My Annoying Bae || Bae Jinyou...

由 baehwinoona

31.3K 3.6K 331

Bae Jinyoung x Lee Daehwi DeepHwi Lee Daehwi, 18 tahun, berstatus sebagai siswa tahun terakhir di SHS 101, ne... 更多

Awal Mula
First
Second
Third
Fourth
Fifth
sixth
seventh
eighth
ninth
tenth
eleventh
thirteenth
fourteenth
fifteenth
sixteenth
seventeenth
eighteenth
UP

twelfth

1.6K 185 38
由 baehwinoona

(Kini aku mulai tahu, sepertinya aku mulai mencintaimu. Aku akan mengatakannya sekarang bahwa aku mempunyai perasaan padamu)
.

“Eungh ...” Daehwi terbangun ketika merasakan lehernya sedikit kaku. Daehwi mengerjap lembut—masih berusaha mengenali di mana keberadaannya sekarang. Setelah tiga puluh detik berlalu, Daehwi membelalak ketika menyadari ia sudah berada di dalam sebuah ruangan yang ia yakini sebagai kamarnya. Kenapa aku bisa di sini? Apa Jinyoung yang membopongku hingga ke kamar?

Ia alihkan matanya  pada jam yang menggantung di salah satu sisi kamar. Pukul 5.30. Daehwi menghela napasnya berat. Tubuhnya benar-benar lelah.

“Kau sudah bangun?” suara dari arah pintu kamarnya membuat Daehwi terlonjak kaget.

Lelaki itu kemudian masuk ke kamar dengan sebuah baskon berisi air di tangannya. Tanpa dia sadari lelaki itu sudah duduk di sampingnya dan menarik kakinya meletakkan di pangkuan lelaki itu.

Daehwi terkesiap begitu Jinyoung mengompres kaki nya yang entah bagaimana terlihat membengkak―lagi. Kemudian dia mengambil krim analgesic dari saku celananya dan memijat kaki Daehwi dengan lembut.

Daehwi mulai meringis ketika pijatan Jinyoung beralih di pergelangan kakinya.

“Apa masih sakit?”

“Ehm. Sepertinya terkilir saat pulang tadi malam.”

“Maaf jika aku membuat kakimu begini.” ucap Jinyoung yang sedang sibuk mengoleskan krim itu ke pergelangan kaki Daehwi.

Daehwi mengangguk, “Lupakan saja kejadian itu.” ia terdiam sebentar. “Ehm―Hyung, aku harus ke sekolah. Jadi kupikir―sepertinya aku harus pergi mandi.” Cicitnya pelan.

Jinyoung menurunkan kaki Daehwi perlahan dan mengalihkan pandangannya pada si mungil. Ia tertawa kecil, “Aku tahu. Aku juga ada shift pagi ini. Baiklah, Aku akan berangkat duluan.” Jinyoung mengecup kening Daehwi sekilas. Meninggalkan Daehwi yang hanya bisa membeku di tempat dan memegang keningnya. Apa ini bisa disebut morning kiss?

Daehwi segera beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah ke kamar mandi dengan langkah terseret. Sesekali ia memekik kecil ketika kakinya menyentuh sesuatu yang membuatnya terasa sakit.

Penampilan Daehwi kini menjadi lebih segar setelah menghabiskan waktu hampir satu jam di kamar mandi. Sepertinya ia akan melewatkan sarapan pagi ini.

Pandangan Daehwi berhenti sejenak pada Bibi Song saat ia menuruni tangga. “Bibi Song!” serunya memanggil perempuan setengah baya itu.

Bibi Song hampir saja terpeleset karena kaget mendengar teriakan Daehwi. Sementara si pelaku yang hampir membuatnya mengalami kesialan itu hanya meringis lebar.

“Iya, Tuan?” Bibi Song tersenyum lembut.

“Aku tidak akan sarapan pagi ini. Aku sudah tidak ada waktu.”

