The Wings [Jjk-Kth-Pjm FF]

By ilvmy_

17.2K 3.5K 930

Ini adalah cerita tentang seorang gadis yang memperjuangkan orang-orang yang ia miliki di dalam hidupnya; kel... More

Prolog
1.Busan
2.Admit
3.Begin
4.Belief and Love
5.Done
6.Complicated
7.Problem
8.First
9.괜찮아?
10.Oh Nara
11.Bared
12.Code
13.Change
14.Explanation
15.Unknowable
16.너알아?
17.Desire
18.인식
19.Save
20.Peringatan
21.지민 엄마
22.Bad
23.Second
24.Effort
25.Jihyun's Feeling
26.Special
27.Fake
28.Tell Him
29.우리는
30.사랑
31.Relationship Step
32.Love's bone
33.Worries
34.Happen
35.Pure Boy
36.Her Loved One
37.Lose
38.Cry
39.Suffer
40.Friendship
41.Busan II
42.행복하지
43.아니야
44.고맙다
45.Fine
47.Love is Blind
48.Friendship II
49.New Fact
50.안돼
51.Reveal
52.The Truth
53.Die
54.Angel
55.Kiss
Epilog
Ini apa?
Formula

46.Cute

139 26 4
By ilvmy_

   Setelah Jihyun dan Jungkook sudah berjalan cukup jauh dari Taehyung, Jungkook menghentikan langkahnya. Dan menatap gadis di hadapannya itu dengan tatapan sedikit kecewa.

   Mengetahui ekspresi Jungkook yang tidak seperti biasanya, Jihyun membuka suara. "Waeyo? Kau kenapa?" tanyanya sambil meletakkan tangannya pada pundak Jungkook. (Kenapa)

   Tatapan Jungkook menajam, seakan dirinya ingin mengunci manik di depannya itu hanya untuk menatapnya. "Jika tadi aku tak mengajakmu pergi, apa saja yang ingin kau ucapkan pada Taehyung hyung?"

   Jihyun terdiam, kemudian menurunkan tangannya. Pandangannya mengedar, ia juga menggigit bibir bawahnya. "Bisakah kau berhenti bertanya tentang apapun yang kulakukan?"

   Ia menghembuskan napas berat, "Aku tidak suka," sambungnya.

   Menyadari nada bicara Jihyun yang mulai berbeda, Jungkook mengambil jalan yang lebih aman. Ia tak ingin kehilangan orang yang sekarang sudah ia dapatkan. Dan keputusannya adalah, membiarkan Jihyun melakukan apapun yang ia inginkan.

   Jungkook menyunggingkan senyumannya, "Mianhaeyo." (Ma'af)

   Ia menatap Jihyun dengan senyumannya yang tak kunjung menghilang. Tatapan itu, lebih tepatnya adalah tatapan membujuk. Matanya berbinar, seperti mutiara yang indah.

   Gadis di depannya itu ikut tersenyum, ia juga membalas tatapan tulus Jungkook. "Kau akan terlambat, jika terus menatapku," ucapnya.

   Jihyun menurunkan pandangannya dan melihat jam yang ada pada ponselnya, "Sepuluh menit lagi busnya akan datang, jadi cepatlah!"

   Jungkook mengangguk mengerti. Lalu berjalan meninggalkan Jihyun. Tapi, di tengah langkahnya ia berbalik. "Jihyunie noona, saranghaeyo," ucapnya sambil membuat bentuk hati menggunakan kedua tangannya. (I love you)

   Jihyun yang melihat itu, hanya bisa tersenyum. Kemudian, melambaikan tangannya pada Jungkook. Setelah mendapatkan respon dari gadisnya, Jungkook baru kembali berjalan lagi.

   Gadis itu menggelengkan kepalanya, merasa gemas dengan tingkah adik sekaligus calon tunangannya itu. Ia tak pernah menyangka, akan memiliki hubungan dengan lelaki yang lebih muda darinya. Namun, kenyataannya sekarang ia mendapatkan itu.

   Lelaki yang lebih muda, namun banyak bertingkah dewasa. Hanya untuk dirinya.

**-**

   Pagi itu, adalah pagi yang sangat dingin di Seoul. Karena salju yang berhasil menutupi seluruh tempat di Seoul, bahkan jalan-jalan pun tertutup oleh salju.

