THE WAR GALAXY

Galing kay ParkSeRyung

20.8K 3.4K 2.2K

#Rank 25 in Superpower | 19-05-2020 #Rank 5 in scifi | 23-01-2019 #Rank 1 in Action | 26-12-2018 #Rank 3 in F... Higit pa

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31

Chapter 21

538 99 47
Galing kay ParkSeRyung

🎶Playlist🎶

EXO - What it Love
.
.
Follow
.
Vote
.
Komen
.
Jadiin readinglist
.
.

Sebuah harapan muncul dengan penyatuan dua ingsan, berharap beban yang awalnya di pikul sendiri dapat dihadapi bersama. Namun bersamaan dengan itu, sesuatu yang menakutkan akan segara datang. Mengharuskan mereka semuanya untuk lebih waspada di setiap waktu.

Demian dan Sinb kembali ke pusat pelatihan Baracky. Para ksatria, Mina, Jennie dan Arriona ternyata menunggu mereka dengan cemas.

"Putri Reika!" Panggil mereka serempak.

"Sinb!" Mina dan Jennie datang untuk memeluknya.

"Kau kemana saja? Kami kesulitan mencarimu." Ucap Jennie dan Sinb tersenyum.

"Aku hanya butuh waktu  untuk berfikir." Jawab Sinb sambil melirik Demian kemudian mereka saling tersenyum.

"Kau tidak apa-apa kan? Apa aku perlu mengecek keadaanmu?" Tanya Mina dan lagi-lagi Sinb tersenyum dan menggeleng.

"Tenanglah, aku baik-baik saja." Katanya yang masih berusaha untuk meyakinkan Mina.

"Putri Reika..." Panggil Genio membuat Sinb  menoleh. "Bisakah kita berbicara berdua?" Tanya Genio dengan raut wajah yang serius.

Demian terlihat tak suka dengan permintaan Genio ini. Sinb masih terdiam, melirik Demian. Seolah menunggu, apakah pria itu akan marah atau tidak? Bahkan mengizinkannya atau tidak?

Sungguh sesuatu yang terbilang baru dan menggelikan. Meskipun mereka tak berdebat seperti dulu, mereka terlihat saling memberikan kode lewat tubuh mereka.

"Demian..." Panggil Arriona dan mulai mendekat, meneliti tubuh Demian dengan seksama. "Syukurlah kau baik-baik saja. Oh ya, aku membawakan sup kesukaanmu dan yang lainnya juga sudah memakannya." Kata Arriona penuh perhatian.

"Demian, ku katakan padamu jika ia tidak pernah mau memasak apapun untuk ku. Ia dengan senang hati melakukannya untukmu." Aaron menambahi, seolah berusaha mempromosikan saudari kembarnya itu kepada Demian membuat Demian terdiam, sementara wajah Arriona yang seputih susu itu, nampak merah merona. Kali ini pria itu memandangi Sinb yang terlihat mendesah. Bukannya ia tidak tau jika gadis yang kini berstatus sebagai kekasihnya itu kesal. Demian harus menyelesaikan ini, ia tidak suka memiliki kesalah pahaman dengan Sinb. Dulu, memang dirinya menyukai berdebat dengan Sinb tapi kali ini, ia tak ingin sama sekali.

Saat ini yang paling Demian inginkan adalah Sinb bisa nyaman berada disekitarnya, mengingat gadis ini memiliki begitu besar beban pikiran dan sikap menyebalkannya yang selalu berusaha untuk menyimpan semuanya sendiri membuat Demian selalu merasa khawatir terhadapnya. Demian juga tak ingin lagi, Sinb berfikiran untuk mengorbakan dirinya dan berakhir jatuh dalam permainan Enzio. Ia sudah memohon kepada Sinb agar gadis itu mau terus berada disisinya dan Demian harus melindungi Sinb, bagaimana pun caranya!

"Ehem..." Demian berdehem, seolah berusaha untuk membuat perhatian semua orang teralih kepadanya dan benar saja, semua orang memperhatikannya.

"Aku ingin mengatakan sesuatu kepada kalian." Kata Demian dengan pelan.

"Tentang apa itu?" Tanya Raidon yang terlihat bersemangat seperti biasanya.

"Tidak ada sesuatu yang berbahaya terjadi kan?" Entah kenapa? Linux kelihatan cemas.

