H E R
M I S T A K E
H I S
R E G R E T
∽※∽※∽※∽
Dibiarkan tubuhnya diheret oleh lelaki psiko itu ke dalam rumah itu .
Meski seluruh tubuh merasai kesakitan , didiamkan sahaja demi rancangannya . Jelas , terasa belakang tubuh berpijar apabila lelaki itu membuang tubuhnya bersahaja ke lantai . Kepala terhantuk , menambahkan jaluran kesakitan yang merasuk seluruh tubuh . Telinga jadi peka pada sebarang bunyi disekelilingnya , serentak detak jantungnya menggila . Menampar -nampar pekungan dada.
Desah nafas terkejar-kejar , sedaya upaya cuba dinormalkan semula agar tidak memancing perhatian lelaki itu . Dalam diam , tangan dikepal erat menahan debaran didadanya .
Derapan langkah kasut lelaki itu jelas kedengaran , bergerak ke sudut kirinya disusuli bunyi dentingan aneh dan bunyi barang diselongkar .
Perlahan-lahan mata dicelikkan , memerhati tindak tanduk bekas doktor itu . Rasa loya anak tekaknya apabila melihat situasi sama seperti insiden 2 tahun lalu . Masih pisau pembedahan menjadi mainan kesukaan lelaki itu . Dalam sedar , ingatan lampau kembali menjengah diri . Menghadirkan ketakutan yang sama . Bukan perkara baru .
Dengan kudrat yang tersisa , tubuh dipaksakan berdiri . Mata menjeling tajam belakang tubuh lelaki itu bersama satu rasa dan semangat baru .
Senyuman Luke meleret , masih 'bermain' dengan pisau halus itu .
" baguslah kau dah stop berlakon " ujar Luke , menoleh sekilas pada Elise dengan senyuman sinisnya .
"—— memang niat aku kali ni untuk benarkan kau cuba pertahankan nyawa kau . So, sila gunakan peluang ini baik-baik ye ? " sinis provokan Luke , seraya menyimpan semula pisau itu dan mengeluarkan picagari yang sudah terisi dengan cecair berwarna unggu cair .
" this is a poison . Boleh kata macam ... racun bisa ular . " seringai lelaki itu , tertawa halus apabila melihat riak wajah Elise yang berubah sedikit pucat . Picagari itu diangkat separa wajahnya ,
" —— sekali sahaja racun ini masuk dalam salur darah manusia ... kau hanya ada masa 3 minit sahaja sebelum .... dum ! " ketawa Luke berpanjangan , seakan seorang psikopat .
Pisau lipat dalam poket disentuh dari luar jeans , merasai sekali lagi kewujudan satu-satunya senjata yang dia punya . Sama ada ia akan berguna atau hanya sia-sia . Ditelan sahaja segala ragu-ragu yang meruncing dalam diri . Mata bertentangan dengan lelaki itu . Meski sedar bekas doktor itu melakukan semua ini atas tiket dendam , namun masih tersisa rasa kasihannya buat lelaki itu . Dendam ... benar-benar racun yang paling merbahaya dalam diri manusia . Menghilangkan segala hati nurani sebagai seorang insan . Hanya kerana sebuah dendam .
Benarlah , dendam memakan diri .
Sama sepertinya , dendam membawa dia ke hari ini . Dendam buat keluarganya ... dendam pada orang-orang yang menyakitinya dimasa lalu . Dendam pada orang yang menyakiti insan yang paling dia sayang dalam dunia ini . Anaknya . Namun, dendam ini tidak akan mampu mengembalikan apa yang sudah hilang darinya , apa yang sudah dibawa pergi darinya . Tidak . Segalanya masih sama . Anaknya tidak bisa dihidupkan semula , kepahitan dan trauma masa remajanya tidak mampu diubati . Masih terkenang , tersimpan mati dalam benak memorinya . Tiada apa yang berubah dengan membalas dendam . Malah , kesakitan yang dirasai semakin berganda . Tidak langsung berkurang .
" kesakitan dalam hati you ... " perkataan Elise menarik minat Luke . Bertentang mata kedua mereka .
