Blessing In Disguise

By Kiriya_Hiiragi

542 63 38

[Tsukipro Fanfiction] [Shu x Eichi] Quell ff. Eichi hanya bisa ber-facepalm. Hidupnya yang tenang, tiba-tiba... More

ii
iii
iv
v

i

156 16 4
By Kiriya_Hiiragi


Disclaimer: Tsukipro the Animation © Tsukino Talent Production

Warning: AU, bl/gs? idk, typo, bahasa gaul, OOC. Don't Like, Don't Read! ;)

Summary: [Shu x Eichi] Quell Tsukipro ff. Eichi hanya bisa ber-facepalm. Hidupnya yang tenang, tiba-tiba saja menjadi ngaco. Jadi jomblo lebih barokah dek, dari pada lama pacaran tapi gak nikah-nikah!

Written for self satisfaction. Nonprofit purpose.

XoXo-XoXo-XoXo

Blessing in Disguise © Kiriya Arecia

XoXo-XoXo-XoXo

.

.

.

Horimiya Eichi, telah bersiap untuk memulai harinya. Melamar pekerjaan di kantor yang dia inginkan demi kelangsungan hidup. Ya, pengennya ada moment lamaran dengan pasangan, tapi sayangnya dia masih melekat bersama status jomblo. Jadwal wawancara masih dua jam lagi, namun Eichi telah bersemangat berangkat lebih cepat untuk jaga-jaga.

Paginya dilalui dengan penuh kebaikan, membantu membawakan barang bawaan seorang nenek ke stasiun, menolong anak-anak sekolah dasar menyeberang jalan raya, memungut sampah yang tergeletak di tanah dan membuangnya ke bak sampah. Membantu om paruh baya memperbaiki mesin mobil yang mogok. Lalu mengagumi keindahan hakiki dari kucing belang tiga yang sedang tidur bergelung di bawah pohon. Berjongkok beberapa lama sendirian.

"Lucunya."

Eichi memangku wajahnya sambil mengangguk pelan, "Memang lucu sekali—"

Eeh?! Siapa yang bicara itu?!

Dia segera menoleh ke sampingnya, ada dua anak kecil berjongkok berpose sama persis dengannya. Dua anak itu turut menatap ke arahnya. Imut sekali.

Malaikat?!

Apa karena dia telah melakukan kebaikan beruntun hari ini, Tuhan mengirimkan para malaikat untuk menjemputnya dengan cepat?!

XoXo-XoXo-XoXo

"Namaku Ichiru, lima tahun!"

"Aku Issei. Kakak Ichiru."

"Kami kembar!"

Baiklah, ternyata mereka bukan malaikat. Mereka hanyalah anak kecil yang sangat lucu.

Ichiru, salah satu dari anak kembar itu kemudian berbicara panjang lebar kenapa mereka bisa berada di tempat itu. Sebuah tujuan mulia sebagai anak yang berbakti pada orang tua.

"Ah... jadi kalian ingin mengantarkan barang papa kalian yang tertinggal. Baik sekali." Eichi memuji, namun mulai meragukan kemampuan dua anak tk itu.

"Jadi, apa kalian tahu letak kantor papa kalian?"

Issei dan Ichiru berpandangan.

"Kami mencari gedung besar yang ada lambang bulannya."

"Tapi belum ketemu."

Eichi ber-facepalm.

(Sudah kuduga, mereka tersesat!)

XoXo-XoXo-XoXo

"Benar kan, Ichiru, harusnya tadi kita bertanya pada om Shiki saat melihatnya di jalan. Jadi kita tidak tersesat."

"Hng... tapi tadi om Shiki sibuk bicara dengan orang, nanti kita dibilang pengganggu. Terus dilaporin ke papa, kalau kita bolos dari tk."

Dek, itu justru jalan yang lebih cepat untuk bertemu papa kalian!

Pemikiran anak-anak kadang tidak dapat Eichi mengerti. Rasanya Eichi pengen masuk kuliah lagi, jurusan paud.

"Om Shiki?"

"Teman kerja papa. Tadi ada di jalan, bareng banyak orang berjas dan mereka semua tinggi-tinggi." Ichiru menunjuk tiang listrik jalanan, "Kayak tiang listrik."

