Guilty Crown: The Righthand o...

By koi-fumi

1.9K 307 57

Revisi terbaru dari fanfiksi Guilty Crown: The Righthand of Eve. [Blurb] Toyone Minori ialah salah seorang a... More

<writer's conerse>
~Prolog~
01 ~ Gaze of Destiny
02 ~ Curious of You
03 ~ The Place which Causes of Calamity
04 ~ The Beginning of Tragedy
05 ~ She Appears that Song
06 ~ She Should Know Anything (part.1)
06 ~ She Should Know Anything (part.2)
07 ~ She's (not) Fine at School
09 ~ He Appears that Power
10 ~ Who really am I?
11 ~ She, Heartbroken
12 ~ Bet On No-Guarantee
13 ~ What is the meaning of 'Eve?'
14 ~ The other girl is being an Eve
15 ~ They're meeting; their plan
16 ~ Should she ask about 'void genome'?
17 ~ A plan to protect her
18 ~ She meets the late Eve(s)
19 ~ Tragedy
20 ~ Chaos
21 ~ The War is Beggining
22 ~ Her Planning
23 ~ Strike Back
24 ~ She, Arise
25 ~ Her Control
~Epilog~
List characters' name

08 ~ She has been Found

86 14 6
By koi-fumi

Oktober 2044.
Roppongi, Minato-ku.
Gedung Utama SHIP Foundation.

Tamadate Shota mengirim pesan 'penting' kepada seluruh teman sejawatnya secara mendadak. Pesan singkat yang menyuruh mereka segera hadir ke ruang pribadi pemimpin SHIP Foundation. Setelah membaca pesan tersebut, spontan mereka mengira ada yang tidak baik terjadi pada Shu. Mereka-Yahiro, Kanon, Ayase, dan Tsugumi-tergesa menuju ruangan pemimpin organisasi tersebut.

Yahiro duluan yang membuka pintu. "SHU!" panggilnya panik.

Shu menoleh ke pintu, agak terkejut mengapa empat rekan sejawatnya begitu tergesa masuk ke ruangannya. Tapi ia tetap santai dan menaikkan tangan kanan sebagai sapaan. "Ya, Yahiro! Aku keren, tidak, pakai kacamata?"

Yahiro, Kanon, Ayase, dan Tsugumi terpegun melihat Shu dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan ngelantur dengan menanyakan penampilannya mengenakan kacamata cokelat. Keempatnya langsung melirik Shota tajam bagai seorang pelaku penipuan yang telah meraibkan uang berjuta-juta.

"Shota-kun, maksudmu apa?" geram Ayase, memangku tangan di dada.

Tsugumi yang mendorong kursi roda Ayase bergumam setuju. "Hampir saja aku jantungan dengan pesanmu!"

"'Penting! Segera ke ruangan Shu!'," tambah Kanon langsung memperbaiki letak kacamata.

"Waw, waaaw! Tenang dulu semuanya!" Shota gelagapan, tidak sangka pesan singkatnya disalahartikan.

Yahiro ingin menimpali, bahkan ingin menjewer keras telinga Shota, tapi ia langsung berfirasat. Ia melangkah ke arah Shu, terus menatap kacamata yang dikenakannya lekat. Kedua bola mata Shu bergerak seakan panik-tidak, dengan sikap temannya itu semakin canggung ditatap terlalu lama. Ketiga gadis di belakang Yahiro pun menyusul. Tidak memerhatikan apa yang disadari Yahiro.

"Shu..., kau ... bisa melihat?" ungkap Yahiro ragu.

Shota tersenyum puas.

Kanon, Ayase, dan Tsugumi langsung membelalakkan mata mendekati Shu.

"Kalian terlalu dekat!" ungkap Shu jengah.

"Benarkah?" kaget Tsugumi paling antusias.

Shota terkekeh, semakin lama semakin keras. "Hahahaa!! Bagaimana? Semua upayaku akhirnya berhasil, kan?"

Kanon menoleh ke Shota, sangat kebingungan, lalu menatap kedua mata Shu di balik kacamata itu lekat. "Ba..gai..mana bisa?"

"Shu, coba tebak berapa jari yang aku naikkan?" ungkap Ayase yang hanya bisa mendongak menatap pemuda di hadapannya.

