Shanarqie

By qielbiel

220K 9.1K 389

"Mohon maaf. Saya tidak bersedia untuk pacaran. Saya bukan lagi anak SMA yang bertahun-tahun pacaran and end... More

4 Sekawan
Cepu
Autopsi
Heart Rate
Transplantasi Hati
Resusitasi Jantung Paru
Trauma Tumpul Thoraks
Stuck On Him
Request
Malu-malu dong
Jaga Terakhir
The less I Love you
Diqie
Diqie vs Arqie
Hitam Putih
Everyday I Love You
The answer
Salam Perpisahan
NATA
Past
Penolakan 1
LAGI
Other Point Of View
Extra Chapter
HAMPA
Undangan
Cinta Pertama
He's back!
Flash Back
Pembuktian
All Out Of Love
Cinta Sebening Embun
Kutub Selatan
Takdir
You make me wanna love
Supir Tembak
Penjelasan
Miss Understanding
Mission Impossible
My destiny
The Proposal
Penolakan 2
Northern Star
Lord Of The RING
Eksekusi
Bukti
You are the reason
Rekonsiliasi
Ksatria Tri Brata

Penguasa Hati

3.9K 166 1
By qielbiel

"Apakah kamu baik-baik saja?"
"Kamu tadi lama sekali di dalam mobil dan membuka pagar?"
"Diqie pun hanya diam saja saat ditanya apa yang terjadi."
"Ekspresi Diqie juga sepertinya terlihat tidak baik"
"Apa kalian semalam bertengkar?"

Pesan dari Arqie baru saya baca keesokan harinya. Semalam mereka memang baru pergi setelah saya membuka gerbang dan memasukkan mobil ke dalam rumah. Mereka pasti menunggu lama sekali. Saya menunggu selesai menangis di dalam mobil baru kemudian turun membuka gerbang. Sampai rumah pun saya langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri di atas kasur. Saya lelah dengan semua kejadian hari ini hingga saya tertidur dan baru bangun sebelum subuh. Untung masih sempat sholat isya.

Saya segera membalas pesan tersebut
"Maaf baru di balas bang."
"Saya ketiduran di mobil semalam, hahhaa.."
"Kebangun, terus masuk rumah dan langsung tidur lagi di kasur."
"Ga sempat cek hp."
"I'm fine."
"We're fine."
"Tengkyu ya.."

Saya berbohong. Saya tidak ingin orang lain mengetahui bahwa saya menangis.

Tidak lama kemudian saya mendengar notifikasi pesan masuk di ponsel saya
"Syukurlah jika demikian."
"Wajah Diqie semalam tampak murung sekali."
"Saya pikir kalian masih bertengkar karena Nata."
"Oh iya. Kamu ada kegiatan apa pagi ini?"

Segera saja saya membalas pesan tersebut mumpung sedang Istirahat.

"Saya sedang latihan nari di sanggar bang."
"Minggu depan ada festival yang dihadiri presiden."
"Mungkin satu jam lagi selesai."
"Tinggal Gladi Bersih H-1 nanti."

Tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk mendapat balasan dari seberang sana.

"Saya jemput ya."
"Temani saya sarapan."
"Saya butuh rekomendasi tempat sarapan yang enak di kota ini."

Tidak heran jika dia tidak tau tempat makan yang enak disini. Hidupnya selalu di desa dan jarang-jarang kembali ke Kota.

"Satu jam lagi jemput saya di Dinas Kesenian dan Pariwisata Provinsi ya bang" balas saya singkat.

Latihan akan segera dimulai.

Tak lama setelah saya mengirim pesan, terdengar kembali balasan di ponsel saya,

"Siapp, 86!"

Saya tersenyum membaca pesannya. Walaupun mama, papa dan adik saya polisi, mereka tidak pernah mengajarkan saya sandi-sandi bahasa kepolisian. Baru sejak mengenal Nata, saya diajari beberapa kamus-kamus bahasa khas 'mereka'.

Saya kembali fokus berlatih menari, hingga pelatih saya berseru,

"Bagus! Cukup buat hari ini! Nanti kita latihan intens lagi mulai h-3. Dan saya ingatkan lagi, H-1 jangan sampe telat ya! Banyak pejabat yang ikut Gladi bersih karena kita akan menyambut Presiden. Telat dikit bisa di blacklist. Terutama Shana. Kamu yang bawa 'kotak persembahan' nya. Kamu adalah maskotnya, jadi saya benar-benar minta tolong jangan sampai terlambat!"

Saya mengangguk mendengar instruksi dari pelatih saya. Ini adalah tahun ke 8 saya di sanggar ini. Sangat senior. Saya sudah berkelana keliling dunia bersama tim ini untuk memperkenalkan tari khas daerah saya di tingkat internasional.

Saya menuju ruang ganti baju dan membilas badan saya yang penuh keringat. Saya lalu mengganti baju dan menyemprotkan wewangian di tubuh saya. Saya berdandan mengingat akan pergi sarapan di tempat yang cukup nge-hits di kota ini. Pasti akan sangat ramai disana.

Saya keluar dari ruang ganti baju wanita menuju lantai 1. Saya melihat ada ribut-ribut di bawah. Teman-teman menari saya berkumpul membisik-bisikkan sesuatu di depan tangga.

Saya mengernyitkan dahi dan menghampiri mereka untuk mendengar apa yang mereka bicarakan
"Duuhh.. gemesin banget deh."