   Pagi itu, juga pagi yang cukup mendebarkan bagi Jimin. Karena ia harus mengantarkan ibunya pergi ke pengadilan, untuk pertama kalinya. Dan yang paling membuatnya gugup adalah, karena Nara tidak bisa menemaninya kali ini.

   Ibu Jimin datang ke Seoul kemarin. Setelah Jimin bertemu dengan Jihyun kemarin, ia langsung menjemput ibunya di stasiun. Dan untuk pertama kalinya, ia memperkenalkan Nara. Ia memperkenalnya sebagai sahabat sekaligus kekasihnya.

   Ibu Jimin memberikan sapaan hangat kepada Nara. Tak jauh dari sifat anaknya, ibunya juga sama seperti Jimin. Berhati hangat dan sangat penyayang.

   Jimin tidak membiarkan ibunya tinggal di rumah ayahnya, ketika ayahnya menawarkan ibunya untuk tinggal di sana. Karena, ia tidak mau ibunya akan semakin sakit. Saat ibu tirinya akan memamerkan kemesraan dengan ayahnya, di depan ibunya.

   Jadi, ia menitipkan ibunya di apartemen milik Nara. Dan Nara juga sangat menyambut ibu Jimin di tempatnya itu, dengan alasan untuk lebih dekat dengan ibu mertua.

   Nara memang tinggal di sebuah apartemen setelah pertengkarannya dengan Jihyun malam itu. Walaupun, ia masih sering berkunjung ke asrama lamanya. Tapi, ketika Jihyun tidak ada di sana.

   Apartemen Nara cukup besar, memiliki dapur, satu ruang kosong, ruang tamu dan juga dua kamar tidur. Dan tempatnya, juga tidak begitu jauh dari kampusnya. Itu memudahkan dirinya untuk datang ke kampus, jika ada panggilan dadakan dari dosennya. Karena, Nara adalah salah satu asisten dosen yang sangat diunggulkan di kampusnya.

   "Eomma, sudah siap?" tanya Jimin kepada ibunya yang tengah berkutat di depan meja rias Nara.

   "Jjamkanman, sedikit lagi," jawabnya sembari merapikan rambutnya yang berantakan. (Tunggu)

   Nara yang posisinya sedang duduk di sisi ranjang bersama Jimin, hanya dapat tersenyum melihat ibu dari kekasihnya itu. Ia juga terus menatapnya dan semakin mengembangkan senyumannya, saat ia menyadari bahwa beliau sangat mirip dengan Jimin.

   Pandangannya berjalan bergantian dari Jimin ke ibunya, lalu menepuk pundak Jimin dan tersenyum. Jimin yang tidak mengerti dengan tindakan Nara, menatapnya heran. Dan ekspresi Jimin itu, membuat Nara semakin gemas saja.

   "Eomma," panggil Nara dengan sedikit ragu.

   Sebenarnya, semalam ibu Jimin sudah mengatakan pada Nara untuk memanggilnya dengan sebutan ibu seperti yang Jimin lakukan. Tapi, memanggil untuk yang pertama kalinya. Pasti sangat berat baginya.

   Ibu jimin memutar tubuhnya menghadap kedua remaja yang tengah menatapnya, ia juga bergumam pelan untuk menanggapi panggilan Nara. "Dulu, apa yang eomma pikirkan saat hamil Jimin? Kenapa ia menjadi sangat manis?"

   Jimin menatap Nara terkejut, ia tak pernah menyangka Nara akan berani bertanya seperti itu kepada ibunya. Karena mendapat tatapan seperti itu dari Jimin, gadis itu sedikit segan. Jadi, ia menundukkan kepalanya untuk menutupi rasa malunya.

   "Ah..." jawab ibu Jimin dengan sedikit berpikir. "Aku banyak memikirkan tentang ayahnya dulu, makanya Jimin sangat berlebihan saat bersama dengan seorang gadis," sambungnya.

   Kali ini, Jimin yang membuka suara. "Apa hubungannya dengan appa?"

   Ibu Jimin tersenyum hambar, "Appamu sangat berlebihan saat bersama eomma dulu."