Shu mengadahkan pandang, lebih tepatnya menatap Ayase, lalu tersenyum. "Kau tidak menaikkan satu jari pun, Ayase," jawab Shu mantap.

Ayase sadar mata Shu benar-benar melihatnya. Spontan wajahnya memerah, tidak sangka Shu bisa menebak dengan benar. Ia merasa seperti orang bodoh. Tapi kemudian ia ikut tersenyum senang. "Shu, benarkah matamu bisa melihat?"

Shu tersenyum jengah menatap masing-masing raut teman-temannya. "Tidak sesempurna penglihatan normal. Tapi cukup membantuku 'melihat'."

Melihat keempat rekan 'sehidup-semati'-nya kebingungan-sangat-Shota berinisiatif menjelaskan alat buatannya itu. "Ekhem! Mari aku jelaskan," ungkapnya seakan seorang pramuniaga yang akan mempromosikan dagangannya, "ini bukanlah kacamata biasa. Ini adalah alat reseptor-penerima-visual yang direkam oleh dua kamera kecil yang ada di dalamnya, lalu alat ini akan menerjemahkannya dalam kode sederhana yang dapat ditangkap oleh kontak lens yang dipakai di kedua mata Shu. Kontak lens ini khusus, bisa dibilang canggih dan aman dipakai!"

"Tampaknya ... agak menakutkan," ungkap Tsugumi tidak dapat membayangkan matanya dimasuki benda asing.

"Benar aman? Tidak membuat kerusakan lebih parah ke matanya Shu?" tanya Ayase meragukan.

Shota berdecak tiga kali. "Sudah kubilang, kan? Aman, higenis, dan canggih! Bahkan membuat alat penglihatan ini kerjasama dengan dokter mata, lho! Kalian tidak percaya? Shu, coba katakan pada kami semua apa kamu merasa ganjal memakainya?"

Shu terdiam sesaat. "Awalnya agak gatal saat lensa menutupi kornea. Tapi, rasanya mataku cepat bereaksi baik dengan lensa ini. Aku juga bisa leluasa menggerakkan bola mata."

"Bisa dianggap kamera dengan lensa yang dipakai Shu ini seperti kerjanya proyektor," tambah Shota memuji buatannya sendiri.

"Bagaimana gambaran yang kamu lihat?" tanya Kanon masih khawatir.

"Seperti televisi kuno. Hitam-putih. Ah, iya! Pertama kali melihat selama lima tahun ini ternyata perawakan teman-temanku sudah dewasa! Saat kalian masuk membuatku sangat terkejut! Saat pertama kali lihat Shota saja aku tidak habis pikir rambutnya agak panjang dari SMA dulu."

Shota terkekeh mendengar komentar Shu. Ia juga tertawa lepas begitu Shu melihat dirinya yang sedikit berantakan karena baru menyelesaikan alat buatannya. Yahiro menggelengkan kepala tidak percaya dengan komentar Shu di luar perkiraannya. Sedangkan Kanon, Ayase, dan Tsugumi langsung tersenyum malu-malu dipuji 'tampak dewasa'.

"Oh iya, aku belum lihat diriku sendiri! Kaca, di mana kaca?" pinta Shu sudah seperti anak kecil yang dapat mainan baru.

Sontak kelima temannya agak kikuk dengan permintaannya. Mereka agak enggan, bukan berarti karena fisik Shu buruk, bukan, enggan yang condong ke perasaan iba.

Shu refleks melirik kiri-kanan, ia baru saja mengenali ruang pribadinya dan tidak menemukan kaca rias. Ia menghampiri jendela, berharap dapat gambaran dari kacanya. Sayangnya hanya visual kabur yang ditangkap oleh kamera kacamatanya. Raut kecewa terpapar jelas di wajah Shu.

Melihat itu, Ayase mengeluarkan kaca rias kecilnya dari saku. "Hanya ada kaca kecil, bagaimana?"

Shu menerima kaca rias tersebut, "Terima kasih," ia terkekeh kecil, "jadi malu, nih."

"Kau yang bilang, Shu?" timpal Shota langsung disambut gelak tawa yang lain.

Shu mulai mengarahkan kaca sejajar dengan wajahnya. Tidak ada perasaan kecewa terlintas sedikit pun di benaknya. Bagaimana pun kini keadaannya, ia sudah sangat bersyukur masih bisa bersama dengan teman-teman yang selalu ada untuknya. Meski ... separuh hatinya sudah pergi, bersama dengan indera penglihatannya.

