My Annoying Bae || Bae Jinyou...

By baehwinoona

31.3K 3.6K 331

Bae Jinyoung x Lee Daehwi DeepHwi Lee Daehwi, 18 tahun, berstatus sebagai siswa tahun terakhir di SHS 101, ne... More

Awal Mula
First
Second
Third
Fourth
Fifth
sixth
seventh
eighth
ninth
tenth
eleventh
twelfth
fourteenth
fifteenth
sixteenth
seventeenth
eighteenth
UP

thirteenth

1.2K 162 6
By baehwinoona

(Waktu untukmu bersinar dimulai dari sekarang. Seperti malam yang menyimpan bintang-bintang, simpanlah aku di hatimu)
.

Daehwi baru saja membersihkan diri. Ia berjalan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobenya. Sesekali ia terlihat sibuk mengeringkan rambutnya yang masih basah.

Ia berjalan mendekati ranjang dan sedikit bingung saat mendapati piyama di atas sana. Piyama itu terlihat lucu dengan gambar bintang berwarna putih, sedangkan sisanya lebih dominan warna baby blue. Tampaknya lelaki itu menyukai warna-warna manis seperti itu. Sudah beberapa baju yang ia miliki berwarna pastel seperti ini.

“Tuan Daehwi?” Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari balik pintu kamar Daehwi, membuat Daehwi berjalan terburu-buru ke arah pintu. Ia melihat salah seorang pelayan sudah berdiri di sana.

“Ada apa?” tanya Daehwi.

“Tuan Jinyoung berpesan agar Anda mengenakan piyama yang sudah disiapkan, sebelum pergi ke kamarnya.”

Daehwi mengernyitkan dahi, “Dia menyuruhku ke kamarnya?”

Pelayan itu mengangguk, lalu undur diri dari hadapan Daehwi.
Daehwi kembali masuk ke kamarnya sambil mengusap tengkuknya, sedangkan wajahnya terlihat kebingungan. Ia penasaran dengan pesan yang disampaikan pelayan tadi. Untuk apa Jinyoung menyiapkan piyama itu? Dan untuk apa Jinyoung menyuruhnya ke kamar lelaki itu?

Daehwi mematut penampilannya yang sudah mengenakan piyama itu di depan cermin. Ia tertawa geli melihat penampilannya yang tampak―entahlah, mungkin terlihat menggemaskan jika dimata orang lain. Apalagi gambar bintang itu benar-benar cocok untuknya. Tapi menurutnya ini benar-benar menggelikan. Ia tak pernah memakai barang apapun dengan gambar yang membuatnya terlihat seperti anak kecil.

Selesai mengganti penampilannya, Daehwi berjalan menuju kamar Jinyoung. Dengan hati-hati ia menarik kenop pintu kamar Jinyoung, lalu melongokkan kepalanya ke dalam kamar sampai matanya menangkap sosok Jinyoung yang tengah duduk di atas ranjangnya. Hal yang membuat Daehwi terkejut adalah piyama yang dikenakan Jinyoung. Sama seperti miliknya. Hanya yang membedakan adalah warnanya. Jika yang dikenakan Daehwi berwarna biru muda, milik Jinyoung berwarna biru tua dengan gambar bulan.

Jadi ini piyama untuk pasangan?

“Oh, kau sudah datang.” Jinyoung memberi isyarat pada Daehwi untuk duduk di sebelahnya. “Duduklah.”

Meskipun Daehwi tidak mengerti dan bingung, dia tetap menempati sebelah kanan Jinyoung, “Ada apa, Hyung?” tanyanya.

“Tidak.” Lelaki itu merebahkan dirinya, “Ayolah, rebahkan dirimu juga.”

Bodohnya, Daehwi tetap menurut dengan perintah lelaki itu, “Ada apa sih? Aku tidak mengerti!” ucapnya dengan nada yang meninggi.

“Tidak ada. Hanya temani aku tidur, Daehwi-ya.” ucap Jinyoung seraya mengusap-usapkan rambutnya pada pundak Daehwi.

“Astaga…” Daehwi membelai rambut lelaki itu, “Cepat tidur kau, Bae Jinyoung.” Ucapnya dengan nada datar.

“Kau tidak akan pergi, 'kan?”

“Ada apa denganmu? Kenapa kau menjadi manja begini?”