"Demian, wajahmu sangat aneh!" Cibir Axel yang tertawa mengejek Demian.

"Kau baik-baik saja?" Aiden mengkhawatirkan Demian yang tiba-tiba menunjukkan ekspresi lain. Jika seandainya pria itu sakit, Aiden dengan sigap akan membantu memulihkannya. Ia melupakan fakta bahwa Mina jauh lebih bagus dalam urusan menyembuhkan tapi dia adalah Aiden yang polos dan dipenuhi fikiran positif.

"Aku mengharapkan berita baik yang keluar darimu." Kata Xeno yang merasa bahwa sepertinya Demian menyembunyikan sesuatu yang besar.

Demian masih diam, menghela nafas dalam dan yang lainnya masih menunggu. Demian tidak akan mengatakan tentang peperangan atau kehancuran sebuah negeri tapi kenapa sangat sulit untuk mengatakannya? Seumur hidup Demian, ini pertama kalinya ia merasa pusing hanya karena ingin mengatakan bahwa Sinb adalah miliknya.

"Cepatlah Demian, kami menunggu." Kali ini Denta yang biasanya tak banyak bicara itu, akhirnya angkat bicara juga.

"Sebenarnya aku dan putri Reika saling menyukai."

Seketika sunyi menyapa, semua mata membelalak dengan bermacam-macam ekspresi.

"OMG! KAU TIDAK SEDANG BERCANDA KAN?" Seaksi yang hampir terlambat dari seorang Jennie.

"Seumur hidup ku aku tidak pernah berbohong." Akui Demian.

"Benarkah itu Sinb?" Mina menoleh kearah Sinb yang masih berdiri di dekatnya, mencari kebenaran dari perkataan Demian. Sinb diam, ia tak menduga Demian akan mengatakannya sekarang. Sungguh, ini seperti serangan bom atom untuknya.

"Benarkah itu putri Reika?" Genio yang berada dihadapan Sinb berusaha menanyai gadis ini. Sinb mendongak, menghela nafas seolah berusaha untuk menguatkan dirinya.

"Ya..." Sungguh reaksi yang tak terduga. Sinb, selama ini cukup dikenal sebagai pendebat yang tak mau dikalahkan tapi hari ini? Dimana fikiran yang selalu jenius penuh kritisi? Bahkan lidahnya yang lincah untuk mengeluarkan kata-kata tanpa berfikir lama itu, seolah terbungkam. Berganti dengan kebisuan dan reaksi yang tak biasa.

Arriona terlihat diam, memandangi Demian dan Sinb bergantian. Sementara Aaron memandang Arriona nampak khawatir.

"Bukankah ini berita yang membahagiakan. Aku menunggu kalian memberi kabar baik lainnya." Raidon datang memeluk Demian dan Demian menerimanya dengan kikuk.

"Mungkin yang dimaksud Raidon seperti sebuah pernikahan." Aiden mencoba menjelaskan maksud Raidon. Mereka berdua memang sahabat yang baik.

"Aku sudah menduga keanehan kalian berdua semenjak lama." Akhirnya Linux mampu memecahkan keanehan yang terjadi diantara kedua makhluk ini.

"Aku harap setelah ini kau bisa menjaga Putri Reika dengan baik." Ucap Denta dengan terus mengembangkan senyumnya.

"Aku juga ingin mengatakan bahwa Lexia adalah milikku! Kalian tidak boleh menyentuhnya!" Seru Axel yang seketika mendapat cubitan dari Jennie.

"Awww...Aku serius! Kau tidak boleh menjadi milik siapapun kecuali aku!" Kukuh Axel.

"I don't care!" Balas Jennie sembari memutar bola matanya.

"Ehem...Sepertinya aku juga ingin mengatakan sesuatu." Xeno tiba-tiba saja angkat bicara, menarik tangan Mina dan perhatian kini teralih pada mereka berdua.

"Aku sepertinya akan segera menikahi Putri Sierra."

"WHAT?"

"MWO?"

Seru Jennie dan Sinb bersamaan. Mereka sangat terkejut, jika saja itu pernyataan jika mereka akan menjadi sepasang kekasih maka mereka tidak akan seterkejut ini tapi ini adalah tentang penyatuan dua insan dalam ikatan sakral. Bagaimana mungkin mereka tidak terkejut?

