For My Bad Boy 2

By Blue_Blossom07

46.6K 2.8K 616

For My Bad Boy 2 Rate : T Genre : Romance/Drama, Friendship Disclaimer : Naruto Belong to Masashi Kishimoto :... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11

Chapter 5

2.9K 196 11
By Blue_Blossom07

Chapter 5 : Believe

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

"Hosh... hosh... hosh... hosh...".

---

"Ne, Forehead, lain kali kita masak di rumahmu yah?" Sakura mendengus menatap sahabatnya itu.

"Yah dan membuat maid ku kerepotan karena kalian tidak membersihkan dapur. Aku tidak enak dengan mereka tau".

"Aku jadi heran. Siapa yang majikan di mansion Haruno sebenarnya?".

"Diam-".

'Brak'.

"Lah?" lanjut Sakura setelah ucapannya terpotong oleh gebrakan pintu yang membuatnya juga keempat sahabatnya terkejut. Mereka memandang heran gadis blonde yang tengah mengatur nafasnya itu.

"Naruko-chan ada apa?".

"S-Syukurlah kalian di sini. Ne, H-Hanabi" kelima gadis itu was-was mulai mendengarkan ucapan Naruko.

"Ada apa dengan Hanabi?".

"Karin-senpai dan teman-temannya menyeret Hanabi-chan ke toilet" kelima gadis itu menghentikan kegiatannya dan menatap horor Naruko.

"APAA?" seru kelimanya.

"Kita harus segera pergi menolongnya" ujar Sakura sembari beranjak dan meninggalkan bentonya, begitu pula Hinata yang kini rautnya sudah tidak menentu.

"Ah sial. Kenapa di saat seperti ini. Padahal aku belum meminum minumanku" dengus gadis bercepol itu dan langsung bangkit menyusul sahabat-sahabatnya.

Kelima gadis itu berlari menyusuri koridor mengikuti arah Naruko membawa mereka dan jelas mereka menjadi pusat perhatian para siswa dan siswi sekarang.

::

::

Sementara itu, di salah satu bilik toilet putri.

'Plak'.

Satu tamparan keras melayang ke wajah ayu gadis bersurai coklat dengan manik lavender itu, terbukti dari raut gadis itu yang kini tengah meringis merasakan panas di pipinya.

"Sebenarnya apa mau kalian? Apa salahku pada kalian?" keenam perempuan itu menyeringai.

"Hmm... mudah saja hanya dua kata" Hanabi mengernyitkan dahinya. "Kau menyebalkan".

"Yah, karena itu kami melakukan ini padamu".

"Siala-".

'Plak'.

Satu tamparan lagi melayang dan berhasil memotong umpatan Hanabi.

"Kau tenang saja. Permainannya tidak akan lama ko, paling hanya sampai membuat badanmu lebam-lebam" gadis pirang itu, Shion menyeringai menatap remeh Hanabi tapi...

'Buk... buk...'.

"Hey bedebah. Cepat buka pintunya atau kudobrak".

"Tch" wanita bersurai merah terang itu mendecih ketika mendengar suara seseorang yang tengah meneriaki mereka sekarang. "Dia selalu saja mengganggu".

"Dengar ya, kau harus membohongi para sensei. Katakan pada mereka jika kami tidak melukaimu".

"Aku tidak akan menuruti perintahmu" gadis dengan surai putih itu kini mencengkram pipi Hanabi hingga membuat gadis itu meringis.

"Dengar, jika kau tidak menuruti perintah kami jangan salahkan kami jika kami membocorkan perihal kakakmu dan yang lainnya yang merupakan pimpinan HK dan akan kupastikan, akan kubuat hidup mereka menderita" Hanabi membelalakkan matanya, darimana mereka tau kalau kakaknya pimpinan HK. "Dan itu semua salahmu" Hanabi menatap tak percaya pada keenam perempuan di depannya.

---

Sementara itu, di luar bilik toilet.

"Sialan". "Hey buka pintunya cepat" hardik Ino yang masih setia menggedor pintu itu.

"Mereka tidak akan mendengar".

"Baiklah" kini mereka berlima saling pandang, seakan mengerti akan apa yang ada di pikiran masing-masing akhirnya Sakura maju dan keempat sahabatnya juga Naruko mundur teratur. Kini mereka sudah menjadi tontonan banyak siswa. Dan detik selanjutnya...

'BRAK'.

Semua siswa yang melihat aksi Sakura terbelalak, yah mereka kagum akan kekuatan Sakura, dalam satu tendangan pintu itu langsung terbuka dan menampilkan tujuh orang dengan seorang gadis di tengah mereka.

"Aduh, Hanabi-san. Kami benar-benar minta maaf karena sudah mengotori pakaianmu" semua yang melihat itu melongo di tempat.

