LOCO (Takkan Diselesaikan)

By summenade

4.5K 687 274

"Is my blood worth your love? Does it make you go loco?" _____ Discontinued. _______ photo cover credit by St... More

Character's moodboards
Prologue
[INTRO] 1
[INTRO] 3
[INTRO] 4
[INTRO] 5
[INTRO] 6
[MUS] 7

[INTRO] 2

436 72 20
By summenade

Chicago Branch, USA

Capo di tutti Capi.

Panggilan untuk pria yang duduk di tempat teratas pada sindikat mafia.

Luciano de Frunkto berdiri di depan sebuah pintu aristokrat. Dia berada di sebuah gedung pencakar tinggi di Chicago, untuk menemui seorang pria lain dari keluarga sindikat mafia yang tidak dia ketahui namanya. Tidak ada yang bisa memaksanya untuk melakukan hal yang dia tak mau, namun keempat keluarga mafia besar yang menjadi saingannya sepertinya terdengar sangat restless ketika tahu bahwa dia diberikan undangan eksklusif oleh keluarga mafia tanpa-nama ini. Luciano de Frunkto adalah boss. Capo di tutti Capi dari Sisilian Famiglia yang sudah lama berdiri semenjak invasi Italiano ke Amerika. Nama keluarganya tabu disebutkan di jalanan, semua mob takut dengannya. Orang-orang mengira dia reinkarnasi Al Capone, sang gangster mahsyur. Dia pria yang merangkak dari bawah ke atas. Manusia pilihan. Luciano memerintah selama sepuluh tahun terakhir dengan nyaman. Ada beberapa orang yang ingin menjatuhkan pemerintahannya, namun semuanya sudah dieliminasi.

Dan begitu pula sekarang. Dia tidak akan membiarkan seorang pun menjatuhkannya dari tahtanya.

Arogansi adalah salah satu jubah terbaik.

Orang-orang di belakangnya mengikutinya masuk. Interior yang nyaman dan futuristik di ruangan mencerminkan bagaimana pemilik ruangan tersebut. Seseorang duduk di sebuah kursi menghadap jendela. Salah seorang penjaga di ruangan itu mendekati kursi tersebut dan berbisik. Luciano menaikkan alis. Dia mulai merasa tidak senang diperlakukan seperti orang rendahan seperti ini.

Mungkin dia akan menyuruh anak buahnya membersihkan si kutu bangsat ini ketika semua hal selesai...

Kursi tersebut berbalik, menunjukkan seorang pria tinggi berambut hitam keturunan Asia. Dia terlihat lembut dan sangat bercahaya.

Seperti malaikat.

Luciano mengerjap. Apa yang baru saja dia pikirkan tadi?

"Mr. De Frunkto?" suara pria itu mengalun. "Silakan duduk. Nama saya Johnny Seo. Pasti anda tidak pernah mendengar nama saya, bukan? Saya memiliki sebuah frizzante, saya dengan anda suka frizzante? Sebuah taste yang cocok untuk pria yang bekerja keras seperti anda..."

Luciano tersenyum kecil. Johnny Seo? Dia tidak pernah mendengar nama itu. Berarti dia bukan apa-apa. Bukan seseorang yang perlu Luciano takutkan. "Mannagia, Anak bocah sepertimu mau apa memanggil ikan kakap kesini?"

Johnny tersenyum lembut, seakan-akan dia tidak baru saja dipanggil bocah. "Tidak bisakah anda beramah sedikit, Tuan? Saya disini toh ingin memberikan informasi penting untuk anda, dari atas."

Dari atas?

Senyum Luciano menghilang. Terminologi itu. Bertahun-tahun Luciano berkecimpung di dunia Mafioso dan tidak pernah sekalipun dia mendengar kata dari atas diasosiasikan dengan senyum lembut. Semuanya berakhir berdarah. Semuanya berawal dari pengkhianatan. Bulu roma Luciano langsung meremang. Tangannya reflek mengambil pistol tokalev di dalam sakunya—namun tanpa dia sangka-sangka, tubuhnya terbanting ke atas meja kaca. Tiga orang lebih menahannya untuk bergerak. Luciano mengeratkan dagu. Jika hal ini terjadi... dia sudah terjebak. Dia masuk ke dalam perangkap tikus!