“Ehm.. Tuan.” Panggil Bibi Song.

Hal itu membuat dahi Daehwi berkerut. Daehwi pun mengurungkan niatnya untuk pergi. “Ada apa, Bi? Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan padaku?”

“Sebaiknya Tuan membawa bekal. Bibi tidak ingin Tuan kembali jatuh sakit. Sebentar akan bibi siapkan bekal untuk Tuan.”

“Eh―baiklah.” Daehwi tersenyum tipis. Dalam hati ia merasa bersalah karena telah membuat Bibi Song mengkhawatirkan dirinya.

.

Kehidupan sekolah sedikit membosankan hari itu. Daehwi duduk di dalam kelas dengan mata yang sudah hampir tertutup. Dari seratus persen materi yang di ajarkan, mungkin hanya tiga puluh persennya saja yang di ajarkan oleh guru nya itu. Sisanya ia akan bercerita mengenai kehidupannya sewaktu muda, lalu bertemu dengan istrinya, hingga cerita kehidupan rumah tangganya. Heol. Dia sedang belajar sejarah korea atau konsultasi rumah tangga?

Sepanjang kelas dia menggerak-gerakkan kakinya. Berkali-kali dia mengecek jam dinding yang ada di salah satu sisi kelas. Masih ada satu jam lagi dan dia merasa waktu berjalan sangat lama. Dia sedang sangat lapar saat itu dan membuat mood nya jadi semakin berantakan.

Ketika sang guru menyudahi kelas, dia senangnya bukan main. Daehwi langsung melesatkan dirinya menuju kantin. Segera ia mengeluarkan bekal yang sudah Bibi Song buatkan untuknya dan mengunyah beberapa potong roti sandwich. Ahh.. lain kali ia tak mau melewatkan sarapan jika akibatnya akan seperti ini.

Ketika dia sedang sibuk menikmati makanannya, ponsel Daehwi berbunyi.

My Bae is calling.

Daehwi terdiam sejenak melihat ID si pemanggil. Entah kenapa Daehwi sangat menyukai Jinyoung menamai kontaknya dengan sebutan itu. Hatinya terasa sejuk dan pipinya menghangat.

Dering ponsel Daehwi kembali terdengar. Masih dari penelepon yang sama.

“Halo?”

Daehwi, kau dimana?

“Masih di sekolah. Ada apa?”

Itu, bisakah pulang sekolah nanti kau ambilkan baju untukku? Aku sudah tidak punya baju lagi dan baju yang aku pakai terkena darahbisa?”

Daehwi melirik jam tangannya, masih ada waktu empat jam lagi sekolahnya akan di bubarkan.“Bisa. Kemeja, kan?”

Hmm. Terserah yang mana saja. Aku tunggu.

“Iya, aku akan segera kesana setelah pulang sekolah.”

.

Setelah menghabiskan waktu selama empat jam, Daehwi langsung melesat pulang dan mengambil pakaian Jinyoung, lalu melesat ke rumah sakit setelah berganti penampilan. Dan ketika masuk ke ruangan Jinyoung, Daehwi melihat lelaki itu sedang sibuk menertawakan Minhyun yang lagi-lagi menjadi korban kejahilan Woojin.

“Ini baju untukmu.” Ucap Daehwi yang berdiri di belakang Jinyoung.

Lelaki itu membalikkan kursinya, “Ah! Kau sudah datang? Terima kasih. Setelah ini kita bisa pulang.” Lelaki itu langsung melesatkan dirinya entah kemana meninggalkan Daehwi yang merasa kikuk. Apalagi berada satu ruangan dengan orang yang tidak begitu dikenalnya―kecuali Woojin.

Lama terjebak dalam keheningan, Minhyun dan Woojin akhirnya memutuskan pergi dari ruangan Jinyoung. Daehwi sudah mulai mengantuk. Tak ada yang bisa ia perbuat di dalam ruangan kerja lelaki itu.

