The Guardian Angel #ODOCTheww...

By Alvacchi_

47.9K 3.1K 122

(Tidak akan direvisi, jadi maklumi kalau masih ada banyak kekurangan. Cerita ini dibuat tahun 2018) Fallen An... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
EPILOG

Bab 13

931 84 2
By Alvacchi_

The Guardian Angel
.
.
.
.
.

"Kau mau memasak apa untuk makan malam?" tanya sesosok gadis yang memiliki paras dan wajah sama seperti Athala pada sosok pemuda mirip Linus yang tengah menatapi tumbuhan krisan yang tertanam dalam pot.

"Bagaimana kalau sup kentang?" tawar pemuda itu tanpa menoleh. Sebelah tangannya mengusap lembut kelopak putih dari bunga yang melambangkan keabadian dari sebuah hubungan.

Decakan terdengar dari gadis bergaun terusan berwarna krem tersebut. "Kau ini, selalu sup kentang. Apa tidak bosan?"

Linus menoleh. Senyum miring tergambar di wajahnya. "Kau sendiri, apa tidak bosan?" balasnya.

"I-itu hal lain!" sahut gadis bersurai cokelat tersebut gugup. "Lagipula, mana mungkin aku bosan dengan makanan kesukaanku," lanjutnya mengalihkan pandangan dengan wajah memerah. Kedua tangannya bersedekap di depan dada seolah tidak menganggap topik pembicaraan tersebut.

Tawa ringan disusul mendekatnya tubuh Linus pada gadis itu. Sebelah tangan pemuda tersebut terangkat untuk meraih dagu dari gadis yang tengah mencoba menjauhkan wajahnya.

"Itulah hal yang khas darimu. Aku menyukainya karena kau juga menyukainya." Linus membawa wajahnya ke samping kepala gadis manusia tersebut. "Karena itulah kau sangat menarik, Attila."

Netra jade di balik kelopak mata itu terbuka. Menampakkan tatapan linglung dari pemiliknya.

"Attila ...?" bisiknya heran.

***

Sinar matahari pagi menyelusup lewat sela-sela pohon willow yang terdapat di pinggiran bangunan tua tersebut. Beberapa lovebird juga menari indah di dahan-dahan pohonnya.

Di sebuah ruangan di lantai dua, seorang gadis tengah terduduk di ujung ranjangnya sembari menatap nanar jendela.

Akhir-akhir ini aku sering sekali bermimpi 'Attila' .... Gadis berambut cokelat terurai tersebut menundukkan pandangannya dan menatapi kakinya yang tanpa alas menginjak lantai kayu kamarnya. 

Athala menegakkan kepalanya dan menatap dinding di samping kanannya. Enam buah garis kasar terlukis di dinding, menunjukkan sudah berapa hari dia 'terkurung' di sini.

Semenjak ia terbangun tiga hari lalu, juga saat pemuda misterius yang tiba-tiba memeluknya sembari mengatakan sesuatu yang aneh, setelah itu Linus tidak kembali lagi untuk menemuinya. Bukan berarti perempuan itu mengharapkan seseorang yang baginya asing namun familiar itu, tapi selama beberapa hari ini juga ia tidak bisa keluar dari ruangan ini.

Gadis berpakaian kemeja biru---pakaian terakhir yang dipakainya saat peristiwa sebelumnya--- tersebut menatap meja nakas di samping kasurnya yang terdapat nampan besi berisi makanan. Makanan tersebut selalu berganti setiap ia tertidur, dan hari ini pun sudah berganti.

Ketukan pintu tiba-tiba membuat tubuh gadis 17 tahun itu terlonjak pelan. Menatap pintu kayu setinggi kira-kira tiga meter tersebut, Athala bangkit dan mendekat perlahan.

"Kau sudah bangun?" sebuah suara menyusul. Athala terdiam, tak ada niat sedikitpun untuk menyahut. Namun, gadis itu menempelkan telinganya pada daun pintu. "Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," lanjut suara pemuda yang masih ia ingat dengan jelas rupanya.

Dalam hati Athala heran, bagaimana pemuda itu bisa yakin kalau dirinya sudah bangun dan mendengar kata-katanya, padahal menjawab pun tidak.