"Dari reaksimu itu, kamu pasti tahu kan kesalahanmu?" tanya Johnny, tidak lagi menggunakan bahasa formal. Matanya memandang dari atas, seperti memandang curut. "Ekstorsi pejabat Sisilia, semuanya lari ke kantong Sisilian Famiglia. Oplosan vodka dari Rusia, semuanya juga lari ke kantong divisimu. Tapi Di Atas dapat info kalau keuntungan itu tidak serta merta digunakan untuk kepentingan Keluargamu... mereka lari ke kantongmu."

Johnny menyorongkan sebuah dokumen ke depan hidung Luciano. "Pajak gelap dari pejabat Sisilia yang membangun fly over di teritorimu... kontrak antara kalian berdua... yang Di Atas masih bisa memaafkan masalah remeh seperti oplosan, tapi kenapa kau malah memakan sendiri hasil dari pejabat sisilia itu?" tanya Johnny, suaranya dingin. "Kami bahkan menemukan uang-uang itu di pondasi rumahmu, di bawah tempat tidur, dipendam di dalam pipa septic tank... apa kau sebegitu butuh uangnya kah, Tuan? Sulitkah menyisihkan uang itu? kenapa harus sampai merahasiakan proyek sebesar fly over dari kami?"

"TUNGGU," seru Luciano, mulai ketakutan. Ini bukan lagi masalah bisnis. Ini masalah hidup dan mati. Dia tidak pernah merasa setakut ini kepada seorang bocah. Johnny Seo... dia bukan bocah biasa... "Johnny... kalau kau melepaskan aku, aku akan memberikanmu posisi enak di famiglia ku, naik promosi hanyalah e un gioco da ragazzi... pasti kau tidak ingin menjadi seorang kurir pesan saja kan... aku, aku bisa memberikanmu harta dan kekuasaan..." tawar Luciano, sedikit memaksa. Apa saja selain kematian. Jangan bercanda! Setelah bertahun-tahun hidup, dia harus mati hanya karena sedikit kesalahan dan keserakahan?

"Harta?" Johnny tersenyum sebelum terkikik kecil. "Kekuasaan? Saya memang mengira manusia sebegitu dangkalnya, berpikir semua hal berhenti di harta dan kekuasaan..." senyum manis itu menghilang. "Membuat saya muak."

Jemari besar Johnny meraup leher Luciano, dan dengan sedikit kekuatan, sebuah suara patah berdeguk yang mengerikan bergema di ruangan yang luas itu. Para pengikut Luciano bergeming. Jelas. Dari awal, mereka adalah mata-mata Atas. Mereka mengikuti Luciano karena perintah dari Atas. Mereka tidak akan peduli jika pemimpin mereka baru saja dibunuh di depan mata mereka. "Derek," ucap Johnny. Seorang pria dengan kepala botak bergerak ke samping Johnny, wajahnya sangat dan keras. "Singkirkan tubuh itu. Jangan sampai menarik perhatian... bungkam mulut anak-anak keluarganya dengan uang. Dan cari pengganti Luciano. Famiglianya masih sangat dibutuhkan di Sisilia."

Derek mengangguk dan menghilang ke balik pintu, mayat Luciano ditutup dengan selimut dan dibopong keluar ruangan. Johnny memandang tangannya yang bersih tidak bernoda, menutup mata dan duduk di atas sofa. Frizzante miliknya sudah tidak lagi bergelembung.

"Tuan Seo," suara pria disampingnya membangunkannya dari kesadaran, "Telepon dari Korea."

Johnny melirik handphone tersebut dan meraihnya. Dial satu arah telpon ini hanyalah milik Taeyong.

"Ya?" tanya Johnny.

"Bersih-bersih sudah selesai?" tanya Taeyong di ujung dunia sana.

"Ya." Johnny menginspeksi kukunya. "Ada begitu banyak hal yang harus diurus... aku yakin di Sisilia akan penuh dengan riot ketika tahu si Al Capone jadi-jadian itu mati. Aku sudah mengutus orang kesana, namun aku yakin itu tidak akan cukup. Belum lagi tikus-tikus di keempat keluarga lainnya... haruskah aku sendiri yang bersih-bersih di bagian Amerika, Yongie?"