" —— akan hilang ke kalau you bunuh I ? Hilang ke rasa sakit ... rasa kosong dalam diri you dengan membalas dendam ? "
Renungan mata Luke berubah gelap dan datar , tiada senyuman lagi yang bertahta dibibir lelaki itu . Hanya kekosongan . Terkesan dengan perkataan Elise . " apa kau cuba lakukan ni hum Kimberlin ? Cuba nak ubah pendirian aku ? "
Elise melepaskan hela berat yang tanpa sedar ditahan sejak tadi , " yes , itu memang niat I . I nak tahu jawapan dari pendirian you sebab ... walaubagaimanapun , I pernah memilih laluan yang sama dengan you . Kebencian yang wujud dalam hati you ... pernah wujud dalam dada I "
Biasan kehibaan terbias dibirai mata Elise saat terkenang segalanya . Wajah Luke ditatap sekali lagi . " —— soalan I ... hati you rasa puas ke lepas buat semua ni ? Lepas balas dendam pada orang-orang yang menyakiti you sebelum ini ? Sebab pada I ... rasa sakit tu tak pernah hilang walau macammana teruk I hukum orang -orang itu . Malah , lagi sakit dada I . Sepertinya kesakitan itu merebak lebih liar selepas I balas dendam . Jadi , tolong jawab pertanyaan I .... berbaloi ke ... you balas dendam .. " lirih persoalan Elise , tersisa kehibaan dan kedukaan sendiri . Birai matanya menghangat .
Pegun . Perkataan itu yang selayaknya digambarkan berdasarkan riak wajah Luke . Lelaki itu terdiam , mungkin sahaja memikirkan sebaiknya butir perkataannya atau mungkin dia salah . Mungkin lelaki itu langsung tidak kisah , langsing tidak terkesan dengan sesi luahan rasa ini . Mungkin ini hanya taktik kotornya .
Lambat-lambat segaris senyuman terbit dibibir Luke . " aku terlupa pulak ... kau pun pernah lalui rasa yang sama . Aku akui , apa yang kau katakan itu betul . Aku hukum mereka seteruk mana sekali pun , masih tak mampu hidupkan abang aku yang mati . Tak mampu bebaskan adik aku yang dipenjarakan . " decitan sinisnya menyusul , keningdijungkit sebagai memprovok wanita dihadapannya .
" —— tapi aku rasa puas hati bila nampak orang -orang itu merintih rayu pada aku . Minta belas kasihan aku . Mengharapkan kemaafan aku . Merayu-rayu ... itu jawapan aku . Sebab aku bukan kau Kimberlin . AKu tak lemah ... macam kau " selaran Luke membuatkan Elise tergamam .
" then , you patut hukum orang yang selayaknya dihukum . I tak ada kena mengena dengan hidup you Luke . Why ? Kenapa you nak hukum I atas kesalahan yang I langsung tak buat ? Salah apa I pada you dan keluarga you ! "
Sedar-sedar sahaja , lelaki itu sudah berada dihadapan wajahnya . Serentak , rahangnya dicengkam kuat oleh Luke . Dipaksa mendongak , merenung tepat ke wajah lelaki itu .
" letakkan kesalahan itu pada Demerez . Sebab kau adalah satu-satunya kelemahan terbesar dia . Kau kekasih dia . Kesakitan kehilangan kau akan lebih layak buat lelaki tu atas apa yang dia dah buat . Lagipun, kau bukan sahaja dapatkan kasih dia malah , Judah juga . Kau ... adalah kelemahan mereka berdua . Tak akan semudahnya aku lepaskan peluang emas ini kan ? Hanya dengan kau seorang , aku mampu hukum dua sekali gus . Kau ... senjata terbaik aku Kimberlin "
Elise menahan air mata yang ingin lolos dari birai matanya . Bibir yang bergetaran diketap lemah . " then , forgive me " ujarnya lantas menikam dada Luke tepat dibahagian jantung dengan pisaunya . Sepasang mata bekas doktor itu sedikit terbuntang namun perlahan-lahan senyuman kecil terbit dibibirnya . Menyentak Elise yang masih menggenggam erat senjatanya .
Tanpa amaran , tubuhnya didakap oleh Luke . Merapatkan tubuh mereka dalam kata lain , menambahkan tekanan pisau yang menikam dada lelaki itu . Elise terkesima . Jelas kaget dengan tindakan lelaki itu .
" thanks ... s-sebab ... ta-tam-tamatkan ... pe-penderi-ritaan ah-aku ... " serak dan lirih perkataan Luke , masih mendakap tubuhnya . Seketika , Elise merasakan bahunya basah . Basah dengan air mata lelaki ini . Esakan lemah Luke kedengaran halus menampar gegendang telinganya sebelum tubuh lelaki itu melorot jatuh ke lantai . Sempat dipaut tubuh bekas doktor itu .
Wajah Luke ditatap dengan rasa yang lain . Kehibaan jelas menyelubungi jiwa Elise . Dipapah kepala lelaki itu dalam rangkulan lengannya . Mata sempat melirik pisau yang tertanam jauh ke dalam dada lelaki itu . Darah mengotori bahagian dadanya .