Dia membuka ponselnya sendiri dan mengecek jam nya. Sudah hampir malam, tapi Jinyoung belum memunculkan batang hidungnya. Dari arah luar ruangan terdengar suara ricuh. Mungkin itu Jinyoung bersama rekan kerjanya. Bosan sudah menggerogoti dirinya. Kepalanya yang ditaruh di meja membuat dirinya mengantuk. Matanya terlalu berat untuk terjaga. Bahkan ketika pintu itu terbuka, dia masih pada posisi yang sama. Menunggu baginya sangat membosankan.

Jinyoung mendekat dan menepuk pundak Daehwi perlahan, “Hei, ayo pulang.”

“Hm…”

“Daehwi-ya. Hei.”

Daehwi mendongakkan kepala dan mengerjapkan mata kecilnya, “Hmm? Sudah selesai?”

“Sudah. Kita bisa pulang sekarang. Maafkan aku membuatmu menunggu lama. Tiba-tiba aku mendapat operasi mendadak.”

Daehwi mengangguk. Wajahnya benar-benar seperti orang linglung. Nyawanya yang melayang entah kemana itu belum kembali sepenuhnya. Ia benar-benar tidak bisa menyadarkan dirinya saat itu juga. Dia membiarkan Jinyoung mengacak-acak rambutnya—toh memang sudah tidak tertata sama sekali. Berkali-kali matanya hampir tertutup tapi dia menahannya karena sedari tadi Jinyoung menusuk-nusuk pipinya dengan telunjuk.

Dengan wajah yang super mengantuk, dia berdiri. Jinyoung membawa tas ransel Daehwi karena tahu jika Daehwi masih belum sepenuhnya sadar. Dan dengan sigapnya, Jinyoung menggandeng Daehwi yang masih lemas.

Daehwi berjalan dengan langkah kaki yang malas dan terseret. Dia masih mengantuk. Bahkan ketika Jinyoung berhenti untuk berbicara dengan staff administrasi rumah sakit, Daehwi menyandarkan kepalanya pada punggung Jinyoung. Tangannya masih digenggam lelaki itu. Entah sejak kapan hal itu menjadi lumrah dan wajar.

Berjalan dengan Jinyoung memang menarik banyak perhatian. Apalagi lelaki itu selalu membalas sapaan orang yang tertuju padanya. Tidak jarang orang-orang disana berbisik. Daehwi tahu beberapa dari mereka membicarakannya dan bertanya-tanya siapa dan apa hubungannya dengan Jinyoung. Apalagi dengan dirinya yang sering bolak-balik mengunjungi lelaki itu di rumah sakit.

“Masih mengantuk?”

Daehwi mengangguk, “Hyung lama sekali.” Keluhnya.

Lagi-lagi lelaki itu mengusap rambut Daehwi dengan tangan satunya, “Mengoperasi seseorang tentu memakan waktu lama, Daehwi-ya. Jangan cemberut begitu.”

Daehwi meliriknya dan membuat Jinyoung tertawa. Rasa kantuknya sedikit terangkat ketika masuk ke dalam lift dan bertemu dengan beberapa orang termasuk Minhyun dan Kyulkyung. Tapi bagi Daehwi, rasa kantuknya menjadi sebuah hal yang menguntungkan.

“Kau akan pulang, Jinyoung-ah?” tanya Minhyun.

“Ehm.” jawabnya seadanya. Dia lalu memperhatikan Daehwi yang menyandarkan kepala di lengannya. Mata Daehwi masih mengerjap. “Makan atau pulang?” tanya Jinyoung pada Daehwi.

“Pulang. Tapi aku lapar…”

“Lalu?”

“Pesan makanan saja di rumah. Bagaimana?”