Lol. Masa iya dek. Eichi pengen ngakak.

"Harusnya kita tadi tanya sama om satpam di depan kompleks, alamat kantor papa."

"Tapi om satpam mukanya seram. Suaranya bikin takut, dan kumisnya juga."

"Itu namanya malu bertanya, sesat di jalan." Eichi mengangkat telunjuknya.

Si kembar memiringkan kepala.

"Malu bertanya—"

"—sesat di jalan?"

"Iya. Seperti saat ini, padahal kalau bertanya pada orang yang kalian kenal tentang alamat kantor papa kalian, pasti tidak akan tersesat. Bahkan mungkin, papa kalian pasti langsung pulang untuk mengambil kertasnya itu dan menemui kalian."

Kedua anak itu menatapnya tanpa berkedip.

Ah, mungkin mereka tidak mengerti. Eichi sweatdrop.

"Lain kali, tanyakan dulu apa yang harus kalian lakukan pada orang dewasa yang kalian kenal. Sebelum berniat pergi ke tempat yang tidak kalian ketahui, ok?"

"Supaya tidak tersesat lagi?"

"Iya dong."

XoXo-XoXo-XoXo

"Apa kalian tahu nomor telpon papa kalian?"

Eichi menerima gelengan kepala sebagai jawaban. Waduh, repot ini.

"Baiklah, kalau begitu, kakak akan membantu kalian menemui papa kalian. Ayo ikut kakak."

Ichiru maju selangkah di depan kembarannya, merentangkan tangan. "Tapi kata papa tidak boleh sembarangan mengikuti orang asing."

Lah, tapi dari tadi kita ngobrol kan, dek? Kok baru sekarang bertindak begitu.

Setelah menghela napas, Eichi mengangguk paham, "Baiklah, kalau begitu, kita kenalan dulu! Namaku Horimiya Eichi. Baru lulus kuliah dua bulan lalu, masih jomblo. Sekarang sedang sibuk nyari pekerjaan. Salam kenal ya, Issei dan Ichiru. Tenang saja, kakak bukan penculik ataupun pedofil."

"Jomblo ya, kasian." Ichiru bersimpati.

Jleb. Ukh. Jadi jomblo lebih barokah dek, dari pada lama pacaran tapi gak nikah-nikah!

Issei menatapnya, "Pedofil itu apa?"

"E—eh, itu—" Eichi mesti gimana menjawabnya.

XoXo-XoXo-XoXo

"Anak-anaknya imut banget. Kembar gitu, gimana bikinnya cobaa?"

Yha penjual-san, hal itu bukannya terlalu anu untuk ditanyakan? Eichi nyaris menjatuhkan wafel yang dibeli di kedai untuk si kembar. Ingin berkata kalau mereka bukan anaknya, nanti dituduh penculik. Ingin menjawab bahwa si kembar itu adalah adiknya tapi mereka tidak ada mirip-miripnya sama dia.

"Bikinnya pakai gula yang banyak, seperti komposisi powerpuff girl, hehe."

Sang penjaga kedai wafel tertawa, "Ahaha, becanda aja nih."

"Iya, haha," Eichi langsung ngacir bareng si kembar setelah bayar. Takut diajak bikin anak bareng oleh penjual wafel.

Soalnya di sana banyak stok gula.

XoXo-XoXo-XoXo

Kantor yang ada lambang bulannya.

Mungkin maksudnya Tsukino Pro. Karena perusahaan itu memiliki simbol bulan, dan terlebih lagi Eichi akan melamar pekerjaan di tempat ini. Dengan keyakinan penuh, Eichi mencobanya. Kantor seberang jalan lambangnya matahari, jadi pasti bukan.

"Ada gambar bulannya! Ini pasti tempat papa bekerja."

"Kalau begitu, kita harus tanya dulu pada resepsionis tentang papa kalian," Eichi berujar, "Oh iya, nama papa kalian siapa?"

"Izumi Shu!"

"Oke, tunggu sebentar ya!" Eichi segera bercakap-cakap dengan resepsionis. Pembicaraan mereka berjalan dengan mulus, semulus bodi mbak resepsionis. Mbak Himekawa Mizuki. (Eichi baca id pengenalnya.)

