My Annoying Bae || Bae Jinyou...

By baehwinoona

31.3K 3.6K 331

Bae Jinyoung x Lee Daehwi DeepHwi Lee Daehwi, 18 tahun, berstatus sebagai siswa tahun terakhir di SHS 101, ne... More

Awal Mula
First
Second
Third
Fourth
Fifth
sixth
seventh
eighth
ninth
tenth
eleventh
twelfth
thirteenth
fourteenth
fifteenth
sixteenth
seventeenth
UP

eighteenth

1.7K 147 37
By baehwinoona

Epilog
.
(Aku tahu bahwa saat-saat bersamamu adalah takdirku. Aku benar-benar berterima kasih karena kau telah datang padaku dan memberikan segalanya padaku)
.

Acara pertunangan yang di adakan di salah satu hotel berbintang itu berjalan lancar. Tak banyak mengundang memang. Hanya orang-orang terdekat serta rekan kerja. Senyuman penuh makna akan kebahagian senantiasa terpatri di bibir seorang Bae Jinyoung dan juga Lee Daehwi. Hah... tidak ada yang menyangka jika mereka memang di takdirkan bersama―walau dengan cara pertemuan yang menurut mereka sedikit annoying.

Daehwi tampak cantik dengan tuxedo pink dengan kemeja putih sebagai dalaman, dan jangan lupakan sepucuk bunga ikut menghiasi di saku kiri. Percayalah, tidak akan ada yang mengira jika Lee Daehwi yang dulu begitu cuek terhadap penampilan, bisa berubah cantik seperti ini. Bukan karena hasil polesan sih sebenarnya. Hei, Daehwi memang sudah cantik dari sejak ia lahir. Hanya kelakuannya saja yang menutupi itu semua. Jinyoung? Hm... tak ada yang terlihat istimewa. Sama seperti pada mempelai lelaki pada umumnya, ia menggunakan tuxedo yang senada dengan milik Daehwi. Yang mebuatnya mendapat nilai plus adalah karena rambut yang di tata sedemikian rupa hingga mebuatnya jauh lebih tampan dari sebelumnya―mungkin jika Kyulkyung melihatnya, ia akan berlutut mengemis meminta Jinyoung kembali padanya. Hah.. beruntunglah kau Bae Jinyoung terlahir dengan wajah tampan.

"Daehwi-ya." Yang disahut dengan kata 'Hm' oleh Daehwi. Lelaki itu membalikkan badannya dan mengambil benda yang dia letakkan sebelumnya, "Aku sudah menaruh ini di sakuku sedari tadi-TADAA!"

Daehwi melihat sebuah kotak yang dilapisi kain bludru berwarna merah. Dia tersenyum dengan alis yang berkerut. Okay, dia tahu kotak seperti itu biasanya berisi apa. Tapi, untuk saat ini ia ingin berpura-pura tidak tahu mengenai isi kotak itu.

"Ini... apa?" tanyanya.

"Jangan seperti orang bodoh begitu." Jinyoung membuka kotak tersebut, "Ada cincin disini. Satu untukku, satu untukmu."

"Lalu?"

Jinyoung menghela nafasnya dengan kasar, "Pasti bulu kudukku akan berdiri. Okay, ini menjijikkan tapi sepertinya memang aku harus mengatakannya." Dia mendecakkan lidahnya, "Lee Daehwi, aku tahu ini mungkin aneh tapi... kau menyebalkan. Kau tidak pernah menyukai hal-hal yang terlihat mudah dan malah menyukai tantangan. Kau juga pemarah dan tidak mau kalah jika berdebat. Meskipun kau jauh dari ideal type ku sebelumnya, tapi sepertinya aku mempercayakan hidupku padamu. So, will you marry me? Someday?"

Bukannya terharu, Daehwi malah tertawa terbahak-bahak. Daehwi bahkan memegang perutnya karena kaku. Terlihat air mata keluar dari kedua sudut matanya. Hingga wajahnya memerah karena terlalu lama tertawa. Sontak saja hal itu mengundang tawa seisi ruangan yang hadir dalam acara tersebut. Lee Daehwi ini benar-benar!

"YA!" seru Jinyoung yang sedang dalam keadaan malu tersebut.

"Aigoo, how cute..."

"Ini sungguh memalukan."

Daehwi terkikik geli, "Peluk aku."

"Hm?"

"Peluk aku, hey."

