Green tea with love

isidik_Official

34 9 5

Clarisa -- Aku adalah seorang penikmat teh hijau. orang bilang aku murah senyum, orang bilang aku sangat rama... Еще

Introduction
[2] Wanita asing
[3] Menjamu tamu
[4] Kata Hati
[5] Rindu artinya Cinta
[6] Kau Salah

[1] Pertemuan Pertama

10 4 3
isidik_Official

Clarisa ayudya hermawan (Risa)

Orang-orang biasa memanggilku risa. Yaaa.. Itu nama panggilanku, nama lengkapnya sudah author tulis di atas, tak perlu di tulis lagi, karena itu merupakan penghamburan kata. Seperti itulah yang author katakan 😂

Balik lagi ke risa..

Hari ini, di pagi yang cerah ini, aku bangun dari tidur panjangku tadi malam. Berdiam dan duduk beberapa saat di atas ranjang empuku, hanya sekedar menyesuaikan diri dengan sinar mentari yang baru saja menerpa.

15 detik berlalu,

aku beranjak menuju balkon kamar, ku hirup udara segar di pagi ini, 'hemmmh sungguh nikmat tuhan' yang luar biasa. Begitulah sedikit ucapan syukur dalam batinku, sejenak termenung memandangi hamparan kebun teh hijau di seberang sana. Terlihat elok dan sungguh menyejukan mata bagi siapapun yang memandangnya, ingin sekali kakiku melangkah kesana sekarang juga.

Setelah puas memandangi ekosistem tuhan, aku segera beranjak dari balkon dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Aku segera masuk kedalam bathup yang sebelumnya telah ku isi dengan air sabun yang begitu harum.

Sengaja aku menghadapkan bathup ke arah barat, karena di seberang sana nampak jelas hamparan kebun teh hijau yang begitu menawan, dan aku ingin melihatnya setiap saat aku bersuci di kamar mandi, sampai sering kali membuatku betah tak ingin berhenti dari acara berendamku.

30 menit berlalu, waktu yang cukup lama bagi wanita sepertiku untuk hanya sekedar mandi dan berendam, bahkan terlalu lama, menurutku.

Seluruh kegiatan di dalam kamar mandi telah selesai di tuntaskan. Sekarang aku tengah memilih dan memilah baju mana yang akan ku pakai pagi hari ini untuk pergi ke perkebunan teh ayahku. Sekedar mengontrol saja. Karena yang bertugas sepenuhnya disana sudah terdapat banyak pegawai dan para pemetik teh baik dari kalangan pria maupun wanita.

Sederhananya, ayahku adalah seorang pemilik perkebunan teh terkenal di Indonesia ini, bahkan tak heran, ayahku sering memproduksi teh untuk di exspor ke luar negeri, yang memang para pecinta teh. Selain itu ayahku juga seorang pebisnis yang bergerak di bidang perhotelan terbesar di Indonesia.

Dan pada akhirnya pilihanku jatuh pada baju polos mirip kemeja, lengan panjang berwarna putih di balut rompi panjang sekaki berwarna coklat yang kancingnya sengaja semua ku buka dan di padukan dengan celana panjang casual berwarna senada dengan rompi yang ku pakai, dan sapatu casual warna putih. Satu lagi, rambutku ku biarkan tergerai begitu saja. gunanya hanya untuk menutupi leherku agar tak terekspos jelas.

Sejenak ku pandangi tubuhku di cermin. Terlihat aneh, tapi terserahlah, persetan dengan fashion yang penting nyaman. Itu prinsipku dalam berpakaian.

Selesai dengan semuanya, aku segera bergegas turun ke bawah lebih tepatnya ke dapur menuju meja makan yang disana sudah ada keluarga besarku menungguku untuk segera bergabung bersama. Ada mamaku tercinta, papa, kak revan yang selalu tampil menawan dan tak lupa adik kecilku yang tercinta. vania. Mereka sudah rapih dengan pakaiannya masing-masing.

"Selamat pagi.. Semuaa.. " ucapku menyapa seraya menghampiri mereka yang telah siap dengan sendok garpu yang sudah ditangan. Sepertinya aku sedikit telat hari ini.

"ngapain aja sih ka di kamar, kok lama banget" rutuk adikku dengan tatapan sebalnya, yang telah duduk lama di ruangan ini.

"iya.. Disini kita hampir lumutan, tau.. " kak revan juga malah ikut ikutan mencebik kesal. Hemh tak adakah orang yang membelaku saat ini.

"iya. Maaf.. Maaf.. Aku yang salah, tadi ke enakan di kamar mandi. " ucapku meminta maaf..