"Ah, itu papa!" Tunjuk Ichiru setelah menunggu Eichi selesai bicara dengan resepsionis. Sungguh pegawai yang cepat tanggap sekali akan permasalahan Eichi. Sudah cantik, peka pula.

"Issei, Ichiru," Sosok lelaki yang menghampiri mereka tampak tergesa dengan raut wajah cemas. Ponsel yang tampaknya dipakai berbicara dengan seseorang terabaikan, ia memeluk kedua anak itu segera.

"Sensei di tk menelpon, katanya kalian tidak masuk tk. Apa yang ingin kalian lakukan? Dan kenapa kalian ada di sini...?"

"Kami ingin mengantarkan kertas papa yang ketinggalan," Issei mengeluarkan kertas dari tas di punggungnya.

"Berkas ini—" Shu terkejut. Memang ini berkas yang penting, namun dia bisa mengambilnya sendiri tanpa harus membuat anak tk bertindak seperti ini. Syukur anak-anaknya tidak kena culik terus dijual ke luar negeri. Soalnya Issei dan Ichiru adalah anak-anak yang sangat imut.

"Kami berhasil sampai kemari karena diantar kakak jomblo ini." Ichiru memperkenalkan Eichi.

"Jomblo...?" Shu menoleh pada sosok yang ditunjukkan oleh Ichiru.

Eichi sweatdrop.

Owalah, bagian jomblo nya gak perlu diperjelas dek. Eichi merasa menyesal mengenalkan diri pakai kata mengenaskan itu tadi. Tapi kalau dipikir, mending sih daripada Ichiru nyebut kata pedofil. Nanti malah salah paham. Semisal Ichiru memperkenalkannya, 'kakak pedofil ini'—yang ada dia langsung diserahin ke pak polisi.

Eichi memperhatikan perawakan lelaki yang dipanggil papa oleh si kembar. Terlihat dewasa dan bersahaja, penampilannya rapi seperti pegawai kantoran pada umumnya. Di lehernya terpasang id pengenal dengan nama Izumi Shu. Dan yang lebih pasti, ganteng banget. Seperti idol yang biasanya ngedance di acara televisi.

"Ah—selamat pagi..." Eichi menunduk sopan. Dalam hati bingung, harus memanggil lelaki itu mas, tuan, atau bapak. Bagaimana kalau orang ini nanti yang melakukan wawancara saat dia melamar pekerjaan? Kesan pertama adalah hal yang penting!

"—pagi. Terima kasih sudah mengantar mereka berdua. Aku sangat cemas ketika mendengar kalau mereka tidak masuk ke tk hari ini dan tiba-tiba mereka ada di sini. Maaf merepotkan."

"Bukan masalah kok. Sikap mereka manis dan lucu, jadi aku tidak masalah menemani mereka kemari. Lagi pula mereka tidak merepotkan."

"Kalian tadi bersikap baik...?" Shu terkesan. Biasanya si kembar lebih sering bersikap acuh pada orang asing atau orang yang baru mereka kenal. Makanya Shu susah nyari gebetan.

"Kami tadi makan wafel bersama." Ujar Issei. "Rasa kentang."

"Iya, wafelnya enak. Ada rasa kastanye dan labu!" Ichiru menambahkan.

"Apa kalian sudah berterima kasih?"

Si kembar menggeleng.

"Kalian harus berterima kasih dengan benar pada Horimiya-san."

"Terima—"

"—kasih, Eiichiii!"

Aaa—

Kata-kata itu diucapkan dengan nada yang lucu dari kedua kakak adik itu. Unyu sekali.

Eichi pengen nyubit rasanya. "Hehe, tidak masalah adik kecil. Aku senang kok. Rasanya jadi ingin punya anak yang manis seperti kalian."

"Kalau begitu..." Kedua tangannya secara cepat diraih oleh Shu, membuat Eichi gelagapan.

"Ee—hh? A—apa?"

"Kamu masih single, kan? Mau jadi ibu dari anak-anakku ini?"

"Ehhh...?!"

Eichi inginnya melamar pekerjaan, bukan dilamar orang.