Dengan tanda tanya besar dan kotak cincin masih di tangannya, Jinyoung bergerak memeluk Daehwi, "Jadi, jawabannya?" tanyanya dengan Daehwi yang ada di dalam pelukannya.

"Of course, I will marry you. Someday."

Mereka berdua tertawa lagi. Dengan kerasnya. Jinyoung merutuki kebodohannya dan Daehwi terus saja menggoda dengan apa yang dikatakan lelaki itu baru saja. Tak lupa Daehwi meminta haknya-cincinnya-dan memakainya di jari manisnya yang memang terlihat lentik itu. Jinyoung memakainya juga, tentu saja. Dan setelah itu, mereka bersorak-seperti anak kecil-dan melakukan high five. Benar-benar tidak romantis.

Semua undangan yang hadir memberi tepuk tangan yang meriah kala cincin itu sudah melekat di jari masing-masing.

Jinyoung hanya tersenyum ketika Daehwi mengacungkan ponselnya hanya untuk melakukan selca dengan menautkan jari mereka yang telah mengenakan cincin. Daehwi menuliskan 'Someday... i'll get married with the most annoying person in this world~' sebagai captionnya. Orang-orang di social medianya-teman-teman-sudah tahu bagaimana dan siapa seorang Bae Jinyoung. Bahkan teman-teman di sekolahnya tahu jika Lee Daehwi sudah punya kekasih yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh mereka kalau Daehwi bisa mendapatkannya.

"Annoying? Aku?" tanya Jinyoung yang sekarang memegang ponsel Daehwi-dan melihat apa yang diposting oleh kekasihnya.

"Iya. Kau annoying, Hyung."

TAK!

"Akh! Sakit!" seru Daehwi yang baru saja dipukul keningnya oleh Jinyoung.

"Rasakan itu," Jinyoung terkekeh dan kemudian mengusap kening Daehwi yang memerah. "Daehwi-ya, kau tahu?" Bisik Jinyoung.

"Hm?"

"Sebenarnya cincin ini untuk Kyulkyung. Bukan untukmu."

Daehwi mendelik, "Dan kau mengatakannya padaku?"

"Lebih baik jujur daripada aku berbohong."

"Kejujuranmu menyakitkanku, Hyung." Ujar Daehwi sembari duduk di kursi yang di sediakan untuk mereka. "It's okay. Yang penting aku yang berhak mengenakannya sekarang. Bukan Kyulkyung."

"Kau tidak marah?"

"Aku akan marah kalau kau memberikan ini pada Kyulkyung sekarang."

"Kalau aku melamar Kyulkyung, pasti kata-kata yang keluar akan romantis."

"Beri aku waktu untuk membayangkannya."

"YA!"

Daehwi tertawa lagi, "Itu akan menjijikkan, sangat menjijikkan."

"Terserah kau saja." Jinyoung mendekatkan dirinya dan memeluk Daehwi dengan kedua tangannya.

.

Daehwi kembali ke Seoul setelah tiga hari acara pertunangannya dengan Bae Jinyoung. Ia pulang sendirian kali ini. Sedangkan Jinyoung dan Chaeyoung sudah pulang sehari setelah acara karena ia memang tak mengambil cuti di rumah sakitnya. Dia berjalan keluar dan mencari Jinyoung yang sudah menjemputnya. Jinyoung mengatakan jika dia sendirian tanpa Chaeyoung.

Daehwi menoleh ke semua arah yang ada disana dan mencari dimana Jinyoung berada. Dengan koper yang lumayan berat karena membawa barang-barang Chaeyoung yang tertinggal, Daehwi menyeret barang tersebut sembari berusaha menghubungi calon suaminya. Jinyoung bilang dia sudah di bandara, dan dia menunggu di salah satu kafe yang ada disana. Bukan berarti Jinyoung tidak ingin membantu Daehwi membawa semua barang-barangnya, hanya saja, Daehwi selalu mengatakan bahwa dia bisa melakukannya tanpa Jinyoung harus membantu.

"Hmm... Hyung!" seru Daehwi pada Jinyoung yang berdiri dengan kopi hangat di tangannya.

"Hei," Jinyoung menghampiri Daehwi dan mengambil koper yang dipegangnya tersebut, "Ini untukmu. Pulang, atau makan dulu?"

"Makan! Ya Tuhan, aku benar-benar merindukan Korea!"

"Jangan berlebihan. Korea tidak merindukan dirimu."

Daehwi mendelik pada Jinyoung yang sekarang tersenyum puas, "Aku baru datang. Jangan menggodaku. Hah, hari yang indah tampaknya."