"Meski bisa melihat pun, aku tidak bisa menatapmu lagi, Inori...."

⚫⚫
➖➖⚫❄⚫➖➖
⚫⚫

Di suatu tempat rahasia....

Setelah kegagalan misi yang diemban oleh Yuu, organisasi yang masih misterius bernama Da'ath memberi hak pada orang lain untuk mengurus takdir di permukaan-tidak lain ialah Bumi dan seisinya. Dan 'orang' yang dipilih ialah laki-laki kurus jakung yang dipanggil Ares. Itu bukanlah nama aslinya, jua bukan sebuah kode-panggilan-rahasia, Ares adalah nama yang diberikan setelah ia menerima tugas, sama seperti yang telah diberikan pada Yuu.

Apa tujuan Da'ath pada manusia, apa hubungannya dengan apocalypse virus, masih menjadi tanda tanya. Terutama pergerakan mereka, tidak ada satu pun yang tahu kecuali orang-orang yang terlanjur terlibat.

Kini Ares sedang sendirian di laboratorium pribadinya, mengemban misi demi tujuan Da'ath dan demi memenuhi ambisinya sendiri. Dengan teliti ia mencampur senyawa-senyawa yang telah ditentukan agar mendapatkan formula yang diharapkan. Namun setiap diuji coba pada tikus, hewan pengerat yang malang itu harus mati dalam hitungan detik.

Ares bingung bukan kepayang. Selama dalam studi ia tidak pernah salah memperhitungkan segala tindakannya akan zat kimia. Ia yang paling pintar dan ahli di kelas dulu. Sayang, virus yang ia kaji kini seakan begitu rumit.

"Kenapa lebih rumit dari virus sebelumnya?!" Kepalan tangannya memukul meja, begitu frustasi. "Sial!"

Baginya kini pekerjaan sia-sia, kembali ke titik zero. Kekuatan dari tangan kanan begitu besar hingga tidak ada satu pun orang yang dapat bertahan jika void-nya ditarik keluar. Mereka akan mati, void yang digunakan hanya bisa sekali.

Terkecuali pasangan Scrooge-Carol. Hanya gadis bernama Carol yang dapat bertahan saat void-nya ditarik dan kekuatan dari alat bio tersebut sangatlah besar. Tapi void itu hanya Scrooge yang dapat mengontrolnya, dan jika pria itu menarik void dari makhluk hidup lain tidak akan ada yang selamat dari reaksi virus.

"Andai saja seluruh penelitian Sephira Genomics tidak terbakar...," ujarnya lirih dan sangat kecewa, "pasti aku bisa membuat dua kekuatan itu lebih dari yang mereka buat."

Ares menyesali keputusan para dewan tertinggi Da'ath untuk tidak ikut campur karena apa yang terjadi pada Yuu adalah tanggung jawab laki-laki culas itu. Meski nyawanya diujung tanduk sekali pun. Padahal mereka dapat mengambil alih dan memenangkan pertarungan. Tapi Da'ath malah memilih mengamati, dan mengagumi kekuatan yang dimiliki oleh Adam terpilih lima tahun lalu.

Ada niat untuk menculik Ouma Shu untuk diteliti. Tapi setelah diselidiki pemuda itu tidak memiliki Kekuatan Raja sama sekali, hilang bersama dengan virus yang menjangkit beberapa tahun silam. Begitu pula dengan Eve terpilih. Cerita kandas tanpa ada jejak sedikit pun.

Tapi Da'ath malah menyembunyikan fakta akan apocalypse virus. Merencanakan kebangkitan virus mematikan tersebut, memilihnya sebagai pelaksana, dan menitipkan seorang anak yang telah bersatu dengan Kekuatan Raja di tangan kanannya.

Tugasnya ialah mencari Eve bagi Adam yang terpilih. Ares pikir hal itu mudah, tinggal menyuruh Dai menarik void para gadis yang ditemui dan memilih void mana yang paling kuat. Tapi kenyataan setiap Dai menarik void, orang tersebut akan terkontaminasi dengan kekuatannya dan virus yang tidak aktif di tubuh menjadi hidup. Dalam waktu singkat orang tersebut mati karena pengkristalan organ hingga seluruh tubuh.