"Iya.. cucok meong cyint."

"Pagi-pagi udah ngeliat yang beginian. Rezeki amat gue yaakk."

Saya makin mengerutkan kening tak mengerti lalu membuka suara,
"Pada ngomongin apa sih? Seru amat?" Tanya saya tak kalah penasaran.

Mereka semua langsung menolehkan kepalanya kepada saya dan langsung bersahutan menjawab pertanyaan saya.

"Ehh, kak.. sini deh.. liat-liat itu.."

Saya celingak celinguk menjulurkan kepala mengintip apa yang mereka lihat. Tampak seorang laki-laki menggunakan kacamata sedang duduk di kursi sambil membaca sebuah buku. Saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena saya tidak menggunakan kacamata.

"Pagi-pagi kita udah liat yang bening begini rasanya seger banget deh kak" ujar junior saya yang bernama adel.

Lia ikut menimpali,
"Iya kak. Itu cowok mirip artis di tv!! Badannya bok, kekar banget gitu. Tipikal pria idaman sejati gue banget!"

Wulan tidak mau kalah,
"Iya! Mana Pake kacamata sambil baca buku lagi. Makin seksiiii!!"

"Lihat deh-lihat deh, padahal cuma pake kaos oblong gitu doang, tapi fit banget di badannya." ujar septi.

Rahma hanya berkomentar singkat,
"Yaa ampuuunnn Si babang ganteng banget siihh!"

Lina juga ikut memuja,
"Dedek meleleh bang!"

"Tatapan matanya itu lho, menembus hingga ke jantung!" ucap Mutia.

"Pacarin dedek dong bang!" Timpal Tiara.

Mereka lalu cekikikan bersama berdelapan.

Saya tersenyum geli karena melihat kelakuan remaja-remaja ini.
'Dasar alay! Ga bisa liat cowok ganteng dikit aja langsung berisik' gumam saya.

Tiba-tiba salah satu dari mereka bicara lagi,
"Ehh tapi, ngapain dia nongkrong disini pagi-pagi gini?"

"Jangan-jangan dia gantiin pak udin penjaga sanggar?!"

"Hush! Ngaco! Mana mau lah makhluk kece badai begitu nungguin sanggar. Bisa-bisa sanggar kita dipenuhi pelamar buat nari."

"Hmmmm.. atau jangan-jangan dia pagi-pagi kesini karena nyari temen buat kondangan? Ini kan hari minggu, siapa tau dia butuh pasangan sesaat untuk nemenin kondangan ke tempat mantan?"

"Atau jangan-jangan dia beneran nyari teman buat menemani seumur hidup?!"

"Iyaa... dia tau banget disini banyak cewek cakep. Jadi nyari bini disini!"

"Aiiihhhh... dedek mau bang!"

"Dedek juga siap lahir batin bang jadi pendamping abang!"

"Kyaaa...!!! Mau doong baaanngg!"

"Lipstik gue belepotan ga?"

"Alis gue simetris ga?

"Gue mau pake bedak dulu"

"Duhh, baju gue oke ga sih, tau begini gue pake baju paling bagus di rumah tadi."

Saya tersenyum meringis mendengar ocehan gadis-gadis itu. Umur mereka mungkin sekitar 20an, di bawah saya 3 atau 4 tahun.

Saya lalu berkata pada mereka,
"Yaudah, selamat mendekati si babang ganteng ya. Gue cabut duluan."

Belum sempat saya melangkah, tangan saya langsung ditarik oleh mereka
"Mau kemana kak?" Tanya adel.

"Mau pergi lah, ngapain berdiri mlulu disini tanpa kejelasan." jawab saya cuek.

"Ehh! Jangaaannn!! Curang nih kak shana, mau curi start duluan, padahal dia yang terakhiran datang." protes Lia.

"Iya nih, kita udah ngantri nunggu disini." seru wulan.

Saya semakin bingung dengan perkataan mereka,
"Maksudnya gimana sih?"

Septi lalu menjelaskan,
"Iya, maksudnya kita mau jalan satu persatu ala ala model internesyenel gitu lewat di depan si babang ganteng buat narik perhatiannya gitu kak. Siapa yang berhasil merebut perhatian si babang, ya dia yang jadi pemenang."

Saya tertawa mendengar perkataan mereka,
"Hahahahffff-" mulut saya seketika ditutup oleh tangan rahma. Mereka langsung melotot kepada saya.

"Psssttt... Jangan kuat-kuat suaranya kak!! Nanti ketauan." seru Lina.

Saya melepaskan tangan lina dari mulut saya,
"Iya. Iya. Go ahead. Kalian mau main apa juga silahkan! Tapi gue ogah ikutan. Gue cuma mau pulang, dan satu-satunya jalan keluar di gedung ini adalah lewat depan makhluk itu. Ga mungkin dong gue lewat kamarnya pak udin di belakang." ucap saya sambil ngeloyor pergi. Lagi-lagi tangan saya ditarik.

Saya kembali melotot,
"Kenapa lagi sih?"

Tiara berkata,
"Tetap aja kak. Walaupun kakak ga ikutan, kakak harus keluar terakhiran."

Saya memutar bola mata jengkel,
"Yaa Allah maemunah! Ribet banget sih idup lo! Yaudah buruan sono. Yang mau keluar duluan, jalan gih. Gue buru-buru nih. Ada janji."
Ujar saya sambil melihat jam di tangan saya.