" w-why ? "
Segaris senyuman meniti dibibir lelaki itu . " b-bet-tul ca-cakap kh-kau . Ke-sakitan tu ... t-tak pernah h-hilang . A-aku t-tak pernah ... r-rasa g-gembira ... m-makin t-ter-seksa "
" tapi kalau you beritahu I awal-awal. Kita boleh .. boleh elak ! You tak perlu —— "
" ini ... y-yang a-aku nak . Aku d-dah letih . A-aku nak reh-rehat . Aku dah tak be-berdaya "
" macam mana dengan adik you nanti bila dia dah bebas huh ? Apa perasaan dia kalau dia tahu .. you fikir tak perasaan dia nanti macam mana huh ! I— I call ambulans ! "
Lengan Elise ditahan , menghalang wanita itu dari bergerak . Luke menggeleng , sebelum memejamkan matanya sesaat dua . " racun tu dah merebak dalam badan aku . Dah tak guna "
Ra-racun ?
Terbuntang luas sepasang mata Elise lantas dia bangun , membaringkan tubuh Luke dilantai . Bergegas dia ke arah sudut ruangan itu . Meja yang dipenuhi dengan pelbagai barang pribadi milik Luke dipandang sebelum anak matanya memaku pada picagari itu . Picagari yang baru ditunjukkan oleh Luke . Yang berbeza hanya , jumlah isipadu cecair 'racun' dalam picagari itu . Hanya .. tinggal sisa . Sisa !
" so , kau b-boleh t-tidur lena . S-sebab b-bukan kau ya-yang b-bunuh aku . A-aku sen-sendiri "
Lemah kaki Elise . Kedua lututnya goyah . Terduduk dirinya dilantai simen itu . Lelah . Lelah dengan segala yang berlaku . Tiada apa yang mampu dia lakukan . Hanya mampu pegun . Sehinggalah , dia terdengar hela berat dan tersekat-sekat dari lelaki itu . Air matanya merembes keluar bersama esakan halusnya . Pantas , dia memaksa diri menghampiri doktor itu . Melutut dirinya disisi Luke , mengenggem erat tangan lelaki itu . Menghantar kehangatan buat terakhir kalinya .
" ja-jangan u-ulangi ... ke-kesi-lapan ah aku , hum ? "
Elise hanya menangis , esakan yang halus berubah sendu dan erangan hiba . Tersisa derita nada nadanya .
" ja-jangan putus asa ... dalam me-mencari ke-kebaha-hagian kh- kau , don't s-stop t-trying ! "
Sunyi sepi . Hanya kedinginan tangan Luke dalam genggam tangan hangatnya yang tertinggal . Tiada lagi hela nafas selain dirinya . Kaku . Kosong jiwa Elise tika ini sebelum kedengaran derapan langkah yang berlari ke arah mereka .
" Elise "
Tangisan dan air mata yang masih tersisa diwajah , esakan dan sendu yang masih dilagukan dibibir . Elise menoleh , membalas tatapan sepasang mata milik Demerez Black .
Kelopak mata dipejam seraya nafas panjang dihela lemah . Serentak , segala bayangan silam , setiap insiden yang pernah berlaku padanya kembali terlayar dibenak memori . Seakan satu tayangan di layar perak . Sehinggalah , terasa kehangatan menyelubungi tangannya . Mata pantas dicelik , menoleh ke sisinya .
Wajah Demerez memenuhi pandangan matanya . Sepasang mata lelaki itu yang setia merenungnya , redup memerhatikan diri ini . Tiada bicara menjadi penghubung jiwa mereka , hanya dengan renungan mata penuh kasih itu mampu menghantar seribu satu kedamaian dalam diri masing-masing . Pantas , Elise menarik tubuh Demerez . Memeluk erat tubuh sang kekasih . Ingin merasai kehangatan itu sekali lagi . Inginkan perasaan dimana tubuhnya diselimuti kehangatan yang begitu mendamaikan .
Belakang tubuh Elise , Demerez usap lembut . Memberi kehangatan yang dicara oleh wanita kesayangannya .
Sebelah lagi tangannya naik mengelus rambut Elise .
" its okey sayang . I'm here and I love you " bisik lelaki itu , halus dan lembut mengelus gegendang telinga Elise .
There is no room for 'its too late ' , no because every ending is a new beginning . Its based on our mindset , how do we accept every single things happened in our life . Happiness is not when we have everythings we desire , but we cherish what we could have .
That's what happiness means for me.
