Pelangi Tengah Malam

By naiqueen

428K 59.6K 6.8K

Annamaraluna Tejakusuma tidak pernah ingin menjadi penerus Tejan Investama, namun perusahaan rokok keluarga y... More

1. Menjelang Ajal
2. Mimpi buruk
3. Pertemuan kembali
4. Saran
5. Sumber kebencian
6. Masa yang terlewati
7. Yang lebih baik
9. Si Cantik
10. Presumption
11. Between Camouflage and Allegation
12. Miliknya
13. Confession
14. Hati ke hati
15. Bangga
16. Menyambut badai
17. Ice Cream Monsters
18. Wanita Ular
Duuuuuh!!!
19. Gosip
20. Ingin menyerah
21. Rahasia
22. Sesederhana itu
23. The Deal
24. Kegemparan (1)
25. Kegemparan (2)
26. Confrontation
27. Past and Future

8. Serangan

13.3K 2K 94
By naiqueen


Asia Pasific Tobacco memulai serangan pertamanya terhadap Tejan Investama tepat dua hari setelah pertemuan antara El dan Luna.

Tidak secara langsung melainkan memakai tangan pihak ketiga.

Jika sebelumnya ekspor kretek Tejan ke pasar Amerika sudah terkendala aturan yang melarang penjualan flavored cigarettes-rokok yang mengandung aroma dan rasa, kali ini Singapura yang berniat mengikuti langkah Australia yang mewajibkan kemasan polos-plain packaging-untuk semua produk tembakau, berhasil membuat suplaier lokalnya melakukan penundaan pengiriman juga pengurangan pesanan secara mendadak sampai dikeluarkannya aturan hukum yang jelas tentang hal tersebut.

Akibatnya sejumlah peti kemas berisi milyaran batang kretek Tejan tertahan untuk sementara di pelabuhan, yang mana semakin lama penundaan pengiriman hanya akan mengakibatkan menurunnya citarasa kretek kualitas premium tersebut.

"Jadi ini hasil pertemuan kalian?" Marshel tidak dapat menahan senyumnya begitu berpapasan dengan Luna keesokan harinya, laki-laki itu mencegat Luna tepat di depan pintu ruang kerja gadis itu begitu melihat Luna muncul hendak menuju ruang rapat.

Hari itu Luna memang memanggil jajaran direksi dan manajerial Tejan untuk berkumpul membahas tentang cara mengatasi masalah plain packaging.

"Kelakuannya manis sekali, ya! Aku yakin dia tidak merencanakan ini secara tiba-tiba."

"Tidak ada yang dilakukannya tanpa perencanaan, dia masih belum berubah rupanya," Luna menghela nafas sejenak sebelum meneruskan langkah ke ruang meeting. "Tetap mempertahankan julukan The Merciless sebagai miliknya."

"Jadi ... sekarang bagaimana? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"Tidak ada."

Marshel sampai harus menghentikan langkah mendengar jawaban sepupunya, "Kamu yakin?"

"Jika El bersama APT dan Halatara berharap TIV akan bereaksi dengan semua tindakan mereka maka silahkan mereka beranggapan demikian."

Marshel langsung paham, jika 'tidak ada' versi Luna adalah kamuflase dari berbagai macam tindakan yang akan dilakukannya secara terselubung. Karenanya dia hanya bisa tersenyum saat menawarkan kalimat bantuan pada wanita yang melangkah dengan penuh keyakinan di sebelahnya.

"Kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk mengatakannya padaku, oke!"

Luna tersenyum tanpa menoleh, ada kesan dingin membayang di rupanya yang lembut juga elegan namun tidak mengurangi sedikitpun tangguhnya aura penguasa yang mampu membuat siapapun gentar. "Jangan khawatir, aku akan sangat membutuhkanmu untuk melakukan banyak hal Mars, kalau saatnya tiba, aku harap kamu jangan sampai menyesalinya."

Marshel merengkuh bahu Luna dengan kasih sayang murni seorang yang memperdulikan saudaranya. "Kamu boleh percaya aku untuk yang satu ini."

*****

Dua hari kemudian, di tengah malam buta Ciel Alfero tidak dapat menahan tawanya ketika berita tengah malam yang rutin dia tonton usai pulang kerja menayangkan rencana Menteri Perdagangan untuk menerapkan pembatasan impor tembakau untuk bahan baku rokok putih.