Mutia lalu berkata,
"Oke. Dimulai dari gue ya karena gue duluan yang menemukan makhluk kece itu teronggok disini, dikursi ruang tunggu." mutia segera merapikan rambut dan baju nya, lalu dia berjalan sepelan mungkin ala puteri keraton. Mungkin jika dihitung menggunakan rumus fisika berdasarkan jarak dibagi waktu maka kecepatannya hanya mencapai 1 km/150 jam. Saya menepak jidat dan menggerung kesal. Grrr.... Kapan selesainya kalo begini? Masih ada 7 orang lagi bidadari yang mengantri merebut perhatian ki joko bodo'.

Laki-laki itu masih sibuk membaca. Hingga mutia memasuki wilayah pandangnya, dia mendongakkan kepalanya sebentar lalu menunduk kembali tanpa memberikan ekspresi apapun. Bidadari pertama gagal. Kami bisa melihat ekspresi jengkel Mutia di balik pintu ruang tunggu dengan menghentak hentakkan kakinya.

Dan hal itu juga berlaku untuk bidadari-bidadari selanjutnya. Walaupun mereka ada yang mencoba dengan gaya berjalan yang menurut saya 'aneh', tetap saja tidak bisa mengalihkan perhatian laki-laki tersebut dari buku yang sedang dibacanya.

Ada yang berjalan dengan membungkukkan badan ala nenek-nenek. Ada yang mengibas-ngibaskan rambut ala iklan shampo. Ada yang berjinjit ala penari ballet. Ada yang celingak-celinguk berpura-pura mencari sesuatu berharap ditawarkan bantuan oleh ki joko bodo'. Ada lagi yang berpura-pura nabrak tembok biar diperhatikan oleh ki joko', tapi yang diharapkan justru hanya meringis sekilas kemudian melanjutkan membaca kembali

Saya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan-kelakuan teman-teman dan junior saya.
'Gimana laki-laki bisa terpesona kalo kalian kayak Mr. Bean semua begitu.' gumam saya sendiri.

Setelah 8 bidadari cantik itu melewati ki joko bodo', sekarang giliran saya. Peduli amat sama si babang ganteng. Saya berjalan seperti biasa melewati laki-laki itu. Saya bahkan tidak sempat memperhatikannya karena sibuk membuka pouch saya dan mengeluarkan ponsel dari dalam pouch.

"Shana.." panggil seorang laki-laki.

Seketika Gadis-gadis yang mengintip di luar berseru kecewa,

"Yaaahhhhhh....!! "

Sontak langkah saya terhenti mendengar kedua suara tersebut.

Saya mengernyitkan dahi melihat mereka yang mengintip dari pintu luar lalu menoleh mencari sumber suara yang memanggil saya. Laki-laki yang sedari tadi membaca buku itu telah berdiri.

Saya masih belum bisa melihat jelas wajahnya dengan miopia yang saya derita.

Melihat saya yang tidak memberikan ekspresi apa-apa, dia berjalan mendekati saya,
"Udah selesai latihan nari nya?" Tanya laki-laki itu lagi.

Dia terus berjalan mendekati sy hingga akhirnya wajah nya dapat terlihat dengan jelas oleh jarak pandang saya yang memiliki visus 20/45
"Arqie?" Tanya saya setengah tidak percaya. Saya baru kali ini melihatnya memakai kacamata.

Arqie tersenyum.

Saya lalu berseru,
"Yaa ampun.. Jadi yang daritadi diomongin merehmhmmhm.." kalimat saya terhenti. Mulut saya tiba-tiba ditutup oleh adel. 8 bidadari itu telah mengelilingi saya. Saya melotot kepada adel. Dia hanya menyeringai dan melepaskan tangannya dari mulut saya.

Lia senyum-senyum kepada Arqie.
"Wahh, kak shana kok ga ngasih tau kalo kenal sama tamu kita ini."

"Iya, kalo tau gitu kan kak shana daritadi kita panggil." ujar wulan melirik Arqie.

"Kasian lho kak tamunya lama nunggu" timpal Septi dengan senyum menggoda melirik ke arah Arqie.

Saya lalu menjawab jengkel,
"Lah,, bukannya daritadi gue mau keluar tapi ka- aww...." kalimat sy kembali terhenti, lengan saya dicubit oleh Rahma.

"Apa sih cubit-cubit?" Gerutu saya.

"Kak Shana ga mau kenalin tamu nya ini ke kita?" Tanya lina mesem-mesem

Arqie yang melihat situasi ini tersenyum simpul.
"Hai... Perkenalkan nama saya Arqie. Senang bisa bertemu kalian semua." sapa Arqie ramah sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya ala ala india.

"Hai bang Arqie, sy Adel, penari paling hot disini, hihihi" ujar Adel. Mata saya terbelalak mendengar kata-katanya.

"Pagi bang.. Sy lia, penari paling seksihh disiniihh" ujarnya mendesah manja.

Sy menepak jidat melihat kelakuan gadis-gadis ini

"Halo bang.. Sy wulan, bidadari dari sanggar ini." katanya genit.

Saya mulai merasa mual.

"Bang Arqie.. Saya septi, si hitam manis yang apabila terus dipandang akan menyebabkan diabetes." ucap septi tak mau kalah.

Oke. Fix, saya butuh baskom untuk muntah.

"Dedek tiara bang, yang siap dihalalkan oleh abang sekarang juga."

Saya sontak tertawa garing.

