RUANG LUKA (END)

By abie_abdul

2.6K 120 6

(BUKU RUANG LUKA by OnePeach Media READY DI SHOPEE DAN BLIBLI) "Patah hati diciptakan semesta bukan tanpa ala... More

Prolog
DUA - ARUNA DAN DYLAN
TIGA - KISAH BARU
EMPAT - SEBUAH KATA HILANG
LIMA - TIKET MENUJU PERTEMUAN
(Part of Kanaya) ENAM - PATAH HATI
TUJUH - EPISODE LUKA
DELAPAN - MAHESA
SEMBILAN - PINTU HATI
SEPULUH - BERTEMU BIRU
SEBELAS - BUNGA MAWAR
DUA BELAS - DEAR BIMBANG
TIGA BELAS - PERTH DAN KELANA
EMPAT BELAS - PAMERAN DAN PEMERAN
LIMA BELAS - PERTEMUAN KEDUA
ENAM BELAS - RUANG HATI
TUJUH BELAS - RAHASIA MAHESA
DELAPAN BELAS - LUKA YANG KEMBALI HADIR
SEMBILAN BELAS - PERPISAHAN SESAAT

(Part of Kelana) SATU - AKU KELANA

371 15 2
By abie_abdul

Jika saja dia tahu tentang hati yang mati

Pun sama saja dengan aku yang tak pernah temukan cinta sejati

Perempuan itu meninggalkanku sendiri

Menganggapku tak berarti

Dia tak pernah tahu bahwa dia buatku patah hati

Bukan hanya sekali, namun berkali—kali

Ketika ingatan menyakitkan itu diulang dalam memori

Dan terpaksa aku hanya bisa mengagumi

Menyentuhnya dalam mimpi dan memeluknya hilang kendali...

***

BANDUNG.

Aku terlahir sebagai kesedihan. Merakit kebahagiaan adalah hal yang tersulit aku lakukan. Aku kemudian menjadi terasing akan semesta yang bising, menjadi buta ketika semesta menawarkan keindahan tak terbantahkan,tak sampai disitu, aku menjadi tuli ketika orang lain membicarakan merdunya semesta.

Beginikah aku hidup? Untuk inikah aku terlahir? Aku bertanya pada malam yang sunyi, karena aku tahu malam akan mendengarkanku walau dirinya hanya membisu tak menjawab. Hingga orang-orang mengenal itu Cinta, Cinta bagiku hanya oase sebuah persepsi kesepian dari seseorang, karena Cinta tak pernah menyentuhku sekalipun aku membutuhkannya.

KELANA – Begitulah aku dipanggil. Seorang anak yang tak beruntung. Seorang lelaki yang tumbuh dengan ruang luka. Aku sama sekali tidak pernah merasakan kebahagiaan. Sejak aku kecil, aku sudah merasakan kehidupan yang kelam dan bayang-bayang itu masih ada dan tak akan pernah mungkin untuk hilang. Sejujurnya aku tak ingin kembali menceritakan kisah kelam ini kepadamu, karena bagiku untuk menceritakan kisahku saja aku seperti menguliti diri sendiri. Pedih.

Yang hanya perlu kamu tahu adalah bagaimana hidup tidak semua sama – tidak semua hidup mendapatkan peran yang menyenangkan. Yang terlahir dari keluarga sempurna lalu mendapatkan kisah asmara tanpa cacat disetiap episode. Dan aku bukan salah satu peran itu.

Aku hidup dari keluarga yang tak pernah untuk bisa tenang – bahkan bernafas leluasa dirumah sendiri saja sulit aku temukan. Aku masih kecil waktu itu, namun kisahku tak sekecil perawakanku yang kurus tak terurus.

Setiap hari, setiap malam selalu saja ada hal yang tak bisa diselesaikan secara baik oleh kedua orangtua ku. Tak ayal karena itulah selalu ada adu mulut hingga tamparan keras yang mendarat di pipi Ibuku dan aku menyebutnya itu tahap akhir.

Karena titik klimaks ayahku yang membabi buta adalah dengan memukul Ibuku dan aku harus menikmati tontonan itu tanpa episode akhir setiap malam.

Dan Jika sudah masuk pada tahap akhir. Ibuku selalu menyuruhku untuk mengunci diri di kamarku – setelah itu terdengar beberapa benda dilempar. Ayahku tempramental dan Ibuku adalah Ibu yang hanya bisa diam tanpa membela diri.

Tak pernah sekalipun ayahku untuk pulang dalam keadaan sadar, ayahku selalu pulang dengan keadaan mabuk – diantar oleh seorang perempuan dengan lipstik dan rambut berantakan. Aku dulu tak mengerti apa yang sedang terjadi.

Yang aku tahu setiap pagi Ibuku selalu meringis menahan lebam yang ada diseputar wajahnya. Jika aku tanya kenapa setiap pagi wajah Ibu lebam, dia hanya bilang bahwa dia terjatuh di toilet.