“Tidak.” Jinyoung mulai menguap dan menutup matanya, “Jangan pergi.”

Ya ampun, kenapa setelah resmi menjadi kekasih dia semakin menyebalkan?

Tunggu. Otak Daehwi berusaha mencerna pemikiran yang baru saja muncul dalam benaknya. Kekasih? Aku sudah resmi menjadi kekasih Jinyoung? Tidak lagi bersandiwara?

Jinyoung terheran karena mendapati Daehwi justru tengah melamun. Laki-laki itu bahkan sampai melambaikan tangan di depan wajah Daehwi, namun tak kunjung mendapat respon.

“Daehwi?”

Kesal karena Daehwi tetap diam, Jinyoung menangkup wajah Daehwi. Lalu dengan santainya ia kembali menyatukan kening mereka. Sebenarnya Jinyoung hanya ingin memeriksa suhu tubuh Daehwi. Ia khawatir setelah kehujanan tadi, Daehwi akan terkena flu atau demam. Sayangnya, Jinyoung tak menyadari jika perbuatannya itu justru membuat wajah Daehwi semakin memerah.

“Agak hangat.” ucap Jinyoung.
Daehwi kesulitan meneguk ludahnya ketika merasakan napas Jinyoung yang mengenai wajahnya, membuatnya seketika terdiam. Dia, masih pada posisi yang sama, berhadapan dengan Jinyoung. Matanya terpaut dengan mata Jinyoung. Mereka masih bertahan dengan suasana yang sama, suasana yang diam. Daehwi tidak bergeming, Jinyoung juga. Sampai akhirnya, Jinyoung bergerak. Gerakan itu sangat cepat hingga Daehwi sadar bahwa bibirnya baru saja bersentuhan dengan milik Jinyoung. Ah, benar, Jinyoung baru saja mengecup bibirnya. Dengan sangat singkat.

“Hyung―” Daehwi berusaha mengumpulkan nyawanya.

“Ayo tidur, Dae.” Ucap Jinyoung yang kemudian melingkarkan lengannya pada Daehwi dan memejamkan mata.

“Apa maumu, Hyung?”

Jinyoung membuka matanya lagi, “Tidur.”

“Apa yang baru saja Hyung lakukan―”

“Menciummu, Bodoh. Sudah jelas? Sekarang tidur.” Ujar Jinyoung yang kemudian menutup matanya lagi.
Jantung Daehwi mungkin akan keluar dari tempatnya. Dan dia yakin Jinyoung bisa mendengar dan merasakan betapa kacaunya dirinya sekarang. Dia masih kaku dan pada keadaan yang sama.

Setelah beberapa saat terdiam, “Hyung?” Daehwi menoleh dan mendapati nafas Jinyoung sudah teratur. Ah, dia sudah tertidur. Baru pertama kali Daehwi melihat Jinyoung dengan jelas; tepat di depannya. Lelaki itu tampak terlihat lelah. Matanya juga terlihat lebih sayu. Mungkin karena pekerjaan rumah sakit yang tidak ada hentinya. Di bahkan pernah harus menunggu lelaki itu sangat lama karena mendapat pasien darurat dan mendadak harus operasi saat itu juga hingga membuat lelaki itu menunda kepulangannya, padahal shift nya hari itu sudah selesai.

Daehwi menghelas napasnya lalu mengggerakkan badannya mencari posisi yang lebih nyama. Dan segera menyusul Jinyoung yang sudah mengarungi mimpinya itu.

.

Alarm pagi yang mengalun nyaring berhasil membangunkan Daehwi dari tidur pulasnya. Daehwi mengerjapkan matanya secara perlahan. Memperhatikan sekeliling, sampai pandangannya berhenti pada sosok laki-laki yang berada—oh, mungkin lebih tepatnya berbaring di sebelah Daehwi.

Pipi Daehwi bersemu merah, bersamaan dengan seulas senyum yang tersungging di bibirnya. Ia pandangi wajah damai Jinyoung yang masih tertidur pulas. Dari sini, Daehwi benar-benar memuji pesona Jinyoung dengan ketampanannya yang luar biasa.