"Kalo saya Lina bang, selalu mencintai dengan tulus dan sepenuh jiwa raga."

Saya ternganga mendengar pernyataannya.

"Saya Rahma bang.. akan siap berkorban apa saja untuk abang."

Mata saya membulat mendengar pernyataannya.

"Last but not least, primadona sanggar ini, ya saya bang, Mutia, yang ga bakalan malu-maluin diajak kondangan manapun."

Saya menggelengkan kepala mendengar semua perkataan mereka,

"Kalian ini kenapa sih? Jangan-jangan pada 'Over heat' ya gara-gara kelamaan latihan nari tadi?" Ujar saya sambil melotot kepada mereka lalu tersenyum meringis kepada Arqie,

"Maaf ya bang, mereka emang suka nge-hang kalo abis latihan nari begini. Kayakny asupan glukosa nya ga sampe ke otak mereka karena kepake sama otot buat latihan nari." ujar saya sambil menggeleng-gelemgkan kepala pada mereka.

Arqie tersenyum menatap saya,
"Never mind. Nice to meet them." jawabnya ramah.

"Kyaaa.. makasih ya bang"

"So sweet"

"Gentleman banget si abang mah"

"Perfect!"

"Kelakuan sama muka kok sama cakepnya ya"

Saya kembali melotot kepada mereka,
"Udah! Udah! Udah pada kenalan kan? Sekarang Bubar sana!" Sergah saya.

"Ihh kak shana gitu deh"

"Iya nih kak shana"

"Bang arqie nya aja ga kenapa-kenapa."

"Padahal kak shana ga pernah bawel kalo kita salah-salah gerakannya."

"Iya nih. Kak Shana juga biasanya cuek aja liat kita kenalan sama cowo ganteng."

"Sekarang kok giliran kita kenalan sama tamu nya kak shana ini, kakak jadi bawel sih. Jangan-jangan, ini pacar kakak ya?" Tanya tiara

Arqie tertawa mendengar pertanyaan tiara.

Muka saya tiba-tiba memerah mendengar pertanyaan tiara,
"Kalian ini! Sembarangan aja kalo ngomong. Gue itu bawel karena kelakuan kalian yang kayak gini ini lho. Bikin gue malu!" Ujar saya sambil menenangkan dada saya yang tiba-tiba berdebar-debar mendengar pertanyaan yang menohok dari tiara.

"Jadi ini bukan pacar kakak?!"

"Yesss!"

"Alhamdulillah"

"Terima kasih Yaa Allah, masih ada kesempatan"

Saya melotot dan menggeplak kepala mereka satu-satu,
"Kan... kann.. kumat lagi kann.. udah! Pulang sana!" Usir saya lagi.

Arqie lalu tiba-tiba bicara,
"Sekarang memang 'belum' menjadi pacar saya, tapi mungkin sebentar lagi." ujar Arqie melirik Saya.

Saya mendelik melihat Arqie. Wajah saya kembali bersemu merah. Belum sempat saya menjawab, adel sudah lebih dulu bersuara,
"Maksudnya?" Tanya adel polos

Arqie kembali melemparkan senyuman manisnya,
"Maksudnya, saya mohon doanya semoga dalam waktu dekat ini, saya bisa mengubah status Shana menjadi pacar saya."

"Yaahhhhhhhhhhhhh!!" Seru mereka kecewa berbarengan

"Jadi bang Arqie ceritanya lagi PDKT sama kak shana nih?"

"Patah hati deh"

"Perihh..."

"Hilang harapan"

"Kak Shana lagi, kak shana lagi"

"Apa kita mesti ngikutin gaya jalannya kak Shana biar ada cowok kece ngelirik kita?"

"Iya. Tiap ada cowok ganteng mesti aja kak shana yang di deketin."

"Ho-oh. Padahal kita juga ga kalah cantik"

Arqie tertawa mendengar gerutuan mereka.
"Oh ya? Banyak yg deketin Shana?" Timpalnya simpel

"Iya bang. Tiap kita kolaborasi sm pemain live musik ataupun penari laki-laki, pasti ada aja yang nembak kak shana."

"Dan yang nembak itu, pasti yang paling cakep, idola kita"

Arqie langsung memasang tampang serius
"Masa' sih? Terus gimana? Gimana?" Tanya Arqie antusias

"Tenang aja bang. Semua ditolak sama kak Shana!"

"Iya bang. Tapi emang sih ga ada yang seganteng dan segagah abang, hihihi" ujar mereka lagi cekikikan genit.

Saya langsung menyela,
"Ini kok jadi pada ngegosipin gue sih. Bubar bubar! Kalo mau gosipin orang itu ya minimal di belakangnya lah, jangan terang-terangan banget kayak gini." ujar saya memotong informasi yang keluar dari mulut mereka.

"Idiihh.. ini bukan gosip kok kak."

"Iya, ini fakta"

"Fakta bahwa semua laki-laki kece yang mendekati kak shana, ditolak begitu saja dengan alasan kak shana 'minta dilamar'. Ehh, giliran dilamar, malah ditolak sama orang tua kak Shana. Trus kak shana nya cuma santai-santai doang ngeliat mereka ditolak. Apa ga nyebelin tuh?"

Saya memijat pelipis mendengar perkataan mereka.

Arqie mengangguk-anggukkan kepalanya,
"Jadi gosip itu ternyata benar" ucap Arqie.

