PARADISE

By mtch_n

33.2K 3.7K 282

Published in ffn at Sept 8, 2016. Yifan dan Chanyeol adalah sebuah kekacauan. Sanggupkah mereka menyelamatkan... More

FALLEN LEAVES
Lighter
The Dusk
Fuzzy
High
Home
A Sky Full of Stars
Tremble
Stay With Me
Your Eyes
Solace
Let Me Love You
Cold Water
What is Love?
Freal Luv
If I Have
Cave Me In
Love Me Right
Paradise
Love is a Dog from Hell
The Night in Questions
Yang Fana adalah Waktu
Surefire
Kotonoha no Niwa (Garden of Words)
One More Time, One More Chance
Sometimes, Somewhere
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Si Me Amas, Serva Me
Sebuah Akhir

Hazy

1.2K 140 9
By mtch_n

Musim gugur tahun ini, tidak hanya daun-daun kecokelatan yang berjatuhan dari pepohonan, tetapi tetes-tetes hujan juga rajin menyambangi kota metropolitan itu. Hujan itu juga yang nantinya menghanyutkan daun-daun yang berjatuhan, membawanya ke muara. Sisa hujan semalam membuat tanah menjadi lembab dan jalanan menjadi licin. Yifan beberapa kali mengumpat ketika sepatunya tidak sengaja menyentuh rumput basah di jalanan taman yang ia lewati sekarang. Sudah beberapa hari ini ia melewati taman kota untuk berangkat ke sekolahnya. Dan ketika ia melewati bangku taman, ia akan menemukan Chanyeol sudah duduk di sana dengan senyuman menyebalkan yang kemudian membuntutinya dari belakang. Mereka tidak secara resmi berteman, Yifan masih menunjukkan rasa tidak nyaman setiap kali ada orang yang mendekatinya atau berusaha mengajaknya berbicara, tapi setidaknya ia tidak mengusir Chanyeol pergi lagi kali ini.

Pada Sabtu itu, Yifan sudah menyiapkan beberapa alasan untuk menolak ajakan Chanyeol tempo hari yang mengajaknya mencoba 'sesuatu'. Ia sudah melakukan kesalahan karena tidak menolaknya secara langsung kala itu, tapi hey, siapa yang bisa berkonsentrasi dengan efek mariyuana yang justru membuat otakmu rileks. Namun kali ini, ketika Yifan akhirnya sampai di bangku taman, ia tidak menemukan siapa pun. Bangku itu kosong. Yifan tidak ingin mengakuinya, tapi entah kenapa ia merasa sedikit kecewa. Bukankah Chanyeol seharusnya sedang duduk di sana dengan topi dan jaket hitamnya? Tapi Yifan segera menepis pikiran itu dan melanjutkan perjalanannya.

Begitu sampai di sekolah, sudah banyak murid-murid berdatangan. Yifan baru saja melewati gerbangnya ketika perhatian beberapa murid teralih ke belakangnya. Yifan mengikuti arah pandangan mereka dan menemukan sebuah mobil Audi hitam berhenti di depan gerbang sekolah. Tak lama kemudian seorang pemuda yang sudah tidak asing bagi Yifan keluar dari dalamnya. Chanyeol kali ini tidak memakai topi dan jaket hitam yang selalu ia kenakan selama berangkat bersama Yifan sebelumnya. Pemuda itu menunggu sampai mobil audi itu menghilang dari pandangannya sebelum berbalik untuk masuk ke area sekolah.

Mata Yifan dan Chanyeol bertemu. Keduanya tidak saling menyapa hingga ketika Yifan berjalan di koridor menuju kelasnya, Chanyeol tiba-tiba sudah berjalan di sampingnya.

"Kau masih belum berubah pikiran kan?" Tanya Chanyeol. Yifan menoleh dan baru menyadari bahwa ada yang berubah dengan gaya rambut Chanyeol. Pemuda itu memangkas rambutnya hingga telinganya yang aneh itu terlihat semakin menonjol.

"Aku tidak janji." Jawab Yifan singkat dan menempati tempat duduknya di urutan paling belakang.

"Pinjam hp-mu." Chanyeol yang juga sudah menempati tempat duduknya mengulurkan tangannya.

