My Sweetest Ex

myezbie

271K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... Еще

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 13 : A Little Secret
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 14 - One Time

4.9K 404 76
myezbie

Happy Reading.

Jemarinya bergerak mengusap satu dari sekian banyaknya tumpukan gambar di tangannya. Bibirnya tersungging tipis namun matanya menyiratkan sebuah tatapan kesedihan. Salsha hanya menatap potret laki-laki itu. Melamun mengenang kilatan kisah lalu yang tinggal kenangan.

"Adek..." Suara itu membuat lamunannya buyar. Dia menatap sosok perempuan yang saat ini menyembulkan kepalanya di pintu yang sedikit terbuka. "Kakak boleh masuk?" tanyanya kemudian.

"Ah iya, Kak, masuk aja." Tangannya bergerak cepat menutup kotak yang ada di pangkuannya kemudian menaruh kotak itu di bawah lantai.

"Kakak ganggu ya?"

Salsha menggeleng, "Enggak kok, Kak Yuki sini aja, aku malah seneng kalau ada temennya."

Yuki menutup pintu kemudian berjalan menuju Salsha yang duduk di pinggir ranjang, matanya sedikit melirik ke arah kotak biru yang cepat-cepat Salsha singkirkan tadi.

"Kenapa kotaknya ditaruh bawah?"

Salsha melirik kotak itu kemudian tersenyum paksa, "Gak apa-apa, Kak, bukan barang penting juga."

Yuki mengangguk-sok percaya, meski nyatanya ia tahu jika ucapan Salsha berbanding terbalik.

"Kak Yuki mau jalan sama Kak Al?"

"Enggak, Dek, kakak kamu kan abis ini ujian semester masa main mulu sih?"

Ah, padahal Yuki tidak tau saja jika tiga hari ini kekasihnya itu rutin keluar malam dengan si mobil kesayangan. Salsha membatin dalam hati, namun tak tega juga jika harus mengadu.

"Kamu sendiri gak jalan sama pacar? Siapa itu namanya? Iqbaal ya?"

Salsha tersenyum tipis, "Iya, dia lagi sibuk," sama yang lain, lanjutnya dalam hati.

Yuki hanya mengangguk kemudian mengalihkan atensinya pada televisi yang menganggur. "Kakak nyalain tv-nya boleh?"

"Silahkan aja, oh ya, Kakak mau minum apa biar aku ambilin."

"Eh, gak usah tadi udah dibikinin sama Bu Nunuk."

"Oh yaudah."

Setelahnya kedua gadis itu larut dalam kegiatan masing-masing, Yuki yang menonton acara komedi dan Salsha mengamati Yuki. Kiranya apa yang spesial dari gadis ini hingga kakaknya begitu jatuh pada pesonanya. Di menit awal, Salsha belum menemukan sesuatu istimewa namun ketika suara tawa kencangnya terdengar-yang mana membuat dia refleks memegang jantungnya.

Sedikit saja penggambaran Yuki dari Salsha, menurutnya gadis yang masih mempunyai darah Jepang itu adalah sosok yang luar biasa sederhana. Sederhana bukan hanya dari segi ekonomi saja, melainkan juga sederhana dalam menanggapi sesuatu, berpikiran, dan bertutur kata. Gadis yang jauh dari kata jaim itu sukses membuat atensi Salsha teralih ketika pertama kali kakaknya mengenalkannya.

Seperti yang kalian tebak, Salsha tentu merasa tak suka pada Yuki di pertemuan pertama. Oh ayolah, kakaknya yang tampan dan idola ini punya segalanya, termasuk kharisma luar biasa yang bahkan bisa menggebet gadis sosialita manapun. Namun ketika, fakta jika kakaknya berpacaran dengan anak seorang yang menggantungkan kehidupannya dari uang hasil berjualan mie ayam tentu membuat ia tak setuju.

Salsha merutuk, benar kata Steffi, dia egois. Salsha tersenyum kecut ketika mengingat ia pernah menjadi penyebab Kak Al masuk rumah sakit. Tebak karena apa? Karena ia menyuruh lelaki itu memutuskan Kak Yuki. Kak El-sepupunya bilang, jika kakaknya menabrak bahu jalan karna hilang konsentrasi. Dan ya, Salsha jelas tahu siapa dalang pembuyar itu.

Salsha baru sadar sejak saat itu, jika kepribadian seseorang tak bisa ditentukan dari tempat strata mereka berada. Tak peduli bagaimanapun bentuk wajahnya, baik buruknya, jika hati berkehendak maka semesta pun akan tahu bagaimana ujungnya.

***

Jeha menghadang Steffi yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi. Gadis yang sejak tadi menunggu menatap sahabatnya dengan pandangan marah.

"Ada apa?" Steffi memutar bola matanya jengah, menyandarkan punggungnya pada pintu kamar mandi.

"Harusnya lo gak bertindak terlalu jauh, Stef."

"Maksudnya gimana ya? Gue gak nangkep omongan yang lo bilang."

Jeha menghela napas kemudian berdiri tegak dihadapan Steffi, "Gue udah peringatin lo sebelumnya, Jangan pernah bilang kalo gue gak pernah bilangin elo sebelumnya." Setelahnya gadis berkuncir satu itu pergi dari hadapan Steffi.

"Siapa juga yang akan nyesel."

Jeha sempat berhenti sejenak, kemudian memilih melanjutkan langkahnya agar tak melesakkan tinjunya pada sahabat super menyebalkannya nan bodoh nan keras kepala itu.

***

"Ihh, so sweet amat sih ditungguin sampai pulang latihan." Cassie menyenggol pundak Vanessa hingga empunya sedikit terhuyung.

"Apasih Kak?" Pipi gadis itu merona membuat Cassie tertawa puas.