Adel lalu berkomentar,
"Wahh, bang Arqie udah dengar juga? Itu bukan gosip bang, tapi 'based on true story', hahaha"

Saya kembali menggeplak kepalanya.
"Anak kecil! Sok tahu deh." ujar saya gemas. Adel memanyunkan bibirnya.

"Ehh tapi kayakny kalo cowok yang nembak nya sekeren bang Arqie, kak shana bakalan berubah pikiran deh." ucap Lia tiba-tiba.

"Iya. Mana sanggup dia nolak laki-laki seganteng abang." lanjut wulan.

"Beneran deh. Kalo kak shana sampe nolak, Alhamdulillah banget! Ehh, maksudnya Na'udzubillah banget. Jangan-jangan kak Shana ini ga doyan laki-laki." sambung septi.

Rahma ikut mengomentari,
"Iya. Kalo dia masih nolak bang Arqie, berarti kak shana..."

Lina kemudian berkata,
"iiihhh kok jadi merinding"

Tiara melanjutkan,
"Iya.. pantes kak shana betah banget di sanggar, banyak cewek cakep kayak kita ya."

Mutia ikut nimbrung,
"Surga banget bagi kak shana berada di antara cewek cantik kayak kita."

Saya kembali menggeplak kepala mereka satu persatu
"Jadi kalian pikir gue lesbi? Ooooo... pada minta jewer semua kayaknya ya. Mau bubar ga? Atau minggu depan gue tambah jadi 7 set tariannya?"

Adel kemudian berkata,
"Iihhh, kak Shana serem deh.. Yaudah yuk cabut, daripada minggu depan 'disiksa' sama kak shana."

"Bye baang Arqie!" ujar lia sambil melambaikan tangan.

"Oh iya bang, kalo kak Shana 'kumat' dan nolak bang Arqie, kita berdelapan siap nerima abang kok." potong wulan.

"Benar banget. Kita mah siap lahir batin dipersunting kumbang ranger macam abang." lina memastikan lagi

"Kali ini septi doain semoga ditolak kak shana deh, biar bang arqie tetap jomblo dan milik bersama, hihihi."

"Kalo kak Shana ga mau sama babang tamvan begini, rahma mau bangett kok bang untuk jadi bamper nya kak shana, mengobati luka hati bang Arqie."

"Adel juga gapapa kok bang jadi pelarian abang."

"Minggu depan datang kesini lagi ya bang..." ujar mereka bersama

Saya kembali melotot pada mereka dan langsung menggenggam telapak tangan Arqie untuk menarik tangannya segera keluar dari ruangan itu. Arqie tampak terkejut melihat saya menggenggam tangannya. Kemudian dia mengulum senyumnya dan pasrah dengan apa yang saya lakukan. Dia lantas membungkukkan badan dan tersenyum kepada 8 bidadari itu sebagai simbol berpamitan karena saya tidak memberikan kesempatan lagi kepada Arqie untuk bicara.

Saya langsung berjalan menuju city car berwarna biru milik Arqie yang terparkir di pelataran. Arqie segera memencet remote mobilnya dan membuka pintu mobil dengan tangan kirinya tanpa melepas genggaman tangan saya di telapak tangan kanan nya.

Saya pun segera duduk di kursi itu. Sy mengibas-ngibaskan tangan kanan saya di depan wajah untuk mengusir gerah. Cuaca hari ini sepertinya cukup panas. Saya melirik ke langit dan melihat matahari yang tidak terlalu terik karena tertutup awan. Arqie masih berdiri di sebelah saya dan belum menutup pintu mobil yang ada di belakangnya. Dia terus memandangi saya sambil tersenyum. Saya mengernyitkan dahi melihat sikapnya,
"Kenapa? Kok belum ditutup pintunya? Ayo." perintah saya setengah sewot.

Arqie kali ini tertawa.
"Gimana saya mau tutup pintunya kalo tangan kamu masih menjalin erat di tangan saya kayak gini." ujarnya sambil melirik tangan kiri saya.

Saya mengikuti lirikannya. Mata saya terbelalak. Oh mak! Sejak kapan saya memegang tangannya begini? Saya segera melepas genggaman tangan saya sambil memalingkan wajah. Rona merah pasti tergambar jelas sekali di wajah saya,
'shana bego! Shana bego! Megang tangan orang kok ga sadar diri. Iya sih tangannya besar dan hangat, tapi ga perlu sampe segitunya juga kali!' Gerutu saya dalam hati.

Arqie mengulum senyum melihat tingkah aneh saya. Dia kemudian menutup pintu dan berjalan memutari mobil menuju kursi di sebelah saya. Segera saya memalingkan wajah ke arah pintu yang telah ditutup sebelum Arqie masuk ke dalam mobil.

Arqie membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. Dia menghidupkan mesin mobil dan menyalakan pendingin. Arqie masih belum melajukan mobilnya. Saya menolehkan wajah untuk bertanya pada Arqie,
"Kenapa belum ja-" kalimat saya terhenti. Arqie mendekatkan badannya ke arah saya. Wajah nya tampak dekat sekali dengan hidung saya. Mata kami bertatapan dengan sangat dekat. Saya menelan ludah seraya menahan napas dan mematung menatapnya tidak bergerak sedikitpun. Tangan kanannya bergerak menuju wajah sebelah kiri saya.