"Jawablah ...," ucap suara dari balik pintu. Diam sejenak. Beberapa menit dan gadis manusia itu belum ada niat menjawabnya. "Aku tahu kau sudah bangun." Linus kembali bersuara, namun kali ini asal suara bukan dari balik pintu tersebut. Melainkan dari belakang tubuh Athala.

Gadis setinggi 160 cm itu berbalik dengan cepat dan mendapati sosok laki-laki berambut hitam dengan syal biru melilit di atas balutan pakaian senada dengan warna rambutnya.

Netra jade tersebut membelalak sekejap, namun kembali normal saat Athala ingat caranya bernapas dan jatidiri dari orang yang membawanya kemari. "Bisakah kau muncul secara normal?!" sentak perempuan itu kesal.

"Kau yang memaksaku untuk datang dengan cara ini. Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" Linus menatap tajam gadis di depannya.

Athala terdiam. "Bukan masalahmu," sentaknya. Pemuda fallen angel di depannya terdiam beberapa saat sebelum akhirnya melangkahkan kaki mendekat pada gadis berambut cokelat tersebut. Sadar kalau dirinya dalam bahaya membuat perempuan 17 tahun tersebut merapatkan punggungnya pada daun pintu. "Mau apa kau?"

Langkah Linus terhenti tepat tiga langkah sebelum tubuhnya menyentuh gadis manusia tersebut, namun dia memajukan wajahnya ke depan Athala. "Kau benar-benar mirip dengan dia. Karena itu aku jadi tidak bisa menjalankan tugasku seperti biasanya. Kau tahu betapa tersiksanya aku?" lirih pemuda berambut hitam itu sedikit menunduk menatap langsung netra jade gadis manusia di depannya.

Embusan napas Linus terasa di wajahnya. Athala ingin memejamkan matanya, setidaknya untuk menenangkan jantungnya yang sekilas terasa ingin melompat keluar. "Apa yang kau bicarakan?" ujarnya bingung pada laki-laki di depannya.

Memperbaiki posisinya, Linus bersedekap menatap perempuan yang akhir-akhir ini selalu berada di pikirannya. "Pertama-tama, kita keluar dulu dari situasi yang canggung ini." sebelah tangannya terangkat, lalu mengeluarkan suara cetikan lewat gesekan antara ibu jari dengan jari tengah. Dalam sekejap, dua makhluk berbeda jenis itu sudah berada di ruangan yang berbeda dan tengah duduk berhadapan dengan dibatasi oleh meja kayu persegi panjang.

"Hah?!" pekik Athala tidak percaya saat tiba-tiba dirimya sudah berada di tempat yang berbeda. "Dimana ini?"

"Masih di tempatku," sahut Linus pendek, lalu dia menaruh sesuatu ke atas meja. Sebuah apita rambut berbentuk bunga krisan. "Pakai itu."

Athala menatapi pita tersebut di tangannya. "Milik siapa ini? Tidak mau. Aku tidak mau memakai barang yang bukan milikku," ucapnya lalu menaruh lagi pita tersebut ke atas meja.

Linus menghela napas panjang. Entah kenapa Attila versi ini lebih menyebalkan dan menjengkelkan. Sangat berbeda dengan Attilanya dulu yang sangat baik, walau super cerewet kalau marah.

Pemuda bersurai hitam sekelam malam itu menatap jendela yang berada lima meter di sampingnya. Di ruangan ini hanya terdapat satu set meja kayu dengan dua kursi yang kini tengah digunakannya. Tatapannya beralih pada pita di atas meja. Pita tersebut adalah milik Attila, kekasihnya yang memiliki wajah persis dengan gadis yang kini tengah duduk di depannya dengan wajah datar namun menantang.

"Lupakan itu sejenak. Untuk saat ini, aku ingin memberitahumu suatu cerita ... tentang bangsa kami," ujar Linus pada gadis itu. Dia berniat menceritakan siapa dia dan siapa fallen angel. Denoir  seperti dia adalah jiwa murni yang banyak diincar bukan hanya oleh fallen angel. "Dan kumohon jangan memotongnya dengan sikapmu," lanjut pemuda itu saat menangkap gerak-gerik tidak tertarik dari Athala.

"Tentang dirimu yang seorang iblis? Aku tahu dan aku percaya. Tentang kau yang menyelamatkanku dengan dalih melindungiku? Kurasa aku perlu penjelasan lebih." gadis itu mengedikkan bahunya. Jujur dia masih merasa bahaya jika berada di dekat Linus, dan menyangkal dalam hati kalau beberapa hari lalu ia membalas pelukan pemuda itu.