Di tengah mencari solusi, Ares mendapatkan beberapa profil dari mantan-mantan peneliti Sephira Genomics yang masih hidup. Mengumpulkan mereka pada satu lokasi rahasia (ruang bawah tanah Seira Pharmacy), bahkan mengeluarkan mereka dari penjara, untuk satu tujuan. Mereka harus membuat formula untuk menekan virus saat Kekuatan Raja menyentuh void manusia. Semua itu demi kebangkitan Eve yang telah menghilang.

"Seharusnya Eve dipilih oleh Da'ath sendiri, tapi tidak ada yang bisa menggantikan Ouma Mana."

Ares menyandarkan punggung, melepas penatnya dari statistik yang tertera di layar. Di sana tertera data-data kemungkinan formula yang sedang ia kembangkan.

Kembali pada pernyataan kalimatnya barusan, seharusnya Da'ath telah memilih Eve, tapi kriterianya begitu sulit ditemukan. Lagi, mereka tidak mau membuat Eve seperti halnya gadis bernama Yuzuriha Inori. Meski ia hanyalah wadah, ingatannya diganti dengan milik Mana, tapi gadis itu memiliki kesadaran sendiri dan lebih berpihak pada Adam.

Karena itu Da'ath melakukan tindakan sebaliknya. Mereka membuat Adam, dan akan mencari Eve asli.

Dalam benak ia terus bertanya 'bagaiman caranya menemukan Eve tanpa adanya ciri-ciri yang sama dengan Mana? Apa karena virus itu sendiri kini tidak aktif karena itu kekuatan Eve belum bangkit?

"Kenapa tidak sebar saja kembali virus itu?"

Itulah kalimat polos dari Dai tiga tahun lalu saat tidak sengaja mendengar gumamannya. Ares tidak terima karena jika ia akan bermain semuanya hal yang diperlukan harus disiapkan dengan matang. Ia tidak mau kalah karena salah langkah dan perhitungan.

Tindakan Dai menarik void peneliti mengaktifkan virus, tidak sangka void bola yang dikira bocah itu hanyalah mainan ternyata sebuah bom. Ledakan besar terjadi di Seira Pharmacy, void bom tersebut menjadi pemicu pengaktifan virus dan tersebarlah di kota. Semua itu tidak masuk perhitungannya.

Permainan telah dimulai tanpa aba-aba darinya. Ia tidak bisa menyalahkan Dai. Sebagai pihak yang 'mengasuh' Dai, ia bertanggung jawab membereskan data-data dan fakta yang ada di Seira Pharmacy yang terhubung dengan pekerjaannya. Dan secepatnya menemukan Eve untuk disatukan dengan Dai, dan atas nama Da'ath untuk mengambil alih Tokyo.

Di saat Ares butuh ketenangan untuk merenggangkan saraf-saraf otak, Dai hadir dengan langkah riang. Ares ingin memarahi Dai, tapi begitu melihat senyum culas anak laki-laki itu, ia berfirasat Dai memiliki informasi bagus untuk dirinya. Meski Dai anak umur tiga belas tahun, ia cerdas dan sangat diandalkan, Ares tidak meragukan anak itu.

"Jika kau tidak memberikan kabar baik, jatah uang jajanmu tidak akan kuberikan selama seminggu. Huh, bagaimana pun uang tersebut hanya untuk main di game center."

"Justru sebaliknya! Kau akan memberiku uang dua kali lipat untuk main di gesen karena berita hebat dariku!" ungkap Dai sangat percaya diri.

Ares menimbang. "Baiklah. Ceritakan."

Dai meraih kursi putar, duduk dengan memutarnya sekali, masih dengan sikap cerianya, lalu mengarahkan duduknya menghadap Ares.

"Sebelumnya aku ingin tanya satu hal! Apa ada korban stage empat bisa terselamatkan?"

"Tentu saja tid-" Ares terenyak sesaat, ia langsung tahu arah pembicaraan Dai.

Dai tersenyum puas melihat ekspresi Ares yang terkejut, dengan mudah menerka apa yang akan dibicarakannya.

"Kau mendapat info siapa pasien stage empat yang selamat dari virus?" tanya Ares kemudian, ia langsung antusias di balik ekspresinya yang datar.

"Seorang siswi Shirokawa. Mungkin kelas satu, soalnya nechan yang bicara padaku sepertinya kelas satu juga, terlihat ada angka satu di kerah seragamnya."