Yifan menatapnya dengan ujung bibir kirinya yang ditarik. Mata besar Chanyeol balas menatapnya. Dan entah kenapa Yifan dengan serta merta menyerahkan hp-nya sebelum memastikan untuk membuka pola kode keamanannya. Tak sampai 5 menit kemudian Chanyeol mengembalikan hp-nya dengan sebuah nomor baru di kontaknya. "PCY", Chanyeol menamai nomornya di hp Yifan.

-

-

-

"Kau mau keluar?" Tanya Mrs. Wu ketika Yifan sedang memakai sneakersnya di ambang pintu keluar. Yifan mengangguk dan keluar dari rumahnya.

"Aku akan menaruh kunci di tempat biasa kalau nanti kau pulang aku tidak ada di rumah." Pesan Mrs. Wu memastikan Yifan mendengarnya sebelum pemuda itu berjalan terlalu jauh.

Begitu keluar dari gedung apartemen yang ia tinggali bersama sang Ibu, Yifan sudah akan berjalan ke halte bus ketika ponselnya berbunyi beep sebentar menandakan adanya pesan masuk.

On your back, Mr.

Yifan membalikkan matanya dan mendapati sebuah mobil sport berwarna merah terparkir di bawah lampu jalan area gedung apartemennya. Chanyeol yang duduk di balik kemudi melambai ke arah Yifan yang masih berdiri di tempatnya berdiri. Begitu Yifan masuk ke dalam mobil, ia merasa seperti seorang gadis yang sedang dijemput pacarnya untuk menghabiskan malam Minggu. Pikiran itu terlintas di kepalanya begitu saja dan membuat wajahnya memanas. Tapi kejadian yang sebenarnya tidak seperti yang Yifan bayangkan, karena Chanyeol hanyalah orang asing yang tiba-tiba mengajaknya menghabiskan akhir pekan sebagai err –teman? Yifan tidak yakin dengan sebutan yang terakhir karena ia benar-benar sedang tidak membutuhkan satu.

Tanpa saling menyapa, Chanyeol segera menyalakan mesin mobilnya dan melaju. Kecanggungan mengisi mobil itu. Tidak ada musik, tidak ada percakapan. Yifan berdehem. Tenggorokannya tiba-tiba gatal.

"Aneh, ya?" Kata Chanyeol tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan. Yifan mencoba menemukan hal yang dimaksud Chanyeol aneh.

"Apanya yang aneh? Kau yang tiba-tiba muncul di depan rumahku atau kau yang seharusnya belum punya SIM, tapi menyetir mobil?"

Chanyeol tertawa mendengarnya. Gigi putihnya berjejer rapi.

"Aku punya sumber informasiku sendiri, 'kay? Jadi tidak sulit kalau hanya untuk menemukan alamat rumahmu."

Yifan mendengus mendengarnya. Tak sampai 15 menit, Chanyeol membawa mobilnya memasuki basement sebuah gedung untuk parkir. Gedung yang Yifan nantinya ketahui sebagai sebuah hotel.

"Jangan khawatir. Aku hanya parkir saja. Kita hanya perlu berjalan ke luar sebentar." Ujar Chanyeol yang seperti memahami pertanyaan yang tersirat dari wajah Yifan. Pemuda yang satunya hanya mengangkat bahunya, mengekor Chanyeol yang sudah berjalan mendahuluinya.

Begitu ke luar dari area parkir gedung itu mereka berjalan di trotoar jalan. Chanyeol memainkan kunci mobil di antara jemarinya sementara Yifan menyimpan kedua tangan di saku jeansnya. Angin malam musim gugur berhembus pelan, namun cukup membuat rambut cepak kedua pemuda itu mencuat berantakan.

Mereka berhenti di depan gedung lain yang berjarak beberapa meter dari hotel tadi. Yifan menduga gedung itu adalah sebuah bar. Dua orang petugas keamanan berbadan kekar menjaga pintu masuknya. Chanyeol mengeluarkan sesuatu dari dompetnya dan menyerahkannya pada Yifan. Sebuah ID card palsu. Chanyeol benar-benar datang dengan sebuah persiapan. Keduanya masuk tanpa hambatan.

"Apa aku terlihat 26 tahun? Bahkan orang ini terlihat botak." Yifan menggerutu ketika meneliti kembali ID card palsunya. Chanyeol yang sibuk melihat ke sekeliling bar yang sudah penuh itu mengacuhkannya.