Jinyoung terkekeh ketika melihat Daehwi yang memberikan ekspresi kesalnya. Tiga hari tidak bertemu sudah membuat dirinya rindu, jika boleh jujur. Tapi dia tidak akan pernah mengatakan itu pada Daehwi. Gengsi, mungkin. Karena dia tidak ingin jika kekasihnya itu menggodanya terus menerus-jika Jinyoung mengatakan bahwa dia merindukan Daehwi. Memang, biasanya dia yang menggoda Daehwi. Namun bukan berarti Daehwi tidak bisa membalikkan keadaan, 'kan?

Setelah memasukkan barang-barang Daehwi ke dalam mobil, Jinyoung menyusul Daehwi yang sudah duduk di kursi penumpang dengan tenang. Daehwi menyambut Jinyoung yang masuk ke dalam mobil dengan senyum yang membuat matanya melengkung layaknya bulan sabit itu. Dan melihat kekasihnya yang sedang suasana yang baik seperti ini, Jinyoung benar-benar tidak ingin merusak harinya. Sebenarnya bukan sebuah kejadian yang jarang Jinyoung bertindak seperti itu. Dia merindukan Daehwi-nya yang cerewet. Tapi Daehwi yang seperti ini-yang manis-adalah Daehwi yang paling dia rindukan sekarang.

"Let's go!" seru Daehwi.

"Excited that much, huh?" Daehwi mengangguk, "Kau mau makan apa kali ini, Dae?"

"Apapun! Aku merindukan apapun!"

Jinyoung hanya tersenyum ketika Daehwi mengacungkan ponselnya hanya untuk melakukan selca di mobil ketika lampu berwarna merah. Daehwi mengatakan jika seluruh dunia harus tahu bahwa dia sudah kembali ke Korea. Meskipun setelah itu Jinyoung mendengus dan mengatakan bahwa dunia tidak akan peduli apakah Daehwi kembali atau tidak.

Ketika mereka sampai, Daehwi langsung mendorong punggung Jinyoung agar bisa masuk ke restoran tujuan mereka. Karena Daehwi menginginkan bibimbap dan bulgogi, maka Jinyoung mau tak mau menurutinya daripada berdebat dengan hal yang tidak penting. Iya sih, walaupun hampir semua yang mereka debatkan tidak pernah penting.

Mereka makan dan sesekali saling membentak satu sama lain jika ada yang keliru. Dan sedetik kemudian mereka akan tertawa bersama. Pasangan labil, bisa dikatakan begitu. Ah, kalau pasangan lain akan menyuapi kekasihnya dengan perlahan, maka berbeda dengan mereka. Daehwi menyuapi Jinyoung dengan satu sendok penuh hingga lelaki itu merasa kesulitan untuk mengunyah bahkan menelannya. Jinyoung yang tersiksa-dengan konyol-adalah kepuasan sendiri bagi Daehwi. Menurutnya, jika kekasihnya itu sedang berwajah lusuh atau kesal adalah hal yang paling menggemaskan baginya saat ini.

Setelah selesai mengisi perutnya, Jinyoung mengajak Daehwi pergi untuk menjemput Chaeyoung di apartement Hyungseob. Jika hanya Jinyoung yang kesana, Chaeyoung tidak akan mau untuk diajak pulang ke rumah. Tapi jika dengan Daehwi, Chaeyoung akan menurut. Entah, bagi Jinyoung, akhir-akhir ini Daehwi benar-benar dalam motherly mode-nya dan membuat Chaeyoung lebih menurut daripada biasanya. Dan jika Daehwi dalam keadaan yang seperti itu, Jinyoung sangat suka memperhatikannya. Karena baginya, Daehwi yang tegas adalah Daehwi yang mengagumkan.

"Oppa."

"Hm?"

"Oppa benar-benar memperbolehkan Chaeyoung tinggal bersama Oppa?"

Daehwi mengangguk, "Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Chaeyoung harus menjadi anak yang baik."

"Hanya itu saja?"

"Memangnya Chaeyoung bisa?"

"Bisa. Chaeyoung bisa menjadi anak yang baik. Iya 'kan, Appa?" tanyanya pada Jinyoung yang baru saja datang dan duduk di samping Daehwi.

"Iya apanya? Kau membicarakan Appa, hm?"

"YA! Jangan membiasakan dia memanggil kita dengan Appa dan Eomma." Gerutu Daehwi.

"EH? Kenapa? Apa salahnya?" sergah Jinyoung.