Ares langsung balik badan, menghadap ke komputer pribadinya. Ia langsung menelusuri data dan masuk ke data privasi sekolah Shirokawa yang dimaksud.

"Aku pikir bisa jadi gadis itu bisa menerima kekuatanku, ia tidak akan mati saat void-nya kutarik!" ungkap Dai memperagakan tangan menarik void. "Aku harap ia memiliki senjata keren seperti pedang panjang seperti raja pendahulu atau pistol keren dengan kekuatan besar! Aku benci dengan bom, tali, panah, apa pun alat yang hanya bisa sekali pakai itu!"

Ares tidak memedulikan komentar Dai. Ia berusaha payah men-hack data sekolah, menelusuri siswi-siswi Shirokawa yang absen sejak ledakan yang terjadi di Seira Pharmacy dan rentan waktunya. Lalu menyusun para siswi tersebut dari urutan paling lama absennya. Ia pun menemukan lima siswi.

Kemudian ia men-hack data rumah sakit umum yang ada di Shinagawa-satu-satunya tempat perawatan setelah Klinik Seira meledak, menelusuri para pasien berdasarkan waktu menetap, bisa jadi merekalah yang terkena stage empat, pasti akan dirawat lebih lama di banding yang lain.

Ia pun mendapatkan info yang diharapkan. Beberapa pasien yang sama-sama masuk dan keluar dari rumah sakit ada beberapa, dan rentangnya dirawat pun sama. Lalu dicocokkan dengan data siswi Shirokawa. Ia mendapatkan satu nama yang sama.

Toyone Minori.

"Minori?" bingung Ares. Ia memerhatikan foto yang terpapang di layar monitornya. "Ia ... jika dilihat sangat persis dengan-

"Wah! Apa dia orangnya?" tanya Dai tiba-tiba sudah ada di belakang Ares. "Imutnya! Jika dia jadi Eve-ku tidak keberatan! Namanya-wah! Namanya sangat mirip dengan nama Eve sebelumnya! Sepertinya ini takdir! Keren!"

Ares hanya menyunggingkan senyum. Dai sudah termakan oleh ceritanya tentang kehebatan kekuatan Raja dan Eve terdahulu, bagai cerita heroik pengantar tidur. Tidak karena itu saja alasannya tersenyum, Ares tidak menyangka menemukan anak yang seharusnya tiada itu malah selamat di tangan orang lain.

"Benar. Ini memang takdir," gumam Ares yakin.

"Jadi, kapan kita akan menjemputnya?" tanya Dai tidak sabaran.

Ares bangkit dari duduknya. "Lebih cepat lebih baik."

⚫⚫
➖➖⚫❄⚫➖➖
⚫⚫

Nishioui, Shinagawa-ku.
Shirokawa Girls High School.

Setelah 'kejadian' Shu dapat melihat kembali-meski tidak sempurna, Kanon menceritakan pengalaman pertamanya menjadi guru pada rekan-rekannya. Shu senang Kanon menyukai pekerjaan sampingannya sebagai guru dan mengawasi Minori, juga merasa tidak enak hati karena ia, meski kini sudah dapat melihat, tetap tidak boleh keluar dari SHIP Foundation juga dari pengawasan Yahiro.

Mengingat ekspresi Shu yang sudah dewasa tapi masih bersikap anak-anak dengan cemberut karena keputusan Yahiro, Kanon tertawa kecil. Setelah itu ia langsung berdegam, mengingatkan diri untuk tetap tampak kalem dan dewasa. Ia tidak mau terlihat 'aneh' oleh para siswi yang bisa saja menjadikannya bahan candaan.

Kini Kanon hampir mendekati kelas 1-2. Ini jam terakhir, ia sedang bebas tugas. Tujuannya tidak lain ingin menghampiri siswi bernama Toyone Minori. Setelah mendapat 'titah' dari Shu, ia ingin segera melaksanakan untuk memberitahu keberadaannya di Shirokawa pada Minori.

Kanon melirik jam tangannya, ia yakin kurang dari semenit bel sekolah tanda berakhirnya pelajaran segera dibunyikan.

⚫⚫
➖➖⚫❄⚫➖➖
⚫⚫


"Toyone-san!"