'No.. no... noo...... apa yg akan dia lakukan' ucap saya dalam hati. Saya memejamkan mata rapat-rapat dan mengatupkan bibir saya erat-erat untuk mencegah dia melakukan hal yang tidak-tidak. 1 detik. 2 detik. Tidak ada yg terjadi. Hingga terdengar bunyi "ceklek". Saya membuka mata. Saya melihat seatbelt saya sudah terpasang. Saya menatap Arqie.

Dia kembali tersenyum,
"Saya cuma mau pasangin seatbeltnya, bu dokter. Demi keselamatan bu dokter. Soalny saya tungguin daritadi kayaknya bu dokter tidak ingat untuk memasang seatbeltnya." ujar Arqie menjelaskan.

'Damn shana! You fool! Ke ge-eran banget jadi perempuan. 'ngarep' banget buat dicium Arqie? Plisss deh!' Umpat saya pada diri sendiri. Ada apa dengan saya hari ini? Sudah 2x dalam waktu yang hampir berdekatan ini melakukan kebodohan yang sempurna.

Perlahan Arqie mulai mengemudikan mobilnya keluar dari pelataran parkir sanggar. Saya menjadi canggung karena ketololan demi ketololan yang saya buat. Ini semua gara-gara junior saya yang kecentilan itu,

"Kamu udah lama nunggu di bawah?" Tanya saya basa-basi untuk mencairkan suasana.

"Engga lama kok." jawabnya singkat.

'Ah elah! Apa ga bisa dipanjangin dikit tuh jawaban. Makin kikuk deh gue.' batin saya lagi. Saya mencoba mencari topik obrolan lain.

"Hmmm.. saya minta maaf untuk kelakuan-kelakuan junior saya yang pecicilan tadi ya. Mungkin kamu merasa kurang nyaman dengan tingkah mereka." ucap saya.

Arqie tersenyum,
"Tidak apa-apa kok. Never mind. Mereka sangat menyenangkan."

Mendengar perkataan Arqie, saya langsung mencibir,

"Ya jelas menyenangkan lah digodain perempuan-perempuan cantik begitu. Muda, cantik, enerjik. Kurang apalagi coba? Laki-laki mana yang ga demen?! Apalagi mereka menawarkan diri untuk menjadi 'pacar'? Tinggal pilih mau yg mana. Yuhuu. Bisa menghilangkan status jomblo dalam sekejap! Jelas sangat menyenangkan sekali!" Ujar saya sewot.

Arqie tertawa mendengar ocehan saya,
"Ada yang jauh lebih menyenangkan dari itu semua. Melihat tingkah kamu yang cemburu begini jauh lebih menyenangkan."

Saya mendelik mendengar kata-kata Arqie,
"Cemburu apaan?! Siapa yang cemburu?! Ngarang! Lagian saya cemburu sama siapa? Ada-ada aja deh! Ga penting banget cemburu sama junior saya. Ga ada ceritanya dalam kamus saya yang namanya cemburu. Kalo saya cemburu, bisa bisa pluto mengundurkan diri jadi planet." bantah saya dengan nada sedikit tinggi sambil mengipaskan-ngipaskan kedua tangan ke wajah saya.

"Hahhaaha.. indeed sweety! Pluto udah keluar dari jajaran planet kita. See!! Kamu beneran cemburu. Ini adalah kali pertama saya melihat kamu 'ngomel' panjang lebar.  Biasanya kamu itu tenang dan anggun. Intonasi kamu selalu di range normal. Tapi kali ini, kamu tampak seperti wanita pada umumnya, 'berapi-api'. Tapi kok herannya kamu makin cantik ya kalo ngomel begitu? Apa karena memancarkan kecemburuan, jadi lebih bercahaya?" goda Arqie lagi

Saya terbelalak kehilangan kata-kata untuk membantah,

"Itu... ituu.. itu karena cuacanya panas sekali! Jadi nada saya sedikit meninggi! Dan ya, memang saya selalu ngomel berapi-api seperti ini setiap habis latihan nari." Ucap saya asal membela diri.

Arqie melihat ke atas langit dari jendela di depannya,
"Kayakny agak mendung deh. AC mobil juga udah saya setel di angka 19°C. Lagipula pelindung kaca mobil ini anti panas. Kayakny cuma kamu yg ngerasa 'kepanasan' di mobil ini." Ucapnya sambil melirik saya mengulum senyumnya.

Saya tergagap,

"Hmm.. Itu.. Itu karena saya habis nari! Metabolisme saya meningkat! Wajar jika saya sendiri yang merasa kepanasan, bukan kepanasan karena cemburu!" bantah saya lagi.

Arqie tertawa,
"Iya.. iya.. kepanasan bukan karena cemburu kan?" Tanya Arqie lagi.

"Engga kok. Ngapain saya cemburu! Kalo perlu saya kasih nih nomor hp mereka semua sama kamu. Kamu mau yang mana? Lina? Wulan? Adel? Saya kasih semuanya." ujar saya sewot.

"Hahaha.. Iya Shana.. Makasih ya. Tapi kok ngasih no hp mereka sambil nekuk muka gitu. Kayak ga ikhlas gitu lho ngasihnya. Bisa-bisa ga berkah kalo ga ikhlas. Lagian biasanya kalo kamu melakukan sesuatu, sambil smiling face gitu. Kemana senyum kamu hari ini?"

Saya langsung menyeringai di hadapan Arqie,
"Iya pak polisi. Niiihhhh.. saya udah senyum.. ciiiiiiiiissssssssss... Puas?"

