The Guardian Angel #ODOCTheww...

By Alvacchi_

47.9K 3.1K 122

(Tidak akan direvisi, jadi maklumi kalau masih ada banyak kekurangan. Cerita ini dibuat tahun 2018) Fallen An... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
EPILOG

Bab 28

1.1K 74 0
By Alvacchi_


Sosok dengan lima pasang sayap hitam yang besar, rambut hitam panjang berantakan yang menonjolkan lima buah tanduk besar yang masing-masing mengeluarkan api. Kulit kemerahan Azazel semakin lama semakin memerah, tanda kekuatannya semakin bertambah.

Berkebalikan dengan dua sosok lain yang memiliki sayap berbeda warna. Gabriel mengambil wujud archangelnya dan Linus memasuki mode Pentahorn. Keduanya terlihat terengah di udara karena baru saja melakukan duel dua lawan satu yang entah kenapa masih saja terlihat tidak adil untuk Linus maupun Gabriel, karena Azazel terlalu kuat.

Gabriel tiba-tiba memegang perutnya dimana terdapat luka tusukan langsung dari tangan sang oenguasa dunia bawah itu. Pemuda bersurai perak itu mendesis pelan menahan sakit, namun tak bisa ia bohongi kalau hal itu terlalu menyakitkan sampai gerak terbangnya pun ikut terganggu.

Menyerah, Gabriel terbang sedikit lebih rendah . "Maafkan aku, Linus. Aku sudah tidak kuat lagi," desis archangel tersebut. Tangannya menggenggam erat bahu rekan dadakannya.

Linus menoleh. "Bertahanlah sebentar lagi. Aku yakin Athala akan datang," sahut pemuda itu.

Gelengan lemah Gabriel sebagai jawaban dari pernyataan pemuda itu. Obrolan singkat itu terpotong oleh tawa disertai geraman dari sang penguasa dunia bawah di depan mereka.

Azazel menyabetkan cambuk hitam bergerigi dengan ujungnya yang menyerupai ujung pedang karena terbuat dari besi. 

Sebuah pusaran api hitam tercipta. "Apa kalian sudah lelah? Mau beristirahat?" tanyanya dengan senyum melebar.

Gerigi dari cambuk terayun ke depan, namun berhasil ditahan oleh perisai Linus. Biasanya Gabriel akan memanfaatkan hal itu Untuk menyerang, namun kali ini pemuda tersebut bahkan tak bisa bergerak.

Saat perisai retak dan menyebabkan ledakan, tubuh Linus dan Gabriel menukik jatuh ke tanah, terpisah berjauhan.

Linus mencengkeram sepasang sayap dari tiga pasang lainnya yang terasa sakit karena patah dan menggores langsung tanah. Untum bergerak saja, proa itu terliht kesusahan. Menoleh ke samping, sekitar 20 meter nun jauh, Gabriel tengah mendesis sakit memegangi dadanya. Tawa Azazel bergemuruh di udara.

"Linus kau mendengarku?"

Tubuh Linus tersentak kaget mendengarnya. Pemuda itu kembali menoleh dan mendapati Gabriel yang juga tengah menatapnya. Sepertinya pemuda bersurau perak itu tengah memindlinknya.

"Ya," jawab Linus pendek.

"Aku sudah tidak bisa mengeluarkan kekuatanku lagi untuk bertarung, Azazel terlalu kuat untukku. Namun, ada satu cara untuk mengalahkannya. " jeda sebentar. "Aku akan membuat Gerbang Archangel yang bisa merantai siapapun dan menenggelamkannya di dasar samudra paling dalam. Tetapi sebelum itu, aku akan memanggil para saudaraku untuk membantu kita sekedar melemahkan kekuatan Azazel."

Linus terdiam mencoba mencerna kalimat panjang Gabriel yang terucap dalam sekali tarikan napas. Tidak menjawab, Linus hanya mengangguk. Dari kejauhan, Gabriel bisa melihatnya, lalu tersenyum.

"Kuserahkan padamu, rekan."

***

Attila berjongkok di depan tubuh gadis kembarnya. Airmata jatuh mengaliri pipinya. "Bagaimana caranya aku harus menolongmu?" ucapnya sesenggukan.

Dirinya hanyalah gadis manusia biasa. Sungguh senang hatinya kala Imanuellan mengajaknya untuk bersama-sama menunggui raga Athala sampai waktunya tiba bagi mereka untuk bertemu. Namun, saat ini apa yang bisa ia lakukan? Tidak ada. Bahkan Imanuella dan archangelnya sudah pergi entah kemana.