Perlakuan ayahku tak pernah berhenti. Entah apa alasan yang menjadi bahan utama ayahku memukuli Ibuku. Mungkin ayahku capek, se sederhana itu pikiranku ketika aku kecil. Padahal nyatanya psikis ayahku terganggu. Sempat pada suatu malam Ayahku membawa beberapa perempuan berpakaian seksi.

Wajahnya teler dengan botol minuman yang dulu aku pikir hanya es teh manis karena warnanya yang tak jauh berbeda.

Dengan sisa tenaga Ibuku, diam-diam aku dibawa ke rumah Tanteku yang tak jauh dari rumahku. Ibuku hanya mengantarkan aku lalu kembali pulang, aku ditinggal dengan seseorang yang aku tak kenal. Ibuku menangis, mengusap rambutku. Ibuku berbisik, pelan dan bergetar.

"Maafkan Ibu, dimanapun kamu berada. Ibu akan ada disamping kamu"

Lalu Ibuku pergi. Aku meronta ingin ikut berlari, namun sepasang tangan menghalauku. Memaksaku untuk tenang .

Dan esoknya, pagi-pagi sekali beberapa polisi mendatangi rumah tanteku. Ada kabar yang disampaikan yang membuat tanteku menangis menjadi-jadi, aku dipeluk. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi – drama apa yang kembali terjadi, yang aku harap bahwa Ibuku baik-baik saja.

Namun harapan seorang anak kecil tidak didengar, beberapa garis berwarna hitam dan kuning – yang aku kenal kini itu adalah police line – menhiasi rumahku. Aku digendong oleh seseorang bertubuh besar dan dia adalah Suami dari tanteku. Beberapa bercak darah seperti sengaja di guyurkan. Bau anyir semakin terasa ketika aku memasuki kamar Ibuku.

Sebuah jasad yang aku tahu itu Ibuku terbujur kaku dengan darah yang bersimbah kemana-mana. Aku menjerit, satu tangan menghalangi padanganku agar aku tak melihat pemandangan mengerikan itu. Tanteku menjerit, om ku meringis.

Bukan hanya itu pemandangan yang aku temui, namun dalang dibalik pembunuhan itu juga tergantung mengambang tak bernyawa. Iya dia adalah ayahku – yang lebih memilih untuk bunuh diri setelah menikam Ibuku. Dan gejolak marah aku salurkan dengan wajah kebencian ketika aku melihatnya tergantung.

Kejadian memilukkan itu melahirkan sikap dingin kepadaku, sikap seseorang yang ketakutan bahkan menjadi sebuah syndrome . Aku menjadi pribadi yang selalu mengurung diri dan terkadang bersikap tempramental. Aku tak suka bergaul, aku hanya dekat dengan beberapa teman. Salah satunya Dylan. Jika ketakutannku sedang kumat, aku ditenangkan olehnya.

Jika aku memilih, aku lebih baik tidak untuk dilahirkan. Namun kehidupan harus tetap berjalan, dan aku diasuh oleh Tante Irma, adik dari Ibuku dengan seorang suami yang baik yaitu Om Ari juga dengan sepupuku yang hanya berbeda satu tahun denganku, Dylan.

Mereka sama sekali tidak membedakan ku dengan Dylan, jika Dylan diberikan hadiah – begitupun denganku. Aku juga mendapat kebahagiaan dan kasih sayang yang sama. Peran tante Irma yang menjadi sosok Ibu berhasil, namun tetap saja terkadang aku meridukan Ibuku, namun tidak untuk ayahku. Begitu juga dengan Om Ari yang selalu sigap dengan wibawanya sebagai ayah untuk aku dan Dylan.

Tante Irma, adalah wanita karir. Tante Irma seorang designer. Karyanya sudah diakui di tanah air. Om Ari juga tidak kalah sibuk dengan Tante Irma. Om Ari tidak pernah tinggal berlama-lama dirumah, karena pekerjaannya sebagai surveyer perusahaan. Tugasnya adalah wara-wiri ke beberapa negara untuk memastikan saham perusahaan.

Ketika aku dan Dylan kecil, kita selalu menghabiskan waktu berdua. Diasuh oleh Bi Juju, asisten rumah tangga Tante Irma. Terkadang aku yang menjaga Dylan begitupun sebaliknya. Dylan menerima aku tanpa kurang begitujuga dengan keluarga besar nya. Semua menyayangiku seperti mereka menyayangi Dylan . Tidak kurang.

Beberapa kali pun Dylan selalu ada disampingku ketika aku dibawa ke psikiater. Mengobati trauma yang aku alami, perlahan semua berangsur pulih namun tidak memastikan bahawa aku sembuh. Karena ingatan-ingatan mengerikan itu masih terpatri dalam pikir. Pada dasarnya, Dylan adalah segalanya bagiku.

