The Guardian Angel #ODOCTheww...

By Alvacchi_

47.9K 3.1K 122

(Tidak akan direvisi, jadi maklumi kalau masih ada banyak kekurangan. Cerita ini dibuat tahun 2018) Fallen An... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
EPILOG

Bab 16

745 81 0
By Alvacchi_

Brak

Tubuh Flaine terbanting ke dinding. Gadis itu memuntahkan darah hitam dari mulutnya.

Sialan. Butuh waktu semalaman untuk membobol perisai pelindung yang dibuat Linus di rumah gadis itu dan sekarang bayarannya? Aku dikalahkan? Batin Flaine murka. "Manusia sialan," lirihnya sembari terbatuk beberapa kali. Tangannya terangkat untuk mengusap luka memanjang di dadanya yang mengeluarkan darah menembus jaket kain hitam tanpa lengan yang ia gunakan, perlahan luka itu menutup.

Tubuh Athala muncul tak lama kemudian dengan tombaknya yang berlumuran darah hitam milik gadis ombre sebahu tersebut.

"Inikah saatnya?" bisik gadis beriris hijau tersebut dengan senyum di wajahnya.

Perlahan Flaine bangkit dari posisinya, lalu cambuk di tangannya ia taruh tergigit di mulut. Kedua tangan gadis setinggi 175 cm itu terangkat, sebuah cahaya hijau muncul dan mengelilingi tubuhnya.

Perubahan mulai terjadi. Sepasang tanduk bertambah di kepala dan ukuran tanduk yang berada di dahi membesar. Kornea hitam memenuhi bolamatanya. Mode bertarung tetrahorn ; empat tanduk, perubahan terakhir dari Flaine.

Sebelah tangan gadis fallen angel tersebut terangkat mengambil cambuk di mulutnya. "Manusia ... tidak tahu diri!" ucap Flaine yang nadanya sudah berubah menyerupai geraman. "Cepatlah mati!" teriaknya, lalu melesat cepat menuju tubuh Athala yang masih melayang di udara dengan pandangan tajam.

Athala menghindar ke belakang saat lecutan cambuk mengincar lehernya, lalu gadis itu membungkuk dan memutar tajam untuk menendang perut gadis bersayap hitam tersebut. Flaine dengan cepat terbang ke atas sebelum tendangan mendarat di perutnya, namun itu membuat pertahannya menurun karena kini Athala mengincar bagian bawah perempuan bersklera hitam tersebut.

Buak

Sebelum sempat Athala menggores senjatanya, gadis berambut ombre sedagu itu menendang kepala lawannya dan segera menyabet cambuk ke tubuh musuhnya.

Gadis berambut cokelat itu terpental sedikit ke belakang, namun dia segera mengambil ancang-ancang bertahan. Tepat saat ujung cambuk Flaine mengenainya, tangan Athala terulur untuk menangkapnya. Jadilah aksi tarik-menarik senjata milik fallen angel tersebut.

Dari cambuknya, Flaine mengalirkan aura untuk melemahkan bagian tubuh Athala yang memegang senjatanya. Namun, entah kenapa kekuatan itu malah berbalik menyerangnya.

"Akh!"

Flaine terpelanting ke belakang. Tepat sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia melihat secercah senyum dingin terukir di wajah sang denoir. Terlalu cepat, bahkan gadis ombre tersebut tidak menyadari jika Athala melesat dengan pedang terhunus menuju kepadanya dan memotong sepasang sayap hitamnya.

Semudah memutuskan benang dengan gunting.  


Erangan kesakitan keluar dari mulut gadis fallen angel memenuhi ruangan luas namun kosong tersebut. Flaine meremas bahunya yang bagian punggungnya banjir oleh darah. "Sialaaaan!" teriaknya menatap tajam sosok yang kini menatap datar tanpa minat pada Flaine.

Tidak ada pilihan lain selain kabur. Ini sungguh mempermalukan martabatnya sebagai fallen angel terkuat ke tiga yang kalah oleh seorang manusia.

Flaine mengetatkan rahangnya. "Tunggu pembalasanku, perempuan sial!" setelah mengatakan itu, tubuh gadis berambut ombre tersebut menghilang bagai asap.

Mengeratkan pegangannya pada senjatanya. Selanjutnya Athala berteriak sangat kencang, hingga mengguncang tempat dimana dia berada. Memporak-porandakan bangunan dan membuat kacau keadaan sekitar yang ternyata adalah hutan. Gempa, angin puting beliung, bahkan longsor dalam jumlah besar terjadi dan berpusat di tempat Athala berdiri.

***

Sosok berambut hitam pendek itu terbangun dari tidurnya. Netra biru gelap yang hampir tertutup poni itu menatap langit-langit dari rumah pohonnya selama beberapa menit, sebelum sebuah seringaian tercipta di wajahnya.

Dia, fallen angel ber-aura biru itu menolehkan kepalanya ke arah sebuah kekuatan besar tiba-tiba terasa. "Wah, besar sekali. Kira-kira makhluk macam apa dia hingga bisa mengeluarkan kekuatan sebegini dahsyat," gumamnya dengan senyum terkembang. Akhirnya setelah dia terbangun dari tidur panjangnya, Damian bisa menghadapi lawan kuat untuk mengasah kekuatannya.

Setelah bangkit dari posisinya, pemuda bersurai pendek itu keluar dari rumah pohon kecilnya yang terletak di dahan paling tinggi pepohonan beringin. Sepasang sayap hitam muncul dari balik punggungnya. Dengan cepat, pemyda setinggi 185 cm itu melesat terbang menuju asal kekuatan dahsyat tersebut.


