?"

"Beli minuman coklat bubuk kesukaan Johan ka."

"Loh, emangnya udah habis ya?"

"Kalau belum habis, ngapain Johan minta beliin. Gimana sih, katanya CEO muda cerdas tapi yang kayak gitu aja mikirnya lemot," cibir Johan yang ternyata di bahas kekehan geli oleh Tristan.

"Oh jadi wajah cemberut adek laki-laki kakak semalem itu cuman karena coklat kesukaannya habis" tebak Tristan tepat sasaran yang membuat Johan mengerlingkan matanya kesal.

Di seberang kursi Johan, Thalia ingin sekali meledakkan tawanya mengingat kejadian semalam sebelum Tristan pulang. Akhirnya Thalia tidak bisa menahan tawanya, sedetik kemudian tawanya meledak di sertai dengan pukulan meja makan yang cukup keras.

"Kamu kenapa Thalia? Ketawa nyampe segitunya. Jangan-jangan kamu yang ngabisin coklat kakak kamu ini ya?" tanya Tristan curiga.

"Ini bukan salah Thalia ka Tristan, sumpah deh" bela Thalia pada dirinya sendiri.

Johan yang kesal melihat pembelaan Thalia pada dirinya sendiri mendadak ingin melemparkan piring kosong yang berada tepat di hadapannya, namun dia urungkan karena meskipun sengeselinnya Thalia dia tetap adik kandungnya sendiri.

"Ya udah sekarang kamu siap-siap dan tunggu kakak di teras rumah dan kamu Johan bantu beresin peralatan makan ini dan simpan di bak cuciannya" titah Tristan pada Johan yang langsung mendapat decakan kasar. Sementara Thalia dia sudah berlari menuju teras depan setelah mendapat pelototan tajam dari Johan.

Melihat adikknya yang telaten membereskan meja makan bekas sarapan mereka pagi ini, Tristan langsung beranjak dari kursi lalu berjalan menuju teras depan dimana Thalia menungguinya.

"KA JANGAN LUPA PESANAN JOHAN," teriak Johan dari arah dapur karena sosok Tristan yang sudah menghilang tertelan belokan ruang keluarga.

***

Jalanan pagi ini terbilang ramai lancar, sangat beruntung bagi Thalia sendiri karena tidak harus lama berada di jalanan yang di penuhi dengan asap kendaraan. Cukup dengan memakan waktu sepuluh menit, Thalia sudah sampai di depan gerbang SMA Taruna yang menjulang sangat tinggi.

"Baik-baik kamu disini, belajar yang rajin. Pulang sekolah kakak jemput," ucap Tristan sambil mengacak-ngacak rambut Thalia.

"Ish ka ini udah rapi jangan di acak-acak lagi," Thalia memajukkan beberapa senti mulutnya karena kesal akibat ulah kakak tertuanya ini.

"Udah SMA masih aja gemesin," ujar Tristan sambil beralih mencubit pipi adiknya.

"Udah ah Thalia mau masuk dulu, pulang sekolah gak usah di jemput. Thalia bisa pulang sama Jhonson," sambil membuka sealbeltnya Thalia berucap lalu mencium punggung tangan kakaknya dan keluar dari dalam mobil setelah mengucapkan salam.

***

Koridor sekolah pagi ini masih terbilang sepi karena waktu baru menunjukkan pukul tujuh kurang dua puluh menit. Thalia dengan santainya menyusuri lorong koridor yang akan membawanya kesebuah ruangan kelas.

Tepat di belokkan tangga menuju ke lantai dua, Thalia di kagetkan dengan kemunculan sosok berbadan tegap yang muncul dari bawah undakan tangga. Thalia pun refleks berteriak saking kagetnya.

"HUAAAA, KENAPA SETAN PAGI-PAGI BEGINI UDAH MUNCUL," teriakan Thalia yang sangat kencang membuat sebagian murid yang berlalu lalang menatapnya penasaran, laki-laki yang ada di depan Thalia pun dengan cekatan membawa perempuan tersebut segera menaiki tangga menuju lantai dua.

"Aduh Thalia sayang, masih pagi kok lo udah teriak-teriak sih," ujar laki-laki tersebut yang ternyata adalah Jhonson William.

"Jhojho nya Thatha kenapa pagi-pagi udah muncul aja sih? Lah bagus kalau munculnya sambil adegan romantis, nah ini pacarnya malah di buat jantungan" kesal Thalia ketika mengingat kelakuan pacarnya yang abnormal ini.