Pembatasan impor tembakau adalah bukti jika dibalik ketenangan sikapnya, sang penguasa TIV sukses melakukan lobi-lobi cantik pada pemerintah yang akan memberatkan industri rokok milik pemodal asing seperti Halatara Grup yang menjual produk rokok putih yang berbahan baku tembakau low nicotine yang nyaris 30% persediaannya bergantung pada impor.

Seakan tidak cukup sampai disana, satu minggu setelahnya isu baru yang mengatakan jika pada filter rokok terkandung darah babi tersebar luas dan membuat gelisah nyaris sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya konsumen rokok Indonesia yang sebagian besar adalah muslim.

Seakan ingin melengkapi serangannya, entah untuk alasan apa terdapat keterlambatan pengiriman pita cukai hingga mengakibatkan Halatara Grup untuk sementara melakukan pengurangan produksi pada pabrik-pabrik yang memproduksi sigaret kretek mesinnya.

Tiga serangan yang harus dihadapi secara serentak itu jelas membuat ketar-ketir siapapun yang bekerja untuk APT, kecuali Chief Executive mereka yang justru terlihat sumringah dan makin bersemangat dari waktu ke waktu meskipun harus menghadapi dewan komisaris yang mempertanyakan langkah sang CEO untuk mengantisipasi masalah yang bertubi-tubi menimpa mereka.

"Dengan semua isu ini, apa tidak akan menjadi resiko jika kita tetap meluncurkan produk baru kita?" Seana Rose Skylar, presiden komisaris Halatara Grup sekaligus tangan kanan bos besar APT untuk wilayah Asia mempertanyakan sikap ngotot El yang menolak melakukan penundaan peluncuran produk baru Halatara Mild ditengah-tengah isu yang mengguncang perusahaan rokok tersebut.

"Tidak ada penundaan apapun," sahut El datar, "senjata yang mereka gunakan tidak hanya ditujukan khusus untuk kita, kalau kamu ingat masih ada dua perusahaan rokok lainnya yang diakusisi oleh Japan Tobacco dan British Australian Tobacco ... kurasa mereka juga akan berdiri bersama kita untuk menolak pembatasan impor."

"Lalu bagaimana dengan isu filter darah babi?"

"C'mon ... itu lebih mirip gosip murahan yang nggak sengaja terucap dari orang yang tidak tahu apapun tentang teknologi filter ... sedikit bantuan sosial media isu itu akan tenggelam dan terasa nggak penting."

"Baiklah jika menurutmu begitu." Seana mengangguk sekilas. "Lalu isu yang menyatakan kalau sang pewaris TIV tampaknya benar-benar serius berusaha merebut hatimu? Apa pendapatmu, El?" Seana mengerling jahil.

El tertawa meremehkan, "Apa hubungannya itu dengan pekerjaanku?"

Seana tersenyum lebar penuh arti saat menatap sahabatnya. "Apa sedikitpun dirimu tidak terpengaruh? Menjadi bagian dari keluarga Tejakusuma ... bukankah itu penawaran yang tidak mudah untuk ditolak." Seana hanyalah satu dari sedikitnya sahabat yang paling mengenal El. Pertemanan yang dibangun sejak masa kuliah hingga sama-sama merintis karir di APT membuatnya banyak tahu tentang masa lalu lelaki itu.

"Bukan suatu yang sangat luar biasa," gumam El pelan. "Dan aku sudah menolaknya!"

"Wooaaah!!" Seana berdiri dari posisinya yang semula bersandar pada tepi meja kerja sahabatnya. Ekspresi tenangnya berubah oleh rasa antusias kala mendengar pengakuan El. "Kamu bisa melakukan itu? Ini aneh ... dia gadis itu bukan?"

Bahu El terlihat kaku mendengar tebakan sahabatnya. Bagaimanapun dia bisa mendengar dengan jelas saat Seana memberi penekanan pada kata 'gadis itu'.

Gadis itu. Gadis yang namanya selalu El padankan dengan segala jenis makian kasar setiap kali dia tak dapat lagi mengontrol diri untuk tidak memanggilnya ketika mabuk ataupun sakit.

Gadis yang bahkan tanpa kehadirannya sekalipun berhasil membuat El tak berdaya, terpaksa harus menerima kekalahan karena taruhan konyol dengan sahabat-sahabatnya sendiri karena rasa penasaran mereka terhadap 'gadis itu', satu-satunya yang tidak pernah berhasil dikorek informasinya dari mulut El.