"Ayo." Chanyeol akhirnya menemukan sosok yang dicarinya. Sosok itu seorang pemuda pendek dengan mata bulat dan alis tebal yang membuatnya terlihat galak.

"Biasa?" Tanya pemuda itu. Chanyeol mengangguk sebelum meraih kembali dompetnya.

Ia menyerahkan sejumlah uang dan menerima sebuah kotak dari pemuda itu sebagai gantinya. Yifan hanya mengamati dari samping.

"Satu untukmu, satu untukku." Chanyeol membuka kotak yang ia terima tadi ketika mereka memilih sebuah tempat duduk untuk dua orang di ujung bar itu. Dentuman musik yang mengisi seluruh ruangan itu tidak terlalu memekakkan telinga di bagian yang mereka tempati sekarang. Yifan mengamati sebuah pil berwarna putih yang Chanyeol letakkan di telapak tangannya.

"Hutangku sudah lunas." Chanyeol sendiri mengambil pil miliknya dan meletakkannya di atas lidahnya. Tangannya kemudian meraih segelas koktail yang tadi ia pesan.

Chanyeol mengangkat salah satu alisnya ketika mendapati Yifan yang belum menikmati 'hadiah' darinya. "Kau tidak suka yang jenis ini?"

Yifan kemudian tersadar dari lamunannya. Keringat sudah mulai memenuhi dahi Chanyeol dan membuat rambutnya terlihat sedikit basah.

"Aku bisa menghubungi D.O lagi kalau kau mau yang seperti kemarin." Chanyeol kembali mencari sosok pemuda yang tadi ditemuinya. Yifan menggeleng.

Chanyeol tiba-tiba tersenyum. "Apa aku salah paham di sini?"

"Maksudmu?"

Chanyeol menyesap kembali koktailnya sebelum membenahi duduknya dan menatap Yifan dengan kedua mata lentiknya. "Saat aku tahu kau dari Kanada lalu aku menemukan rokok di bukumu, aku kira kau tipe terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Itulah sebabnya aku mengajakmu ke sini, selain untuk membayar hutangku."

Yifan berkedip sebentar mendengar penjelasan Chanyeol, berusaha mencernanya. Entah kenapa kemudian ia tertawa. Tawa yang membuat Chanyeol melongo.

"Di Kanada, kau tidak harus menjadi orang dengan tipe-tipe tertentu untuk merokok mariyuana. Selama kau bisa membelinya, tidak masalah. Tapi dengan kokain..."

"Itu bukan kokain. Aku belum sampai pada level itu." Potong Chanyeol dengan senyum menyebalkannya.

Yifan mengangkat bahunya. "Tapi efeknya sama 'kan?"

"Kenapa kau tidak mencobanya saja untuk tahu efeknya." Chanyeol mengambil kembali pil yang berada di telapak tangan Yifan sebelum menyodorkannya ke mulut Yifan.

Yifan memandang kedua mata Chanyeol yang tidak fokus ketika ia membuka mulutnya dan membiarkan Chanyeol memasukkan pil itu. Chanyeol tersenyum puas dan menghabiskan koktailnya dalam sekali teguk.

Yifan tidak benar-benar asing dengan barang-barang yang seperti rokok, mariyuana, atau pil-pil ekstasi yang baru saja memasuki tenggorokannya. Ia pernah menemuinya beberapa kali di Kanada berkat rasa ingin tahunya dan teman-temannya. Tapi di Kanada dulu, ia tidak pernah sampai harus masuk bar dan membuat ID card palsu untuk menikmatinya. Bahkan mungkin ini adalah pertama kalinya Yifan masuk ke dalam bar.

30 menit sejak keduanya menenggak pil ekstasi itu, efeknya sudah mulai bekerja ketika mereka tertawa terpingkal mendengar Chanyeol yang sedang menceritakan kura-kura peliharaannya yang mati bulan lalu. Chanyeol sudah menghabiskan 3 gelas, sementara Yifan baru dua. Ketika Yifan menenggak gelas koktailnya yang ketiga, tiba-tiba Chanyeol menarik tangan kirinya.

"Let's dance." Yifan mengangkat alisnya ketika Chanyeol berbicara menggunakan bahasa Inggris padanya. Pemuda itu menggeleng ketika tarikan Chanyeol semakin kuat.