Jhonson yang mendengar hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. "Sorry deh Tha, Jhojho gak sengaja sumpah" ucap Jhonson sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk sebuah huruf V.

"Ya udah Thatha maafin, tapi nanti pulang sekolah ke cafe yang ada wifinya ya," pinta Thalia kepada Jhonson.

Kalian pasti belum tau jika kelakuan mereka berdua setelah pulang sekolah bukan langsung bergegas menuju rumah, tetapi berbelok terlebih dahulu menuju sebuah cafe yang ada tak jauh dari sekolah.

Bukannya untuk makan siang romantis atau sejenisnya. Mereka menghabiskan waktu dengan memfokuskan kepada ponselnya masing-masing, ya seperti biasanya mereka selingkuh di depan pacarnya sendiri.

"Jangankan pulang sekolah, sekarang juga gue ajakin deh ketempat yang ada wifi-nya."

"Jangan bilang lo jadi pencuri wifi di sekolah," tuduh Thalia.

"Gue gak nyuri Thatha, gue cuman minta doang. Gue juga selalu izin sama ibu perpus atau ibu TU nya kok. Lagian gue juga kan bayar uang sekolah."

Thalia memicingkan matanya menatap Jhonson yang sedang menatapnya balik, mereka tidak merasa risih jika saat ini mereka tengah di tonton oleh ratusan pasang mata yang melewatinya.

"Thatha gak kerasukan setan tangga sekolah kan?" tanya Jhonson yang melihat Thalia belum juga melepaskan kontak mata mereka.

"Lo minta Wifi atau mau modus sama ibu penjaga perpus dan TU. Gue tau banget kalau mereka berdua itu cantiknya kebangetan," ucap Thalia yang masih menatap jhonson, namun kali ini dengan memicingkan dengan tajam kedua matanya.

Bukannya takut di tatap seperi itu, Jhonson malah cengengesan. "Lo sebagai pacar tau banget sih kelakuan gue."

"TUH KAN MODUS LO, GUE GAK MAU MABAR BARENG LO LAGI PO-hmmmpft"

"Berisik Thatha sayang jangan teriak-teriak."

Beberapa pasang mata yang melihat kejadian itu pun hanya terkekeh geli dan tak jarang ada yang menggelengkan kepalanya melihat couple goals mereka yang sedang bertingkah di koridor lantai dua.

Baru saja kemarin mereka main kejar-kejaran, terus manis-manis lagi eh sekarang udah teriak-teriak lagi. Aneh, namun menggemaskan bagi setiap orang yang melihatnya.

Mereka terkadang berucap 'kok mereka kuat banget ya, bisa sampai pacaran selama itu'. Karena yang sebagian orang tau memiliki pacar seorang gamers itu sangatlah menyebalkan karena selalu di nomor duakan. Tapi mereka berbeda karena mereka sama-sama melakukannya.

"Ya udah ayo ke kelas," ajak Thalia yang kini sudah kembali dengan suara normalnya, tak lupa Jhonson menggandeng tangan Thalia sampai mereka sampai di depan kelas Thalia.

"Belajar yang rajin, jangan males-males. Biar nanti anak-anak gue nggak bodoh kayak papanya," ujar Jhonson yang membuat Thalia hanya bisa terkekeh geli.

"Siap Jhojho nya Thatha."

Jhonson pun bergegas pergi ke kelasnya sendiri yang terdapat di paling pojok di lantai dua. Sebelum pergi Jhonson menyempatkan mengacak-ngacak rambut Nayla dan berlari sebelum si empunya rambut marah.

Orang-orang di sekitarnya memandang mereka dengan tatapan takjub. Baru saja beberapa menit yang lalu mereka bertengkar dan membuat Thalia berteriak keras. Namun, beberapa menit setelahnya mereka kembali akur bahkan berubah seperti layaknya pacaran ala anak jaman sekarang.

****

Hay, hay semuanya. Aku kembali lagi dengan membawa part 2. Maaf ya kalau gak jelas karena aku baru awal-awal nulis di wattpad.

Terima kasih yang sudah menyempatkan baca 😊

Jangan lupa vote+komentarnya di tunggu sebagai apresiasinya 😊

Follow: @anyanurand dan @galeri_my wattpad

-Anya❤

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 43.7K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
585K 23K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
487K 53.2K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
962K 14K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+