Arqie lagi-lagi tertawa.
"Hahaha.. Memang susah ngadepin perempuan yang lagi cemburu ya. Kalo tau hasilnya buat kamu jadi sewot begini, mending saya nunggu di mobil aja tadi. But to be honest, saya suka liat kamu cemburu begini. You look so cute. Menggemaskan sekali."

Saya kembali melotot,
"Idih! Udah dibilangin saya ga cemburu! GA CEMBURU!!" ucap saya setengah teriak.

Arqie tersenyum lalu mengambil jemari tangan kanan saya yang berada di dekat persneling dan menggenggam nya erat,

"Iya.. iya.. Maaf ya. I will not do it again. Saya ga bakal buat kamu cemburu lagi. Promise." Ucap nya lagi.

Bola mata saya kembali berputar kesal,
"Ya ampun! Ni bapak. Udah dibilang saya ga cemburu. Lagian udahan bahas yang beginian napa? Mending kita bahas mau makan dimana?" Ujar saya mengalihkan topik pembicaraan. Saya masih membiarkan tangannya menggenggam tangan saya. Entah kenapa ada ketenangan yang mengalir melalui kehangatan genggamannya.

"Ohh iya.. Saya mau ngajak kamu sarapan di hotel tempat saya nginep. Tadi saya sempat ngintip sarapan disana, semua makanan lengkap, bebas pilih. All you can eat. Kamu mau coba sarapan disana?"

Saya menatapnya heran,
"Kamu nginep di hotel? Ga di tempat bang warsid?" Tanya saya penasaran.

"Engga. Saya dapat voucher dari teman saya untuk menginap gratis disana jadi saya pakai vouchernya." jawab Arqie.

"lah, kalo di hotelnya segala jenis makanan lengkap, ngapain ngajak saya?" Tanya saya lagi.

"Karena saya kangen. Sekaligus khawatir. Mengingat kejadian semalam, kelakuan Nata, sikap Diqie, saya takut kamu masih bersedih. Tapi sepertinya, kamu baik-baik saja." jawab Arqie.

Saya tertawa,
"Hahaha.. terima kasih sudah mengkhawatirkan saya. Tapi seperti yang kamu lihat, saya bahkan sudah lupa ada kejadian apa semalam. Saya orang yang menganut 'forgive and forget'. Jadi kamu ga perlu mengkhawatirkan saya."
Ucap saya meyakinkannya.

Arqie mengangguk.

Tidak butuh waktu lama, kami tiba di hotel tersebut dan menuju restorannya dengan menyebutkan angka nomor kamar hotel tempat Arqie menginap. Jika saja ada yang mengetahui, mungkin mereka akan menyebarkan gosip bahwa kami 'bermalam' di hotel bersama. Tapi toh biar saja, yang penting kami tidak melakukan itu.

Kami mulai memilih-milih makanan. Benar saja, segala jenis makanan lengkap. Mulai dr makanan daerah, western, arabian, chinese, japanesse, semua lengkap. Kami memilih tempat duduk di balkon dekat kolam renang. Kami menghabiskan sarapan kemudian berjalan di taman di dekat kolam renang.

Jam sudah menunjukkan pukul 10. Kami duduk di salah satu bangku taman yg ada disana dan duduk berhadapan. Sepertinya bangku ini dirancang untuk barbeque party di taman.

"Kamu ada kegiatan apa lagi setelah ini?" Tanyanya.

"Jam 3 nanti jadwal saya siaran di radio. Masih ada waktu 4 jam untuk bersantai." jawab saya.

Arqie menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Kamu ternyata lebih tangguh dari dugaan saya."

Saya tertawa mendengar komentar Arqie,
"As you see. Saya tidak punya waktu untuk baper ataupun termehek-mehek. Jadwal saya padat. Aktivitas saya menunggu. Hal itu merupakan hal yang mutualisme. Jadwal padat mengharuskan saya tangguh. Atau karena jadwal yang padat sehingga saya tidak terlalu memikirkan hal yang tidak penting. Saya adalah orang yang 'easy come easy go'. Saya juga sudah mengatakan bahwa saya orang yang suka memaafkan dan melupakan. Nata, tentu bukan salah satu hal yang penting untuk diingat. Dan tentu saya sudah melupakan bahwa ada makhluk bernama Nata di dalam kehidupan Saya."

Arqie tersenyum. Dia menatap Saya lama,
"Semakin banyak saya mengetahui tentang kamu, saya semakin mengagumi kamu. Semakin lama saya mengenal kamu, sepertinya saya semakin menyukai kamu. Melihat Nata yang memperlakukan kamu dengan sangat buruk, saya saja sampai sulit menahan emosi. Padahal kamu bisa tanya satu detasemen Akpol, bahwa saya adalah laki-laki paling sabar di dunia ini, bahkan dikhianati di depan muka sendiri, saya masih bisa tersenyum. Entah kenapa semalam saya menjadi begitu emosi. Pulang dari sana saya terus berpikir, ada apa dengan saya? Saya terus memikirkan kamu. Saya bahkan tidak bisa memejamkan mata, entah apa yang membuat saya tidak nyaman tidur di atas kasur hotel bintang 5 ini. Bayangan wajah kamu yang tersenyum dengan mata berkaca-kaca terus menghampiri pikiran saya. Ada gurat kekuatan sekaligus kelemahan di wajah kamu. Kebaikan hati kamu. Kepedulian kamu. Membuat saya tidak bisa mengenyahkan wajah kamu sedetik pun dari benak saya. Saya memutuskan merendam tubuh saya di air hangat agar saya dapat relax. It works with my muscle, but not with my mind. Pikiran saya semakin kacau. Saya lalu mengambil wudhu dan mengerjakan sholat istikhoroh 2 rakaat, barulah saya sedikit tenang dan dapat terlelap. Hingga pagi ini saya mendapatkan jawaban dari pertanyaan saya.