   Jawaban itu, langsung membuat Jimin berdiri dari duduknya. Kemudian, ia berjalan mendekati ibunya dan mendekatkan kepala ibunya pada perutnya. "Jangan pikirkan appa lagi! Aku akan menjadi appa untuk eomma," ucap Jimin dengan senyuman tulus.

   Ibunya ikut tersenyum dan membalas pelukan anaknya, "Gwenchanha, kenapa kau berlebihan sekali?" ucapnya sambil tertawa ringan. (Tidak apa-apa)

   Tawa itu, membuat Jimin melepaskan pelukannya. Kemudian ia melihat jam, yang sudah menunjukkan pukul sembilan. Dan sidangnya, akan dimulai pukul sepuluh.

   "Ayo pergi, nanti kita terlambat!" seru Jimin, sambil mengambil kunci mobil yang ada di atas meja rias.

   Namun saat Jimin akan membuka pintu, ibunya menghentikannya dan menyuruh Jimin untuk menghubungi Jihyun. Karena menurut ibu Jimin, jika Nara tidak dapat menemani mereka. Pasti Jihyun akan mau untuk datang.

   Sebenarnya, Jimin sedikit enggan melakukannya. Karena, apa yang telah Jihyun katakan kepadanya kemarin. Tapi, karena ibunya yang meminta. Jadi, ia putuskan untuk menelpon Jihyun.

   Sudah dua kali sambungan telepon Jimin ditolak oleh Jihyun, tapi Jimin terus berusaha menelpon sampai Jihyun mengangkatnya. Dan saat sambungan sudah tersambung, ia dapat mendengar suara seorang gadis yang tampak sangat malas untuk bicara.

   "Kenapa kau menelponku?" tanya seseorang dari balik sambungan.

   Awalnya, Jimin ingin membesarkan volume agar ibunya dan juga Nara bisa mendengar Jihyun. Tapi mendengar Jihyun yang sepertinya tidak seperti biasanya, ia memilih untuk mendengarnya sendiri. Karena, ia tak ingin ibunya berpikir buruk tentang Jihyun.

   "Hari ini adalah sidang kedua orang tuaku, bisakah kau datang? Ibuku memintamu untuk datang," ucap Jimin panjang lebar.

   Namun, jawaban yang didengar tak sebagus yang ia pikirkan. Singkat, padat dan sangat jelas. "Tidak," jawab Jihyun.

   Jimin menghembuskan napasnya, "Kenapa? Kau sibuk?"

   Tidak ada jawaban untuk sesaat. Lalu setelah Jimin mengulang pertanyaannya, suara di seberang sana baru menjawab. "Tidak, aku hanya tidak mau."

   Jimin mencoba setenang mungkin, dan juga mengontrol ekspresinya di depan Ibunya. Karena ia sebenarnya ingin marah untuk saat ini. "Kau kenapa?"

   Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang tepat untuk dikeluarkan, karena pertanyaan itu sudah menggambarkan semuanya. Dan juga, tak akan ada yang memahaminya juga. Selain, Jihyun.

   "Berhentilah bersikap bodoh Jiminie! Kau tidak seharusnya berteman denganku, lihat siapa aku dan siapa dirimu!" Jawaban dari Jihyun, semakin membuat Jimin ingin memarahinya saat ini juga. Tapi, ia tak bisa melakukannya.

   Jimin tersenyum, untuk mengontrol emosinya. "Kali ini, jangan pikirkan itu! Eomma-ku, memintamu untuk menemaninya."

   Dan seperti yang ia duga, Jihyun akan tetap teguh pada pendiriannya. "Aku tidak peduli."

  Kalimat itulah yang mengakhiri panggilan. Jihyun memutuskan sambungan telepon setelah mengatakan kalimat itu. Dan Jimin, ia hanya dapat menggertakkan giginya geram.

   Ia tak tau apa yang terjadi dengan Jihyun, kenapa gadis itu bisa berubah menjadi seperti itu. Tapi tetap saja, kata-kata Jihyun cukup menyakiti hatinya. Apalagi, itu tentang ibunya juga.