"Pipinya merah tuh!"

Vanessa refleks menutup kedua pipinya, menyembunyikan reaksi malunya.

"Liat deh, Iqbaal liatin kamu tuh."

"Udah deh Kak, aku malu ini."

"Hahaha...," Cassie tertawa puas kemudian meneguk air mineral yang ada di sampingnya, "kalian tuh cocok banget, kenapa gak dari dulu aja jadian."

"Ya kan dulu Kak Iqbaal masih ada status sama Kak Salsha."

"Iya tapi dianya suka sama kamu dari pertama kali MOS."

Satu fakta yang memang sudah dia ketahui sejak pertama kali Iqbaal mendekatinya. Fakta yang mana membuat dia mengecap Iqbaal laki-laki buruk-diawal pemikirannya-sebelum Cassie membuatnya percaya. Meski begitu, ada satu pertanyaan yang hinggap di benaknya tentang hubungan Iqbaal dan Salsha. Pertanyaan yang belum mampu dia dapatkan jawabannya.

"Udah gak usaha dipikirin, yang penting kan sekarang Iqbaal udah jadi bucin kamu. Suka gemes gitu kalau liat kalian."

"Padahal Kakak sama Kak Aldi jauh lebih ngegemesin, cocok banget! Aku suka liatnya," ucap Vanessa sembari menatap Cassie dengan senyuman cerahnya.

Dan Cassie hanya merespon dengan tersenyum tipisnya.

Beralih ke arah Iqbaal yang sejak tadi mendapatkan perhatian dari gadis-gadis yang turut menonton latihan gabungan cheers dan basket untuk persiapan lomba antar sekolah satu minggu lagi. Laki-laki itu memilih berpura-pura tidak tahu dan tuli akan bisikin yang sebenarnya terdengar sampai di telinganya.

Padahal, suara mereka terlampau keras untuk dibilang sebuah bisikan. Rasanya, ia sedikit menyesal tak mengajak Aldi ataupun Bastian. Walaupun dua sahabatnya itu super rusuh, namun ia tak menyangkal jika keduanya kadang bisa menjadi malaikat pelindungnya.

Ting!

Suara pesan masuk membuat lamunannya buyar, dia merogoh ponsel di saku celana sekolahnya.

From: Salsha

Bisa dateng ke rumah ga?

Enggak. Inginnya menjawab kata itu, namun ia berpikir sejenak. Kira-kira apa yang membuat gadis itu menghubunginya? Apa ada sesuatu yang penting atau hanya sekedar menemani si gadis jalan-jalan?

Ting!

From: Salsha


Kalo gabisa aku sama Alwan aja

Karna terlalu lama berpikir, Salsha kembali mengirimi pesan. Kali ini membuat Iqbaal tak langsung berpikir lama. Remaja laki-laki itu langsung beranjak dari duduknya, mengambil tasnya dan berjalan keluar lapangan basket tanpa tahu jika pandangan Vanessa tak lepas darinya.


***

Salsha tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, gadis itu bahkan refleks meloncat karena terlalu bahagia. Dia langsung berlari ke arah bawah, memakai pakaian rumahan dan sandal, dengan tangan mengamit dompet dan handphone.

"Mau kemana?" tanya Iqbaal heran. Laki-laki yang heran karena Salsha masuk ke mobil lebih dulu, padahal ia hendak keluar menghampirinya.

"Puncak yuk?"

"Ngapain?"

"Pengen aja, udah ayuk"

"Kamu pake baju gitu?" Iqbaal menilik celana pendek rumahan bermotif bunga dan kaos katun Salsha, "ganti baju dulu entar aku dimarahin Kak Al."

"Kak Al gak bakal tau, udah ayuk pergi aja keburu macet entar."

"Ganti baju dulu."

Salsha melipat tangannya di dada, "Gak mau!" katanya tegas.

"Fine! Kita mampir di pom, kamu ganti pakai celana training aku." Kemudian Iqbaal mulai menjalankan mobilnya.

Salsha tersenyum dalam hati, tak memungkiri jika hatinya kelewat senang. Setidaknya dia tahu jika Iqbaal masih peduli padanya.

"Kamu udah ijin Kak Al?"

Salsha menoleh ke arah Iqbaal yang mencuri pandang ke arahnya, "Kak Al gak ada di rumah."

"Telfon gih."

"Iya." Meski begitu gadis itu tak beranjak sedikitpun untuk mengambil ponselnya di dashboard.

"Sekarang."

"Nanti aja."

"Sekarang Salshabilla."

Salsha mengembuskan napasnya kesal, ogah-ogahan membuka lock-screen ponselnya.

"Iya nih! Bawel!"


***


Selamat malam! Semoga nyenyak tidurnya.

What do you think about this part?

Jangan lupa komen dan votenya!

Cium beceq
-biebers.

Продолжить чтение

Вам также понравится

Aurora Ainiileni

Художественная проза

41.4K 3.1K 45
Sembilan tahun telah berlalu, bertemankan sepi yang menyiksa hati. Alexa mulanya telah menekadkan hati untuk tetap sendiri sebab semua mimpi yang ing...
HERIDA Siswanti Putri

Подростковая литература

637K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
Broken Down (REPOST) Septi Nofia Sari

Художественная проза

104K 18.2K 43
#Miniseri 6 "Mengenalmu, adalah sebuah jalan untukku merasa utuh." (Erlangga Thariq) "Bertemu denganmu, adalah jalan yang tak pernah kuinginkan terja...
1.9M 163K 40
Hidup Gama seperti sebuah quote "Cintaku habis di kamu, sisanya aku hanya melanjutkan hidup." Setelah perpisahan dengan Jenia hampir sepuluh tahun y...