Gadis itu. Satu-satunya. Anamaraluna.

"Bagaimana kamu tahu dia orangnya?" El menatap Seana penasaran, apa yang dibalas dengan seringai licik Seana.

"Mudah saja," sambar Seana. "Akhir-akhir ini aku merasa kamu tidak bersikap seperti kamu yang biasa, dan itu cukup untukku mulai merasa perlu untuk mencari tahu."

Sebagai pengontrol kebijakan eksekutif Seana tentu saja memiliki banyak mata-mata di perusahaan, dan dia cukup bingung dengan usaha El untuk meningkatkan slot jam tayang iklan rokok juga sejumlah dana fantastis dihabiskan hanya untuk membuat dua iklan berbeda untuk Halatara Mild. Semuanya dilakukan El bagai tanpa perhitungan sama sekali, semata hanya demi menjatuhkan iklan milik saingan mereka.

"Mungkin kamu bahkan nggak sadar kalau keinginan kamu untuk mengakuisisi TIV jelas terlihat lebih menyerupai obsesi ketimbang langkah bisnis yang logis," Seana menghela nafas panjang sejenak. "Aku, Noah dan Tygo melihatnya El ... dan kami semua bertanya-tanya ... apa yang membuatmu jadi seperti itu." Dan pergantian pemimpin di TIV menjelaskan segalanya, tambah Seana dalam hati.

Ketika nama itu disebutkan diruang rapat petinggi APT, disaat semua orang bertanya-tanya dan bahkan berusaha mencari tahu seperti apa sosok Anamaraluna Tejakusuma yang sebenarnya ... hanya ada satu orang yang tak peduli dan justru hanya berdiri diam menatap pemandangan malam ibukota dari pencakar milik Halatara.

"Analisis yang bagus," komentar El datar, terlihat sama sekali tidak terkesan dengan cerita sahabatnya itu.

Perempuan matang dalam balutan setelan kerja biru kelabu itu kemudian hanya hanya bisa menghela nafas panjang seraya menganggukkan kepalanya perlahan.

"Aku cuma berharap kamu tidak salah langkah," katanya datar, "kami semua tahu riwayat hubunganmu dengan The Princess seperti apa. Jangan lakukan hal-hal bodoh yang akan membawa dampak buruk bagi APT dan Halatara hanya karena cerita masa lalumu El."

El terkekeh mendengar kekhawatiran sahabatnya, "Tidak akan, jangan khawatir," janjinya memberi jaminan. "Aku tahu apa yang kamu dan yang lain pikirkan Sean, tapi percayalah ... aku tahu apa yang aku lakukan. Sedikitpun ini tidak akan jadi langkah besar yang dapat dipatahkan dengan mudah."

Dirinya tidak akan salah langkah, batin El dingin, karena dia tahu ...menghadapi Luna, salah melangkah sedikit saja bisa menghantarnya menuju pada satu hal yang lebih buruk dari kematian. Sama seperti belasan tahun yang lalu.

Sudah tiga hari El dibuat Luna tidak berkutik.

Luna benar-benar melaksanakan ancamannya dengan membuat ruang gerak El jadi terbatas. Kasak-kusuk yang beredar diantara para siswa sekolah mereka mulai mempertanyakan bentuk hubungan mereka yang di permukaan terlihat seperti umumnya calon pasangan yang sedang melakukan pendekatan.

Akan tetapi karena baik El maupun Luna adalah dua kepribadian paling tertutup tentu saja tidak ada yang berani mempertanyakan langsung pada keduanya. Kecuali Marshello Andika Halim yang harus puas mendapat jawaban hanya dalam bentuk senyuman datar di wajah Luna dan makian kesal El.

Hari itu El benar-benar merasa tak sanggup untuk ada di dekat Luna, karena bukan hanya menyita waktunya, Luna bahkan dengan sengaja membatasi gerak geriknya lewat bantuan Om Lukman, bodyguard pribadi yang merangkap sopir gadis itu.

Pada hari pertama, saat dirinya berusaha melarikan diri sepulang sekolah ... Om Lukman, atas perintah Luna, menghentikannya hingga membuat mereka terlibat adu fisik yang meninggalkan rasa sakit diseluruh tubuh El.