"sudah.. Sudah.. Lebih baik kita langsung makan aja, nanti kalian kesiangan." lerai mamaku, di sela perdebatan kami. Mama memang wasit yang bertanggung jawab dalam hal pertengkaran.

"selamat makaaan... " jawab kami bertiga serempak. Aku, kak revan dan si kecil bawel. Jangan heran, ini tradisi kami sebelum makan.. Setelah berdoa, kami selalu seperti itu.

~~~

15 menit berlalu, sesi makan makanpun selesai, dan kami tinggal pergi ke tempat tujuan masing-masing. Kak revan ke tempat kerjanya. PT Sinar Jaya, ya kurang lebih seperti itulah nama perusahaannya, bergerak di bidang kuliner dan makanan ringan. Vani bersama ibunya di antar oleh sopir, menuju sekolahan ternama di Bandung, SMPN 1 Bandung Barat. Kebetulan juga ibuku mengajar di sekolahan tersebut, bukan apa apa dia hanya mengisi kekosongan dengan sebuah kegiatan berfaedah, mengamalkan ilmu kepada para siswa dan siswi di sebuah sekolah menengah.

Dan aku dengan sebuah sepedah sederhana, hadiah dari ayahku saat ulang tahunku yang ke 16, bersiap menuju perkebunan teh hijau milik ayah.

Dengan perlahan ku kayuh sepedahku, menyusuri jalanan sekitar yang belum ramai kendaraan, karena masih pagi, 07.00 . Kami memang keluarga yang cukup disiplin dalam hal waktu.

Tak perlu waktu lama untuk sampai ke perkebunan teh dari rumahku, hanya menempuh 15 menit perjalanan, itupun jika bersepeda, jika menggunakan kendaraan lain mungkin bisa lebih cepat dari itu.

Dan akhirnya sampai juga di gerbang perkebunan teh ayahku. PT Sinar Mandala Wangi.

Saat sampai di jalan bebatuan, aku mendorong sepedaku sambil menikmati udara sejuk yang baru saja menyapa. Aku bergegas menuju sebuah cafe sederhana di seberang sana. Satu hal lagi, ayahku juga membangun beberapa fasilitas di sini, karena kebun teh ini multifungsi, selain hanya hamparan teh hijau, tempat ini juga beroperasi sebagai tempat wisata alam salah satunya.

Fasilitas yang tersedia di sini diantaranya ada cafe sederhana dengan teh hijau sebagai minuman paforit para pengunjung, ada juga tempat berpoto di sekitaran kebun, para pengunjung juga boleh melihat proses pembuatan teh hijau bubuk kemasan aseli, asal syaratnya tertib, tidak gaduh. Yang paling berkesan di tempat ini adalah, ada sebuah danau buatan di samping cafe Dengan hiasan ragam bunga yang cantik. Yang semakin menambah ke asrian tempat ini.

Tarif untuk bisa masuk dan menikmati fasilitas yang ada, pengunjung hanya perlu merogoh kocek sekitar 10 ribu rupiah saja. Murah meriah bukan ?

Oke next..
Sekarang aku sedang duduk manis memojok di dalam cafeku, ralat.. Cafe ayahku. Teh hijau hangat dengan taburan melati di atasnya, menjadi hidangan pembuka yang aku pesan. Sengaja aku tak memesan makanan, karena aku sudah kenyang sarapan tadi. Lagipun ini masih pagi, belum ada makanan berat yang tersedia.

Aku berkutat dengan handphone di tanganku. Hanya sekedar membuka notif saja, takutnya ada hal yang sangat penting. Jujur saja aku memang tipe orang yang jarang menatap layar ponsel apalagi sepagi ini. Aku malah senang membaca novel ketimbang update satatus, main game atau apapun itu yang berkaitan dengan handphone.

"Permisi.. Boleh saya duduk disini nona ? "

Tentu saja aku terlonjak kaget, karena Tiba-tiba saja seorang pemuda berbicara jelas terdengar oleh telingaku. Namun aku segera menyesuaikan diri dengan keadaan.

"ahh, iya, silahkan. "

Jawabku, tersenyum kepadanya.
Nampak dari penampilannya, sepertinya dia pria baik, akupun mengijinkannya duduk di kursi sebelah.

"terimakasih.. "
Jawabnya ramah sembari langsung menghempaskan bokongnya di kursi. Sebenarnya aku heran, kenapa tiba-tiba dia menghampiriku dan meminta duduk di sampingku, padahal kursi masih banyak yang belum terisi. Tanpa ba' bi' bu' lagi, aku langsung saja to the point.