"Apa kau hamil?" Pertanyaan pertama yang muncul dari mulut Jennie setelah kekagetannya.

"Yak! Yang benar saja!" Teriak Sinb yang tak mempercayai dugaan Jennie.

Mina diam, terlihat kesal dan Sinb menyadarinya.

Xeno menghela nafas. "Bukan karena dia hamil, aku hanya ingin menjaganya dan membiarkan nyaman berada disisiku." Terang Xeno dan sebagian dari mereka mengangguk mengerti.

Hanya bagaimana Sinb dan Demian bisa bersama, itu masih cukup sulit untuk sebagian dari mereka untuk dipahami.

"Sebenarnya, apa yang Xeno inginkan itu cukup baik. Mengingat beberapa saat lalu Putri Reika mendapatkan peringatan dari Enzio bahwa serangan akan datang dan aku dapat menyimpulkan kalau target mereka adalah para Putri. Karena itu, aku harap kalian semua bisa menjaga mereka dengan baik." Pesan Demian yang membuat suasana menjadi serius seketika.

"Kau tenang saja, aku akan memperketat penjagaan diseluruh Baracky." Kata Raidon.

"Aku juga akan mengirim beberapa orang dari baldolf. Benarkah Linux?" Kata Axel dan Linux mengangguk.

"Kita punya beberapa pasukan penjaga yang kekuatannya sama seperti seorang panglima di dalam sebuah negeri." Linux memperjelas.

"Dalam beberapa jam, akan ada banyak titaniun J-10 mengudara, bahkan Zakline juga akan datang kemari." Ucap Genio yang semenjak tadi hanya diam.

"Aku juga sudah menyuruh kakek untuk mengirim banyak blank space kemari." Imbuh Demian.

"Sepertinya, aku harus berunding dengan Arriona. Ayo!" Ajak Aaron pada saudari kembarnya itu dan mereka pun pergi bersama.

Demian cukup tau jika Aaron sedikit kecewa dengannya karena lebih memilih Sinb dibandingkan dengan Arriona saudari kembarnya itu.

"Jadi kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" Tanya Demian kepada Xeno dan Mina.

"Satu minggu lagi, aku berharap Raidon bisa membantu kami mempersiapkannya."

"Kau yakin?" Sinb bertanya pada Mina. Mina mengangguk dengan ragu.

"Wah, aku tidak percaya ini, bagaimana bisa?" Jennie menggeleng beberapa kali.

Sinb diam, nampak berfikir. Ia memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Jujur, ia mencemaskan serangan itu lebih dari berita pernikahan Mina.

---***---

Mozarky Island

Hellion terlihat duduk disebuah bangku ukir dan dua pengikutnya duduk dibawah. Nampak berfikir yang terlihat dari dahinya yang terus mengkirut.

"Jadi? Apa yang harus kami lakukan Pangeran Hellion?" Tanya salah satu pria yang duduk dibawahnya.

Hellion memejamkan matanya. "Cari dimana keberadaan Tristan dan Nero. Aku membutuhkan mereka." Pinta Hellion.

"Baiklah pangeran, kami akan pergi." Kata pria itu yang kini membungkuk dan pergi.

"Sepertinya aku harus ke Baracky sendiri." Guman Hellion.

Disisi lain Pangeran Greggor nampak berjalan kesana-kemari. Terlihat begitu bingung dan panik dalam bersamaan sampai sosok Enzio datang.

"Ada apa kakak kedua?" Enzio berjalan cepat bersama Morfeo disampingnya.

Tangan Greggor langsung menyentuh pundak Enzio. "Kau mendukung ku bukan?" Tanyanya membuat Enzio mengangguk cepat.

"Kalau begitu, apa yang harus ku lakukan sekarang? Kakak sepertinya sudah melakukan pergerakan." Kepanikan Greggor semakin menjadi.

"Tenanglah kak, ia juga tidak tau tentang ketiga putri itu. Percayalah padaku!" Morfeo berusaha meyakinkan Greggor.

"Jadi apa yang harus ku lakukan sekarang? Jika aku meninggalkan Mozarky untuk menemui mereka pasti kakak merencanakan sesuatu disini? Morfeo, bisakah kau tak ikut berperang sampai aku berhasil menyelesaikan misi yang ayahanda berikan?" Mohon Greggor pada adiknya ini.

