RUANG LUKA (END)

By abie_abdul

2.6K 120 6

(BUKU RUANG LUKA by OnePeach Media READY DI SHOPEE DAN BLIBLI) "Patah hati diciptakan semesta bukan tanpa ala... More

Prolog
(Part of Kelana) SATU - AKU KELANA
DUA - ARUNA DAN DYLAN
TIGA - KISAH BARU
EMPAT - SEBUAH KATA HILANG
LIMA - TIKET MENUJU PERTEMUAN
(Part of Kanaya) ENAM - PATAH HATI
TUJUH - EPISODE LUKA
DELAPAN - MAHESA
SEMBILAN - PINTU HATI
SEPULUH - BERTEMU BIRU
DUA BELAS - DEAR BIMBANG
TIGA BELAS - PERTH DAN KELANA
EMPAT BELAS - PAMERAN DAN PEMERAN
LIMA BELAS - PERTEMUAN KEDUA
ENAM BELAS - RUANG HATI
TUJUH BELAS - RAHASIA MAHESA
DELAPAN BELAS - LUKA YANG KEMBALI HADIR
SEMBILAN BELAS - PERPISAHAN SESAAT

SEBELAS - BUNGA MAWAR

70 2 0
By abie_abdul

Jika pernah merasakan luka, Rayakanlah.

Karena itu alasan kamu semakin kuat untuk sebuah hubungan yang baru.

***

"SELAMAT PAGI Kanaya" Darren menyapaku ketika aku baru saja membuka pintu rumahku

"Pagi. Darren" balasku singkat, sebelum menutup pintu rumahku.

Pandanganku terarah pada satu bucket bunga mawar yang tergeletak dibawah pintu. Aku mengambilnya, bunga mawar masih tampak segar. Aku menerka nerka siapa orang yang mengirimkan bunga mawar kerumahku. Pandanganku beralih ke Darren yang sedang duduk didepan rumahnya, satu cangkir kopi terlihat disampingnya. Belum aku bertanya, Darren sudah menjawab.

"Beruntung ya pagi-pagi sudah dikirimin Bunga" katanya

"Maaf Darren, tapi kamu tahu siapa yang ngirimnya?"

"Kalau siapa yang ngirim saya gak tau, tapi dia pakai mobil mewah tadi pagi"

Pikiranku tak salah lagi, ini pasti Mahesa.

Aku menyimpan bunga itu lalu berangkat ke kantorku. Namun Darren menghalauku.

"Nggak bareng aja, Kanaya ?"

"Nggak deh saya pakai taksi aja"

"Gak apa-apa lagian kita searah, bukan?"

Ada anggukan dari kepala Darren dan aku menyetujui anggukan itu.

Dan akhirnya pagi itu aku bersama Darren, aku dan Darren cukup akrab sebagai dua orang yang baru kenal. Darren tipekal orang yang gampang bergaul dan asyik untuk diajak mengobrol.

"Jadi lo tinggal terpisah dengan keluarga kamu, Nay?"

"Yap. Keluarga gue sebenarnya masih tinggal di Jakarta juga, tapi sesekali mereka suka main koq kerumah"

Darren mengangguk.

"Lalu lo sendiri?" aku membalas pertanyaan yang diajukan oleh Darren.

" Bokap dan Nyokap gue ada di Medan, gue sudah merantau sejak SMA dan tinggal di Jakarta bareng Om gue"

"Terus kenapa tidak menetap di Singapura?"

"Maunya sih, Cuma sekarang gue lagi coba untuk ngobatin saudara gue"

"Sakit?"

"Yess, dia mengidap kanker hati stadium dua. jadi gue mutusin untuk balik dulu ke Jakarta, ya walaupun banyak dokter disini tapi masa tega sih saudara kita diurus oleh orang lain, yegak?"

Aku manggut-manggut.

"Jadi logikanya, memprioritaskan orang terdekat dulu lah" katanya

***

Sesampainya aku di kantor, belum sempat aku duduk di kursi ku. Rianti, sekertaris Mahesa memanggilku.

"Dicariin pak Mahesa tuh"

Aku menurut, aku menuju ruangan Mahesa di lantai 28. Didalam lift aku bertemu dengan Anya, wakil divisi advertising. Anya tersenyum, aku membalasnya. Pintu lift terbuka , aku sudah berada dilantai 28. Anya didepanku, langkahnya sama denganku. Sama -sama menuju ruangan Mahesa. Dan benar saja, disana juga ada Pak William yang sedang duduk di kursi didepan ruangan Mahesa. Aku, Anya dan Pak William saling bertukar pandang.