***


Linus menatap datar sosok Avram yang sudah kehabisan tenaga. Mode horn ; tetrahorn atau empat tanduk milik pemuda bersurai ombre merah itu sudah berakhir. Pecahan Storhn ; batas aura juga berserakan di sekitaran tubuh Avram.

Tanpa mengeluarkan mode bertarung horn miliknya, pemuda bersurai hitam yang telah kehilangan switer abu-abunya karena hancur oleh lawannya tersebut bisa mengalahkan Avram. Karena sesungguhnya, julukan fallen angel terkuat pada dirinya bukanlah 'sebuah' julukan belaka. Pemuda setinggi 189 cm dengan netra hitam itu sudah lebih dulu bertarung dan mengasah kekuatannya lebih lama dibanding kelima rekannya.

"Linus, apa kau sadar dengan yang kau lakukan sekarang?" Avram mengambil posisi duduk sembari memegangi dadanya dimana terdapat goresan memanjang yang tercipta oleh pedang berbilah tipis milik rekan yang menjelma sebagai lawannya tadi.

Linus mendekat. Surai hitamnya sedikit bergoyang saat embusan angin menerpa dua sosok yang saling berhadapan tersebut. "Melindungi Athala adalah kewajiban bagiku untuk menebus kelalaian di masa lalu pada Attila!" jawab pemuda itu setengah berteriak.

"Tapi dia seorang denoir!" geram Avram.

"Aku tahu itu!" sahut Linus tak kalah keras dari suara sebelumnya. "Aku sangat tahu hal itu! Tapi ... bayangan wajah Attila tidak bisa hilang dari kepalaku, Avram." pemuda itu menatap datar wajah Avram yang terlihat mencuramkan alisnya.

Avram tahu itu. Perasaan rekan sekaligus temannya tersebut adalah nyata. Gadis denoir bernama Athala itu memiliki wajah persis seperti Attila, kekasih manusia temannya di masa lalu. Jika saja Athala bukanlah denoir, mungkin kali ini pemuda berambut ombre merah tersebut akan ikut melindunginya ketimbang melenyapkannya seperti dahulu. Tapi, kenyataan tetaplah kenyataan. Athala adalah denoir. Dan denoir memiliki kematian mutlak di tangan para fallen angel.

Ingatan Attila yang berada dalam diri Linus sudah diganti. Dari terbunuh di tangan tuan mereka, menjadi terbunuh oleh dexter saat Linus tengah jauh dari jangkauan perlindungan.

"Apa kau mencintainya?" tanya Avram lemah. Dia ingin menolong Linus, tapi di sisi lain ia sendiri juga bingung harus melindungi dengan cara apa. Melarikan diri bukanlah hal yang gampang mengingat lawan mereka adalah pengatur dua dunia. Azazel bisa menemukan mereka di manapun dan kapanpun dia mau.

Linus terdiam, lalu mengalihkan pandangannya.

Pemuda berambut hitam bercampur merah itu tersadar, kalau temannya hanya melindungi Athala karena gadis itu mirip dengan Attila. "Kau sendiri tidak yakin dengan perasaanmu! Kau hanya mencintai wajah Attila yang berada dalam diri Athala, bukan?!" teriak Avram setelahnya meringis untuk menahan sakit.

"Itu---" baru saja Linus akan menjawab saat tiba-tiba saja ia merasakan sesuatu yang janggal. Laki-laki tersebut tidak lagi merasakan hawa keberadaan Athala dalam jangkauannya. Yang lebih mengejutkan lagi, tercium aroma arang bercampur dedaunan chamomile milik Flaine juga Linus merasa kalau perisainya sudah dibobol.

Maju selangkah lebih lebar, Linus meraup kerah kemeja Avram di tangannya. Manik sklera hitam memenuhi matanya. Dua pasang tanduk muncul di kepalanya masih dengan ukuran normal. "Memancingku kemari hanya agar Flaine bisa leluasa membobol pertahananku dan menculik Athala? Kotor sekali permainan Tuanmu itu!" desis Linus murka.

Kekehan keluar dari mulut Avram. "Dia Tuanmu juga, kawan," jawabnya lalu terbatuk beberapa kali. "Turunkan aku dulu, sialan. Aku akan membantumu mencarinya sekalian menceritakan sesuatu yang tengah direncanakan Azazel," ucap pelan pemuda berambut panjang tersebut menatap tajam rekannya.

Tanpa merespon, Linus menunjukkan ekspresi kalau dia mendengarkan apapun yang akan dikatakan Avram.

Menyeringai sekejap, Avram menarik tubuhnya agar menjauh dari cengkeraman fallen angel nomor satu tersebut.

"Azazel .... Dia kini tengah menyiapkan pasukan khusus. Kau belum kembali sejak sebulan lalu dan pengumuman itu baru beredar selama dua minggu. Pasukan khusus ... untuk memberantas manusia."

****

Azazel tersenyum dingin menatap mahakarya di tangannya, sebuah permata hitam berbentuk segi enam memanjang.

"Dengan ini aku bisa membuka pintu neraka dan mengambil pasukan lebih banyak," ucapnya setelahnya tawa menggema terdengar memenuhu aula kosong nan sepi tersebut.

****

 

Dududuududdudududududu😂😂😂😂😂

Continue Reading

You'll Also Like

18.2K 1.9K 29
Remake story from Vkook- Mi amor, Jungkook by ohooman . . Donghyuck mencap dirinya sebagai seorang asexual karena tidak pernah tertarik pada siapa pu...
3.2M 92.5K 8
[Réincarnation Series #2] #1 - Fantasi Dionysus, sang dewa anggur. Orang yang di puja oleh orang-orang dari banyak negara di dunia fantasi ini, dan s...
173K 11.1K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...