Dihari kedua, sepulang sekolah Luna membawa El menemui Mbak Mayang, manajer pribadinya untuk memastikan jika apapun kebutuhan El yang membuatnya salah jalan selama ini terpenuhi. Prioritas utama tentu saja sumbangan dalam jumlah cukup besar untuk anak-anak panti, setelahnya-yang membuat El berang bukan main-adalah membiayai keperluan pribadi El dengan memberinya uang saku yang disamarkan bentuknya dengan sebutan gaji sebagai asisten baru Om Lukman.

"Jadi ini tujuan kamu?" tuduh El setelah Mbak Mayang meninggalkan mereka hanya berdua diruang belajar pribadi Luna. "Kamu mau membeli aku?"

Seakan ada yang lucu dari kalimat itu, Luna hanya bisa tersenyum dengan sepasang lengan terlipat di depan dada saat balas menatap El. "Kamu merasa di beli?"

"Kalau bukan di beli jadi namanya apa!? Sumbangan? Aku dibayar untuk tidak melakukan apapun ... oh iya, lupa ... aku dibayar untuk menempel di dekatmu seperti lintah? Itu kan tujuan kamu."

Senyuman Luna berubah jadi tawa tanpa suara, tampaknya dia benar-benar menikmati kemarahan laki-laki itu tanpa benar-benar bisa ikut merasakan emosi yang menguar kuat dari diri El.

"Ayo," Luna berdiri mengabaikan El yang masih tegak kaku ditengah-tengah ruangan seraya melontarkan tatapan berapi-api padanya. Ajakan itu lebih mirip perintah untuk El.

"Kamu mau apa?"

"Memanfaatkanmu. Bukankah dari apa yang kamu katakan barusan kamu nggak mau dianggap hanya seperti lintah yang menempel padaku?"

"..."

Mereka berakhir di mall termewah di Jakarta, pada butik brand busana kasual pria asal Italia yang sengaja ditutup untuk umum selama Luna berbelanja.

El menatap sekelilingnya resah. "Mau apa kita di sini."

Luna yang duduk nyaman di sofa coklat dari kulit anak sapi muda sambil menikmati jus anggur dingin yang disediakan khusus oleh manajer butik menatap El dengan jenis tatapan penuh arti. "Kenapa masih harus bertanya lagi? Kamu tahu dengan pasti apa yang harus kamu lakukan, bukan?"

El menalan ludahnya dengan susah payah. Ini bukan kali pertama dirinya dibawa teman wanita ke butik pakaian. Beberapa perempuan yang menaruh hari padanya pernah beberapa kali memakai cara ini untuk membuatnya terkesan.

Bedanya para perempuan itu dengan Luna adalah dari cara mereka meminta El untuk mengikuti kemauan mereka.

Para pemujanya memohon, tetapi Luna memberinya perintah. Apa yang membuatnya merasa pikiran cerdasnya tak berguna dan dirinya memang tidak berharga.

"El," panggil Luna pelan. "Jangan banyak berpikir ... lakukan saja apa yang kamu anggap perlu."

El berbalik marah, "dan aku nggak butuh ini semua Princess ... bisa nggak kamu lepaskan aku dan lupakan apa yang sudah bikin kamu jadi sekejam ini ke aku!"

"Dan biarkan kamu melakukan kejahatan lagi?"

"Itu bukan urusanmu!"

"Masa depanmu jadi urusan orang yang sanggup membantu mengubahnya El."

El berdecih sinis. "Dan kamu pikir disini kamu heroine-nya?"

Luna memberi El senyum khasnya yang datar dan dingin, "kamu tahu pasti nggak ada orang lain lagi bukan!"

El menengadahkan kepalanya menatap kandelir kristal yang menghias langit-langit butik, sebelum kemudian dia berbalik dan berusaha mendapat bantuan dari pramuniaga untuk memilih pakaian yang tepat.

Mereka baru keluar dari butik menjelang maghrib, dengan banyak kantung belanjaan memenuhi tangan El, apa yang membuatnya tampak seperti pacar idaman yang tengah menemani kekasihnya berbelanja. Hanya saja semua kantung kertas itu berisi benda-benda miliknya yang dibelikan oleh Luna.

"Dua puluh juta," gumamnya pelan.

"Jangan merasa bersalah," satu suara berat menimpali gumaman El dari balik punggungnya. El mendengus mendengar suara bodyguard senior Luna itu. "Untuk orang sekelas Nona, itu hanya recehan."