Linus menaikkan sebelah alisnya. "Baiklah," sahutnya. "Kita mulai?"

Gadis 17 tahun itu mengangguk. Secercah senyum samar tercetak di wajah Linus.

Pemuda dengan syal terbalut di lehernya itu mulai bercerita. Mengenai fallen angel, mengenai seorang fallen angel---dia tidak menyebutkan kalau itu dirinya dan tidak menjawab pertanyaan Athala saat menanyakan identitas fallen angel tersebut---yang jatuh hati pada seorang manusia. Asal-usul reankarnasi yang akhirnya menciptakan istilah denoir, juga menyebutkan beberapa denoir yang Linus ingat. Respon Athala masih biasa saja, hingga Linus akhirnya menyebutkan nama gadis manusia yang menjadi objek cinta sang fallen angel.

"Attila?" tanyanya merasa heran, lebih ke terkejut.

Pemuda itu hanya mengangguk tanpa rasa curiga, walau dalam hatinya terasa janggal. Berlanjut pada cerita Attila yang kehilangan adiknya dan akhirnya jatuh cinta juga pada fallen angel tersebut. Hingga sebuah peristiwa dimana Attila dibunuh oleh penjahat yang merangsek masuk ke rumahnya.

Pada bagian itu, Linus menjeda sedikit lama. Banyak perasaan aneh bercampur aduk di pikirannya. Terutama perasaan ragu terhadap cerita nyatanya yang setengah disamarkan.

"Kenapa kau berhenti?" tanya Athala yang entah sejak kapan sudah mulai serius mendengar ceritanya.

"Tidak," jawab pemuda itu sembari memejamkan matanya selama beberapa detik. "Sepertinya sampai disini saja ceritanya. Setelah ini, kita harus kembali ke duniamu," lanjutnya menatap sinar matahari yang mulai meninggi dari jendela.

Athala ikut menoleh. "Kau berhutang banyak padaku tentang kisahmu itu," ucapnya pelan.

Pemuda itu mendengarnya dengan jelas. Dia menoleh cepat pada gadis manusia itu. "Bagaimana ..., maksudku, kenapa kau bisa---" Linus tidak bisa melanjutkan kalimatnya saat senyum hangat tertangkap di matanya pada wajah Athala. "Lupakan. Kita harus bersiap sekarang," pemuda itu bangkit dati duduknya. Sebelum pergi, laki-laki setinggi 189 cm itu melepas syal birunya dan menaruhnya di atas meja. "Walau di sini tidak terlalu terasa, lebih baik tetaplah memakai pakaian hangat."

***

14. 00 PM

Kota Shinju, Jepang

Gadis bersyal biru yang tengah duduk di pinggir jendela itu mengembuskan napasnya ke telapak tangan lalu menggosoknya. Salju sudah tidak turun selama dua hari, namun suhu malah jauh lebih dingin. Gadis itu menatap nanar pemandangan tanaman yang tergantung di langit-langit beranda di rumahnya.

Perlahan suhu panas terasa di bagian pipinya, menjalar hingga telinga. Athala tak bisa mengenyahkan peristiwa yang terjadi padanya beberapa saat lalu.

"Pakailah sesuatu yang menghangatkan." Linus menaruh syalnya ke atas meja. "Sebentar lagi kita harus kembali ke duniamu."

Athala menatap kain biru yang digunakan untuk menghangatkan bagian leher. Cerita Linus tadi masih membekas di ingatannya. Entah kenapa gadis itu merasa cerita itu tidak asing.

Dan lagi, kenapa dia mendengar nama gadis yang beberapa hari ini selalu terngiang di pikirannya dan datang di mimpinya. Apa ini kebetulan? Pikir Athala dalam hati. Gadis itu menatap pita rambut krisan di depannya. Samuel, tiba-tiba nama itu muncul di benaknya.

"Ah sudahlah," ujar Athala menepuk kedua pipinya pelan, mencoba melupakan sejenak bayangan itu.

Singkat cerita, Linus sudah membawanya kembali ke Jepang, kota tempatnya tinggal. Linus bilang kalau tempat tinggalnya juga masih berada di Jepang, tapi tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.

Entah kenapa laki-laki itu menyuruhnya menunggu di bawah pohon di pinggir jalan.

