Pelangi Tengah Malam

By naiqueen

428K 59.6K 6.8K

Annamaraluna Tejakusuma tidak pernah ingin menjadi penerus Tejan Investama, namun perusahaan rokok keluarga y... More

1. Menjelang Ajal
2. Mimpi buruk
3. Pertemuan kembali
4. Saran
5. Sumber kebencian
6. Masa yang terlewati
7. Yang lebih baik
8. Serangan
9. Si Cantik
11. Between Camouflage and Allegation
12. Miliknya
13. Confession
14. Hati ke hati
15. Bangga
16. Menyambut badai
17. Ice Cream Monsters
18. Wanita Ular
Duuuuuh!!!
19. Gosip
20. Ingin menyerah
21. Rahasia
22. Sesederhana itu
23. The Deal
24. Kegemparan (1)
25. Kegemparan (2)
26. Confrontation
27. Past and Future

10. Presumption

11K 2.1K 124
By naiqueen

Balik lagiiih 😊😊😚😚😘😘
Mari kita kulik2 hatinya babang El tercyintaaah.

Sejak pertama kali mengenal Luna, di hari pertama masa orientasi siswa, El memiliki semacam kebiasaan aneh yang membuatnya sukar untuk mengalihkan perhatian dari gadis itu. 

Tidak seperti kebanyakan teman perempuan yang berusaha dekat dengannya, sikap Luna membuat El tidak cukup berani untuk berpikir jika siapa saja, dalam gender berbeda, akan jatuh cinta padanya.

Interaksi mereka pun sangat terbatas, karena El selalu berada dalam posisi pusat perhatian sementara Luna layaknya kebanyakan introvert selalu menegaskan dirinya sebagai makhluk soliter. Tapi pastinya tidak ada yang pernah menyangka sedikitpun jika satu-satunya gadis yang membuat El tertarik hanyalah Luna.

Luna yang memiliki wajah sederhana khas gadis Indonesia, Luna yang tidak memiliki kulit putih mulus bercahaya melainkan kulit eksotik dalam paduan warna krim kental dan coklat leleh yang membaur dengan lembut.

Dan Luna yang selalu memasang tampang dingin penuh perhitungan, juga ketenangan yang nyaris terasa tidak manusiawi untuk remaja seusia mereka.

Segala sesuatu tentang Luna memikat El remaja di luar nalar hingga terkadang saat sedang sendirian El menyempatkan diri untuk menganalisis alasan ketertarikannya itu, tapi dia tidak menemukan apapun yang bisa memberinya penjelasan. Dan El ingat betapa kacau pikirannya saat menyadari perhatian Luna sepenuhnya tertuju pada Marshello, sahabat baiknya sejak kecil.

Marshello Andika Halim, anak haram Hartanto Halim yang sudah secara resmi diakui secara hukum, meski di masa depan Marshell tidak akan menjadi ahli waris Halatara Grup akan tetapi tunjangan yang berhak diterimanya dari sang ayah biologis cukup untuk membeli satu unit mobil baru setiap bulannya.

Anak haram atau bukan Marshello Andika Halim jelas bukan lawan untuk El.

Karena itulah meski Marshell menganggap El sebagai saudara, namun diam-diam bagi El sahabatnya itu adalah saingan yang harus disingkirkan. Dan demi alasan itu dia belajar dan bekerja sepuluh kali lipat lebih keras dari teman-temannya, hanya untuk menjadi yang terbaik dan mendapat perhatian Luna.

Tapi itu tidak pernah terjadi, Luna jelas bukan tipe yang mudah ditakhlukkan, dan El berada jauh dari jarak pandangnya, sampai peristiwa itu terjadi. Dimana kejahatannya disaksikan oleh gadis itu.

Rasanya bagai ironi, selama hampir dua tahun ajaran dirinya bekerja keras hanya untuk mendapat perhatian, tapi satu kejahatan yang dilakukannya lah yang membuat Luna mengunjunginya secara pribadi.

Malu. Itu hanya emosi paling tipis dari apa yang El rasakan saat itu. Sementara rasa lain yang lebih mempengaruhi adalah takut. El ketakutan saat Luna mulai membuatnya selalu berada dalam pengawasan.

El selalu memimpikan kedekatan dengan gadis itu, hanya saja bukan kedekatan yang mengikatnya untuk mendapat perlakuan sebagai bawahan Luna. Atau justru takhlukan yang harus selalu tunduk pada keinginannya. Akan tetapi itulah yang Luna lakukan, gadis cinta pertamanya menghancurkan impian El untuk menjadi pasangan yang setara … memperlakukannya tak lebih layaknya budak dalam kuasa sang nona muda calon pewaris Tejan Investama.

El patuh dengan terpaksa, namun meski dipermukaan dirinya selalu menampakkan kebencian dihadapan gadis itu, hanya dirinya yang tahu kalau ambisinya untuk menjadi pasangan yang setara untuk Luna tidak pernah memudar tapi justru makin berkobar.

Bahkan setelah peristiwa pengkhianatan Luna yang membuatnya terpuruk dan terpaksa melarikan diri jauh ke Leiden.

Dalam tiap hitungan detik tahun-tahun yang terlewati, juga jarak yang memisahkan—Jarak nyata berupa ribuan mil waktu tempuh dari Jakarta-Leiden, jarak tak kasat mata yang membedakan antara seorang Tejakusuma dengan anak tak ber-ibu bapak, juga jarak kejam yang menghitung kepantasan satu sama lain berdasar jumlah uang di saku masing-masing—rasa  itu tidak juga mampu dia habisi.