"Come on, Vancouver." Chanyeol tiba-tiba menundukkan tubuhnya dan membisikkan kalimat itu di telinga kiri Yifan. Sesuatu berdesir di dada Yifan ketika ia akhirnya berdiri dan mengikuti Chanyeol ke lantai dansa dengan jemari keduanya yang terkait.

-

-

-

Sebuah nada dering berbunyi membangunkan seorang pemuda yang tengah terlelap dalam tidurnya. Dengan posisi terngkurap, pemuda itu menggagapi meja yang terletak di samping tempat tidurnya. Entah sudah menjadi kebiasaan, ponselnya selalu ia letakkan di sana. Sambil menyipitkan matanya, ia membuka ponselnya dan menemukan sebuah pesan bergambar.

Great night!

Pemuda itu –Yifan, memperbesar gambar yang dikirim dari kontak bernama PCY. Itu adalah foto mereka berdua yang diambil di dalam mobil dalam perjalanan pulang dari bar. Yifan tersenyum tanpa memperlihatkan giginya sementara Chanyeol menutup kedua matanya membuat tanda V di pipi kanannya. Rambut keduanya terlihat basah dan berantakan dengan wajah mengkilap dari keringat dan sorot blitz kamera. Yifan yang saat ini baru merasakan nyeri di kepalanya seperti sedang dipukuli tidak ingat mengambil foto itu dengan Chanyeol. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa masuk rumah dengan selamat semalam.

Yifan mengamati sekeliling kamarnya yang masih terlihat gelap dengan tirai yang masih tertutup. Ia melirik jam dinding dan waktu menunjukkan pukul 02.00 siang. Ia masih memakai celana jeans semalam, tapi setidaknya ia melepas kaos dan kaos kakinya.

Jam berapa kita pulang semalam?

Yifan membalas pesan Chanyeol. Tanda bahwa pesan sudah dibaca langsung muncul.

Seingatku jam 4.

Balas Chanyeol.

Kau mendapatkan masalahnya?

Tambahnya. Yifan tidak segera menjawab karena ia sendiri belum tahu apakah ia memang akan mendapatkan masalah setelah ini. Tanpa membalas pesan Chanyeol, Yifan bangkit dari tempat tidurnya dan segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Ia berharap sakit kepalanya bisa sedikit berkurang.

Pukul 03.15, Yifan keluar dari kamarnya dan mendapati Mrs. Wu sedang duduk bersila di depan TV. Hari itu adalah hari Minggu. Mrs. Wu tampak sedang menikmati acara kompetisi memasak. Ia menoleh ketika mendapati Yifan sedang menggeledah kulkas untuk mengambil air minum.

"Kau sudah bangun? Ku kira kau tidak akan pulang semalam." Komentar Mrs. Wu tanpa beban apapun mendapati putra semata wayangnya pulang dalam keadaan mabuk.

"Apa dia teman barumu?" Tanya Mrs. Wu ketika Yifan duduk di meja makan. Ia pun bangkit untuk menghangatkan sup yang dibuatnya untuk sarapan tadi.

Yifan mengangguk. Ia tidak mungkin menyangkal karena Ibunya pasti ingin tahu lebih.

"Ibu senang melihat kau sudah mempunyai teman baru. Ia terlihat seperti pemuda yang manis. Tapi melihat dia mengantarmu pulang dalam keadaan seperti itu rasanya Ibu perlu sedikit khawatir." Mrs. Wu meletakkan semangkuk sup di hadapan Yifan dan membelai pelan rambutnya.

"Aku hanya mencoba-coba sedikit." Yifan menyendokkan sup tahu ke dalam mulutnya. Rasa hangat menjalari tubuhnya dan sup itu sedikit membantu dengan sakit kepalanya.

"Tentu saja. Ibu mengerti. Tapi lain kali pulang sebelum jam 12, oke?" Mrs. Wu mengecup puncak kepala Yifan sebelum kembali duduk bersila di depan TV tanpa menunggu jawaban putranya itu.

Mungkin jika mereka masih tinggal di Kanada bersama Kevin, Yifan sudah pasti akan dihukum dengan tidak diperbolehkan memegang ponselnya selama seminggu karena pulang lebih dari jam 12. Bukannya Yifan tidak bisa hidup tanpa ponselnya, tapi Kevin tahu Yifan tidak bisa membuat janji dengan teman-temannya tanpa itu.

You okay, man?

