Pelangi Tengah Malam

By naiqueen

428K 59.6K 6.8K

Annamaraluna Tejakusuma tidak pernah ingin menjadi penerus Tejan Investama, namun perusahaan rokok keluarga y... More

1. Menjelang Ajal
2. Mimpi buruk
3. Pertemuan kembali
4. Saran
5. Sumber kebencian
6. Masa yang terlewati
7. Yang lebih baik
8. Serangan
9. Si Cantik
10. Presumption
11. Between Camouflage and Allegation
12. Miliknya
13. Confession
15. Bangga
16. Menyambut badai
17. Ice Cream Monsters
18. Wanita Ular
Duuuuuh!!!
19. Gosip
20. Ingin menyerah
21. Rahasia
22. Sesederhana itu
23. The Deal
24. Kegemparan (1)
25. Kegemparan (2)
26. Confrontation
27. Past and Future

14. Hati ke hati

12.2K 2.2K 187
By naiqueen


Suara air yang dituang ke gelas terdengar di dalam kamar saat Luna menghapus sisa-sisa airmatanya dengan saputangan yang tadi diberi oleh El.

“Minum ini,” segelas air putih disodorkan El padanya yang langsung Luna terima tanpa banyak bicara.

“Besok, pagi-pagi sekali kita sudah harus pergi ke Surabaya, aku harap kamu bisa punya cukup waktu untuk istirahat sekarang.”

Luna mengangguk usai menuntaskan minuman dan menaruhnya di nakas, tatapannya kemudian tertuju pada El yang masih duduk di sisi tempat tidur dekat lututnya. Tidak ada lagi ancaman terselubung dari cara pria itu menatapnya sekarang. Sebaliknya, Luna melihat El tampak tengah memikirkan sesuatu dengan serius.

“Kamu nggak sedang memikirkan cara untuk mengusik kehidupan kami kan El?” tanya Luna lugas.

Sebelah alis tebal lelaki itu terangkat, tampak bingung dengan pertanyaan Luna. “Apa maksudnya Luv?”

Luna menarik kepalanya hingga sandar ke kepala tepat tidur, ekspresinya tampak lelah akan tetapi matanya yang sayu menatap tak berkedip pada lelaki dihadapannya. “El, diantara semua orang aku paling tidak ingin berseberangan denganmu … tapi jika terpaksa,”

“Luv, kita berdua saling mengenal, kamu tahu aku, dan aku sangat paham seperti apa kamu, apa kamu sadar kalau apa yang terjadi hari ini disebabkan karena kita tidak pernah membicarakan keinginan dan tujuan kita satu sama lain dengan cara yang wajar,” El tersenyum tipis meski demikian tatapannya saat menatap Luna tampak lembut.

“Soal Valeraine, kamu jangan khawatir … aku mendukungmu dan janji akan ikut menjaganya, jika terjadi sesuatu padanya jangan segan-segan bicara padaku.” 

Luna memiringkan kepalanya dan mengerjab pelan sebelum menyuarakan isi pikirannya, “untuk Valeraine kamu bisa bertoleransi … lalu bagaimana dengan TIV?”

El menarik nafas panjang mendengar desakan dalam nada suara wanita kecintaannya itu.

“Apa kamu masih ingin membuatku melepas TIV, El?”

“Luv … aku nggak mengerti alasan kenapa kamu masih bertahan dengan TIV padahal jelas-jelas kamu nggak pernah tertarik dengan bisnis ini! Kamu paham nggak kalau melepas saham TIV pada APT adalah cara untuk melepas semua bebanmu.”

Untuk sesaat Luna hanya bisa terpaku mendengar alasan yang dikemukakan El. Alasan yang sungguh tidak seperti dugaannya selama ini.

“Kamu nggak membenci TIV?” bisik Luna tak percaya.

El menghela nafas sebelum menggeleng pelan. “Seperti yang sudah pernah aku katakan padamu … TIV adalah hal paling rentan dalam megahnya nama Tejakusuma. Aku tidak membencinya karena itu, tapi aku membencinya karena menjadi beban untukmu.”