"Eung? Oppa tidak suka, ya? Maaf... Chaeyoung hanya ingin memanggil seseorang dengan panggilan seperti itu. Chaeyoung hanya ingin merasakan bagaimana bahagianya memiliki Appa dan Eomma seperti teman-teman Chaeyoung. Maaf, Oppa..." ucapnya lirih sembari memeluk Daehwi lagi.

Jinyoung tersenyum dan mendelik ke arah Daehwi, "Bagus. Itu topik sensitif, Bodoh. Biarkan saja." Ucapnya dengan hanya dengan gerakan bibir tanpa suara itu.

"Ah! Maaf. Maaf. Aku lupa. Maaf!" balas Daehwi dengan cara yang sama.

Karena Chaeyoung tidak bergerak sama sekali, maka Daehwi menegakkan badan anak kecil tersebut, "Chaeyoungie, apa besok lusa sebaiknya kita pergi jalan-jalan? Bagaimana dengan Everland?" tanyanya berusaha mengalihkan topik.

"Hmm..." balas Chaeyoung datar.

"Hei." Jinyoung mengangkat Chaeyoung dan mendudukkan anak kecil itu di pangkuannya, "Eomma bertanya padamu, Princess. Apa itu jawaban yang bagus?" tanyanya.

Chaeyoung menggeleng dengan kepala yang tertunduk, "Bukan..."

"Chaeyoungie, Appa sedang bicara padamu. Tidak baik berbicara tanpa memperhatikan orangnya begitu."

"Hmm..."

"Chaeyoungie. Hei, Appa sedang bicara."

"Tapi Appa-hm? Appa..."

Anak kecil itu memeluk Jinyoung erat. Sekarang dia sadar apa maksud Jinyoung. Yup, dia diperbolehkan untuk memanggil Jinyoung dengan sebutan Appa dan memanggil Daehwi dengan kata Eomma. Untung saja Chaeyoung anak yang pintar. Mungkin jika itu Seonho, butuh dua hari untuk mengerti.

Jinyoung menoleh ke arah Daehwi yang sedang tersenyum dengan bodohnya. Dia mendelik dan menjulurkan lidahnya sembari menggerakkan bibirnya tanpa suara dengan kata-kata satu kosong untukku, Lee Daehwi! Dia anakku! Jangan disentuh!

Daehwi membalas dengan cara yang sama, "Dia juga butuh seorang Eomma, kau Bae Jinyoung! Jangan memanjakannya atau kubunuh kau!"

Lagi-lagi Jinyoung mendelik, "Jangan berkata kasar di depannya atau kau kugantung di gerbang depan sekolah mu!"

Daehwi memutar bola matanya dan memasang senyumannya yang paling manis, "Bagaimana? Kita pergi ke Everland Resort besok lusa. Apa Chaeyoungie ikut?"

Chaeyoung melepaskan pelukannya dan menoleh ke arah Daehwi, "Ikut, Eomma!" ucapnya dengan mata yang berbinar-binar.

Okay, feels like I have a daughter right now.


















FIN

.
.

Okay yeorobun ~
Dengan ini saya selaku penulis menyatakan bahwa My Annoying Bae resmi berakhir sampai di sini..
Jika ada salah kata dan penulisan sekiranya dapat membingungkan maupun membuat imajinasi kalian buyar, saya mohon maaf.. Karena segala ketypoan adalah takdir saya sejak lahir(?) 😂
Yang punya pesan dan kesan untuk MAB, bisa kalian tulis di kolom komentar ya... Akan senang sekali jika banyak dari kalian yg mau menuliskan pesan dan kesan demi kebaikan tulisan saya ke depannya :)

Oh iya, btw aku mau survey..
Jadi aku kemarin iseng menulis lagi. Kira-kira ada yang mau baca tidak?? 😅
Begini penampakannya 👇

Btw ini gs .. Yg ga setuju gapapa. Aku ga akan update. Aku belom kepikiran ide buat bxb jinhwi.. Gatau mumet banget otakku 😭
Udh segitu aja yeorobun. Semoga kalian enjoy dengan MAB :))

Continue Reading

You'll Also Like

275K 3.3K 77
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
78.9K 9.2K 13
Misi pertama gue udah berhasil bikin ka gita mencair, sekarang misi gue selanjutnya adalah bikin ka gita nikahin gue! - Kathrina.
247K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
74.8K 9.8K 103
This is just fanfiction, don't hate me! This is short story! Happy readingđź’ś