What is it?

"Eh, ada apa ini ramai-ramai?".

"Wah, coba lihat apa yang kau lakukan. Pintunya sampai rusak. Kau harus menggantinya" ucap Karin dengan tampang yang benar-benar membuat Sakura ingin menamparnya.

"Dan lagi, jangan karena kalian itu anggota HK jadi seenaknya begini".

"What?" jelas Ino sangat tidak terima akan perkataan Yukimaru barusan.

"K-kalian sendiri. Apa yang kalian lakukan pada Hanabi-chan?" kali ini Naruko memberanikan dirinya.

"Kami hanya membantunya membersihkan pakaiannya karena kami tidak sengaja menumpahkan jus ke pakaiannya tadi".

"Benar begitu Hanabi?".

"Ya" jawab gadis itu tegas namun mengalihkan tatapannya dari Sakura. Gadis itu menatap wajah Hanabi dengan teliti, dan yah dia tidak akan dijuluki asisten dokter hampir pro jika tidak menyadari adanya bekas tamparan dan cengkraman di wajah gadis itu. Sakura menghelas nafasnya.

"Kalian semua dipanggil ke ruang Kakashi-sensei" lagi Sakura menghela nafasnya.

"Aku kecewa padamu Hanabi" ujar Sakura dengan nada yang menunjukkan bahwa Sakura benar-benar kecewa pada Hanabi. Sakura meninggalkan tempat itu diikuti keempat sahabatnya juga Naruko, Hanabi dan Karin c.s.

::

::

Sesampainya mereka di ruangan Kakashi-sensei.

"Mereka menuduh kami melakukan tindakan bullying pada Hanabi. Padahal kami hanya membantunya" protes wanita bersurai merah itu dan membuat Kakashi-sensei menatap Hanabi. Paham akan tatapan dari Kakashi-sensei gadis itu angkat suara.

"Yang dikatakan Karin-senpai benar sensei. Mereka hanya membantuku" Ino, Hinata, Temari, dan Tenten kini menatap Hanabi tak percaya. Sebenarnya gadis itu berada di pihak siapa?.

"Hanabi, katakan yang sebenarnya. Jangan buat semua ini semakin rumit" hardik Ino dan tentu saja membuat Hanabi terperanjat dan air mata kini sudah mulai menetes membasahi pipinya.

"Hey, kalian ini kasar sekali. Kalian sudah membuatnya menangis" jelas saja gadis itu semakin merasa bersalah karena sudah membuat kakaknya dan para senpainya berada dalam masalah.

"Sudah hentikan ini. Siapa yang memberitau kalian kalau Hanabi di bully" Kakashi-sensei menatap satu persatu para siswinya itu dan semua mata tertuju pada Naruko.

"E-eh? A-aku sensei, i-ini salahku" Kakashi-sensei menghela nafasnya.

"Haah, sudahlah. Tapi, kalian berlima sudah merusak propeti sekolah jadi..." mereka menatap guru bermasker itu dengan was-was. "Kalian harus menjalani hukuman".

"Aku siap" sahut kelima gadis itu dan perasaan bersalah semakin membesar di hati Hanabi.

"Baiklah. Kalian semua boleh keluar kecuali Sakura dan teman-temannya" para perempuan selain Sakura dan sahabat-sahabatnya itu kini keluar dari ruangan itu. "Apa yang sebenarnya terjadi?".

"Yah... awalnya kami berlima hanya sedang menyantap bento kami" ucap Temari memulai kejadian yang terjadi beberapa menit lalu.

"Dan Naruko-chan datang dengan raut paniknya. Dan dia bilang kalau Hanabi-chan di bawa oleh Karin dan teman-temannya".

"Lantas, kenapa kalian tidak memakai seragam kalian saja? Dengan begitu kalian tidak akan mendapat masalah seperti ini" kelima gadis itu saling pandang dan menghelas nafas pasrah disaat bersamaan.

"Kami terlalu panik untuk berpikir sampai ke situ sensei. Dan mungkin jika kami tadi terlambat mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi pada Hanabi-chan" jelas Hinata.

"Lalu?".

"Saat kami sampai memang benar pintu itu terkunci dan mereka tidak langsung membuka pintu saat kami meminta. Jadi kami memutuskan untuk mendobrak pintunya".

"Lalu mereka berpura-pura baik pada Hanabi begitu?" kelima gadis itu mengangguk. "Lalu bagaimana jika apa yang dikatakan Karin benar?".