Tidak lama, Mahesa keluar dari ruangan kerjanya. Dia memakai kemeja dan Jas berwarna maroon. Lengannya pengap karena otot yang sering dia latih, dia menatapku. Tersenyum lalu mempersilahkan aku,Anya dan Pak William untuk masuk secara bersamaan. Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi.

Pagi itu Anya mengundurkan diri karena akan menikah dengan calon suaminya yang berada di Kalimantan. Anya akan menetap disana, karena posisi Anya cukup krusial sebagai wakil divisi Advertising jadi Mahesa memutuskan untuk menggantikannya dengan aku, Pak Wiliam mengambil keputusan yang sama. Semua sepakat bahwa aku diangkat sebagai wakil ketua divisi Advertising.

Aku sama sekali tidak menyangka hal apapun. Aku pun tidak bisa menolak, karena aku juga menginginkan posisi ini. Dan ini bukan semata-mata karena Mahesa menyimpan rasa padaku lantas memperlakukan aku seperti yang dia mau. Pak William tahu kapasitasku, tahu kinerjaku, oleh karena itu dia mempromosikan jabatan itu kepadaku. Aku pun sadar diri bahwa semakin tinggi pohon tumbuh maka akan kencang pula angin yang menerpa.

Ketika Anya dan Pak William keluar ruang kerja Mahesa. Mahesa menahanku agar tidak pergi. Mahesa masih mengkhawatirkan tentang kejadian di bioskop ketika aku bertemu Biru, Mahesa merasa bersalah kepadaku. Walaupun Mahesa sudah tahu ini tentang masa lalu ku dengan Biru, namun Mahesa menginginkan hal lebih, hal yang lebih spesifik.

Aku tak ingin menceritakan hal ini pada siapapun kecuali dengan Maya, namun Maya juga telah menyeret Mahesa dengan ruang luka ku dengan Biru. Maya menceritakan tentang kenapa aku bersikap demikian sabtu malam kemarin.

"Kanaya, aku sudah berjanji bahwa aku akan selalu ada untukmu – "

"ya walaupun aku tahu bahwa kamu belum bisa menerimaku sebagai apa yang aku mau"

"Pak, entah sampai kapan aku harus mengurung diri sendiri dengan ruang luka yang diberikan oleh masa lalu, aku tak ingin begini terus menerus. Tapi aku juga belum bisa menerima sosok baru, termasuk dengan Pak Mahesa"

Aku menjelaskan apa yang sudah ada dikepalaku sekian hari, aku ingin Mahesa mengerti lantas tak sakit hati. Karena aku tidak mau menjalani cinta dengan kepura-puraan, dengan drama atau hal sejenisnya.

"Aku ngerti, aku akan nunggu kamu. Tapi ijinkan aku untuk bersama kamu. Tolong beri aku ruang untuk aku berjuang, oke? –"

"Kapanpun kamu siap untuk menjawb tentang perasaanku, aku akan siap. Kapanpun itu dan apapun jawaban yang kamu berikan"

Aku mengangguk, aku tidak ingin memaksakan hati untuk menyukai Mahesa secara cepat, aku juga tak ingin Mahesa terlalu berharap kepadaku. Aku juga tidak mengindahkan perasaan Mahesa, aku hanya perlu waktu namun entah sampai kapan pintu hati untuk Mahesa terbuka.

***

Maya histeris ketika dia tahu bahwa aku menjabat sebagai wakil divisi. Beberapa karyawan lain pun ikut senang dan mengucapkan selamat, namun tidak jarang ada beberapa karyawan yang tidak terima atas posisi baruku sebagai wakil ketua divisi dan aku sama sekali tidak perduli. Aku tak ingin karir ku terhambat oleh hal hal yang negatif. Karena tidak semua orang akan suka dengan apa yang kita kerjakan, semua orang mempunyai kapasitas suka atau ketidaksukaannya terhadap setiap personal dan itu manusiawi, beberapa diantaranya mengaitkan isu perasaan Mahesa lalu mempromosikan aku sebagai wakil ketua divisi.