"ada yang bisa saya bantu mas ??" ucapku langsung menanyakan perihal kenapa ia ingin duduk di sampingku.

"emmm.. Sebelumnya, selamat pagi, kenalkan saya Alvin. Alvian pradika syaputra." Jawabnya sambil mengulurkan tangan, akupun tak ambil pusing, langsung menerima uluran tangannya.

"pagi.. Saya Clarisa, orang-orang biasa memanggil saya, risa. "
Jawabku singkat padat, sambil tersenyum hangat kepadanya. Tidak ada salahnya kan ? Hanya tersenyum saja. Karena selain ibadah, senyum juga bisa mengurangi ketegangan.

"baik, nona clarisa, sa.. "

Ucapannya aku potong, karena aku merasa kurang nyaman jika di panggil dengan embel-embel nona. Apalagi oleh seorang pria. Bukan apa-apa, aku hanya lebih suka jika dipanggil dengan nama saja. Kesannya lebih akrab.

"maaf mencela, mas bisa panggil saya risa saja. Saya lebih nyaman.. " ucapku, tegas tak ingin dibantah.

"begini nona, eu.. Maaf, risa maksudnya.. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan." jawabnya sedikit gugup, karena mungkin belum terbiasa.

"terkait ??" tanyaku singkat saja.

"sebenarnya ini tidak terlalu penting, hanya saja tadi ayah saya menyuruh saya untuk datang ke tempat ini entah untuk apa, tapi yang pasti saya suka disini, sejuk dan bebas dari polusi. Dan pada akhirnya saya melihat anda di sini sendirian, hanya inisiatif saja berniat menemani anda."

"lalu, apa maksud anda dengan beberapa hal ? "
Tanyaku asal saja, seperti sudah kenal lama, padahal baru beberapa menit yang lalu aku berkenalan dengan pria antah berantah ini.

"tidak, itu hanya basa basi saja.. Saya bisa duduk di bangku lain, jika anda merasa terganggu !" jawabnya enteng tanpa beban, sepertinya dia tipe pria yang mudah berbaur, walau dengan orang asing. Tapi sepertinya dia juga type pria dingin. Aku harus bisa mengendalikan diri dengan jenis orang seperti ini.

"tidak.. Sama sekali tidak.. Oh ya, apa anda mau pesan sesuatu ?" tawarku hangat kepadanya, ya siapa tau mungkin dia sedikit haus, karena sempat ada sesi kegugupan tadi.

"boleh, saya pesan teh hijau hangat saja, orang bilang rasa teh hijau disini punya citarasa tersendiri." memang pria yang unik, biasanya sebagian lelaki di luaran sana memesan minuman khas pria lainnya seperti kopi misalnya. Namun berbeda dengannya, alih-alih memesan kopi dia malah tertarik dengan teh hijau. Sungguh pria yang langka.

"bentar, saya panggil dulu pelayannya"

5 menit berlalu

Datanglah seorang pelayan dengan membawa secangkir teh hijau hangat untuk pria yang bernama Alvian itu. Dan terjadilah obrolan panjang di antara kami, walau terkadang di selangi dengan keheningan.

Mulai dari, membincangkan hoby, pekerjaan, hingga pada akhirnya bertukar nomor Watshapp. Haha.. aku baru mengenalnya 32 menit 49 detik yang lalu, tapi obrolanku dengannya seperti sudah lama saling kenal.

Ok, dan singkatnya kami adalah sepasang teman.

___________________________________________

Akhirnya part one selesai juga, terimakasih untuk para readers yang telah sudi membaca cerita ini. Untuk evaluasi penulis, di harapkan kritik dan saran dari para readers yang membangun, untuk perbaikan di kemudian part. Dan jangan lupa tinggalkan jejak ⭐

Thanks to reading
Se you next part..

@ilhamsidik07

Продолжить чтение

Вам также понравится

133K 2.1K 8
Rumah mereka bersebelahan tapi mereka tak banyak berinteraksi. 18+ bagi yang belum cukup umur silahkan menjauh
81K 4.2K 18
Lan zhan aku...........terimakasih untuk segalanya dan maaf karna aku pernah meninggal kanmu Hmm terimakasih wei ying wo ai ni
163K 700 4
Cerita remaja
31.1K 2.4K 63
Menceritakan tentang Ran Mouri. Seorang gadis biasa dan murid dari SMA Teitan yang terjebak di dunia Vampire, tepatnya di Land Darkness. Yang memaksa...