Aku langsung menoleh begitu ada yang memanggil namaku. "Kusama-sensei?"

Aku bersama Kayo dan Anko baru saja keluar dari kelas saat setelah tidak lagi ramai-sengaja kami lakukan agar teman-teman tidak memandangku saat keluar kelas. Tidak sangka Kusama Kanon-sensei ada di luar kelas kami, berdiri tidak jauh dari pintu.

"Kusama-sensei! Ada apa?" tanya Kayo ceria.

"Begini..., ada yang ingin sensei bahas dengan Toyone-san," ungkapnya menatapku. "Bisa kamu ikut sensei sebentar?"

Jantungku langsung berdetak kencang! Apa jangan-jangan Kusama-sensei tahu aku membuntutinya pulang dan ketahuan bersama dengan Samukawa-san? Aduh! Apa ia akan marah padaku? Aku merasa keringat mengalir hebat di punggungku.

"Heee, hanya Minori-chan saja?" Kayo seolah kecewa. Ia mengapit lenganku, mendekatkan kepalanya ke samping telingaku, ia seolah berbisik, "Hati-hati, lho, Minori-chan, kalau sensei menyuruhmu datang sendiri itu berarti nilaimu gawat darurat!"

"Hah?" kagetku hampir termakan candaannya. Aku tahu Kayo bercanda tapi mengingat mata pelajaran yang diajarkan Kusama-sensei adalah pelajaran yang sulit bagiku aku jadi kalut sendiri.

Kusama-sensei tertawa kecil dengan candaan kami. Anko langsung menjewer telinga Kayo agar segera menjauhiku. "Dasar kau ini! Kusama-sensei ada urusan dengan Minori-chan, kamu tidak usah ikut campur!"

Anko benar-benar dewasa dari kami berdua. Walau tidak tahu urusan Kusama-sensei denganku apa, ia lebih memutuskan untuk tidak bertanya.

"Tapi...," Kayo seperti anak kecil yang sangat penasaran kenapa Bumi itu bulat tapi jauh dari pandangan tidak tampak demikian.

"Hanya sebentar," ungkap Kusama-sensei kemudian.

Anko mengangguk. "Kalau begitu kami tunggu di loker, ya, Minori-chan!"

Aku mengangguk setuju.

"Kami pamit pulang dulu, sensei," ujar Anko langsung menarik Kayo pergi bersamanya.

Setelah itu, Kusama-sensei mengajakku bicara ke sudut koridor, di mana sudah tidak ada lagi siswi yang lewat. Ia tampak hati-hati membicarakan sesuatu padaku. Ia memberikan secarik kartu nama, "Maaf telat memperkenalkan diri. Kamu kenal Shu, bukan? Ouma Shu, pemimpin SHIP Foundation."

Aku menerima dan membaca dengan cepat nama yang tertera-nama Kusama Kanon-sensei-dan jabatannya di SHIP Foundation. Ia juga salah satu anggota dari organisasi sosial yang terkenal itu. Aku mengangguk terlambat karena agak terdiam menerima fakta mereka saling berhubungan.

"Aku diminta Shu untuk mengawasimu-ah, bukan berarti kamu seperti buronan, hanya..., jika aku bilang aku orang yang akan melindungimu kenyataannya aku tidak sekuat mereka para lelaki, Yahiro maupun Shota," Kusama-sensei terkekeh pelan. "Hanya memantau keadaanmu dan..., melapor jika kamu dalam situasi tidak baik."

Aku paham. Jauh hari aku sudah menebak Ouma-san akan mengirim 'utusan' untuk mengawasiku-sesuai dengan pernyataan Kusama-sensei. Bagaimana pun wanita di hadapanku tidak tampak seperti seorang pejuang. Ia tampak tegas dan baik, tapi tidak pantas jika harus bertarung, itu menurutku.

Setelah dipikir-pikir, kemungkinan saja Ouma-san akan mengirim Tamadate-san atau Samukawa-san, tapi ternyata seseorang yang bisa lebih dekat denganku. Pasti itu jua karena mengingat peringatan ibuku yang tidak ingin anaknya diawasi-ibu menolak seratus persen dengan tawaran Ouma-san di hari itu pula.

"Terima kasih, Kusama-sensei, melihatku saja itu sudah cukup," ungkapku tulus senang.