"Bentar lagi juga diangkat jadi ketua divisi"

"Wajar sih, namanya juga anak emas boss"

"Nggak heran, orang dia penjilat koq"

Jujur aku sama sekali tidak heran dengan beberapa omong kosong orang lain. Pun demikian aku tidak ingin terlalu tahu apa yang mereka bicarakan, itu urusan mereka. Tugasku hanya satu, membungkam mereka dengan sebuah kerja keras.

"Eh Nay, malam kita barbeque an bisa kali"

Aku mengangguk semangat

"Eh tapi gak seru kalau Cuma berdua. Gue ajak Darren gimana? Dan lo ajak Mahesa – "

"Udah ajak ajalah"

Maya mengirmkan siyal agar aku memberanikan diri mengajak Mahesa. Ragu namun aku mengiyakan ide Maya. Dia tersenyum lalu merangkulku untuk makan siang.

***

Daging panggang itu mengepul, aroma menyeruak sebagai asap. Untuk urusan panggang- memanggang Maya jagonya. Maya sibuk dengan panggangan dan aku sibuk menyiapkan dessert. Aku sudah menghubungi Mahesa, dia akan segera menyusul setelah urusan perkantorannya selesai. Sedangkan untuk Darren, dia menuju pulang.

Tidak lama sebuah mobil terparkir didepan rumah Darren, lalu lelaki berkacamata itu tersenyum kepada aku dan Maya. Maya tersipu malu, Darren menghampiri kami berdua. Membawa satu kantong plastik buah-buahan segar. Maya langsung memburu kantong plastik itu, mempersilakan Darren duduk, namun Darren bangkit untuk membantu dan Maya semakin gelagapan dibuatnya.

Dari jauh sebuah mobil lamborghini berwarna hitam pekat menyilaukan lampu mobilnya. Aku tahu bahwa itu adalah Mahesa, dia keluar dari mobil mewahnya dengan kaos lengan panjang. Jujur aku baru kali ini melihat Mahesa mengenakan baju non-formil. Dia tersenyum kepadaku,kepada Maya dan sedikit bingung dengan keberadaan seorang lelaki disamping Maya.

"Hai, maaf saya telat" ujar Mahesa sambil menyerahkan sebuah kantong plastik berisi daging mentah, aku tebak itu adalah daging import. Karena tekstur nya yang tipis dan berkilat menggiurkan.

"Iya gak apa-apa. Oh iya kenalkan ini Darren, tetangga baru ku"

Ini kali pertama Mahesa mengenal Darren, begitupun sebaliknya. Darren menceritakan asal usulnya hingga terdampar di dekatku kemudian Mahesa membalas menjelaskan pekerjaannya dan hubungan nya dengan ku. Mahesa hanya menjaga agar Darren tidak melampaui batasnya untuk lebih dekat denganku. Aku seperti sebuah garis yang sudah ditandai oleh seseorang, tidak bisa diambil bahkan disentuh. Aku berpikir seperti itu.

"Jadi kalian pacaran?" Darren bertanya kepadaku lalu tatapannya beralih kepada Mahesa ketika kita semua sudah duduk bersama untuk menyantap steak.

"Coming Soon" ujar Maya

"Persis" balas Mahesa menatapku sambil tersenyum

Entah apa yang membuat Darren menanyakan hal itu, mungkin saja Darren penasaran dengan status ku atau juga tentang Mahesa, yang jelas pertanyaan itu membuatku tak nyaman malam itu. Pertanyaan itu masih ada ketika Darren dan Mahesa pamit, sedangkan Maya akan bermalam dirumahku.

Malamnya aku tidak bisa tidur, pun demikian dengan Maya. Yang dia bahas hanya tentang Darren yang begitu memesona malam tadi. Raut wajahnya memerah. Maya terus menerus membicarakan Darren tanpa tahu bahwa otakku penuh sesak dengan jawaban yang akan aku berikan kepada Mahesa akan status ini. Aku tak mungkin tidak memperdulikan perasaan dia, aku tidak mau hubungan ini pun terkesan dipaksakan nantinya. Walaupun Mahesa dengan sangat berlapang dada untuk menunggu perasaan yang sama hadir untuknya, namun aku tidak bisa janjkan itu akan hadir secara cepat.

Lalu suara pintu pagar rumah terbuka, nyaring sekali karena malam cukup paham tentang suara apapun akan nampak berisik pada malam hari. Itu bukan pagar rumahku jelas. Lalu aku menyuruh Maya mengintip di jendela kamarku.