Suara tawa. "Jangan seperti bayi, John. Ten menyapu di Thailand sendiri dan bahkan dia tidak mengeluh. Mark di Canada juga, padahal dia masih bayi. Jangan membuat yang Di Atas malu mengutusmu."

Itu benar. Akhir-akhir ini, darah Mafioso di dunia sangatlah kotor. Tugas yang Di Atas mengutus mereka adalah mencuci darah kotor tersebut... sekaligus mendeteksi pengkhianat yang baru-baru ini membuat gempar dunia elit vampir.

Perlu diketahui bahwa dunia mafia sangatlah sulit untuk digali. Bertahun-tahun sejarah tidak juga membuat Mafia mudah untuk dideteksi. Mafia terbesar di dunia berada di Italia dan Amerika, dengan Amerika memiliki lima keluarga megah. Tentu mereka memiliki watchdog, dan watchdog mereka adalah organisasi yang Johnny masuki.

SM Mafioso.

Mafia yang mengawasi mafia lainnya. Meluruskan tatanan dunia mafia. Hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah kenyataan bahwa SM Mafioso berisi banyak sekali vampir. SM Mafioso memegang banyak peranan pada pergerakan ekonomi, politik, serta kehidupan sosial dunia. Mereka bergerak di belakang layar. Ibaratnya, para pemimpin dunia banyak yang bekerja di balik perintahnya. Ini jelas sangalah mencurigakan, namun sebuah figur besar dibutuhkan untuk menjalankan dunia ke arah yang semestinya... arah dua mata koin yang berbeda. Hitam dan putih. Yin dan yang.

Johnny adalah salah satu vampir. Dia dan Taeyong sudah lama hidup di dunia ini bersama dengan anak-anak lainnya...

"Jadi mau apa menelepon?"

"Bisa kau kembali ke Seoul sebentar?"

Johnny mengerutkan dahi. Taeyong tidak pernah berlaku seegois ini. Sesuatu pasti telah terjadi.

"Baiklah."

"...serius?"

Johnny memutar bola mata. "Terus maunya gimana?"

"...hanya kau yang tidak menanyakan motifku ini. Yuta, dia sangat kesal." Helaan napas.

Johnny nyengir.

"Sebagai gantinya, saat aku di Seoul nanti, kita pesta. Oke?"

.

.

.

.

Kyoto Branch, Japan

Yuta memandang handphone-nya yang baru saja putus sambungan dengan sebal. Wajah tampannya terlihat bete dalam sepersekian detik. Bagaimana bisa Taeyong memanggilnya kembali ke headquarter, padahal kerjaan di Kyoto belum selesai? Bukannya segampang membalik telapak tangan saja mengendalikan pasar Jepang tanpa bentrok dengan penguasa Jepang. Menghela napas panjang, Yuto melempar handphone ke atas bantal bersulam ungu. Emblem berwarna emas terjahit rapi di atasnya.

Sepasang tangan putih memeluknya dari belakang, satu tangan menggoda yuta masuk ke dalam hakama yang Yuta pakai. Wangi ajisai yang khas mengelilingi mereka. Sekarang, Yuta sedang berada di sebuah ochaya. Penerangan yang temaram dari lilin membuat bayangan dua insan yang berdekatan terlihat begitu sensual, tergambar di dinding kertas samping Yuta. Ochaya, dalam artian harafiah, berarti rumah teh. Namun tempat ini bukan tempat yang sama dengan kedai minum teh. Disini, kamu bisa menikmati gadis-gadis cantik dengan suara lembut, manjaan yang merelaksasi, dan kepuasaan yang tidak dapat dideskripsikan kata-kata...

Bisa dibilang, Rumah Teh adalah tempat lokalisasi Geisha.

"Yuta-dono," suara menggelitik bak kucing itu terdengar, "Apa yang membuat hati anda gelisah? saya akan membuat semua rasa penatmu menghilang, Yuta-dono."

"Yukiyaaa," Yuta berbisik dengan suara berat, bibirnya menemui pipi Yukiya, dayuu yang menemani Yuta malam ini. "Kau memang favoritku. Tidak ada lagi yang memanggilku Yuta-dono selain kau. Aku menyukainya." Hidung bangir Yuta menghirup kuat-kuat wangi ajisai yang dikeluarkan oleh pewarna putih yang digunakan setiap geisha di ochaya ini, sementara kedua jemarinya menahan dagu gadis itu di tempat. Jantung Yukiya berdebar sangat cepat, seperti kancil yang berlari. Yuta ingin memakannya. Yuta lapar...