Luna tersenyum miris menyadari jika satu-satunya orang yang bisa memahami jalan pikirannya justru pria dihadapannya, musuh nomor satu yang harus dia hadapi. “Aku terlahir dengan beban itu El,” katanya pelan. “Sampai mati pun sepertinya itu akan menjadi beban untukku.”

El tampak tidak setuju dengan kalimat Luna, “kamu punya pilihan untuk menanggung atau melepaskannya Luv, biar aku yang mengambil alih itu dan kamu bisa menjalani hidup dengan cara yang kamu inginkan selama ini.”

“Cara yang aku inginkan,” ulang Luna dengan mata menerawang langit-langit kayu kamarnya. “Aku bahkan sudah lupa apa yang benar-benar aku inginkan.”

El mengulurkan tangan untuk meraih jemari Luna yang mencengkram tepi selimut erat. “Luv, lihat aku,” pintanya lembut yang segera dituruti Luna tanpa banyak bicara. “Kamu masih ingat buku apa yang kamu baca saat masih kelas tiga SD?”

Luna mengernyit bingung memikirkan alasan dibalik pertanyaan El, meski begitu akhirnya dia menjawab. “Seri Shogun-nya, James Clavell.”

El meringis mendengar jawaban itu, “Kenapa kamu membaca buku itu?”

“Di beri oleh Om Dayat, PA  Papi.”

“Kamu suka bukunya?”

Luna menggeleng, “tapi guruku bilang nilai-nilai dalam buku itu bagus untuk pengembangan karakter,” Luna tertawa pelan, ada rasa malu dan terhina saat dia mengatakan hal itu, dan El sangat tahu apa sebabnya. Cara Luna saat mengendalikan emosi, menghadapi masalah dan menggunakan otoritasnya sebagai pewaris TIV dibangun berdasarkan ulasan tentang karakter-karakter dalam buku yang dibahas oleh guru literaturnya.

Ada banyak media yang bisa dipakai untuk mempengaruhi pola pikir anak dan tentu saja kelak berpengaruh pada karakternya, itulah sebabnya konten yang mengandung pornografi dan kekerasan di internet secara berkala dihapus oleh pemerintah.

Dalam kasus Luna, ketika anak seumurannya masih membaca majalah anak-anak bergambar dengan cerita tentang peri dan penyihir baik hati, Luna justru di doktrin dengan sastra agar mampu bertindak sesuai situasi, memahami taktik  menyusun skema kekuasaan juga membangun kekuatan dalam menghadapi setiap masalah.

Ingatan El juga masih sangat tajam untuk tidak melupakan saat mereka remaja dulu satu-satunya novel tentang cinta yang Luna baca adalah Love Story-nya Erich Seagal, yang tampaknya tidak berhasil membuat Luna mendapat asupan romantisme yang cukup untuk dipakai membalas perasaannya.

“Luv, bocah dengan kehidupan yang normal nggak membaca novel James Clavell di usia sedini itu.”

Luna memejamkan matanya mendengar kata-kata sopan tapi terdengar menyakitkan karena memang itulah kenyataannya. Dirinya adalah pewaris TIV, tidak ada bagian yang normal hanya dengan menggenggam realitas itu di tangan.

“Aku tahu masa kecil kamu nggak akan bisa kembali, tapi apa kamu ingin mewariskan beban serupa untuk Valeraine?”

“…” tidak ada jawaban atas pertanyaan itu, akan tetapi sorot mata kosong Luna saat membalas tatapannya sudah mengindikasikan jika kehidupan yang akan menyambut Valeraine di Indonesia tidak akan jauh berbeda dari apa yang sudah Luna jalani. Ketika Luna mengambil alih tanggung jawab atas TIV maka secara otomatis Valeraine menjadi calon pewaris berikutnya.

“Kamu boleh bilang ke aku kalau itu tidak akan terjadi … tapi suatu hari saat kamu mungkin lihat dia sedang bermain tanpa beban kamu justru akan teringat pada tanggung jawab besar atas TIV,” El meremas jemari Luna, memberinya pengalih perhatian kecil untuk keluar dari rasa kebasnya saat menyadari jika yang El katakan mungkin pernah dirasakan Papinya.