Jinyoung mengangguk dan tersenyum. Daehwi menurunkan pandangannya lagi ke arah tombol lift di hadapannya. Ketika masih berkonsentrasi dengan benda menyala itu, dia merasa ada yang bergerak di pucuk kepalanya. Setelah mencari pantulan di salah satu bagian lift, dia melihat Jinyoung mengenduskan hidungnya disana.

Dan yang lebih bagus lagi, Kyulkyung menatap mereka dengan tatapan tidak suka. Memang sih, Jinyoung sedikit berubah menjadi perhatian sejak tadi. Semacam lovey-dovey di depan umum dan mereka tidak peduli. Daehwi menyangka jika Jinyoung melakukannya karena tentu profesionalitas sebagai aktor dalam kebohongan mereka. Tapi separuh hatinya, dia ingin bertanya mengapa sikap Jinyoung berubah sedrastis itu. Jika Jinyoung melakukannya karena sandiwara, jelas perhatian yang diberikan lelaki itu terkesan berlebihan. Tetapi jika lelaki itu melakukannya karena memang menganggap Daehwi sebagai kekasihnya, maka itu tidak akan menjadi masalah.

Daehwi melempar senyumannya pada Kyulkyung yang melewatinya. Dia merasa puas ketika melihat tatapan tidak suka dari Kyulkyung. Toh baginya, dia sendiri yang melepaskan Jinyoung, jadi salahnya sendiri jika menyesal sekarang, 'kan?

“Hish.” Daehwi membuka suaranya begitu masuk ke mobil.

“Kau kenapa?” tanya Jinyoung.

“Mantanmu itu. Kenapa dia selalu melihatku dengan tatapan yang tidak suka? Dia masih menyukaimu? Hah, yang benar saja.”

“Kau sendiri juga tidak suka padanya.” Goda Jinyoung.

“Salah sendiri! Seenaknya menghinaku. Memangnya dia siapa?”

“Mantanku.”

“Oh? Iya sih…”

“Kenapa nadamu menjadi kecewa begitu?”

“Hmm… tidak.”

Jinyoung hanya terkekeh dan mulai mengendarai mobilnya. Menggoda Daehwi yang sedang cemberut begini memang menyenangkan. Dia tidak akan marah, hanya akan bersikap seperti anak kecil dan itu sebenarnya menggemaskan.

.

Mobil yang dikemudikan Jinyoung berhenti di depan supermarket. Laki-laki itu melepas seat belt yang ia kenakan. Jinyoung ingin membeli sesuatu yang bisa menghilangkan rasa hausnya yang mendadak muncul ketika mengemudi mobil. Sebelum turun, ia menggulirkan pandangannya sejenak pada sosok mungil yang tengah tertidur di sebelahnya.

Daehwi—seperti biasa dengan wajah polosnya saat tidur—tampak tak terganggu dengan belaian tangan Jinyoung di wajahnya. Sedikit pun ia tidak terusik, malah semakin meringkuk layaknya bocah berusia 5 tahun. Jinyoung terkekeh geli melihat reaksi Daehwi. Ia beralih mengusap lembut pucuk kepala Daehwi, sebelum akhirnya turun dari mobil.

Jinyoung memasuki supermarket lalu berjalan menuju counter minuman. Ia mengambil satu botol minuman favoritnya, lantas berjalan menuju kasir.

Setelah selesai dengan urusannya, segera ia berlari menuju mobil, tak ingin berlama-lama meninggalkan Daehwi sendirian. Sedikit terkejut ketika melihat Daehwi yang sudah bangun dan kini sedang asyik dengan ponselnya begitu ia membuka pintu mobil. Lirik lagu Winter Child by Suzy pun keluar dari bibir mungilnya. Lain kali ingatkan ia untuk merekam suara Daehwi ini, terdengar sangat indah ketika tiap bait lirik itu keluar dari bibir kecilnya itu. Mungkin menjadikannya sebagai salah satu lagu favorite di playlistnya, tak ada salahnya ‘kan? Setidaknya masih ada suara yang lebih enak di dengar dari Daehwi selain teriakan kekesalannya.