Menyentuh lembut tangan Athala lalu menggenggamnya erat. "Jujur, aku takut. Takut sekali sampai aku tidak bisa merasakan perasaan lainnya," bisiknya. "Aku tidak berniat untuk meninggalkanmu. Aku akan merelakan semuanya untukmu, bahkan Linus maupun separub lagi jiwaku. Namun, aku mohon, sadarlah. Athala! Sadar!" pekiknya frustrasi.

Saat tangannya bergerak ke kening Athala, tiba-tiba Attila meraaakan tubuhnya tertarik masuk ke tubuh gadis itu.

"Aaaaaaaaaaaakh!"

***

Keenam archangel itu sampai di suatu tempat lapangan dan langsung membentuk lingkaran untuk melindungi sang dewi yang berdiri di tengah.

"Akhirnya kalian datang," seru seseorang di belakang sebuah batu besar.

Sontak semua orang yang berada di sana menoleh pada sosok Gabriel yang bermandikan darah, namun tetap mencoba untuk bangkit dan mendekati para saudaranya.

"Kakak!" seru Uriel sembari menghambur pada kakak tertuanya. Airmata mengaliri wajah manis gadis archangel tersebut.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Michael sengit menatapi banyak luka yang diderita saudaranya. Bahkan ini pertama kalinya bagi para archangel itu melihat luka sang kakak tertua yang sangat parah.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Raphael khawatir. Surai peraknya seolah bergoyang sendu mengikuti tuannya. "Lukamu terlalu parah. Jangan memaksa untuk bergerak."

Gabriel tersenyum hangat saat merasakan perasaan dan perhatian hangat dari para saudaranya. "Aku memang apa-apa, tapi hal yang akan aku katakan jauh lebih buruk. Aku ingin kalian membantuku untuk membukakan Gerbang Archangel."

"Untuk apa kau melakukannya?"

Sebuah pertanyaan dari sang dewi sontak membuat semuanya diam. "Kau ingin membuat semua hal di dunia ini ikut terserap ke dalam gerbang?"

Gabriel menggeleng. "Aku sudah memperlajarinya lebih lanjut. Gerbang Archangel bisa dikendalikan dengan hanya mengeluarkan rantai untuk membalut tubuh target. Aku yakin aku pasti---"

"Dan kau akan membahayakan nyawamu?!" teriak Imanuella memotong ucapan antusias sang saudara tertua archangel.

Pemuda bersurai perak mengembang itu tersentak saat melihat ekspresi marah namun sendu sang dewi. Mendekati pelan, lalu merengkuh tubuh mungil seseorang yang sudah menciptakannya. "Hanya ini satu-satunya jalan yang harus kita lalui. Jika aku berhenti, maka keadaan hanya akan bertambah parah. Apalagi sekarang Athala belum kunjung kembali. Kau harus sudah mendapatkan ragamu, Dewi," jelas Gabriel panjang lebar. Pemuda itu melepas rengkuhannya, lalu berlutut dengan satu kaki di atas tanah. "Kami, tujuh archangel yang lahir karena kemurahan hatimu akan terus mengabdi padamu sampai akhir. Mohon terimalah pengorbanan kami, Dewi."

Sontak keenam archangel lain mengikuti gerakan Gabriel. "Mohon terimalah pengorbanan kami, Dewi," ulang mereka bersamaan.

Airmata perempuan penguasa dunia atas itu tak sanggup ditahan. Sebuah anggukan samar menjadi jawaban, menjadi sebuah kunci untuk membuka lembaran baru dari sejarah kelam tiga dunia.

***

"Aaaaaaaaaaakh!"

Netra jade yang tersembunyi di balik kelopak mata berkulit putih itu terbuka tiba-tiba. Kesadaran Athala kembali, namun ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Ia merasa terlahir kembali. Ingatan asing namun familiar kini bermunculan di kepalanya.

"Aku Attila," ucap gadis itu pelan. "atau Athala?" lanjutnya bertanya-tanya.

Sebuah ledakan besar diiringi ratusan koakan burung yang beterbangn dengan panik meninggalkan sarang mereka untuk mencari tempat yang aman selain medan perang tersebut.

Tiba-tiba kepala Athala menggeleng keras mencoba menghapus gambaran pikirannya yang negatif sekilas tadi. "Ah! Siapapun aku saat ini, tidak penting. Sekaranga aku harus cepat pergi menyusul Linus dan yang lainnya," ucapnya tegas.