"Yuta-dono," engah Yukiya, membuyarkan nafsu darah Yuta yang menguat. Sadar, Yuta melepaskan dagu Yukiya seraya menghela napas. Sayangnya, ini semua hanyalah bermain-main semata. Yuta berdiri sambil merapikan obi, Yuta tersenyum karismatik, "Malam ini jasamu sudah tidak kubutuhkan lagi. Panggil ibumu sekarang."

Gadis itu terlihat syok sebelum kembali tenang. Memang tidak salah dayuu nomor satu di hanamachi ini, pikir Yuta. Dengan senyum elegan, Yukiya berkata lembut, "Seperti yang anda mau, Yuta-dono. Sampai jumpa lagi."

Yuta berdecak memandang tubuh sintal gadis berusia 19 tahun itu menghilang di balik tatami. Lilin bergoyang di tempatnya. Anak-anak kecil memang tercium manis, pikir Yuta dalam sesal, darah mereka menggelegak dan mereka tidak tahu bahaya ketika bahaya itu datang ke depan hidung mereka. Tapi kalau Taeyong tahu yuta menggigit buah khuldi itu, pastilah Taeyong akan murka. Dan Yuta bisa kena akibatnya.

Yuta memandang sekeliling kamarnya. Ochaya yang ia datangi ini adala Ochaya paling mahal di hanamachi, Kyoto. Ochaya Minatozaki namanya. Sudah hampir 5 generasi turun temurun mewarisi Ochaya ini, dan okaa-sama, pemilik Ochaya ini, sepertinya tidak ingin membuang tempat penghasil uangnya dalam waktu dekat. Dia sudah menjadi pelanggan setia ini sejak kapan, sewaktu pemilik kedua masih bayi?

Apakah banyak orang yang mau mendatangi geisha di era modern? Lumayan. Namun apakah jumlah orang-orang yang tidak konstan itu mampu untuk menghidupi puluhan dayuu, maiko, dan geisha Ochaya ini? Tentu tidak. Pemilik Ochaya, Okaa-sama, harus memutar otak untuk membuat penghidupan yang tinggi.

Menjual jasa seks? Dia lakukan. Lokalisasi? Hantam. Dalam beberapa tahun terakhir, semua oke. Namun lama-lama sang okaa-sama tidak kuat membayar upeti untuk 'penguasa' Kyoto. Sang 'Penguasa' terlalu berlebihan dalam mengambil pajak selangkangan. Semua usahanya seakan gali lubang tutup lubang. Jadi, dalam suatu malam yang begitu desperate, sang pemilik bertemu dengan seorang pria yang berjanji akan melindungi bisnisnya dari pisau hukum dan otot 'Penguasa' jika sang Ibu mau bekerja dengannya hanya dengan bayaran 30% pendapatannya dan loyalitas sang Ibu.

Pria itu adalah Yuta.

"Nakamoto-sama, apakah malam ini sudah cukup menyenangkan untuk anda?"

Yuta melihat pintu geser tersebut terbuka. Seorang wanita cantik yang jelas terlihat aura kebangsawanannya muncul.

"Sana, berhenti memanggilku Nakamoto-sama. Menjijikkan." Ucap Yuta lelah. "Bagaimana dengan Okiya baru yang kau tangani di Tokyo? Yakin bisa melatih anak-anak kecil itu jadi Geisha?"

"Yuta-sama, kamu tidak seharusnya menyepelekan kekuatan anak gadis," ucap Sana dengan datar. "Kami terlihat mungil seperti bunga plum, tapi kami bisa melakukan semua hal yang anda suruh tanpa basa-basi."

Yuta nyengir. Itu benar. Semua geisha yang dilatih oleh cabang Minatozaki pintar, cantik, jago membela diri, dan sangat jago di ranjang. "Ada hal yang ingin anda ketahui, Yuta-sama? Sepertinya semua informasi sudah saya beritahu melewati asisten anda." Sana berkata sementara dia memperbaiki kimononya yang berwarna ungu, dengan motif bunga Higanbana.

