"Hello februariii!!!"
Hyunjin yang tengah santai membaca bukunya melirik adiknya malas, "berisik lo dek,"
"Apasih kak?! Sewot aja!"
"Hyunjin! Yeojin! Ini masih pagi jangan ribut!" teriak mama mereka dari arah dapur.
"Iya ma!"
"Lo sih!" ketus Yeojin sambil melotot kearah sang kakak.
Sementara Hyunjin gak peduli dan lanjut baca bukunya.
Yeojin memutar bola mata malas saat tidak direspon kakaknya, dia melangkahkan kakinya menuju sofa dan duduk di sebelah Hyunjin lalu mengeluarkan Handphone nya.
Hyunjin menutup bukunya, "gimana keadaan kakak?"
Yeojin melirik cowok itu, "baik kata dokter." setelah menjawab dia lanjut memainkan handphonenya.
Hyunjin menghelah nafas lega.
"Gue mau jenguk kakak, mau ikut?" tanya Hyunjin.
Yeojin menggeleng, "gak deh, kemarim gue udah kesana."
"Oh iya, Kak Hyunjin gak ada niatan buat akhiri acara balas dendam kakak?"
Hyunjin menggeleng, "gak, dek."
Yeojin menunduk, "gue kasian sama kak Vee, dia gak salah apa-apa tapi dia yang jadi korban."
Hyunjin diam mendengar perkataan Yeojin.
"Kakak gak pernah mikirin gimana perasaan kak Vee ya? Gimana kalo—"
Hyunjin berdiri lalu melirik adiknya sekilas, "gue gak peduli."
Setelah itu dia melangkah pergi ke kamarnya.
Yeojin terdiam menatap punggung sang kakak yang semakin menjauh.
Setelah kakaknya masuk ke dalam kamarnya, Yeojin segera menghubungi seseorang.
Pip
"Gimana? Dia mau?"
"Kak Hyunjin gak mau,"
Seseorang diseberang sana terdengar menghelah nafas kasar.
"Yaudah, biarin aja. Selanjutnya biar gue aja yang bujuk dia. Terimakasih udah bantu Yeojin."
"Iya kak Chan."
Bip
—∵◎∵—
"Gimana bang?" tanya Felix.
Chan menggeleng, "dia gak mau,"
Hwall yang ada disamping Felix menatap kosong tanah setelah itu tersenyum kearah Chan, "terimakasih udah bantu."
Chan ikut tersenyum lalu menepuk bahu Hwall, "sorry gue cuma bisa bantu segini doang. Kalo gue ketemu sama Hyunjin gue bakal ceramahin dia."
Chan beralih menatap Felix yang duduk di sebrangnya, "lo juga harus nasehatin Hyunjin, lo sama dia kan deket banget."
Felix bergidik, "males gue urusan sama Hyunjin, percuma juga ngomong panjang lebar ke dia, tuh anak gak bakal dengerin."
Chan terkekeh pelan lalu natap Hwall yang lagi minum Latte pesanannya.
"Lo juga Hwall, gue titip Vee ke lo. Gue tau lo ngelindungin dia bukan karena lo udah sahabatan sama dia dari kecil, tapi karena lo cinta sama dia."
Hwall terlihat terkejut mendengar ucapan Chan yang benar 100%.
Felix juga terkejut dan dia langsung melihat Hwall untuk mengetahui responnya.
"Benerkan?"
Hwall mengangguk.
Chan tersenyum kecil, Felix melebarkan matanya,
"LAH? BERARTI SAINGAN GUE NAMBAH DONG?! AELAH!"
Felix narik-narik rambutnya sambil bicara gak jelas.
Chan menggeleng pas liat kelakuan absurd sahabatnya itu, kemudian dia kembali beralih ke Hwall.
"kalau gitu lo harus bisa ngelindungin Vee semampu lo, tunjukin ke dia kalo lo lebih baik daripada Hyunjin."
—∵◎∵—
Hyunjin melangkahkan kakinya di koridor salah satu rumah sakit di Seoul.
Dia membawa satu buket mawar merah di tangan kanannya, dia berjalan menuju sebuah ruangan bernomor 92.
Cklek
Di depan sana, dia dapat melihat seorang gadis dengan banyak alat medis di tubuhnya tengah memejamkan mata.
Hyunjin mendekati gadis itu, tangannya bergerak menyentuh tangan gadis itu lalu menggenggam nya lembut.
"Pagi kak, maaf aku baru kesini jenguk kakak."
Hyunjin melepas genggaman nya, kemudian dia bergerak mengganti bunga mawar yang hampir layu di vas dengan bunga yang dia bawa.
Setelah itu Hyunjin menarik kursi dan duduk disamping ranjang sang kakak.
"Kakak gak capek tidur terus?" tanya Hyunjin.
Gadis itu hanya diam tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Hyunjin.
Ekspresi Hyunjin berubah menjadi sedih, "kapan kakak bangun?" suaranya terdengar bergetar.
Dia menunduk dalam,
"Hyunjin kangen sama kak Irene."
—∵◎∵—
New Cast!
[Bae Irene]
Siapa yang kemarin betul?
Kek sinb ya emang? Kok banyak yang jawab itu sinb wkwk