Tubuh Athala bangkit perlahan, namun sempat terhenti karena luka yang tiba-tiba terasa sakit. "Sembuhlah," ucapnya pelan, lalu secara ajaib luka-luka itu sembuh.

Berdiri perlahan. Tubuh Athala condong pada arah tujuannya. Sebuah jamur asap masih tergambar di langit sementara dirinya berjalan. Perlahan namun pasti langkah itu berubah menajdi lari kecil, lalu berganti menjadi berlari sekuat tenaga.

Semua terlalu ringan untu tubuh Athala yang sekarang. Bahkan saat sepasang sayap berwarna putih bersib muncul dari balik punggungnya, gadis itu baru sadar saat dirinya sudah berada di langit masih menuju tempat tujuannya.

"Linus, Imanuella, dan yang lainnya tunggu aku," ucapnya pelan. Perlahan, netra jade itu bersinar dan berganti warna menjadi,


Heterokrom ; merah dan biru.

***


Tubuh Azazel terbalut oleh perisai berbentuk segi empat yang melindungi seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali. Jauh di depan penguasa dunia bawah itu, terlihat Linus tengah menumpu tubuhnya dengan sebilah pedang miliknya. Napas pemuda itu kasar bukan main. Seluruh kekuatannya sudah ia gunakan.

Azazel menghilangkan perisainya, lalu berteleportasi ke belakang tubuh Linus. Tak sempat menghindar, kini tendangam keras tersarang dari titik punggungnya dan mendorongnya jatuh ke depan. Sayapnya sudah dari lama tidak bisa digunakan, maka dafi itu Linus menyembunyikannya juga untuk menghemat tenaganya.

Tenaga Linus sudah sampai pada tahap akhir, mode Pentahornnya mulai menghilang, berganti wujud menjadi sosok pemuda biasa bersurai hitam.

"Lemah," celetuk Azazel membuat tubuh pemuda bersurai pendek itu menegang. "Karena kebodohanmu, rencanaku menjadi maju lebih cepat, namun terimakasih karenanya juga aku sudah berhasil menguasai wilayah ini."

Linus tergugu. Seharusnya pemuda bersurai perak yang tadi sudah pergi itu segera kembali, namun kenyataannya masih belum ada tanda-tanda kalau dia akan muncul.

"Aku tidak perduli kalau archangel itu kabur atau semacamnya. Yang kupentingkan sekaranga dalah," jeda Azazel. Tangannya yang memegang pedang menghunuskannya lada tubuh Linus. "melenyapkanmu," lanjutnya dingin.

Trang

Saat bilah besi tebal itu akan menyayat tubuh Linus, sebuah perisai yang terlihat seperti sayap yang terbuat dati besi tiba-tiba muncul dan menghalanginya.

"Kau!" raung Azazel marah saat sayap itu menyibak ke atas sehingga tubuhnya terdorong beberapa meter ke belakang.

"Jauhkan senjata kotormu dari Linus." Athala menampakkan wajahnya yang tertutup sebagian sayap besinya. Sayap putih bersih yang berubah menjadi besi.

"Kau sudah membunuh temanku," netra gadis itu menyala. "keluargaku," terbang gadis tersebut meninggi dan sayapnya berubah total menjadi sayap besi. "orang-orang yang kusayangi. Dan sekarang kau akan melukai Linus yang kucintai?"

Ledakan aura kekuatan yang berasal dari tubuh Athala membuat kedua laki-laki itu sedikit terpental.

"Jangan bercanda!" teriak Athala. Dalam sekejap, gadis itu sudah berteleportasi di belakang tubuh Azazel dan menyabetkan pedangnya ke punggung sang penguasa dunia bawah tersebut. "Aku tidak akan membiarkannya!" raungnya.

Tubuh Azazel tidak dapat menghindar. Luka memanjang di punggungnya membuat gerakan teleportasinya melamban. Laki-laki itu muncul 15 meter di depan Athala.

Darah menetes pad bibir laki-laki itu. "Gadis sialan!"

Saat Azazel akan membalas, saat itu pula tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan berasal dafi langit. Sangat silau bahkan membuat sebuah benda menjadi tidak mempunyai bayangan, cukup untuk Azazel berhenti bergerak.

Sekitar seratus buah rantai turun dari langit dan menjerat erat tubuh sang penguasa dunia bawah.