Ketika Yifan kembali ke kamarnya, Chanyeol telah mengiriminya pesan lain. Kali ini foto profil Chanyeol memajang foto mereka berdua yang ia kirimkan tadi.

Kau bertemu Ibuku semalam?

Tak sampai beberapa detik Chanyeol sudah mengetikkan balasannya.

Yup! Kau bahkan tidak bisa berdiri setelah keluar dari mobil, jadi sebagai orang baik aku memutuskan untuk mengantarmu sampai di depan pintu rumahmu.

Yifan mendengus pelan membaca pesan Chanyeol.

Thanks.

Yifan mengetikkan balasannya sebelum menambahkan sebuah kalimat.

Sekarang Ibuku berpikir kau adalah teman baruku.

Chanyeol mengirimkan emoticon tersenyum dan menambahkan pesan.

Aren't I?

Yifan meletakkan ponselnya tanpa membalas apapun. Ia kemudian meraih sebuah novel dari rak bukunya dan mulai membaca.

-

-

-

Keesokan paginya rutinitas menjadi anak SMA sudah menanti Yifan kembali. Kali ini ketika ia sampai di taman kota, ia mendapati Chanyeol sudah duduk di bangku taman dengan jaket adidas dan topi hitamnya. Ia terlihat sedang sibuk memainkan korek api di tangan kanannya dengan headset terpasang di telinga besarnya. Ia sampai tidak sadar ketika Yifan sudah berdiri di hadapannya hingga pemuda itu menekan topi Chanyeol hingga menutupi wajahnya. Yifan sempat mendengar umpatan yang keluar dari mulut Chanyeol.

Sesampainya di sekolah, Yifan yang tenggelam dalam novel yang dibacanya tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitarnya ketika ia berjalan ke koridor menuju kelas. Setelah beberapa hari berada di sekolah itu ia sudah hafal betul setiap langkah yang diambilnya tanpa harus memperhatikan jalan. Ketika ia sudah duduk di mejanya ia baru menyadari bahwa Chanyeol belum masuk ke kelas. Beberapa murid perempuan terlihat mencuri pandang kepadanya. Ia sudah terbiasa dengan hal itu, tapi kali ini tatapan mereka lain. Yifan mengacuhkan keheranannya itu dan kembali mengangkat novelnya sambil menunggu jam pertama dimulai.

Sampai jam istirahat, bangku yang biasa ditempati Chanyeol masih tetap kosong. Yifan beberapa kali melirik bangku di sampingnya dan pintu kelas namun Chanyeol tidak juga menampakkan batang hidungnya. Yifan kemudian bangkit untuk pergi ke toilet, masih dengan beberapa murid yang memberikan tatapan aneh ke arahnya.

Yifan sedang mencuci tangannya ketika ia tanpa sengaja melihat ke arah cermin yang memantulkan pemandangan di belakangnya. Di antara 3 kubik toilet yang tersedia Yifan melihat kubik paling ujung terbuka sedikit. Ketika Yifan melirik ke arah bawah ia melihat sepatu hitam yang tidak terlalu asing baginya. Ia sempat ragu-ragu untuk menghampiri kubik itu namun rasa penasaran mengalahkannya. Ia melangkahkan kakinya dan mendorong pelan pintu kubik toilet itu.

"Chanyeol?"

Continue Reading

You'll Also Like

17.5K 2K 17
Kim Jongin seseorang yang berusaha mengembalikan cahaya dihidup Oh Sehun yang telah redup karena sebuah tragedi. KAIHUN! GENDERSWITCH FOR UKE! Maaf g...
CHANHUN By 필원

Short Story

31.8K 2.4K 21
--☾︎ 𝑶𝑵 𝑮𝑶𝑰𝑵𝑮 ☽︎-- ⚠︎ 𝙲𝙷𝙰𝙽𝙷𝚄𝙽 𝙰𝚁𝙴𝙰! ⚠︎ 𝚁𝚊𝚝𝚎 𝚃 - 𝙼 ! ♲︎︎︎ 𝚂𝚝𝚊𝚛𝚝 𝚏𝚛𝚘𝚖: 21 Juli 2020 𝙴𝚗𝚍: --- ©sehunlock.
475K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
2.2K 503 5
Kim Jaejoong pemuda cantik usia 25 th seorang yatim piatu yang hidup hanya dengan keponakan tercintanya Jung Changmin 6 th. Demi untuk menghidupi kep...