Catarina

By Nandaa_NH

1.4M 6.7K 111

PINDAH KE DREAME DENGAN USERNAME YANG SAMA !! Tidak ada deskripsi tentang cerita. Jika penasaran silakan baca... More

PROLOG
Part 2 Cafe
CastπŸ₯€ (1)
CastπŸ₯€ (2)
Ucapan Terima Kasih
Cast πŸ₯€ (3)

Part 1 Awal Dari Semuanya

65.5K 1.6K 22
By Nandaa_NH

Bel istirahat sudah berbunyi nyaring dan terdengar di seluruh penjuru sekolah SMA Panca Darma. Semua muridnya langsung berhamburan keluar kelas menuju kantin.

Begitupun dengan Tata bersama ketiga sahabatnya. Mereka langsung masuk ke dalam kantin yang sudah hampir penuh dengan murid-murid Panca Darma yang kelaparan.

"Pesenan kalian kayak biasa, kan?" tanya Viona. Ia dan Qilla yang bertugas hari ini untuk memesankan makanan mereka.

Tata menggeleng. "Gue lagi males makan, mesen minum aja," ungkapnya.

Viona dan Qilla mengangguk paham. Mereka berdua pun segera pergi menuju bibi kantin yang menjual makanan dan minuman. Sedangkan Iren dan Tata mencari tempat duduk kosong.

"Tumben gak makan, Ta. Diet?" tanya Iren kepo.

"Gak usah diet-diet an, body gue yang sekarang aja udah ideal." seru Tata merasa bangga.

Iren mendengus.

"Iya-iya yang body goals."

Setelah itu hening, mereka tidak lagi membuka suara. Lagipula di kantin terlalu ramai, suara mereka tidak terdengar jelas.

Selang beberapa menit, Viona dan Qilla datang dan kali ini telah membawa makanan yang dipesan.

"Gue boleh duduk sini?" tanya seseorang yang datang secara tiba-tiba.

Mereka berempat melihat orang itu.

"Boleh, Kak." jawab Qilla. Artha tersenyum lalu segera duduk di sebelah Tata.

Artha melihat Tata yang hanya memainkan sedotan.

"Lo gak makan?" tanya nya seketika.

Tata menggeleng tanpa melihat Artha.

"Gue liat ko kayak pucat. Lo sakit?" Terdengar suara Artha seperti khawatir.

Iren, Qilla, dan Viona pun langsung memperhatikan wajah Tata. Tata yang merasa risih langsung mengangkat kepalanya dan memberikan senyuman yang selebar mungkin.

"Gak, gue gak sakit." jawab Tata membuat mereka menghela napas lega.

"Kalo sakit bilang, yah. Biar gue ambilin obat di UKS," ujar Artha dengan lembut.

"Haduh-haduh, akang teh perhatian pisan." Viona mulai menggoda, yang lain tertawa sambil cie-cie tidak jelas. Sedangkan, Tata tampak kesal.

Tata melihat jam di layar hpnya laku beranjak pergi.

"Mau ke mana?" tanya Iren.

"Cari angin."

"Lah, emangnya di sini gak ada angin?"

"Lo kalo tanya lagi gue masukin ini sepatu ke mulut lo, yah!" Setelah mengatakan itu Tata segera pergi menuju taman belakang sekolah. Ia membutuhkan udara sejuk karena udara di kantin membuat dadanya sesak.

Tata duduk di kursi kayu yang berada di bawah pohon beringin yang rindang. Ini adalah tempat favoritnya ketika duduk di taman sekolah.

Tata mengeluarkan buku kecil dan pulpen dari dalam saku. Ia menuliskan sesuatu di halaman yang masih kosong. Tata tampak bergulat dengan pikirannya sendiri.

Ia kadang kebingungan dan merasa aneh ketika melakukan hal seperti ini, tapi ia tidak bisa berhenti, ia tetap melanjutkannya.

Setelah selesai melakukan hal itu, ia kembali menyimpannya di dalam saku lalu menatap ke langit, memejamkan mata, dan merasakan hembusan angin yang menerpa tubuhnya.

Nyaman sekali.

Ia kembali membuka matanya dan mengeluarkan earphone serta hp. Tata ingin mendengarkan sebuah lagu yang cocok didengarkan saat-saat seperti ini.

Ia mendengar lagu milik Banda Neira dengan judul Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang berganti. Ketahuilah, playlist lagu milik Tata adalah lagu-lagu yang menurutnya sangat cocok dengan kehidupannya.

Tidak terasa bel masuk kelas telah berbunyi. Tata pun buru-buru masuk kelas sebelum dihukum.

****

Belum sampai Nevan masuk ke dalam kelas, tiba-tiba Bu Vera memanggilnya.

"Bisa tolong ambilkan buku pelajaran di perpustakaan?" tanya Bu Vera dengan suara ciri khasnya.