“Daehwi-ya.” Ucap Jinyoung memecah keheningan.

“Hm? Apa?”

“Bagaimana jika makan di pinggir Sungai Han? Aku sudah membeli beberapa makanan sewaktu ke supermarket tadi.”

“Ah…” Daehwi mengalihkan perhatiannya pada Jinyoung, “Kenapa di sana?”

“Aku merasa sedikit bosan makan di rumah. Tapi jika kau tidak mau kita bisa kembali ke rumah.”

Daehwi mengangguk kecil, “Baiklah, aku rasa aku juga butuh refreshing di sana. Akhir-akhir ini stress ku sepertinya meningkat.” jawab Daehwi di iringi tawanya.

Perjalanan itu kembali diisi dengan keterdiaman. Yang terdengar hanyalah sebuah nyanyian yang berasal dari ponsel milik Daehwi. Sedangkan pemiliknya tengah di sibukkan dengan pemandangan di luar jendela. Sedari tadi matanya tak lepas dari pemandangan di sana. Hingga tidak menyadari mobil yang mereka naiki mulai memasuki area parkir yang cukup luas.

Di depan sana, Daehwi bisa melihat hamparan air sebuah sungai yang beriak tenang. Dalam hitungan detik, Daehwi sudah melompat turun dari mobil. Lalu berlari-lari kecil menghampiri sebuah kursi panjang yang berjejer di sepanjang tepian Sungai Han.

Jinyoung dibuat tertawa oleh perubahan sikap Daehwi yang begitu drastis. Sesaat yang lalu, Daehwi melakukan aksi bungkam selama perjalanan. Dan beberapa detik yang lalu, ia bertingkah seperti anak kecil setelah mendapatkan hadiah kejutannya.

Jinyoung menyusul Daehwi yang dilihatnya sedang merentangkan tangan. Tampak menikmati angin semilir di sekitar mereka. Lelaki itu terpaku pada wajah Daehwi yang terlihat cantik saat Daehwi memejamkan matanya.

“Ahh. Sudah berapa lama aku tak datang kesini? Tempatnya semakin indah saja menurutku.” kata Daehwi setelah membuka matanya.

Jinyoung terkekeh, “Kau ini. Sudahlah, lebih baik kita makan dulu. Bukankah kau yang merengek kelaparan sewaktu pulang tadi?”

Daehwi mengerucutkan bibirnya kesal, sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tiba-tiba merasa kesal karena Jinyoung menganggu kegiatannya yang sedang menikmati pemandangan indah Sungai Han.

Jalmoggeuseumnida” ujar Daehwi ceria. Daehwi makan dengan sangat lahap. Walau makan malam kali ini hanya berupa samgak kimbab, ia tetap menikmati makanannya. Mungkin karena ia benar-benar lapar.

Waktu terus berlalu, membuat Jinyoung dan Daehwi tak menyadari jika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Mereka lalu mengemaskan barang-barang yang ada di kursi. Sampah-sampah bekas mereka makan pun sudah di buang ke tempat sampah.

Daehwi mengalihkan pandangannya lagi pada hamparan sungai di depannya. “Kapan aku bisa kembali ke sini lagi?” ujarnya dengan bibir yang mencebik.

“Kau bisa kembali ke sini lagi suatu hari.” sahut Jinyoung meyakinkan.

“Benarkah?”

Jinyoung mengangguk. “Tentu. Kita akan ke sini lagi. Bersama-sama.”

Wajah Daehwi bersemu merah mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Jinyoung. Seketika ia merasa gugup saat Jinyoung berjalan mendekatinya. Daehwi bergeser—berusaha menjauhi Jinyoung namun laki-laki itu terlanjur menarik tubuh mungilnya ke dalam dekapannya.