"Dan aku terlihat seperti orang yang bisa menampung recehan bukan?"

Om Lukman tersenyum seraya menepuk bahu El, untuk sekelas bodyguard yang memiliki kemampuan setara pembunuh bayaran papan atas sikap dan penampilan lelaki itu jelas termasuk ramah.

"Apa kamu masih belum mampu melihat apa yang Nona sedang tunjukkan padamu?"

"Sudah!" sahut El dingin. "Kesombongannya."

"Nak, Nona sedang menunjukkan pengaruh kekuasaan dan cara untuk menggunakannya."

"Pada orang selevel gembel! Kurasa dia nggak cerdas-cerdas amat saat mencari lawan!"

Lelaki botak dengan codet memanjang di pipi kirinya itu tertawa renyah. "Kamu benar," ucapnya setelah mampu menguasai diri. "Kamu nggak lebih dari gembel."

"Nggak usah diperjelas, bisa nggak!" bentak El kasar.

"Kamu memang gembel," mengacuhkan El, Om Lukman tetap mengulangi hal itu. "Tapi Nona, dia tidak melihat siapa dirimu yang sekarang, melainkan ... masa depanmu."

"..." El terdiam, merasa sulit mencerna kata-kata pria disebelahnya.

"Nak, bisa kamu berjanji padaku?"
"Ckk!"

"Tolong jangan menentang Nona dengan cara-cara bodoh ... dibalik sikap arogan dan beraninya Nona Luna orang paling baik dan tulus yang pernah saya kenal, mungkin kamu nggak bisa menerima apa yang dia lakukan padamu saat ini ... tapi cobalah untuk mengikutinya tanpa banyak membantah, di masa depan kamu akan mengerti jika apa yang dilakukannya sekarang semata demi kebaikanmu dan kelak ... kamu bisa melihat tujuan dibalik semua ini."

El tidak pernah melupakan pesan pria paruh baya yang menjadi rekan kerjanya selama satu setengah tahun itu. Pria yang membantunya bertahan dan berdamai dengan kendali Luna yang kadang terasa bagai belenggu yang memasung jiwanya.

Pria yang membuatnya berpikir dengan cara yang serupa saat menatap pada sang puteri pewaris perusahaan rokok terbesar di Indonesia itu. Bahwa dibalik arogansi, juga kesan dingin dan kaku yang melekat pada imej Anamaraluna Tejakusuma ... terdapat keindahan jiwa yang berasal dari keteguhan sikapnya dalam mempertahankan apa yang menurutnya berharga.

Ya ... El hampir mempercayai itu semua.

Sebelum pada akhirnya Luna menghancurkan kepercayaan itu hanya dalam satu kedipan.

Luna tidak pernah datang untuk membela saat semua tuduhan keji itu menimpa dan menghancurkan kehidupannya.

Bahwa seorang Ciel Alfero yang bukan siapa-siapa selain remaja lelaki miskin penerima derma sang puteri tunggal keluarga Tejakusuma sanggup melakukan perbuatan rendah dan tak tahu terima kasih dengan meniduri Ibu tiri gadis itu.

Tbc

Haaaaah akhirnya bisa unggah lagi 😊😊.

Mulai masuk ke bagian serunya yak, mulai bisa dipahami kenapa El sampai bisa benci banget ke Luna. Dan kenapa juga Luna yg bukan Lucinta ini kok peduli banget sama El.

Luna ini Alpha female banget karakternya ... Di dunia nyata banyak perempuan begini yang selalu berusaha pegang kendali melebihi yang seharusnya ujung2nya salah langkah saat berumah tangga.

Cerita ini bukan stereotipe atau apa yah ... Cuma emang karakter Luna ini bahkan gak selembut Luna lain yang hasil rakitan dokter bedah kelamin 😂😂😂.

Yaaah ... Jadi cewek kan emang kudu seterong, kata siapa jadi Hero itu tugas protagonis cowok doang.

Maaf El tapi disiij kamu bukan salah satu hero-nya emak, Nak ... Setidaknya nggak untuk saat ini yah, ganteng!

Kudu sabar yaaah ... Kamu lagi jadi penjahatnya Nak.

Continue Reading

You'll Also Like

391K 37.7K 27
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
16.3M 592K 34
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
3.1M 172K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
937K 43.8K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...