[Blessing in Disguise]

Eichi tidak tahu, apakah ini namanya beruntung atau tidak. Orang yang beberapa waktu lalu melamar dirinya—Izumi Shu, sekarang duduk di kursi depan, mewawancarai alasannya melamar pekerjaan di perusahaan Tsukino bersama dua pegawai lainnya. Sedangkan dia duduk pada sebuah kursi yang menghadap pada tiga meja mereka. Eichi tidak sanggup menghadapi cobaan seperti ini. Lebih berat dibanding saat sidang skripsi.

Terutama dengan pertanyaan terakhir yang diajukan oleh Shu.

"Kapan kamu ada waktu kosong? Makan bareng yuk."

Mas tolong, pertanyaannya dikondisikan.

XoXo-XoXo-XoXo

Eichi menghela napas ketika kakinya berhasil keluar dari kantor Tsukino, jantung akhirnya telah menjadi lebih tenang karena selesai melakukan wawancara. Walau tadi ada pertanyaan yang aneh-aneh.

"Eichi!"

"Hm—Ichiru?"

"Eichi hebat, bisa membedakan kami dengan cepat." Sebuah ucapan kagum tertuju padanya.

"Jarang ada yang bisa loh."

Eichi menaikkan alisnya, "Begitu kah?"

"Hm, sensei di tk masih sering salah memanggil nama kami."

Mulut Eichi membentuk huruf O, tidak menyangka dia ternyata hebat dan jeli dalam hal seperti itu. Tapi, memang cukup mudah baginya untuk membedakan si kembar. Meskipun tampak bagai pinang di belah dua, ada mimik dan karakteristik yang jelas berbeda dipenglihatannya.

"Aku bahkan pernah dipanggil Tanaka."

Yha. Itu sih gurunya yang lupanya kebangetan.

XoXo-XoXo-XoXo

"Jadi kenapa masih di sini, menunggu papa kalian? Tidak dijemput mama kalian?"

Issei dan Ichiru berpandangan beberapa saat.

"Mama sudah berada di surga. Kalau kami dijemput mama, nanti papa sedih."

"Nanti papa kesepian."

"O—oh, begitu..." Eichi langsung terenyuh, baru menyadari perkataannya yang salah. Harusnya dia memikirkan kemungkinan kenapa si kembar itu bisa pergi tanpa ibu mereka menuju kantor ayahnya bekerja dan kenapa Shu bersikap begitu padanya. Tiba-tiba ngelamar orang. Ternyata itu karena ibu si kembar sudah pergi ke surga. Kirain pengen nambah istri. Eichi kan tidak mau jadi pelakor, sekalipun jadi pelakor adalah cara mudah untuk menjadi viral.

"Sekarang kami menunggu papa sambil ditemani om Shiki." Issei menunjuk seorang pemuda bersurai ungu yang berjalan ke arah mereka.

"Kalian jangan pergi meninggalkanku tiba-tiba begitu." Netra Shiki beralih pada sosok yang berada bersama si kembar. "Sport jantung nih."

Oh, ini orang yang pagi tadi disebut-sebut si kembar. Eichi membatin. Dari penampilannya, tampaknya orang itu memiliki jabatan penting. Wajahnya terlihat kalem dan serius.

"Ah, halo, aku Horimiya Eichi." Eichi memberikan salam perkenalan.

"Halo, aku Takamura Shiki. Senpai-nya Shu. Aku melihatmu bicara dengan Shu di lobi tadi. Kamu yang tadi dilamar Shu, kan?"

Ehhh—

Kenapa ia tidak dikenal sebagai orang yang telah mengantarkan dua anak kecil tersesat dengan selamat?

Eichi hanya bisa ber-facepalm.

Hidupnya yang tenang, tiba-tiba saja menjadi ngaco.

XoXo-XoXo-XoXo

[tbc]

XoXo-XoXo-XoXo

a/n:

1] (Peribahasa) Malu bertanya, sesat di jalan. (Peribahasa) Bagai pinang di belah dua.

2] Tsukipro ff, sebab aku sangat menyukai keluarga quell yang samawa, walau di stage kayaknya mereka jadi keluarga yang ngaco. Btw... ini bisa dianggap fem or bl ;)

10/09/2018 (ffn)

20/10/2018 (wattpad)

-Kirea-

Continue Reading