"Langsung simpan nomor ponselku, ya! Jika ada apa-apa, ada orang yang tampak mencurigakan, langsung hubungi aku. Jangan ragu," ujarnya begitu perhatian.

Aku masih tidak mengerti mengapa Ouma-san dan teman-temannya tampak khawatir padaku. Padahal mereka baru mengenalku, begitu sebaliknya, tapi mereka seperti telah melihat musuh kasat mata dan entah bagaimana aku merasa kunci dari segala permasalahan yang akan tiba.

"Sensei..., kenapa sensei dan yang lain begitu perhatian padaku? Tidakkah orang lain dapat menyanyikan lagu Inori-san dan dapat terbebas dari virus?" Merasa Kusama-sensei adalah orang yang mudah diajak bicara, aku kelepasan bertanya padanya.

Kusama-sensei terdiam sesaat, ia tampak ragu menjawab. "Menurut Haruka-san dan Shu sendiri tidak ada yang bisa melakukannya kecuali kamu. Kami masih belum tahu kenapa, karena itu ada baiknya untukmu berhati-hati."

Aku mengangguk setuju. "Ibu sendiri melarangku bernyanyi lagunya Inori-san, bahkan lagu lain, apa pun," ungkapku sedih. "Rasanya jadi kangen bernyanyi."

Kusama-sensei memegang lembut pundak kiriku. "Untuk saat ini kamu harus sabar, ya. Ada saatnya kamu bernyanyi dan orang-orang akan menunggu suaramu. Sampai saat itu tiba simpanlah semua perasaanmu dulu."

Perasaanku lega bicara dengannya. "Terima kasih, sensei."

"Baiklah! Kultum selesai. Kamu boleh menyusul teman-temanmu."

Aku mengangguk, lagi. "Sampai ketemu besok, sensei!"

Aku pun pamit dan berjalan agak cepat menuju tangga. Aku tidak mau membuat Anko dan Kayo menunggu lama, karena kami berjanji akan jalan-jalan sebentar ke pusat pembelanjaan. Di dekat sana ada kedai crape yang baru buka. Kami ingin mencicipinya!

⚫⚫
➖➖⚫❄⚫➖➖
⚫⚫

"Maaf menunggu!"

"Tidak apa. Ayo pergi!"

"Minori-chan, bicara apa sama Kusama-sensei? Remedial?"

"Bukan, bukan! Hanya pembicaraan ... ya, begitulah!"

"Eeeh, apaan sih? Jadi penasaran!"

Tiga siswi Shirokawa melewati anak laki-laki yang menutupi wajah dengan hoodie-berdiri tenang, bersandar di tiang, dan kedua tangan masuk ke saku hoodie. Tiga siswi yang tidak tahu apa-apa akan kehadiran anak laki-laki misterius itu.

Anak laki-laki itu ialah Dai. Ia menyunggingkan senyum kemenangan ketika tahu targetnya sudah di depan mata.

"Ke-te-mu!"

➖➖
bersambung ❄
➖➖

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Writer's conerse

Konnichiwa minasan 🤗

Chapter kali ini sedikit ada hubungannya sama GC versi movie/game yang Lost Christmat di mana tokoh utamanya Scrooge dan Carol, juga tidak ada hubungannya sama alur cerita Shu dkk. Tapi masih berkaitan hanya dengan virus apocalypse, Da'ath, Sephira Genomics (selaku yang buat Kekuatan Raja, antibodi), GHQ.

Semoga gak bingung sama ceritaku ya 😂

Btw udah bulan Oktober aja 😂 hiksss

Sampai ketemu di chapter selanjutnya yg gak tau kapan :v

Koala
1 Oktober 2018

Continue Reading

You'll Also Like

17.4K 1.3K 24
[DALAM TAHAP REVISI] ╭──────────── ╰─➛✎﹏ | 𝐄𝐧𝐬𝐞𝐦𝐛𝐥𝐞 𝐒𝐭𝐚𝐫𝐬! | .°• ੈ♡₊˚•. Rayna. Sebuah nama yang memiliki makna indah, terekam dalam inga...
5.2M 340K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...
330 203 14
"SELAMAT DATANG DI GRUB KOKOTIAM!!"
10.9K 1.2K 32
Hidup akan terus mengalir dan manusia hanya bisa mengikuti arus sembari mengubah arah arus itu. Lika-liku arus itu terkadang memiliki halangan yang s...