Dengan hati-hati, Daehwi menyingkirkan tangan Jinyoung. Matanya mengawasi laki-laki itu, sekedar memastikan jika Jinyoung tidak terbangun saat ia bergerak turun dari ranjang. Dengkuran halus Jinyoung yang masih terdengar membuat Daehwi menghela napas lega. Bisa dipastikan laki-laki itu masih tertidur lelap.

Setelah menghabiskan waktu lama untuk mandi, Daehwi keluar dari kamarnya siap dengan seragam sekolahnya. Ia bahkan terlihat rapi dengan rambut cokelatnya yang tersisir rapi.

“Di mana Bibi Song?” Pertanyaan itu meluncur dari bibir Daehwi begitu ia tiba di ruang makan. Jinyoung sudah lebih dulu berada di sana dengan wajah layaknya orang bangun tidur pada umumnya. Sepertinya ia masih mengantuk.

Jinyoung menatap Daehwi dengan wajah tertekuk. Sedangkan Daehwi berbalik menatapnya dengan sorot mata bertanya pada Jinyoung.

“Kekasihmu ada di sini. Kenapa kau malah mencari orang lain?”

Daehwi mendelik, “Ya ampun, Hyung. Kau cemburu pada Bibi Song? Yang benar saja?”

Jinyoung terkekeh, kemudian mengamati penampilan Daehwi.

“Daehwi-ya?”

“Apa?” Daehwi yang sudah menarik kursi di depan Jinyoung menoleh dengan keheranan. Apalagi saat melihat gesture tangan Jinyoung yang menyuruh Daehwi berjalan mendekatinya. Ketika Daehwi hampir sampai di tempatnya, Jinyoung menarik tangan Daehwi hingga Daehwi jatuh ke dalam pangkuannya. Daehwi memekik kaget dan hampir mengeluarkan sumpah serapahnya kalau saja Jinyoung tidak lebih dulu membungkam mulutnya dengan satu kecupan singkat.

“Tidak biasanya kau sudah rapi dengan seragammu bahkan matahari belum sepenuhnya menampakkan diri?”

“Apa terlihat aneh?”

Jinyoung menggeleng, “Tidak. Hanya saja ini begitu mengejutkan. Haha. Aigoo... Bahkan kau terlihat menggemaskan dengan model rambutmu itu.”

“Sudahlah, cepat mandi sana! Hyung bau.”

“YA!―aku sudah memujimu tapi kau malah mengataiku.” Lelaki itu mendengus keras lalu pergi. Sedangkan Daehwi hanya tertawa melihat Jinyoung yang menggerutu.

Daehwi memilih menyiapkan roti dan susu untuk sarapan mereka. Ia tidak melihat Bibi Song hari ini. Mungkin sedang sibuk―atau mungkin berbelanja. Dan pagi yang tenang ini sepertinya harus di lewati dengan sebuah keributan. Pasalnya, Jinyoung yang baru saja selesai mandi sudah membuat ulah.

“Daehwi-ya!” teriak lelaki itu.

“Apa?” jawab Daehwi yang masih sibuk di dapur.

“Kemeja putih bergaris yang biasanya aku pakai ada dimana?”

“Di lemari—aku sudah menatanya disana, Hyung.”

“Tidak ada!”

“Cari dulu!”

“Aku sudah mencarinya!”

Daehwi hanya bisa mendengus sembari memutar kedua bola matanya. Dia, yang masih sibuk menata makanan itu bergegas menuju kamar dan menemui Jinyoung yang bertelanjang dada sedang berjongkok di depan lemari pakaian.

Daehwi menghela nafas dan menarik salah satu baju di antara baju-baju yang tergantung, “Ini, Dokter Bae. Sepertinya kau butuh periksa mata.” Sindirnya.

Jinyoung menggaruk tengkuknya malu, “Aku tidak tahu kalau disana.” Gumamnya sembari memakai kemeja itu.

“Aku pikir kau yang punya rumah ini, tapi kau tidak tahu dimana letak baju-bajumu sendiri. Ini tempat untuk pakaian kerja, ini tempat untuk celana, ini tempat untuk semua pakaian dalammu, dan ini untuk baju santaimu—oh Tuhan.” Cecar Daehwi yang kemudian keluar dari kamar dan diikuti Jinyoung di belakangnya.

“Wow... Wifely mode, huh?”

“Diam dan duduk.” Daehwi menyodorkan makanan Jinyoung, "Makan dan jangan banyak komentar.”