-eunnie00-
Tangan mengusap lembut batuan seramik pusara isterinya .
Senyuman meniti dibibir Marcuez , melirik nama isterinya yang terpahat diseramik itu . Air mata kegembiraan menitis ke pipi , diseka halus . Jambangan bunga yang diikat hanya dengan reben putih itu dileraikan . Tangkai bunga ros putih itu diletakkan satu persatu diatas pusara isterinya yang terkorban dalam dendam manusia . Rasa tidak puas hati manusia . Isterinya merupakan seorang pendakwa raya , yang terlibat dalam kes pendakwaan ke atas ... kesalahan adik perempuan Luke yang kini sedang menjalani hukuman penjara . Mungkin benar , isterinya salah dalam memihak pada pihak pendakwa kes ini dan mungkin adik perempuan doktor itu dianiaya , dan tidak bersalah . Namun begitu , isterinya hanya melakukan tugasnya sedaya yang termampu dengan bukti- bukti yang wujud . Tiada manusia yang sempurna dan tidak pernah melakukan kesilapan . Mungkin benar , isterinya tersalah langkah tika itu . Masih , tidak menjadi tiket yang membenarkan Luke menghukum isterinya dengan kematian . Masih ... masih ada undang-undang untuk menyelesaikan masalah antara mereka . Itu sebabnya diwujudkan sebuah perundangan .
Namun, dia lupa . Undang-undang tidak mampu menghalang mahupun menandingi kekuatan sebuah emosi dan perasaan manusia untuk mencapai segala kemahuannya .
Kerana , dirinya sendiri mempergunakan status dan undang-undang bagi melunaskan dendamnya pada lelaki itu . Dia membenarkan emosi merasuk dirinya daripada berfikir sewarasnya . Dia lolos dan tunduk pada emosi . Membiarkan diri tenggelam ,lemas dalam dendam sendiri .
" Tuan Marcuez "
Lambat-lambat Marcuez menoleh . Bertentang mata dengan beberapa pegawai polis sejawatannya sebelum ini . Ketegasan yang jelas terpancar diraut wajah sahabatnya itu membuatkan senyuman Marcuez hambar . Lantas , lelaki itu melirik buat kali terakhir pada pusara kekasih hatinya . Menitipkan ungkapan cinta dan rindunya buat sang isteri dalam hati sebelum dia berdiri . Kedua tangan disatukan seraya disua pada pegawai polis itu . Tangannya pantas digari .
Mahkamah telah memutuskan bahawa yang tertuduh Ins. Marcuez bersalah atas kesalahan membunuh mati Cik Derin Velerina pada tarikh dan waktu yang tertulis . Persetujuan sudah dimeterai dan mahkamah memutuskan yang tertuduh dihukum gantung sampai mati .
Akhirnya , dia bisa kembali bersatu dengan sang kekasih hati . Senyuman isterinya memenuhi ruang fikiran Marcuez . Menghadirkan ketenangan dalam jiwanya .
Pada masa yang sama , pintu penjaranya dikuak dari luar . Lantas namanya diseru warden wanita itu .
Puan Carla menghampiri warden itu , masih kebingungan . Sehinggalah warden itu menyampaikan berita yang sudah lama dia tunggu meski kadang kala dia hanya berputus asa .
" Puan Carla, tahanan 7892 , anda dibebaskan mulai hari ini "
Hangat ciuman lelaki itu pada bibirnya . Dahi saling bersentuhan , membuatkan Elise membuka matanya . Merenung tepat ke wajah belahan jiwanya . Nafas hangat menampar wajah masing-masing .
Kebisuan jadi penyatu dua hati mereka . Tangan Demerez naik mengelus halus sisi wajah Elise , senyuman tidak lekang dari kedua-dua wajah mereka . Kegembiraan jelas terbias dibirai mata . Juga , senyuman dibibir sama berkongsi rasa . Tiada lagi beban didada , tiada lagi kekosongan dalam hati mereka . Kini, kekosongan itu sudah terisi . Terisi dengan cinta dan kasih suci .
Sekali lagi , bibir mereka bertaut . Lembut . Menghantar jaluran rasa hangat ke jiwa masing-masing . Sebelah tangan Demerez memaut tangan Elise .
" let's get married "
◆∽※∽※∽※∽※∽※∽※∽※∽◆
THE END
NEXT || RANDOM
Content:
※EPILOGUE
※EUN's JOURNAL [ coretan sya sendiri sepanjang journey menulis HER MISTAKE HIS REGRET from s1 hingga ending s2 ]
Plus : Saya harap this part bring a smile on your face ❤