"Darren ngapain malam-malam keluar rumah?" kata Maya sambil mengintip dijendela kamarku.

"Mungkin ada pasiennya yang membutuhkan dia" aku menebak sesukaku.

"OH MY GOD!" Maya nyaris berteriak, aku kaget bukan main.

"Lo kenapa?" aku menghampiri Maya yang masih berdiri diambang jendela, Maya membalikkan badannya. Wajahnya pucat pasi seperti melihat hantu, aku yang penasaran menelisik kejendela, melempar pandangan ke rumah Darren. Namun tidak ada yang mengejutkan kecuali mobil Darren yang sudah melaju.

"Lo kenapa sih?" aku mengulang pertanyaan yang sama.

Maya hanya terdiam disudut tempat tidurku, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Nay, gue ngantuk" singkatnya

***

MATAHARI kembali menerpa wajahku melalui jendela yang terbuka, aku meraba-raba mencari seseorang yang malam tadi menginap dirumahku. Maya. Namun Maya tidak ada disampingku, aku bangkit dengan wajah yang kusut. Aku mencari-cari ke beberapa sudut, namun Maya tidak ku ketemukan. Aku membuka pintu depan, dan Maya ada disana bersama Darren. Darren melihatku dan Maya membalikkan badannya.

"Good Morning my Princess, cepat mandi, usir belek-belek yang menempel manja lalu kita sarapan. Nasi goreng sudah aku siapkan plus orange juice" Maya setengah berteriak.

"Lo ngapain sih pagi-pagi dirumah orang. Lo gak tau gue nyariin?"aku membalas setengah berteriak.

Maya hanya nyengir lalu setengah berlari kepadaku, Darren dibelakangnya hanya geleng-geleng kepala lalu masuk kedalam rumahnya. Begitulah Maya jika sudah kesesem sama seorang lelaki, malu-maluin.

"Gue nyariin elu lagi! Gue pikir lo diculik"

"Gue rela kalau diculik oleh Darren, gak akan nolak, dan gak akan minta tebusan orang rumah. Biarin gue di sekap, gue rela"

" Darrren juga ogah kali nyulik lo, tekor kalau nyulik orang yang doyan makan"

Aku terbahak, lalu Maya cemberut sambil menata ulang meja makan yang sudah disiapkannya. Dua piring nasi goreng dengan telur mata sapi dan dua orange jus.

"Eh lagian lo ngapain sih pagi-pagi udah kerumah Darren?"

Maya terdiam. Lalu meneguk orange juice. Wajahnya berubah menjadi sebuah ketegangan, aku setengah mengancam Maya dengan tatapan yang aku buat se dalam mungkin. Maya menghela nafas panjang.

"Oke well, gue mau cerita. Semalam ketika Darren keluar dari rumahnya, gue melihat orang lain bareng Darren – "

"Lalu gue liat Darren jalan dengan perempuan malam tadi, ya gue Shock lah. Tadi gue interogasi aja langsung sama dia, dan ternyata perempuan itu kakaknya Darren. Asli gue malu sendiri – "

"Oh iya Nay, tadi gue nemuin ini nih"

Maya memberikan satu tangkai bunga mawar. Dan lagi, setiap pagi selalu ada bunga mawar didepan rumahku. Aku menimang-nimang tentang sebuah kesimpulan yang ada, kesimpulan yang aku buat tentang siapa dibalik pengiriman bunga itu. Aku menanyakan tentang Mahesa kepada Maya, sama sama menyimpulkan bahwa seseorang yang telah mengirim bunga ini adalah Mahesa. Namun Maya menyangkal, Mahesa bukan tipekal yang pandai menyembunyikan sesuatu hal. Dan aku setuju, lalu siapa?

To be a continued...

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 326K 59
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
9K 224 29
Chai Xiao Qi (Wan Peng), merupakan alien yang genit dan berasal dari planet Cape Town, ia tertahan dibumi karena tidak sengaja kehilangan alat pelaca...
33.3K 1.8K 23
Cerita ini adalah pembaharuan dari cerita SKANDAL CINTA SANG PRIMADONA Alur dan ceritanya masih sama. Hanya pengubahan gaya bahasa dan penjelasanya...
2.9K 1.6K 20
Cerita sederhana tentang kehidupan gadis remaja yang bernama Mala dengan sahabat nya, yaitu Laily, Elisa dan Deajeng. Kisah cinta, pertemanan, komed...