Selama sembilan tahun pelariannya, bukankah sang papi tidak pernah satu kalipun menyentuh kehidupannya dengan tuntutan tanggung jawab atas perusahaan, akan tetapi menjelang ajal papinya tahu jika tidak ada yang bisa dia percayakan untuk memegang tanggung jawab sebesar itu selain darah dagingnya sendiri.  

Tangan kanan El yang bebas terulur ke wajahnya, menyentuh sisi pipinya dan membuatnya mengangkat pandangan ke depan, tepat ke dalam telaga gelap milik El yang bagai mengundangnya untuk nekad melompat—menyerah atas rasa lelahnya.

“Luv, jika janji hanya memberimu beban yang tidak sanggup kamu tanggung … maka lepaskan janjimu dan biarkan aku yang memikulnya.”

Dan Luna hanya bisa merasa pedih di mata juga hati saat El memberinya penawaran yang tidak bisa dia terima karena janji yang harus terlebih dulu dia penuhi.

"Aku nggak bisa," lirihnya pelan. Hanya kali ini ... hanya saat ini saja dia akan memperlihatkan kelemahannya pada laki-laki dihadapannya.

Untuk sesaat El hanya diam terpaku mendengar penolakan itu, tapi dalam hitungan detik senyumnya yang tampak arogan justru mengembang. "Masih belum mau menyerah juga ternyata,"gumamnya lebih terdengar geli ketimbang jengkel menghadapi keras kepalanya Luna.

"Oke. Nggak apa-apa ... aku tahu menyerah dengan mudah itu sangat bukan kamu, Luv itulah yang membuat bertaruh denganmu terasa menyenangkan, kamu menyediakan banyak tantangan hanya dalam satu permainan."

"El," Luna memanggilnya datar, "bagaimana kalau kita melakukannya?"

Kalimat itu terdengar ambigu dan mau tak mau membuat lelaki itu mengernyit bingung, "apa?"

"Satu pertaruhan besar ... Dan ini akan jadi permainan terakhir kita untuk selamanya."

"Apa yang kamu inginkan,Luv?" Pertanyaan itu terdengar bagai tawaran murah hati seakan hanya dengan mengatakannya El akan memberikan segala yang Luna mau dalam sekejap mata.

"Kehidupan dan kesetiaan kamu  untukku, Vale dan TIV."

Mata El sama seperti senyumnya, dingin. "Oke."

"Kalau begitu katakan apa yang kamu ingin dariku?" Luna mengguncang pelan tangan El yang masih menggenggam jemarinya. Untuk sesaat tautan itu menjadi fokus mereka.

"Hal yang sama," El menyahut dengan mantap. "Kamu, Vale dan TIV harus berada dalam genggamanku."

Luna menahan nafas mendengar ambisi dan keyakinan dalam suara El. Untuk sesaat dia mulai mempertanyakan pilihan yang dia buat dengan menantang laki-laki itu.

"Saat aku menang ... kalian harus menjadi bagian hidupku," tegasnya dengan penuh keyakinan. "Keluargaku."

tbc

Cieee yang pengen berkeluarga 🤣🤣
Babang El modusnya ketahuan amat, sih Bang .

Parah memang pasangan ini ... Kayaknya mereka gak kenal kata2 semacam I Love U gitu kali ya sampe buat cari jodoh aja mesti pake taruhan2 dulu 😂😂😂. Babang El pake ngatain Luna kurang asupan romantis padahal dia juga sama aja sih. 

Kadang aku sampe mikir ini bakal jadi cerita cinta macam apa dengan ruwetnya emosi mereka berdua ini , tapi memang ada hubungan yang dibangun bukan hanya dengan kata2 cinta. Hubungan yang bikin frustasi tapi memang berkesan sampai mati (Elah curhat). So yang ngarep obralan kata2 cinta dari Bang Bret harap menyingkir jauh2 ... Itu jambret gak pernah ngobral apapun, kalo nggak ngerampas dia taunya yah main sampai menang.

So ... Mari kita ikut taruhan, siapa yang bakal menang. Emak pegang Luna yaaa ... Siapa yang berani pegang El??



Continue Reading

You'll Also Like

952K 46.7K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
5M 273K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
619K 99K 39
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
4.7M 175K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...