Beberapa gadis cantik lewat di depan saya, tidak ada satupun yang bisa mengalihkan perhatian saya dari buku favorit saya. Dan ketika kamu lewat, hati saya bergetar memberikan sinyal. Aroma parfum kamu mengusik saya untuk melihat sekilas lalu kemudian tertegun menatap kamu yang sibuk mencari sesuatu di dalam tas kamu. Kamu bahkan tidak peduli dengan laki-laki yang duduk di dekat kamu sementara gadis-gadis lainnya mencoba menarik perhatian saya dengan berbagai cara. Ada debaran berbeda dari yang selama ini saya rasakan saat melihat sikap kamu. Ini bukan lagi sekedar 'suka' seperti yang sering kamu katakan. Kejadian semalam dan pagi ini membuat saya sadar bahwa saya telah jatuh cinta pada kamu, shana. Kamu telah menjadi penguasa di hati saya sepenuhnya."

Darah saya berdesir halus mendengar kata-katanya. Saya tertegun mendengar ucapan Arqie. Bagi saya, semuanya terdengar sangat tulus tetapi juga sangat salah.

"Kamu jatuh cinta dengan orang yang salah..." ujar saya dengan suara bergetar.

Arqie lalu menggenggam kedua tangan saya yang ada di atas meja,
"Tidak ada yang salah dengan perasaan saya. Saya tidak jatuh cinta dengan orang yang salah. Kamu single. Saya single. Kita sudah sama-sama dewasa. Jika kamu memiliki trauma, maka saya pun memilikinya. 3 kali saya pacaran dan semuanya mengkhianati saya. Lantas apakah saya bisa kembali percaya dengan makhluk yang bernama wanita? Saya hanya perlu mencobanya, lagi, bukan? Karena sepertinya kamu berbeda. Kamu tidak seperti wanita kebanyakan yang saya kenal. Lagipula menyamakan kamu dengan wanita-wanita yang pernah mengkhianati saya adalah hal yang sangat tidak bijak. Saya ingin kamu juga melakukan hal yang sama untuk saya. Berikan Saya kesempatan. Menyamakan saya dengan Nata adalah sesuatu yang sangat menjijikkan. Saya mohon, kamu bersedia untuk menjadi pacar saya, agar saya bisa melindungi kamu, agar tidak ada yang bisa menyakiti kamu lagi, sekalipun itu saya. Agar saya bisa membuktikan kepada kamu bahwa kamu tidak memilih laki-laki yang salah. Please shana, be my girl... Jadilah pacar saya.."

Saya menelan ludah. Baru semalam saya mendengar Diqie meminta hal yang sama. Dan baru beberapa hari yang lalu Diqie mengucapkan kata-kata dengan makna yang sama yang kemudian di ingkari sendiri oleh Diqie semalam di hadapan Nata. Padahal saya sudah 3 tahun mengenal Diqie, tetap saja saya telah memberikan penilaian yang salah karena terbawa perasaan. Jadi bagaimana saya bisa percaya pada Arqie yang baru saya kenal 2 minggu? Bagaimana jika Arqie mengulangi hal yang sama?

Tapi sepertinya Arqie berbeda. Berbeda dari Diqie dan Nata. Arqie jauh lebih konsisten dengan ucapannya. Dia benar-benar menjaga ucapan dan tindakannya sebagai laki-laki. Tidak seperti Diqie yang menyimpan banyak sekali maksud ganda.

Arqie juga memiliki kesantunan yang luar biasa, tidak seperti Nata yang selalu bersikap kasar. Sepertinya Arqie benar-benar berniat tulus ingin membantu saya menyembuhkan trauma saya. Tapi bukankah Diqie juga mempunyai niat yang sama yang ujung-ujungnya kembali menyakiti saya.

Lagipula, Diqie berkata dia akan benar-benar melamar saya kepada orang tua saya hari ini.

Jadi bagaimana saya harus menjawab Arqie?

--------

Update kali ini agak panjang karena ga ada tugas dari dosen, wkwkwk... Rencananya tadi mau sy penggal jadi dua bab. Tp ntar babnya malah kebanyakan. Hehehe.. Yg udah baca, pliss tinggalin jejak dengan komen ataupun vote dengan cara tekan bintang di kiri bawah. Makasih untuk kesediannya ya..

Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 359 28
Maeve Connor, 32, is a special education teacher who believes her boyfriend of five years will finally propose during the holidays. To her horror and...
81.9K 1.1K 7
နိုရာနဲ့ပထွေးဖြစ်သူတို့ဘယ်လိုမျိုးဇာက်လမ်းဖြစ်ကြမလဲ 21+ရိုင်းပါတယ်နော် ကလေးများမဖတ်ပါနဲ့
15.1K 683 6
Completed ✔ What if you are given a chance to talk to the dead? "Hello? Jungkook? Can you hear me?"
14.8K 40 21
This is the second instalment to my 3 Part series of Books about a Young Blonde Teen Girl who suddenly starts to loose control of her bladder and bow...