"Itu tidak benar sensei. Aku melihat ada bekas tamparan dan juga cengkraman di wajah Hanabi dan aku yakin akan hal itu" tukas Sakura dan berhasil membuat Kakashi-sensei terdiam. Dia tidak bisa membantah asumsi Sakura karena dia tau mata gadis itu sangat jeli, instingnya juga sangat kuat, jika sudah berspekulasi jarang pemikiran Sakura meleset. Menghela nafasnya, pria itu menatap kelima gadis itu, dia tidak bisa membantu mereka karena sudah merusak properti sekolah dan mereka harus bertanggung jawab. Kenapa? Mereka bertindak bukan sebagai pimpinan HK tapi sebagai anggota, di tambah mereka dianggap menuduh Karin dan teman-temannya tanpa bukti dan korban tidak mau diajak bekerja sama.

"Lalu? Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Kau berperan ganda di sini Sakura, kalian juga. Jadi...".

"Skorsing" keempat gadis juga pria itu menatap Sakura heran, ringan sekali gadis itu mengatakan kata itu.

"Kau bodoh? Itu akan semakin merusak image baik mu di sekolah ini" protes Kakashi-sensei yang terlihat tidak menerima keputusan dari Sakura. Gadis itu menyeringai.

"Mau bagaimana lagikan? Merusak properti sekolah itu hukumannya memang berat. Selain itu, mereka juga sudah merusak image kami, kalau sudah rusak kenapa tidak dihancurkan saja sekalian?" keempat sahabat Sakura juga Kakashi-sensei terbelalak mendengar ucapan gadis itu.

"Oi, oi. Sakura bukan berarti kau akan menjalankan misi nekat itu?".

"Mereka sudah kelewatan kali ini. Dan aku tidak akan membebaskan mereka. Jika kalian belum siap, tidak apa. Tapi... ku rasa sekarang saat yang tepat untuk menjalankannya, jadi aku akan menjalankannya".

"Kau yakin Forehead?" gadis berhelaian soft pink itu mengangguk mantap. Dia sudah yakin akan keputusannya.

"Mereka hanya wanita-wanita pengecut, mereka pikir mereka bisa terus berada di puncak tertinggi dengan kebusukan mereka? Salah besar. Mereka akan jatuh dengan apa yang sudah mereka lakukan. Dan aku... aku akan membuat mereka sampai tidak merasa seperti hidup lagi" desis Sakura dengan aura menyeramkan dan mata yang berkilat tajam, keempat sahabat juga sang guru sekaligus paman dari gadis itu bergidik ngeri melihat mode akuma Sakura keluar.

"Yah, jika sudah begini tidak ada pilihan lain. Mengamuklah sepuasmu, dan... ku serahkan semuanya padamu" Sakura tersenyum lemut menanggapi ucapan Kakashi-sensei.

"Ja, bagaimana dengan kalian?" Sakura membalikkan tubuhnya dan menatap satu persatu sahabat-sahabatnya. Sementara keempat sahabat itu saling pandang. Gadis pirang twintail itu menghembuskan nafasnya.

"Jika sudah begini mau bagaimana lagi kami ikut" ujar gadis itu dengan seringainya. Sakura tersenyum menanggapi ucapan kakak sepupunya itu.

"Baiklah, kita tidak boleh meleset lagi kali ini. Karena, mungkin aku akan di anggap melarikan diri jika aku pergi setelah kegagalanku".

"Daijobu yo Forehead, kami ada di depanmu. Kami tidak akan membiarkan mereka melukaimu dan menjatuhkanmu".

"Baiklah-baiklah, sekarang kembali ke kelas kalian gadis-gadis nekat" kelima gadis itu menurut dan segera meninggalkan ruangan sang guru.

::

::

Sesampainya mereka di depan kelas XII-B yang bersebelahan dengan kelas XII-A. Banyak siswa dan siswi yang berkumpul di depan kelas mereka.

'Coba lihat mereka. Ku pikir mereka berasal dari keluarga terhormat, tapi lihat kelakuan mereka'.

'Benar. Aku juga sudah muak dengan si pink itu sejak acara festival kemarin'.

'Cih, dia pikir dia itu siapa'.

Sebagian besar siswa dan siswi yang memperhatikan kelima gadis itu membicarakan hal buruk tentang mereka. Langkah mereka terhenti karena di hadang oleh enam perempuan dan lima pemuda.

"Sakura-chan, Hinata-chan. Apa yang terjadi?" tanya pemuda blonde itu yang melihat raut sendu kelima gadis itu.

"Kami..." Sakura menggantung ucapannya dan menundukkan wajahnya. "Diskorsing untuk seminggu ini".

"Hanya itu?" semua orang kini menatap wanita dengan surai merah yang memandang kelima gadis di depannya dengan tatapan kesal. "Cih, seharusnya hukuman itu tidak cukup untuk apa yang kalian lakukan, merusak aset sekolah dan menuduh orang secara sembarangan. Kau lihat Sasuke-kun? Inilah mereka yang sebenarnya".