   Sebenarnya Jimin sudah ingin memaki, tapi ia menahan itu. Karena ia yakin, Jihyun bukan orang yang seperti itu. Jimin sudah mengenal Jihyun sejak mereka masih kecil, dan ia sangat mengetahui Jihyun itu seperti apa.

   Walaupun ia tau, sesuatu dapat mengubah seseorang dengan mudah. Tapi, ia masih tidak percaya dengan perubahan Jihyun yang begitu kentara. Kadang, ia berpikir. Apa mungkin, pergaulan Jihyun dengan Jungkook yang membuat dirinya berubah. Karena mereka berdua, sama-sama dari keluarga yang berada.

   Tapi, sekali lagi ia merasa itu tidak mungkin. Karena, Jungkook bukan orang yang seperti itu. Pasti ada sesuatu yang mengubah Jihyun, atau mungkin gadis itu memang berubah karena kemauannya. Ia tidak tau.

   "Bagaimana? Jihyun mau?" tanya ibu Jimin, ketika Jimin memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

   Jimin menggeleng, "Jihyun ada kuliah pagi, jadi ia tidak bisa datang."

   Berbohong adalah satu-satunya cara, karena ia tak ingin ibunya berpikir buruk tentang Jihyun. Jikalau Jihyun memang sudah tidak seperti Jihyun yang dulu pun, ia akan tetap mengatakan Jihyun masih sama di depan ibunya. 

   Karena, ibu Jimin sangat menyayangi Jihyun. Dan ia tak ingin ibunya kecewa karena perlakuan Jihyun terhadapnya.

   Ibu Jimin mengangguk mengerti, "Ah, padahal ibu sangat merindukannya."

   Jimin tersenyum tipis, "Kuliah lebih penting 'kan, Eomma?"

   Ibu Jimin berdiri dari duduknya, "Geuroem, kau juga harus kuliah dengan benar seperti Nara dan Jihyun." (Tentu)

   Jimin mengangguk, lalu pandangannya beralih pada Nara. "Ayo kuantar juga."

   Nara tersenyum, lalu berdiri dari duduknya. Kemudian ia berjalan mendekati Jimin dan ibunya. "Jimin-ah, kau harus memberikan sesuatu pada Nara sebelum kau pergi," seru ibu Jimin, yang langsung mendapat tatapan bingung dari Jimin sekaligis Nara.

   Ibu Jimin tersenyum menggoda, "Popo." (Cium)

   Wajah Nara langsung merah padam saat mendengar ibu Jimin mengatakan itu. Bukan Jimin jika tidak membuat anak orang tegang, karena memang sudah kebiasaannya membuat para gadis berteriak dan menjerit.

   Ia berjalan ke arah Nara, lalu meletakkan kedua tangannya pada kepala Nara. Ia mendaratkan kecupan yang cukup lama di kening kekasihnya itu, kemudian tersenyum menghadap ibunya.

   Ibunya tersenyum malu, lalu berjalan keluar dari tempat itu. Sedangkan Jimin, ia hanya dapat tersenyum melihat tingkah ibunya. Kamudian, Nara memukul bahu Jimin dan memberikan tatapan protes.

  Dan tak disangka tak diduga, jawaban Jimin membuat wajah Nara semakin merah saja. Karena tak dapat dipungkiri, ucapan Jimin itu memang benar adanya. "Tidak usah malu begitu, aku tau kau menyukainya."

   Everyone here can refuse Jimin's cuteness? If you exist, you're strong.

-TBC-

A/N

Jimin-ssi! 😭
Ada yang bisa menolak pesona seorang Park Jimin? 😶

Yeorobuunnnn!!! 😭

Happy 7k readers! 🎉🎊
Aku terharu sama kalian, yang masih mau baca work ini sampai sejauh ini. I love you so much guys 💜

Well, ini work udah hampir setaun. Karena pernah kuanggurin beberapa bulan. Tapi tenang, setelah ini nggak akan gitu. Tinggal beberapa chapter lagi, untuk mencapai ending yang dinantikan.

Semoga masih mau bertahan sampai epilog ya... 😊

So, selamat berjumpa di chapter selanjutnya.

Purple love,
Audi. 🍁

Continue Reading

You'll Also Like

280K 21.8K 102
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
70.9K 8.2K 37
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
8.4M 518K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
6.2M 482K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...