Morfeo terdiam dan menghela nafas kemudian. "Baiklah, tapi kau harus menyiapkan banyak wanita cantik untukku!" Pinta Morfeo dengan mengembangkan seringaiannya.

"Apapun maumu! Jadi tugasmu sekarang adalah mendatangi Baracky dan menyelidiki ketiga gadis itu. Aku dan Enzio akan menunggu disini. Apa kau menyetujuinya Enzio?" Tanya Greggor dan Enzio mengangguk.

"Tentu saja kakak. Aku akan selalu ada saat kau membutuhkan ku." Kata Enzio membuat Greggor tersenyum.

Wajah Enzio berubah pias saat Greggor tak memandangnya lagi.

---***---

Arriona berdiri memandangi langit Baracky yang kemerlap karena pancaran sinar beberapa petir yang selalu menjadi backgroud kota ini. Ia menghela nafas beberapa kali dan air matanya pun jatuh.

"Maafkan aku..." Seru seseorang yang tak lain adalah Aaron yang kini menarik Arriona dalam pelukannya.

"Itu bukan salahmu..." Ucapnya dengan suara bergetar. "A-aku saja yang tak pernah paham jika Demian menyukainya." Kata Arriona sembari memejamkan matanya dan menikmati pelukan saudaranya yang jarang sekali ia rasakan. Selama ini mereka sibuk berkelahi dan berdebat dari pada bersikap seperti saudara kembar.

"Tapi tetap saja...Bagaimana bisa Demian melakukan ini kepadamu!" Aaron masih saja kesal kepada Demian.

"Tidak! Jangan salahkan Demian. Ini lebih baik, mulai sekarang aku akan lebih fokus untuk menjaga Adisty dan kau fokuslah melindungi para putri itu. Kita dilahirkan untu menjaga Czar dan keturunannya. Aku akan mengirim beberapa pasukan kemari besok." Kata Arriona yang jelas saja membuat Aaron kesal.

"Kau! Masih saja membelanya!"

Arriona tersenyum. "Tidak, aku salut kepadanya karena ia mau mengakui perasaannya di depan banyak orang." Puji Arriona yang merasa kagum pada sosok Demian.

"Ya, untuk alasan yang tak ku mengerti terkadang aku merasa iri kepadanya. Itu kenapa? Aku sangat ingin ia dapat bersamamu dan aku akan sangat tenang meskipun meninggalkanmu untuk melakukan beberapa hal."

Aaron tidak pernah membenci Demian bahkan meskipun saat ini Demian berhasil membuatnya marah. Karena bagi Aaron, Demian adalah sosok yang baik dan selalu menjaga janjinya. Sosok yang selalu menghargai dirinya melebihi siapapun. Karena rasa kagumnya ini lah membuatnya melambungkan harapan yang berlebihan kepada Demian. Tapi ia sadar, selama ini Demian juga tidak menunjukkan sikap yang berlebihan kepada Arriona.

"Tidak apa-apa, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku harap kau juga melakukan hal yang sama." Pinta Arriona dan Aaron pun mengangguk.

"Ya, pasti. Kita akan melangkah bersama menuju masa depan yang lebih damai." Seru Aaron membuat Arriona mengangguk.

Disisi lain ketiga putri itu nampak berkumpul dan Sinb terlihat mondar-mandir.

"Aku sudah memikirkannya." Seru Mina yang sangat tau bahwa Sinb mencemaskan tentang pernikahannya.

Sinb diam, memandang kedua saudarinya ini bergantian kemudian menghela nafas panjang.

"Aku bertanya kepada kalian, tujuan awal kita kemari apa?" Pertanyaan tak terduga seketika muncul dari mulut Sinb membuat baik Jennie maupun Mina membisu.

Ketika tak mendapatkan respon dari kedua saudarinya, Sinb menghela nafas untuk kesekian kalinya.

"Apa yang membuat kita datang kemari adalah nenek menginginkan kita untuk meruntuhkan kekuasaan Czar yang berusaha untuk menguasai seluruh galaxi terutama Bumi. Tujuan utama kita adalah itu dan kita belum sampai ketahap siap untuk menghancurkan mereka." Fakta yang berusaha Sinb katakan kepada kedua saudarinya.