“Hy―Hyung?” Daehwi nyaris kesulitan bernapas ketika tangan kekar Jinyoung melingkar di sekitar pinggangnya. Matanya membeliak saat dagu Jinyoung mendarat di bahu kanannya.

“Sebentar saja, Daehwi-ya,” Jinyoung berujar dengan nada seduktif. Posisi ini kembali mengingatkan Daehwi pada kejadian waktu itu—saat ia dan lelaki itu mengunjungi sebuah acara waktu lalu.

Ingin rasanya Daehwi melepaskan diri dari pelukan Jinyoung yang semakin erat. Tetapi entah mengapa dewi batinnya justru memilih untuk membiarkan Jinyoung memeluknya. Karena sejujurnya Daehwi pun merasa nyaman saat Jinyoung memberikan kehangatan melalui pelukan itu.

Jinyoung semakin melesakkan wajahnya di perpotongan leher Daehwi, membiarkan indra penciumannya menghirup aroma wangi buah yang menguar dari tubuh Daehwi. Sementara Daehwi, ia terlihat berusaha keras mengendalikan debaran jantungnya yang semakin tidak terkendali. Darahnya berdesir ketika Jinyoung mengecup lembut leher jenjangnya yang mulus. Daehwi mulai terbuai dengan cumbuan yang diberikan Jinyoung padanya.

Perlahan Jinyoung memiringkan wajahnya, agar bisa menatap langsung mata milik Daehwi yang telah memikatnya sejak pertemuan pertama mereka.

Daehwi tahu apa yang akan dilakukan Jinyoung ketika wajah lelaki itu semakin mendekat. Tetapi ia tidak punya tenaga untuk menghindar, karena pandangannya seolah terkunci pada tatapan teduh milik Jinyoung. Bahkan tanpa mendapat perintah dari otaknya, mata Daehwi secara refleks terpejam—bersamaan dengan gerakan cepat dari Jinyoung ketika mendaratkan ciumannya di bibir Daehwi.

Jinyoung sendiri tidak menduga jika Daehwi akan membalas ciumannya yang perlahan semakin menuntut. Terlebih saat kedua tangan Daehwi mulai melingkar di lehernya. Jinyoung bersorak gembira atas balasan yang diberikan Daehwi. Salah satu tangannya menahan tengkuk Daehwi—bermaksud memperdalam ciuman mereka, sementara tangan lainnya masih melingkar pada pinggang Daehwi.

Tak ada satu pun dari mereka yang mencoba untuk menghentikan ciuman. Kenyataannya, mereka sudah terbuai dengan sensasi gelenyar dari ciuman yang semakin memabukkan itu.

“Aku menyukaimu―tidak, aku mencintaimu, Daehwi-ya.” Ucap Jinyoung setelah melepas ciumannya.

Seketika hujan turun dengan derasnya seusai Jinyoung menyatakan kalimat itu. Entah kenapa bisa hujan turun di saat-saat seperti  ini. Padahal tadinya langit tidak menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan. Meskipun hujan turun dengan derasnya, tidak membuat kedua anak manusia ini berniat untuk berteduh. Mereka tetap bertahan di bawah guyuran hujan tersebut.

Daehwi tidak bisa lagi menahan derai air mata yang mulai turun dari matanya. Jinyoung mencium matanya yang basah. Lalu menatap Daehwi dengan penuh rasa sayang. Daehwi bisa melihatnya. Ia bisa melihat ketulusan dari sorot mata Jinyoung.