Nevan hanya mengangguk.

"Karena buku nya banyak jadi kamu ambil sama Tata, yah." usul Bu Vera ketika melihat Tata di belakang Nevan.

Tata terkejut karena baru datang sudah disuruh-suruh.

"Gak usah, Bu. Saya kuat." Nevan tampak masih kesal dengan masalah tadi pagi.

"Jangan sok kuat kamu. Sudah, sana sama Tata." Setelah mengatakan itu Bu Vera segera masuk kelas.

Nevan menoleh ke belakang dan pergi duluan menuju perpustakaan. Sedangkan Tata mau tidak mau mengikuti, daripada ia dihukum karena malas.

Mereka berdua tiba di perpustakaan lalu segera mengambil buku pelajaran. Tata membawa 10 buku, dan Nevan membawa 13 buku.

Saat mereka sedang menaiki tangga menuju kelas. Tata kesandung batu mengakibatkan ia terjatuh dan buku-buku yang ia bawa berhamburan di tanah.

Nevan yang melihat itu awalnya hanya bodo amat, tapi ketika melihat ada luka di lututnya, ia langsung menghampiri Tata.

Nevan melap luka di lutut Tata sepelan mungkin sembari meniupnya. Tata meringis saja.

"Ini sakit?" tanya Nevan sembari memegang pergelangan kaki Tata. Tata menggeleng, Nevan menghelan napas lega.

Lumayan lama mereka terduduk di tangga dengan keheningan.

"Ayo, udah ditunggu Bu Vera." ajak Nevan setelah menyadari waktu.

Nevan membantu Tata untuk berdiri. Tata ingin mengambil bukunya tapi dicegah oleh Nevan. Nevan membawa buku milik Tata ditambah buku miliknya. Alhasil Nevan membawa 23 buku. Nevan menyuruh Tata untuk berjalan duluan.

Ketika mereka sudah sampai di dalam kelas, semua murid mengarahkan pandangan ke arah mereka berdua.

Tata yang ditatap seperti itu merasa aneh, sedangkan Nevan diam saja.

"Darimana, Ta?" tanya Iren ketika Tata sudah duduk di sebelahnya.

"Ngambil buku," jawab Tata seadanya.

Iren sadar ketika melihat lutut sebelah kanan Tata terluka.

"Itu lutut lo kenapa?" Ia terlihat panik.

"Habis jatoh. Udah ya, jangan tanya-tanya lagi. Cape." Tata mengeluarkan buku dan pulpen dari dalam laci lalu mulai menulis materi.

Iren mengerucutkan bibirnya, kesal.

****

Tata berjalan menuju halte bus, ia sedang menunggu Dicky yang akan datang menjemputnya.

Sedikit demi sedikit hujan turun. Tata sedikit berdecak ketika melihat rintikan hujan.

Matanya melihat ke kanan dan ke kiri, melihat-lihat kalau saja ada mobil Dicky. Sungguh, ia ingin pulang cepat dan mengganti jam tidurnya yang tersita tapi pagi.

Tidak lama kemudian sebuah mobil yang platnya sangat dikenali oleh Tata berhenti di depan halte. Tata tersenyum cerah, ia langsung masuk ke dalam mobil.

"Cepatan ya, Pak. Saya mau tidur." suruhnya sembari menepuk pundak Dicky.

"Emang gue abang grab!" seru Dicky kesal. Tata menjulurlan lidah ke abangnya lalu tertawa tanpa merasa bersalah.

Setelah itu mobil milik Dicky melaju dengan kecepatan sedang. Karena lagi hujan sudah pasti jalanan licin, jadi ia bawa pelan-pelan saja, yang penting tiba di rumah dalam keadaan selamat.

"Gimana? Enak kan berangkat sekolah pagi-pagi. Biasain ya, biar jadi murid teladan." ujar Dicky lalu tertawa pelan.

Tata menoyor kepala Dicky dengan hp.

"Besok-besok gue gak mau lagi di antar sama lo. Masih enak tidur malah di suruh sekolah."

"Ehh, gak boleh gitu, anak gadis nanti jauh sama jodohnya." Dicky semakin gencar menggoda Tata.

"Kalo lo bilang gitu pas udah pacar mah gue wajarin, lah ini?" Tata tertawa karena berhasil melawan balik abangnya.

"Anak kecil ngelawan aja kalo dikasih tau orang tua." Dicky mengaku kalah.

Setelah itu hening, hingga mereka sampai di rumah.

Continue Reading

You'll Also Like

234K 28.4K 25
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...
2.6M 235K 63
⚠️ Ini cerita BL Askar Riendra. Seorang pemuda workaholic, yang mati karena terlalu lelah bekerja. Bukannya ke alam baka, dia malah terbangun ditubuh...
3.4M 212K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
2.4M 133K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...