"Apakah para yakuza mengejarmu lagi?"

"Kemarin ada dua maiko kami yang menghilang. Untungnya anak buah anda menemukan mereka dengan cepat. Sepertinya, itu peringatan dari klan Jinguuji."

Klan Jinguuji. Penguasa yang mengambil pajak selangkangan besar dan serakah. Kesibukan nomor satu Yuta adalah berusaha agar Sana tidak digapai oleh tangan kotor Jinguuji lagi. Tentu saja, mengambil sesuatu dari teritori Yakuza itu langkah berani mati, namun semuanya sepadan. Yuta tidak membutuhkan uang dari tempat Sana. Yang Yuta butuhkan, adalah informasi. Dengan sengaja Yuta mengarahkan ratusan diplomat, pejabat politik, pemimpin negara, CEO perusahaan tinggi, don mafia, serta pemilik nama brand besar, ke Ochaya milik Sana. Ketika mereka terbuai oleh kecantikan duniawi dan kepuasan fana, adalah tugas anak-anak Sana untuk mengekstraksi informasi yang para pria bodoh itu miliki. Informasi konfidensial yang bisa dijual, diperdagangkan, dan dirubah menjadi uang.

Sekarang, kita tidak butuh emas. Kita hanya butuh informasi.

Sana sangat ambisius. Dia bahkan membuka rumah geisha di Tokyo, tempat gadis-gadis dengan level kepintaran yang lebih tinggi, bersemayam. Biasanya geisha dididik dari kecil, namun Sana memiliki visi bahwa gadis-gadis dari Tokyo ini toh bukan akan dilatih menjadi geisha, namun menjadi seorang mata-mata berkedok. Tentu nama Okiya Minatozaki langsung terkenal di bawah tanah, di tempat-tempat gemerlap, di antara bisik-bisik orang bergincu tebal. Produk jadi Okiya Minatozaki cabang Tokyo sudah mulai didistribusikan ke seluruh tempat yang memiliki Ochaya dan lokalisasi Geisha.

"Baguslah kalau begitu. Aku hanya ingin menanyakan itu padamu." Yuta berdiri. "Aku harus kembali ke Seoul. Ada sesuatu yang menungguku."

"Anda tidak ingin beristirahat sebentar?"

"Inginnya begitu." Yuta tersenyum miring. "Tapi soulmate-ku baru saja menelponku dan menyuruhku pulang. Kalau ada apa-apa, hubungi aku. Oke?" Yuta menepuk kepala Sana.

Dan seperti hilangnya api di atas lilin, figurnya hilang ditelan kegelapan.

.

.

.

.

.

sebenernya apa sih yang bikin penelitian Jiho itu sebuah penelitian 'terlarang'?

Padahal, kalau dia jadi peneliti darah sintesis, dia bisa ngebantu ekosistem vampir, jadi para vampir gausah takut diburu lagi sama manusia. Tapi kenapa para vampir disini malah marah dan ngeburu Jiho?

let me know what you think in the comment!

Continue Reading

You'll Also Like

438K 11.5K 62
❝spencer, all this week you've been holding my hands. what about your germ thing?❞ ❝you were more important.❞ hazel finley is a liar. but she's a da...
416K 25K 84
Y/N L/N is an enigma. Winner of the Ascension Project, a secret project designed by the JFU to forge the best forwards in the world. Someone who is...
1.3M 57.7K 104
Maddison Sloan starts her residency at Seattle Grace Hospital and runs into old faces and new friends. "Ugh, men are idiots." OC x OC
121K 5.1K 52
β₯β₯β₯ [BNHA x Fem!Reader] ❛❛𝔸𝕝𝕝 π•₯𝕙𝕖 π•£π•šπ•”π•™π•–π•€ 𝕓𝕒𝕓π•ͺ, π•Žπ• π•Ÿ'π•₯ π•žπ•–π•’π•Ÿ π•’π•Ÿπ•ͺπ•₯π•™π•šπ•Ÿπ•˜, 𝔸𝕝𝕝 π•₯𝕙𝕖 π•£π•šπ•”π•™π•–π•€ 𝕓𝕒𝕓π•ͺ...