"Hey jalang tutup mulutmu" teriak Tenten dengan emosinya, syukur Hinata segera menahan gadis bercepol itu.

"Wow, mereka benar-benar buruk. Perkataanmu kotor sekali nona, apa keluargamu yang mengajarimu semua itu?" tatapan kelima gadis itu menatap tajam Yakumo yang kini menatap remeh kelima gadis itu.

"Yah, tak disangka. Putri terhormat dari keluarga terpandang bisa melakukan hal seburuk ini, yah kami tau kalian juga manusia biasa, tapi setidaknya kondisikan sikap buruk kalian" Sakura menundukkan wajahnya, tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih, sudah cukup dia tidak tahan lagi.

"Kalian pikir kalian siapa hah?" Sakura menatap garang keenam perempuan di depannya, sementara kelima pemuda itu masih diam di tempat. "Jangan pikir aku akan diam saja setelah kalian melakukan semua hal buruk di sini. Bisanya kalian menyalahkan kami, dan menuduh kami yang tidak-tidak seharusnya kalian yang dihukum. Sasuke-kun, kau tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, kalian yang lain juga. Karin dan teman-temannya berbohong. Masalah Hanabi dia-".

'Plak'

Satu tamparan keras melayang dipipi mulus gadis musim semi itu dan membuat semua orang mematung terkejut atas apa yang dilakukan pemuda raven itu. Wajah gadis itu terdapat semburat merah tipis yang berbentuk cap tangan dari pemuda yang tadi menamparnya, air mata gadis itu berlinang. Bagus, sekarang gadis itu sudah kehilangan kepercayaannya... sepenuhnya.

"Teme sialan apa yang kau lakukan?" teriak pemuda pirang itu dan segera berlari menuju Sakura dan merengkuh tubuh mungil gadis pink yang mematung itu, tak beda jauh dengan Hinata yang kini juga memeluk Sakura. Sasuke? Pemuda itu terdiam mematung dan menatap tangan yang sudah dia gunakan untuk menampar Sakura.

"Sialan kau. Apa yang kau lakukan pada Sakura" histeris Tenten dan menarik kerah baju Sasuke. "Kau bodoh Sasuke, kau idiot, kau tidak tau apa-apa. Kau bodoh, kau akan menyesali ini br*ngsek, berani sekali kau menyakiti Sakura" umpatan demi umpatan keluar dari bibir gadis bercepol itu. Ino masih diam mematung, Temari kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menampar Sasuke dan...

'Plak... Plak...'.

Dua tamparan keras mendarat di pipi pemuda itu.

"Hey apa yang kalian lakukan" teriak Karin dan menarik Sasuke dari ketiga gadis di depan mereka. Yah, pemuda itu lengah dan tidak sadar jika tangan Ino dan Temari sudah melayang di wajahnya, perih? Tentu saja wajah pemuda itu perih, melihat bagaimana biasa Sakura ketika latih tanding dengannya, tidak heran jika pukulan Ino juga Temari sesakit itu.

"Kau pantas mendapatkannya sialan".

"Jangan sentuh adik kami dengan tangan kotormu".

"Yah, sekarang aku tidak peduli akan dianggap apa aku. Tapi... jika salah satu dari kalian, ada yang berani mencelakai Sakura, siap-siap berhadapan dengan kami".

"Cih percuma saja kalian mengatakan itu" ketiga gadis itu membalikkan badannya, semua orang juga menatap pemuda blonde jabrik yang kini menampakkan raut menyeramkannya. "Kau memang bodoh Teme, kau sama sekali tidak menyadarinya. Selama ini dia bersamamu dan kau tidak menyadarinya. Dan lagi... lagi-lagi kau menyakitinya Teme kusoo" Naruto hendak menyerang pemuda itu namun sesuatu menahannya dan membuat pemuda itu berbalik. Gadis yang sudah dia anggap adik itu menggelengkan kepalanya, memberikan isyarat agar pemuda itu tidak menghajar Sasuke lebih jauh lagi.

"Sudahlah Naruto-kun, mereka tidak akan pernah sadar sampai mereka tau sendiri seperti apa Karin dan teman-temannya. Kau memukul Sasuke-san hanya akan membuang tenagamu" ujar Hinata dan membuat pemuda itu kembali tenang.

"Baiklah, dengar ini Sasuke. Kau... kau sudah kehilangan kepercayaanmu pada Saki bukan? Dan... kau tidak mempercayai ucapanku, kau lebih mempercayai sepupu gilaku ini" Karin mendengus menatap tajam kakak sepupunya itu. "Jadi... apa artinya ikatan persahabatan diantara kita kalau kau tidak mempercayai kami? Kau sudah memilih jalanmu sendiri dan itu berbeda dengan apa yang aku dan Saki pilih. Hanya ini yang ingin aku katakan, aku tidak akan peduli lagi ttebayo".