“Galak sekali.” Gumam Jinyoung yang mulai menyumpit makanannya.

“Sudah kubilang jangan banyak komentar―”

“Ya sudah tidak usah dijawab.”

“Hyung sendiri yang membuatku menjawab!”

“Kau bisa diam saja.”

Daehwi mulai kesal, “Terserah Hyung saja.”

Bukannya takut, Jinyoung malah terkekeh. Lelaki itu sangat menyukai ekspresi kesal Daehwi. Baginya, Daehwi yang kesal adalah Daehwi yang menggemaskan. Sekarang, Daehwi tidak akan sering mengumpat dan cenderung seperti anak anjing yang diusir jika sedang kesal. Dan itu membuat Jinyoung bisa mati karena gemas.

“Jangan marah begitu.”

“Kau yang memulainya, Hyung…” ujar Daehwi dengan nada yang semakin lirih.

“Iya, maafkan aku. Terima kasih sudah menjelaskan dimana letak semua bajuku dan terima kasih juga untuk makanannya.”

“Hmm…”

“Masih marah juga?”

“Tidak.”

“Aigoo…” Jinyoung mendekatkan kursinya dengan Daehwi, “Daehwi-ya.. ada yang ingin kusampaikan padamu.”

“Hm? Ada apa?”

Jinyoung memutar kursinya hingga berhadapan dengan Jinyoung, “Ku Harap kau tidak kecewa mendengar hal ini.”

Tak ada sahutan dari bibir Daehwidan memilih diam. Ia setia menantikan apa yang akan Jinyoung katakan padanya.

“Minggu depan aku akan pergi ke Ukraina. Aku ke sana untuk menjadi dokter relawan.”

Daehwi membelalakkan matanya dan mengeluarkan suara penuh tanda tanya. Alisnya berkerut dan ekspresinya berubah sendu. Jinyoung sudah menduga jika Daehwiakan bereaksi seperti ini.

“Daehwi-ya?”

Daehwi menghela nafasnya kesal, “Berapa lama?”

“Hanya dua atau tiga minggu. Tapi kemungkinan juga bisa sampai satu bulan.” Ucap Jinyoung dengan suara datar.

“Hanya katamu? Lalu aku tidak akan bertemu denganmu jangka waktu itu, begitu?”

“Lalu aku harus bagaimana? Tidak berangkat?”

“Itu lebih baik.”

“Jangan egois.”

“Tapi―”

“Jika kau tidak mau sendirian di rumah, ajak Hyungseob  kemari.”

“Aku bukan anak kecil, Hyung.”

“Tidak mau diperhatikan? Ya sudah,” Jinyoung menyindir. Di lihatnya Daehwi mengerucutkan bibirnya serta tangannya yang hanya memainkan sendok selai di piringnya.

Lamunan Daehwi buyar ketika mendengar suara berderit di sebelahnya. Jinyoung tampak sudah berdiri dari posisi duduk, dan kini sedang merapikan penampilannya sambil menenteng tas kerja serta jas yang tersampir di kursi.

“Hyung sudah mau berangkat?”

Jinyoung mengangguk. “Aku ada pertemuan penting dengan dewan pengurus rumah sakit pagi ini." jawabnya disertai tawa kecil. Tidak melupakan kebiasaannya, satu kecupan sayang telah mendarat di kening Daehwi. “Aku berangkat.” pamitnya.

“Baiklah. Hati-hati di jalan.” balas Daehwi sambil melambaikan tangan ke arah Jinyoung. Ia tidak sadar jika dirinya sudah berada di depan pintu utama. Kemungkinan ia mengikuti Jinyoung sejak keluar dari ruang makan. Ia bisa melihat Jinyoung mengulum senyum ke arahnya dari dalam mobil. Perlahan mobil yang membawa lelakinya itu mulai menjauh dari jangkauan penglihatannya.

Daehwi menghela nafasnya lalu kembali masuk untuk membereskan meja makan lalu kemudian berangkat ke sekolah.





Tbc...

Continue Reading

You'll Also Like

37.4K 6.9K 77
Marsha anak yang sangat pintar di sekolahnya, dengan prestasi yang ia dapat ia lolos ke perguruan tinggi negeri yang ia mau selama ini. Namun, masala...
1.2M 62.5K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
88.6K 7.7K 81
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
217K 20.2K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...