"Tidak ada 50% dari rencana kita yang sudah terlaksana. Aku tidak pernah melarang siapapun untuk menyukai seseorang tapi kalau untuk sebuah pernikahan? Aku rasa kalian harus mempertimbangkannya kembali! Dibumi, kita masih berumur 17 tahun dan itu tidak masuk dalam usia menikah. Kita masih terlalu mudah untuk melakukan hal semacam itu, seharusnya kita lebih fokus saja terhadap rencana." Kata Sinb dengan tegas.

"Aku juga kurang setuju dengan idemu dan Xeno. Bagaimana kata paman dan bibi nanti? Mina, kau tidak berfikir untuk terus berada di Planet EXO kan? Hello! Kita punya keluarga di bumi dan aku sangat merindukan mom and dad!" Seru Jennie sembari memegangi tangan Mina.

Mina terlihat bimbang dan Sinb menyadari hal itu.

"Bilang saja pada Xeno, jika pernikahan kalian akan dilaksanakan setelah semua selesai. Perlu kau tau Mina, cara pandang makhluk disini dengan kita itu berbeda. Disini jika kalian menyukai satu sama lain makan kalian diperbolehkan untuk menikah berapapun usianya, karena sistem pendidikan disini tidak memiliki ketentuan tentang status tapi di bumi? Tentu saja kita tidak bisa." Sinb masih berusaha untuk memberikan pengertian kepada Mina.

Jennie memandang Sinb penasaran. "Hey! Dari mana kau tau tentang hal ini?" Tanya Jennie.

"Aku bertanya kepada Linux." Jawab Sinb.

"Kenapa bukan Genio? Atau Demian?" Jennie nampak keheranan.

"Untuk masalah ini, aku harus menghindari dua makhluk itu." Ucap Sinb yang hampir seperti keluhan.

"Why?" Jennie yang selalu ingin tau dan suka mendesak.

Mina nampak berfikir dan menghela nafas. "Jelas ia merasa tak enak kepada Genio dan Demian, kurasa Sinb canggung untuk membahas masalah pernikahan mengingat setatus mereka." Duga Mina yang seketika mendapat tepukan tangan dari Sinb.

Plok...Plok...

"Daebak! Kepekaanmu meningkat rupanya. Kurasa setelah urusan ini selesai, aku orang pertama yang akan mendukungmu menikah dengan Xeno." Pekik Sinb bersemangat.

"Why? Why? Why? Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Aku sama sekali tak mengerti." Seperti inilah seorang Jennie yang kurang peka.

"Ah, kenapa bibi melahirkan gadis idiot sepertimu? Pantas saja nama mu disini Lexia...Si babi betina yang hanya memiliki hobi makan." Cibir Sinb.

"SHIT! KAU ITU NENEK SYIHIR MENYEBALKAN!" Pekik Jennie kesal.

Mina menghela nafas melihat perdebatan mereka berdua dan hal ini sekaligus menyadarkannya bahwa seperti inilah mereka, seorang gadis 17 tahun yang beranjak dewasa.

"Kau mendengarnya kan?" Bisik Demian kepada Xeno dan pria itu mengangguk.

"Mereka masih terlalu mudah untuk berbicara tentang pernikahan. Cara pikir mereka dengan kita berbeda jauh." Lanjut Demian.

"Baiklah...Aku tidak akan membebankannya dengan masalah pernikahan lagi." Ucap Xeno yang sedikit menunjukkan kekecewaannya.

Demian mengangguk. "Kita hanya perlu berada disisi mereka untuk selalu menjaganya." Saran Demian dan Xeno pun mengangguk mengerti.

-Tbc-

Hi...Aku radak sibuk akhir2 ini 😧

Jadi updatenya nggak bisa fast...padahal biasanya slow 😂

Thanks buat kalian yang selalu menunggu ff ini...terharu sih tepatnya karena masih ada yang mau baca 😳😢

Vote x Komen
Selalu menjadi penyemangat ku 😍😍😍

T H A N K S
🙏🙏🙏

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

132K 7.8K 20
Jangan hanya di baca aja judulnya, Atau di lirik-lirik chapternya. Coba di baca ceritanya siapa tau jatuh cinta. . . . Mungkin menurut kalian kekuata...
593K 36.5K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
3.6M 355K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
2.5K 506 27
-Bahasa semi formal- Bunuh diri? Sepelik itukah kehidupan mu? Air di laut yang sangat menyesakkan dan menusuk kulit dengan hawanya. Ia akan mati...