"N-Naruto-kau sudah janji-".

"Aku tau Sakura-chan, aku berjanji jika dia tidak menyakitimu. Tapi ini... ini sudah kelewatan, aku tidak mau lagi. Daripada itu, sebaiknya kau obati lebam dipipimu Sakura-chan".

"Sebentar lagi Tsunade-sensei akan masuk ke kelas kalian. Sebaiknya kalian bertiga masuk, aku dan Tenten akan menjaga Sakura" ujar si gadis Barbie dan menarik Sakura yang kini menundukkan wajahnya, Hinata, Temari juga Naruto hanya mengiyakan dan ketiga remaja itu memasuki kelas mereka. Sementara Tenten dan Ino membawa Sakura ke UKS.

Tapi... tidak ada yang tau, seseorang di tengah kerumunan itu tengah menyeringai puas. Sepertinya kini tujuannya benar-benar tercapai.

"Kau kenapa Karin?" pemuda di belakang wanita itu menegur.

"A'a, tidak apa-apa Sai-kun. Sebaiknya kita segera kembali ke kelas" dan semua orang di tempat itu segera membubarkan diri dan kembali ke kelas.

::

::

Jam istirahat berikutnya, di kelas XII-A. Tiga gadis dengan surai berbeda, manik, berbeda, perawakan berbeda, dan tabiat berbeda memasuki kelas itu menghiraukan berbagai macam tatapan dari orang-orang di kelas itu. Sementara mereka terus berjalan ke arah gadis dengan surai blonde twintail yang sedang sibuk mengisi teka-teki silang.

"Hanya sendiri Tema-nee?" gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap satu persatu sahabatnya.

"Ada apa?".

"Yah, tentu saja membicarakan rencana untuk membongkar kedok para jalang di sekolah ini" ujar Sakura dengan suara yang sengaja dikeraskan.

"Kau tidak jera juga yah? Sudah kami bilang kami tidak melakukan apapun" Sakura menyeringai menatap gadis bersurai hitam itu, tak beda jauh dengan Ino, Temari, dan Tenten.

"Ooo... perasaan aku tidak menyinggung kalian. Kalian merasa tersinggung yah?" ujar Sakura dengan tampang menyebalkannya, tentu saja itu berlaku bagi Karin c.s.

"Sakura tadi bilang jalang loh. Wah... akhirnya kalian mengaku juga kalau kalian jalang" timpal Ino dan menatap remeh Karin c.s. sementara Karin c.s. bungkam dengan wajah masam mereka.

"Sudahlah Sakura-chan, kita sudah tidak punya urusan apa-apa lagi dengan mereka. Bukankah Sasuke sudah menolakmu? Bagaimana jika kau biarkan saja?" Sakura kelihatan berpikir menimang usulan yang diberikan Tenten. Karin dan teman-temannya masih sama, memperlihatkan raut datar, sementara Sasuke dan teman-temannya menatap Sakura dengan raut penasaran.

"Aku yakin Sakura-chan akan menolaknya" semua mata tertuju pada pemuda kuning yang asyik dengan manga shonen miliknya. Pemuda itu mengangkat wajahnya dan menatap remeh pada Sasuke. "Sakura-chan tidak seperti Sasuke, Sakura gadis yang genius. Dia tau mana yang benar dan mana yang salah, dia tau kalau dia kembali pada Sasuke dia hanya akan disakiti jadi aku yakin pasti memilih untuk melupakan Sasuke. Beda dengan Sasuke yang sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri jika gadis yang diberinya kesempatan bahkan lebih buruk dari sampah, masih juga diberi kesempatan".

"Kau ingin bertengkar lagi denganku Dobe?" ujar pemuda itu dengan nada suara dingin.

"Haha" mereka semua menoleh ke arah gadis bersurai soft pink yang tengah tersenyum manis. "Ku rasa kalian benar. Mo, aku sudah cukup sakit hati selama ini. Ja, mungkin aku harus melupakan Sasuke-kun juga" Sasuke tertegun atas ucapan gadis musim semi yang berdiri beberapa meter darinya.

"Ano, Sakura-chan. Pipimu tidak apa-apa?" Sakura mengusap pipinya yang masih sedikit merah, Sasuke juga ikut menoleh dan menatap pipi Sakura. Yah... siapa yang tau kalau pemuda itu sedang merasa bersalah sekarang.

"Daijobu yo, aku sudah terbiasa dengan pukulan seperti tadi. Ne, aku menangis hanya karena terkejut" tutur Sakura, tatapan gadis itu beredar ke seluruh ruang kelas. "Ngomong-ngomong Na-chan kemana? Sejak tadi aku tidak melihatnya".