Daehwi tidak pernah berharap memiliki kekasih seperti Bae Jinyoung. Lelaki yang memiliki banyak kelebihan―kelebihan tampan, kelebihan materi, kelebihan pesona, dan berbagai kelebihan lain. Daehwi juga tidak menyangka Bae Jinyoung mampu meliriknya. Tapi Daehwi juga tidak bisa melewatkan 'kesempatan' yang ditujukan kepadanya saat Jinyoung menunjukkan ketertarikan untuknya. Daehwi tidak menampik bahwa dirinya menyukai Jinyoung. Well, siapa yang tidak terjebak oleh pesona Bae Jinyoung? Bahkan mungkin para ahjumma pun akan menerima ungkapan cinta dari lelaki  itu. Tetapi tentu saja Jinyoung tidak tertarik pada ahjumma kkkk ~

Sekilas Daehwi merasa sama seperti para pemuja Jinyoung di rumah sakit tempatnya bekerja. Ia akan berubah gugup, jantungnya berdetak cepat, dan wajahnya menghangat saat di tatap oleh mata setajam elang dan dingin milik Bae Jinyoung. Sedangkan Daehwi juga berbeda dari mereka, dimana ia bisa melihat Jinyoung sepuasnya ketika lelaki  itu pulang ke rumahnya dan mendapatkan perlakuan yang sedikit special.

“Aku tidak akan memaksamu untuk buru-buru menjawabnya.” Jinyoung menarik napas panjang. “Aku tahu, ini memang terlalu cepat dan―”

CUP!

Di luar dugaan, Daehwi mencium bibir Jinyoung dalam hitungan detik. Membuat laki-laki itu terperanjat dengan ekspresi kagetnya.

Daehwi tersenyum simpul melihat reaksi Jinyoung. “Aku juga mencintaimu, bodoh.”

Seketika emosi Jinyoung luruh. Ia tak dapat lagi menahan kebahagiaannya karena Daehwi baru saja membalas cintanya. Jinyoung langsung memeluk Daehwi dengan begitu erat.

“Kau berani mengataiku bodoh?”

“Hyung yang memulainya lebih dulu.” Daehwi mengeratkan pelukannya pada tubuh Jinyoung. “Kau menyakitiku dengan kata-katamu itu.”

“Tidak lagi, Daehwi-ya.” Tangan Jinyoung mengusap rambut Daehwi yang basah. “Aku tidak akan melakukannya lagi. Aku tidak akan menyakitimu lagi.”

Daehwi menjauhkan wajahnya dari dada bidang Jinyoung. Ia menatap laki-laki itu dengan penuh pengharapan. “Hyung janji?”

Jinyoung mengangguk, “Ya, aku berjanji. Mulai hari ini aku hanya akan membahagiakanmu.”

Setelah mengakhiri acara ‘menyatakan cinta’ mereka, Jinyoung dan Daehwi segera memutuskan untuk pulang ke rumah—terpaksa dalam kondisi basah kuyup. Namun keduanya sama sekali tak merasa dingin, karena tangan mereka saling bertaut menyalurkan kehangatan satu sama lain. Sama halnya dengan hati keduanya yang baru saja bersatu dalam ikatan cinta.

Tbc...

.
.
.
Ini beneran gaje.. Sesungguhnya aku tak berpengalaman bikin scene kayak gini 😂
Dan kayak nya aku selalu memulai chapter dengan Daehwi yang baru bangun tidur yak? Trus selalu mengulang kebiasaan jinyoung yg nyium kening daehwi diam-diam .. Hadeeehhh 😂😂
Aku sengaja memilih lagu Winter Child nya Suzy karena memang aku suka dan bulan lahir Daehwi juga pas musim salju gitu.. Jadi yahh gitu deh hehe

Btw aku ada bikin story baru lagi.. Kira-kira ada yang mau baca ga? 😅

Rencananya mau aku publish dalam waktu deket ini. Ga banyak sih paling 2-3 chapter. Menurut kalian aku publish nya dalam waktu deket ini atau selesein work ini dulu?
Oh iya, ntar storynya GS biar greget gapapa ya? hehehh

繼續閱讀

You'll Also Like

328K 35.2K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
58.4K 9.6K 14
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
1.2M 62.5K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
164K 8K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...