Sentuhan pertamanya pada kulit Luna setelah sembilan tahun berlalu adalah ungkapan cinta yang telah menyiksa batin pria itu selama belasan tahun.

Untuk mendapat sentuhan sederhana itu El rela menukar dengan apapun. 
Andai bisa semudah itu.

Tapi setelah bertahun-tahun memantaskan diri pun, El tahu jika Keluarga Tejakusuma tidak akan sudi memberi apa yang paling dia inginkan, karena sampai menjelang penghujung hidupnya sekalipun Handoko Tejakusuma sudah membuat rencana untuk bersatu dengan keluarga Rembaka demi menutup pintu takdir yang dengan susah payah El cari di mana celahnya.

Tapi tentu saja itu tidak akan terjadi. El tidak sudi dihalang-halangi. Luna miliknya dari awal sampai akhir.

Karenanya dia akan selalu berusaha untuk menghancurkan apa saja yang menjadi penghalangnya … dan yang pertama tentu saja adalah tempat gadis itu bertahta, TIV.

Pada kenyataannya hari ini, saat El melihat tangan Luna yang terbentang lebar untuk menyambut seorang gadis kecil yang berlari menyongsongnya, El membeku dalam amarah, mendadak sadar jika TIV bukanlah satu-satunya penghalang.

Tepukan keras dibahunya membawa kembali kesadaran El yang sempat terdistraksi adegan yang tidak pernah dia harap akan dilihatnya.

“Itu yang katanya haholongannya kau, kan!” Tygo terlihat antusias saat menyadari siapa yang sedang dipandangi sahabatnya. “Anaknya kah itu?”

El mendengus tak suka.“Menurutmu?”

“Kalau aku lihat-lihat mukaknya mirip si Ana jugak … cuma matanya yang nggak.”

El tersenyum sekilas saat dilihatnya Luna tampak waspada menyadari kehadirannya, tapi tanpa mengatakan apapun lelaki itu berlalu menuju tempat lain yang letaknya paling jauh dari meja Luna. Jauh tapi tetap bisa membuatnya mengawasi Luna dan rombongannya.

Begitu dia duduk Tygo ikut menyusul.
“Kau belum jawab aku, itu anaknya apa bukan?”

“Mana aku tahu!” sahut El ketus. Meski begitu pikirannya justru menyuarakan hal yang lain.

“Setahuku dia belum nikah … tapi kalok dia sampai punya anak,”

“Orang nggak perlu nikah untuk punya anak,” potong El cepat. Entah kenapa rasanya tidak rela membiarkan sahabatnya berasumsi buruk tentang Luna apapun alasannya. “Kurasa kamu juga tahu sebabnya kan!?”

“Bah, kau ini … aku main aman lah, lontong medanku aku bungkus pakai karet biar gak jamuran, kalaupun ada yang kubuat bunting palingan jugak tikus-tikus sama kecoak betina yang ikut nyicipin jus aku di tong sampah.”

Mau tak mau El tertawa mendengar jokes garing khas Tygo.

“Kayak gitu lah harusnya mukak kau Lae, banyak ketawa, banyak senyum, jangan mukak kayak mau makan orang terus yang kau pasang yang ada calon kau lari lah ketakutan.”

El mengabaikan kata-kata Tygo, tatapannya terfokus pada Luna yang duduk memunggunginya. Gadis kecil yang tadi dibantunya saat terjatuh ada dalam pangkuan Luna, tampak bermanja-manja dengan bahagia terlebih saat Luna mendaratkan kecupan ringan di dahi dan pipinya.

Sementara lelaki yang tadinya El kita ayah si gadis kecil justru menghampiri wanita lain di seberang sofa yang Luna duduki, memeluknya erat dipinggang sebelum mendaratkan kecupan singkat di bibir wanita itu. Interaksi yang entah kenapa memberi sedikit kelegaan sekaligus banyak dugaan baru dalam benaknya.

“Kayaknya itu benar anaknya si Ana, dan kayaknya laki yang tadi itu mantannya,” komentar Tygo pelan. “Kalau kau  masih niat maju artinya kau harus sudi jadi bapak sambung anak itu.”

El merasa jijik dengan ide itu. Dia bukan jenis manusia yang mudah memberikan rasa empati untuk orang lain. Meski anak kecil sekalipun. Anak itu justru dihitungnya sebagai penghalang lain yang harus dia singkirkan.

Dia mencintai Luna, tapi tak cukup baik hati untuk menerima pengkhianatan gadis itu. 

Ya, di mata El si gadis kecil yang kemungkinan besar adalah anak Luna adalah bentuk lain dari pengkhianatan yang sudah Luna lakukan padanya, terlebih mata gadis kecil itu mengingatkannya pada satu orang … cinta pertama Luna.

tbc

Ish ... Ish ... Ish ... nethink aja lu Bang. Posesif ampe segitunya. Lagian kalo Vale anak Luna sama Marshel masalah buat Lo!!
--kemudian Emak dihadiahi death glare dari si jambret--

Demi kelancaran update kita bikin pendek2 aja yah, gak apa kan. Gak apa dooong ... Mau apa2 juga ya gimana kan serah2 yang unggah (ketawa jahatz) 🤣🤣🤣

Btw ... Percaya gak kalo Vale anak Marshel 😁😁??

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 88.9K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
946K 46.4K 47
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
1.4M 115K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...