"Oh, dia ke kelas Hanabi. Katanya ada yang ingin dia bicarakan dengan adiknya" Sakura, Ino, Tenten, juga Temari terbelalak atas ucapan Naruto dan gadis bersurai soft pink itu segera berlari keluar dari kelas. "Sakura-chan kenapa?" tanya pemuda itu dengan tampang bingungnya.

"Akan kami jelaskan nanti" jawab Temari yang baru saja beranjak dari kursinya kemudian mengejar Sakura bersama Ino dan Tenten.

"Mereka aneh ttebayo. Apa sebaiknya aku ke tempat Menma saja yah?" guman pemuda itu kemudian beranjak meninggalkan kelas. Pemuda kuning itu tidak menyadari bahwa beberapa pasang mata tengah menatap kepergiannya.

"Apa di benar-benar serius marahnya?" tanya Sai dengan senyum palsunya dan berhasil membuat Sasuke, Neji, juga Shikamaru berniat untuk menghajarnya.

::

::

Sementara itu, di taman belakang KIHS. Dua orang gadis bersurai serupa dan manik serupa tengah berdiri saling berhadapan. Sang kakak menatap dingin pada sang adik yang kini bergetar ketakutan.

"N-nee-chan a-ada apa mencariku?" tanya gadis itu sembari mengalihkan pandangannya dari sang kakak.

"Ku pikir kau tau apa alasannya Hanabi. Dan langsung saja, kenapa kau berbohong?" tanya balik gadis itu to the point.

"I-itu, K-Karin senpai dan yang lain memang hanya membantuku".

"Kau yakin dengan jawabanmu hm? Lalu jelaskan padaku kenapa di wajahmu ada bekas telapak tangan? Apa kau ingin menjawab aku tidak sengaja menampar diriku sendiri atau Karin dan yang lainnya tidak sengaja menamparmu?" omel Hinata dengan nada suara yang sedikit ditinggikan dan mencengkram pipi Hanabi walau tidak kuat.

"N-nee-chan itu...".

"Alasan apa lagi yang ingin kau buat hah? Kau tau? Aku menyesal kembali percaya padamu. Kenapa kau selalu merusak kepercayaan kami? Soal masalah yang lalu, kubiarkan itu berlalu karena itu sepenuhnya bukan salahmu. Dan... kali ini aku tidak bisa memaafkanmu Hanabi, aku tidak suka jika kau membuat Sakura dan teman-temanku yang lain berada dalam masalah hanya karena kebohonganmu".

"Sebenarnya adik Hinata nee-chan itu siapa? Aku atau Sakura? Kenapa kau membelanya, ini bukan sepenuhnya salahku" gadis itu balik membentak. Hinata memandang sang adik dengan pandangan miris dan melepaskan cengkramannya pada dagu Hinata.

"Kau benar tidak tau apa-apa yah, Hanabi. Aku tidak sedang membela Sakura sekarang, yang aku tau... kau sedang melakukan kesalahan sekarang. Kau tidak tau dengan kebungkamanmu itu akan membuat Karin dan teman-temannya semakin menggila dan akan semakin banyak korban yang jatuh. Beruntung kau masih selamat dan... apa ini? Balasanmu seperti ini untuk kami? Kau senang lolos dari kandang harimau dan membiarkan kami terjebak di dalam kandang itu. Apa ini caramu membalas budi? Sakura sudah banyak melakukan hal baik untuk kita dan yang kau lakukan..." Hinata menghela nafasnya, gadis itu benar-benar kesal pada adiknya.

Sementara Hanabi semakin menundukkan kepalanya, gadis itu merasa bersalah. Merasa bersalah? Yah itu benar, apa yang dikatakan kakaknya itu benar, dia adalah gadis yang tidak tau terima kasih. Dia sudah merusak nama baik seseorang yang sudah berulang kali membantunya menyelesaikan masalahnya.

"Sekarang, katakan padaku. Apa Karin dan teman-temannya benar-benar tidak melakukan hal buruk padamu?" Hanabi menggeleng, mata gadis itu mulai berkaca-kaca. "Kau akan menyesali ini Hanabi, katakan dengan jujur seorang Hyuga pantang menyembunyikan kebenaran".

"Lalu aku harus apa nee-san? Bagaimana jika yang aku katakan benar. Ini semua memang salah Sakura" yah biarlah... Hanabi memang gadis egois, dia tau itu... jika sudah seperti ini biarlah semua tetap berjalan seperti ini.

"Hanabi kau..." Hinata semakin geram dan hendak memukul Hanabi akan tetapi...