Raungan kesakitan menggema di udara saat rantai-rantai itu mengeratkan jeratannya pada tubuh Azazel. Cahaya menyilaukan itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan meredup, malah semakin terang.

"Archangel sialan! Imanuella brengsek! Keluar kalian! Lepaskan, sialan, akh!" raung laki-laki itu frustrasi.

Saat pria itu mencoba mengeluarkan kekuatannya untuk membebaskan diri, dengan cepat lula kekuatan itu hilang karena terserap oleh rantai yang membuat benda itu semakin menjerat erat di bagian tubuh dan leher Azazel.

Sebuah gerbang turun dari langit semenjak cahaya mulai meredup. Gerbang putih besar yang memiliki ukiran rumit dengan cat emas. Ukiran abstrak yang membentuk sebuah mawar dan sepasang sayap.

"Nyanyian kematian terdengar merdu menusuk telinga. Dengan ini, kami sang jiwa-jiwa suci mengutukmu sang jiwa kotor untu tertidur selamanya di dasar lautan paling dalam yang bahkan roh sendiri tidak bisa hidup tenang."

Suara Imanuella terdengar merdu namun membuat tubuh merinding bersamaan dengan pintu gerbang putih itu terbuka.

Tubuh Azazel tertarik memasuki gerbang itu.

"Imanuellaaaaaaaaaaaaaaa!" teriaknya sebelum akhirnya tertelan oleh pintu gerbang tersebut.

Beberapa saat kemudian, pintu tersebut tertutup rapat.

Hening. Keadaan mulai menjadi tenang.

Hingga akhirnya pintu kembali terbuka, mengeluarkan sepasang rantai yang menuju ke arah seorang laki-laki yang tengah berlutut dengan pedang sebagai tumpuan.

"Linus!" teriak Athala saat rantai rantai itu menjerat tubuh Linus dan memaksanya memasuki Gerbang Archangel.

"Tidak! Linus!" Athala mencoba menghunuskan pedangnya untuk mencegah hal itu terjadi, namun belum sempat pedang menyentuh rantai, serangan itu sudah dihalau oleh sebuah pedang yang berasal dari seorang laki-laki bersurai perak panjang dengan netra merah api. Hingga akhirnya tubuh Linus kembali tertelan oleh gerbang.

"Jangan gegabah menyerangnya. Kau bisa ikut terserap!" teriak Michael.

"Minggir! Biarkan aku membebaskan Linus!" balas gadis itu tak kalah keras.

Sebuah tangan terangkat dari seorang perempuan yang tengah memandang kejadian itu dengan khawatir. Saat tangnnya menggenggam, tubuh Athala sontak terpental ke belakang dan menabrak batu besar.

"Athala, kumohon jangan gegabah.... Kita bisa bicarakan ini---"

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Aku hanya ingin Linus bebas dari rantai itu," jawab Athala tertahan karena menahan sakit yang luar biasa.

Menoleh sendu. Bibir peach Imanuella tak sanggup menjawab. Inilah salah satu dampak yang harus mereka terima karena membuka Gerbang Archangel.

"Gerbang Archangel menarik semua makhluk berkekuatan hitam. Jika Azazel tertangkap, maka Linus juga akan demikian. Karena bagaimanapun Linus adalah seorang iblis," jelas Imanuella sendu.

"Tapi dia adalah malaikat pelindungku," sahut Athala meneteskan airmatanya, sebelum akhirnya menutup matanya kehilangan kesadaran.

***

"Dia kehilangan kesadaran," ucap Uriel memeriksa keadaan Athala. Dia berdecak. "Aku tidak menyangka jiwanya sang lain bergabung hingga mereka menjadi kuat... dengan sendirinya."

Hening sekejap, hingga akhirnya Gabriel yang dirangkul oleh Raphael melangkah maju.

"Sekarang, mari kita lakukan, penyucian jiwa untuk Dewi Imanuella."

Deg

Tubuh Imanuella membeku. "Aku minta maaf, tapi sebelumnya aku ingin mengajukan suatu permintaan," ucap dewi dunia atas itu dengan airmata menggenang.

***

Continue Reading

You'll Also Like

170K 10.8K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
1.2M 102K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
5.6K 1.1K 26
[ 𝘍𝘢𝘯𝘵𝘢𝘴𝘺 - 𝘔𝘪𝘯𝘰𝘳 𝘙𝘰𝘮𝘢𝘯𝘤𝘦 ] Athena merupakan orang yang selalu menghindari masalah. Menuruti segala keinginan yang kakeknya ingink...