Dari kita kecil kita selalu dalam sekolah yang sama, satu bangku pula. Walau sesekali kita saling berjauhan karena perbedaan pendapat atau hanya aku merusak mainan Dylan , namun pada akhirnya kita akrab lagi. Tante Irma selalu mengajari tentang kebersamaan, bagaimana kebersamaan itu dibangun, diciptakan dan dijalani.

Aku selalu menjadi bahan pembicaraan teman-temanku bahkan orangtua murid ketika aku berpapasan dengan mereka. Entah apa yang mereka pikirkan, jika dengan cara membicarakan kerusakan keluarga orang lain menjadi kebiasaan yang didengar oleh anak mereka, lantas kenapa mereka tidak terima ketika anak mereka mengikuti habit mereka yang terkesan negatif.

Oh jadi itu anak yang terlantar, kasian yah

Masih mending ada yang ngurus. Mana yang ngurus orang kaya lagi

Ih kalau saya sih ogah ngurus anak dari keluarga sinting

Kalau saya sih lebih kasian sama anak kandungnya, merasa di abaikan

Waktu itu aku harus melumat mentah-mentah apa yang orang dewasa katakan. Karena aku pikir semua yang orang dewasa katakan itu benar. Nyatanya hanya sebatas kiasan dimana mereka ingin terlihat sempurna oleh orang lain dengan menjatuhkan orang lain. Ironis.

Aku juga pernah dipanggil beberapa kali ke ruangan kepala sekolah waktu SMA, hal kecil sebenarnya. Waktu itu aku pulang sendiri, Dylan sedang sakit. Aku dihadang oleh beberapa yang aku tahu itu adalah anak kelas 3.

Oh jadi ini anak pungut yang sok kecakepan deketin si Rasty

Geus lah, hajar weh budak kos kiyeu mah!

Rasty adalah teman sekelasku waktu SMA. Dia cantik, tidak hanya teman satu kelas yang suka dengannya, namun juga dengan senior. Salah satunya adalah Raka Cs. Seorang yang dikenal sebagai orang kaya. Dan aku sedang berhadapan dengannya, beberapa teman nya melempar bogem mentah kepadaku.

Aku berusaha membalas, satu kali dua kali aku berhasil mendaratkan pukulan ku. Namun dua tanganku kalah dengan pukulan serta tendangan Raka dan ke enam temannya. Dan akhirnya aku tumbang.

Esoknya tante Irma dipanggil kepala sekolah terkait dengan kasus pemukulan yang terjadi. Kepala sekolah berdalih bahwa aku yang salah, aku membela diri namun mereka tak ingin dengar. Orang tua Raka sudah mengatur semua dengan rekayasa suap.

Aku tahu ketika orang-orang yang bermasalah dengan Raka pun mengalami hal yang sama. Krisis kepercayaan orang biasa. Toh jikapun aku mau, aku bisa saja melakukan apa yang dilakukan orang tua Raka.

Tante Irma bukan orang biasa, dia punya segala. Namun aku tak ingin menjadi culas dan pandai ber drama untuk orang yang tulus. Aku memang tidak diajakrkan bagaimana itu rasa kasih sayang, tapi aku masih tahu bahwa kejujuran masih berlaku walau dipandang sebelah mata.

Ketika masuk perguruan tinggi, Aku dan Dylan berbeda jurusan. Ini kali pertamanya kita terpisah, Dylan memutuskan untuk berkuliah di Amerika mengambil jurusan Psikologi sedangkan aku lebih memilih Ilmu Komunikasi karena ketertarikanku terhadap dunia photografer. Aku menyukai seni foto dan hal-hal dengan dunia membidik.

Entah perasaan itu hadir darimana ketika aku lebih menyukai bergaul dengan alam dalam satu frame lensa. Karena jika dunia nyata tidak menerimaku, tak masalah jika aku diterima oleh hal-hal indah dalam lensaku.

Ketika aku lulus SMA, tante Irma memberiku sebuah kamera foto dan dari sanalah aku mulai membidik yang aku suka. Sedikit banyak aku mulai melupakan tentang kegetiran hidupku. Aku ingin berlama-lama dengan alam melalui lensa kamera. Ada rasa bahagia yang tak terkira ketika aku berhasil menyajikan keindahan semesta, ketergantungan itu berhasil membuatku candu hingga kini.

To Be A Continued...




Continue Reading

You'll Also Like

2K 297 10
[Follow sebagian part di private] Kisah ini menceritakan tentang aidan bismaaskra ketua sanparen yang menyukai adik kelas secara ilegal. Sebenar'nya...
3.6K 582 5
"Konon katanya jangan jatuh cinta sama orang di tahun 2022 karena lo bakal sulit lupain nya." pernyataan itu adalah sebuah kebenaran. "Dia adalah pi...
1.4M 116K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.5K 190 15
"Aku tidak pernah membayangkan kutukan yang selama ini menjadi beban dalam hidupku ternyata bisa memberikan rasa lain tawa dan kebahagiaan dalam ikat...