'Grep'

Seseorang menahan tangan Hinata dan membuat gadis itu terkejut.

"Gomen Hinata-senpai, tapi... ku mohon jangan tampar Hanabi-chan" ujar pemuda yang tengah menahan tangan Hinata.

"K-Konohamaru-kun benar Hinata-chan. Ini semua juga salahku, aku memberikan informasi yang salah" ujar gadis bersurai pirang yang kini berdiri di depan Hanabi.

"N-Naruko-chan, Konohamaru-kun?".

"Ah, ternyata di sini" seru seseorang yang baru saja sampai dengan nafas terengah-engah. "Hinata-chan, ku minta untuk tidak meledak sekarang...hah.... kami-sama ini panas sekali" dengus gadis itu dan mendudukkan dirinya di rerumputan taman.

"Sakura-chan?".

"Soal kasus Hanabi, aku akan mengurusnya nanti. Ne, Konohamaru-kun, Naruko-chan, sebaiknya kalian bawa Hanabi kembali ke kelas" pemuda dan gadis itu mengangguk setuju kemudian membawa Hanabi pergi.

"Sakura-chan kenapa?...".

"Tunggu dulu... hah... biarkan aku mengatur nafasku" ujar gadis bersurai soft pink itu dan membaringkan dirinya. "Haah, padahal aku sudah mencarimu kemana-mana, tapi syukurlah ada Konohamaru dan Naruko. Ne, seharusnya kau tidak boleh sekeras itu pada Hanabi-chan".

"M-mau bagaimana lagi Sakura-chan. Aku benar-benar kesal".

"Aku tau itu Hinata-chan, tapi... seseorang yang baru saja diperlakukan buruk seperti itu, akan sulit berpikir. Hanabi hanya mencoba untuk melindungi dirinya. Di saat seperti itu kau harus menanyainya baik-baik, jika kau melakukannya dengan kasar, kau hanya akan membuat mentalnya semakin jatuh dan yah... kau lihat sendiri bukan?" Hinata menundukkan kepalanya.

"Sakura-chan benar" gadis bersurai soft pink itu terkekeh.

"Aku baru tau, kau bisa lepas kendali seperti ini yah. Haha... setelah semuanya sedikit membaik, aku yang akan bicara pada Hanabi-chan dan..." Sakura bangkit dari baringnya kemudian menatap Hinata. Gadis indigo itu kelihatan menunggu lanjutan dari perkataan Sakura. "Aku tidak ingin kau bertengkar dengan Hanabi hanya karena kau membandingkan Hanabi denganku. Tahan dulu kekesalanmu, aku yakin ada saatnya kau bisa mengeluarkan semuanya. Terus terang, aku juga kesal dengan Hanabi, tapi... ini belum saatnya untuk meledak. Karena ini... baru akan dimulai".

Hinata menunduk, senyum manis terpatri di wajah gadis itu. Benar yang dikatakan Sakura, untuk sekarang mereka harus bersabar.

::

::

Keesokan harinya, di ruang pimpinan Himitsu Kessha.

"Jadi? Apa yang akan kita lakukan disini? Bukankah kita sedang diskorsing, lalu kenapa kau meminta kami untuk datang ke sekolah?" tanya si gadis blonde ponytail sembari menatap kesal sahabat pinknya yang malah asyik menyeruput jus strawberry dengan novel shonen di tangan kirinya.

"Aku meminta kalian datang ke sekolah tentu itu adalah kewajiban Pig, kau ingat kita punya dua peranan di sini. Sebagai siswa biasa dan sebagai pimpinan HK, dan menurut tata tertib Hk, para pimpinan tidak boleh absen tanpa alasan yang jelas. Itu bunyi nomor dua".

"Lalu?" Sakura menoleh ke arah Ino dan mengangkat sebelah alisnya bingung. "Ck, lalu apa yang akan kita lakukan? Ini membosankan baka Jidat".

"Yah... terserah kau saja Pig, bukankah biasanya kau akan mencoba tutorial-tutorial makeup barumu?" wajah gadis barbie itu merah kesal akan jawaban acuh dari sang sahabat. "Haha... bercanda-bercanda. Aku mengumpulkan kalian untuk membicangkan misi kita, untuk seminggu ini kita akan jalankan rencana kita".

"Hm..? hanya kita? Apa anggota HK yang tidak akan ikut?".

"Tentu saja, mereka akan andil dalam beberapa bagian. Tapi... aku tidak bisa memberikan pekerjaan kasarnya pada mereka, makanya kita harus segera menyelesaikan kasus ini sebelum puncak masalah yang kubuat akan terjadi" keempat sahabat gadis pink itu mengernyit tak mengerti akan ucapan Sakura.

"Haahh... entah kenapa aku malah merasakan firasat buruk".