Tiba-tiba dari arah berlawanan Linus muncul dengan dua gelas plastik kopi panas di tangannya. "Maaf lama, cukup banyak manusia yang mengantri untuk membeli minuman ini," ucapnya dengan uap keluar dari mulutnya karena suhu dingin.

"Bisakah kau mengatakannya dengan 'cara' yang biasa? Kau tidak bisa mengatakan 'banyak manusia' saat kau sendiri minoritas di sini," gumam Athala kesal, namun tangannya masih menerima kopi panas dari pemuda itu. Gadis setinggi 160 cm itu mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan wajah memerah, entah sejak kapan berbicara dengan Linus sebegini malunya.

Pluk

"Kau demam? Atau kedinginan? Wajahmu merah sekali." kedua tangan Linus yang entah kenapa terasa hangat menyentuh kedua sisi wajah gadis bersurai cokelat di depannya. Mengamati warna merah di pipi gadis itu yang makin melebar. Sebuah ide terlintas di pikiran Linus. "Ah, aku ingat kalau gadis manusia wajahnya akan memerah kalau dihadapkan dengan ini," ucap Linus sembari mendekatkan wajah seraya sedikit memiringkannya.

Awalnya netra Athala melebar, namun kemudian menutup erat. Terlihat pasrah dengan apa yang akan terjadi. Namun, tidak ada apa-apa selain kedua tangan Linus yang masih berada di kedua pipinya, sampai sebuah embusan napas dari mulut menerpa wajah Athala.

Suara kekehan menyusul tak lama setelah kedua tangan Linus terlepas dari wajahnya. "Anak kecil pikirannya sudah kemana-mana ya...." Athala membuka matanya dan menampakkan pemandangan dimana seorang pemuda bersyal hitam dengan pakaian khasnya yang baru kali ini gadis itu sadari pasti selalu berwarna hitam tengah menutupi mulutnya dengan punggung tangan.

Rona wajah Athala menampakkan antara marah dan malu. Tangan gadis itu refleks terangkat lalu memukul keras bahu pemuda di depannya. "U-urusai!"






Athala menutup wajahnya dengan kedua tangan. Rona merah menjalar hebat di kepalanya.

Ah, sejak kapan Linus jadi terlihat sangat keren.

***

Jauh di dunia bawah, Azazel menatap dua anaknya. Sebelah tangannya terangkat untuk menopang dagu.

"Jadi, kau melihat denoir sedang bersenang-senang dengan Linus?" tanya pria bermata himat bening itu pada gadis bersurai ombre hitam dan hijau tua di depannya. Nada bicara Azazel terdengar seolah merasa jijik dengan apa yang terjadi pada salah satu anak kesayangannya.

Flaine menundukkan kepalanya sedikit takut dengan respon sang tuan. "Benar, Tuan." gadis berambut ombre itu merasakan aura menakutkan berasal dari pria setinggi 199 cm yang duduk di singgasana berukiran burung gagak tersebut.

Embusan napas keluar dari mulut penguasa dunia bawah tersebut. Memejamkan mata sejenak sebelum kemudian netra pria itu kembali terbuka, menampakkan kornea hitam memenuhi bola matanya, sklera. "Avram," panggil Azazel pada pemuda berambut ombre panjang merah dan hitam yang berlutut di samping Flaine. "Jemput Linus. Katakan padanya untuk segera kembali kecuali kalau dia ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya," perintah Azazel.

Pemuda itu menunduk, lalu terdiam sejenak. "Baiklah," jawab Avram.

Azazel bangkit dari duduknya. Pria berambut hitam bergaya mangkuk itu menatap tajam dua fallen angel di depannya. "Flaine, gantikan tugas Linus.... Bunuh denoir itu."

***

Daku sudah ditagih kutang sama Mommy Bat😩😩😩😩😩

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 193 13
RAW NOVEL TERJEMAHAN No edit (mtlnovel.com) Detail Judul Singkat : IWFYDIDN Judul Asli : 我在黑夜等你的黎明 Status : Completed Author : Jun Jue Genre : Drama...
3.9K 1.1K 40
Cinta terlarang seringkali berakhir menyedihkan diantara dua makhluk berbeda spesies. Kisahnya dimulai dari seorang gadis keturunan manusia dan elf...
1.2M 103K 51
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1.1M 85.6K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...