"Sudahlah Pig, jangan terlalu banyak mengeluh. Sebaiknya segera kita rencanakan dan selesaikan secepatnya".

"J-ja, apa rencana Sakura-chan?".

"Begini. Aku sudah dapat izin dari Mikoto ba-san juga dari Tsunade-shishou. Kita akan menambah cctv di area yang memang tidak bisa dijangkau oleh cctv".

"Oi...oi... area yang tidak terdapat cctv itu banyak Sa-chan. Belum lagi, kita harus memasang beberapa untuk mendapat sudut pandang yang pas. Ditambah lagi, sebagian area itu berada di area terbuka seperti taman belakang contohnya. Dalam waktu dekat cctv-nya akan rusak akan memerlukan dana yang besar jika kita memakai cctv yang bermerk canggih. Kau pikir sekolah akan menyediakannya?" ujar gadis si bercepol yang ditanggapi anggukan setuju dari tiga gadis lainnya.

"Nma, kalian tenang saja soal itu. Cctv-nya sudah berada di tanganku, dan pelindungnya..." keempat gadis itu menatap was-was pada gadis bersurai tak wajar dan juga otak yang tak wajar itu. "Aku meminta seseorang memodifikasinya. Jadi, misi bisa kalian mulai hari ini".

"Kalian? Lalu kau?".

"Aku akan ke kediaman Uchiha untuk menyelidiki semua itu benar atau tidak. Hanya saat ini kita bisa memasuki markasnya, setelah itu... aku akan minta bantuan polisi, aku kenal beberapa dari mereka yang memang benar-benar bisa diandalkan dalam kasus ini".

"Haah... kau benar Sakura, misi ini harus kita selesaikan di tahun terakhir kita".

"Tidak. Selesaikan akhir musim panas sebelum pernikahan Itachi-nii dan Izumi-nee" putus gadis itu dan membuat keempat sahabatnya menatap bingung padanya.

"Haah? Kau gila ya Forehead, memang apa yang bisa kita lakukan dalam waktu sesingkat itu? Jika dihitung waktu kita tinggal dua bulan lagi".

"Memang benar. Kalau tidak salah pernikahan mereka akan dilaksanakan saat libur musim panas. Jadi kita gunakan kesempatan itu baik-baik. Dan... di semester selanjutnya kita harus mempersiapkan diri kita untuk UTS, ujan kelulusan, ujian masuk perguruan tinggi, dan lagi kita sudah janji akan ikut turnamen musim dinginnya bukan? Jika kita tidak bisa segera menyelesaikannya dengan segera, kita tidak akan bisa menyelesaikan yang lain" keempat sahbat gadis itu menunduk sejenak.

"Ku rasa kau benar Forehead".

"Ja, maka dari itu kita harus segera menyelesaikannya. Mengerti?".

"Hai".

"Bagus, dengan ini semuanya akan baik-baik saja. Ne, para pengecut sialan lihat apa yang akan aku lakukan pada kalian. Rencana yang bahkan tidak diketahui oleh para sahabatku" batin gadis itu dengan seringainya.

"Kau kenapa Forehead? Merencanakan sesuatu yang aneh lagi" kepala pink itu bergoyang ke kiri dan kanan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Aku hanya sedang membayangkan seperti apa wajah mereka saat kita membongkar semua aib mereka".

"Ya sudah terserah kau sajalah Forehead".

TBC/Tsuzuku...

Gomen banget yah.... upnya telat-telat sangat. Ne, jujur aja sih data author lagi sekarat jadi postnya telat. Ja sekian aja bacotan dari author semongga mengecewakan. Hehe^^

Continue Reading

You'll Also Like

192K 6.8K 96
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
216K 6.3K 73
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
434K 10.9K 60
๐‹๐š๐๐ฒ ๐…๐ฅ๐จ๐ซ๐ž๐ง๐œ๐ž ๐‡๐ฎ๐ง๐ญ๐ข๐ง๐ ๐๐จ๐ง, ๐๐š๐ฎ๐ ๐ก๐ญ๐ž๐ซ ๐จ๐Ÿ ๐ญ๐ก๐ž ๐ฐ๐ž๐ฅ๐ฅ-๐ค๐ง๐จ๐ฐ๐ง ๐š๐ง๐, ๐ฆ๐จ๐ซ๐ž ๐ข๐ฆ๐ฉ๐จ๐ซ๐ญ๐š๐ง๐ญ๐ฅ๐ฒ, ๐ฐ๐ž๐ฅ๐ฅ-๐ซ...
609K 30.8K 59
A Story of a cute naughty prince who called himself Mr Taetae got Married to a Handsome yet Cold King Jeon Jungkook. The Union of Two totally differe...