H E R
M I S T A K E
H I S
R E G R E T
∽※∽※∽※∽
Muka depan majalah yang terpampang wajahnya dan 'tunangnya' itu dilirik sekilas .
Serentak, keluhan dilepas pendek . Wajah berkerut , bibir diketap separa kuat saat perbualannya dengan 'tunang' itu kembali terlayar dibenak fikirannya . Mengenangkan bertapa angkuh lelaki itu berbicara , mengarah-ngarah akan dirinya .
" tak sangka kan ... last-last awak tetap dengan saya dan bukan ... penjenayah tu " senyuman sinis meleret dibibir Marcuez . Dibalas jelingan maut darinya .
Purse digenggam erat dalam pada langkah diatur ke arah pintu keluar hotel bertaraf 5 bintang itu . Juga , salah satu idea lelaki itu bagi meyakinkan para media mengenai status hubungan mereka dengan mengadakan makan malam di restaurat hotel itu . Mata jelas menangkap beberapa orang media yang mengambil gambar mereka dari kawasan luar hotel itu .
Saat lengannya dirangkul , pantas langkah dimatikan dalam keterpaksaan . Dipandang ke sisinya , bertentang mata dengan pegawai itu .
" apa lagi yang you nak huh ? I dah ikut semuanya ... dan sekarang .. yang I tahu , I nak balik rumah " tegasnya lantas merapatkan sedikit jurang antara mereka . Tajam anak mata merenung setiap inci wajah lelaki itu malah senyuman yang bertahta megah itu ingin sekali dirobek pergi .
" —— dengar sini Marcuez . I tak bersuara tak bermakna you boleh pergunakan I . I'm not your puppet . So you better , jaga sikit batas you huh ? "
Baru sahaja kaki ingin menyambung langkah , sekali lagi dia dihalang . Namun bukan halangan daripada pegawai itu tetapi para media yang lolos dari halangan sekuriti hotel .
Kurang beberapa saat , wajahnya kini disua dengan perakam suara serta telefon . Malah , lensa kamera juga seakan mahu dihunus ke wajahnya .
Tidak kurang dari itu , dia dihujani dengan pelbagai persoalan dari media merangkumi segala aspek tidak kira kes yang melibatkan Elijah dan ibunya mahupun hal mengenai pertunangan mereka .
Sedaya upaya Elise menolak perakam suara dan telefon milik para wartawan itu dari wajahnya . Sesak keadaan tika itu memandangkan pihak sekuriti kekurangan kakitangan bagi mengusir para wartawan .
Sehinggalah satu persoalan dari salah seorang wartawan itu menyentak sanubari Elise . Kaku .
" macam mana pula dengan desas desus percintaan cik Kimberlin dengan Encik Black ? "
' bukan desas desus namun kenyataan ! Kebenaran ! ' itu yang ingin dilontarkan olehnya namun bibir hanya mampu membisu sedang hati berkata-kata . Lelah , itu yang dialami oleh Elise . Letih dengan segalanya , letih kerana terpaksa mematikan kata-kata , membisukan suara , menelan segala pahit kebenaran dan memaksa diri hidup dalam kebohongan . Kebohongan yang diciptakannya sendiri .
' bila agaknya semua ini bakal berakhir ... bila waktunya ... segala kebisuan ini akan diakhiri ? '
Disoal diri sendiri , meski sedar ... hati sudah punya jawapan pasti .
" dia tiada kena mengena dengan tunang saya . " bidas Marcuez , memancing perhatian media yang kini mulai mencuba nasib dengan menyoal soalan sama pada lelaki itu pula . Disambut senyuman lebar Marcuez yang sedia menjawab apa-apa sahaja pertanyaan para media itu .
" —— seperti yang saya cakap tadi . Apa-apa yang mungkin pernah berlaku antara tunang saya dengan Encik Black ... itu semua dah lepas . Yang utama adalah dia dengan saya ... sebagai tunang saya . Dalam kata lain ... dia pilih saya " penegasan yang sengaja ditekankan pada ayat terakhir itu membuatkan Elise dilanda amarah . Sedar akan tenungan mata daripada wanita itu , pantas dengan bersahaja Marcuez menoleh dengan senyuman 'manis' dibibir .
" boleh dikatakan ... tunang saya ni ... lebih sukakan saya dari Black . Kalau tak , mana mungkin dia pilih saya sebagai tunang dia bukan ? " seloroh Marcuez disambut anggukan oleh beberapa wartawan itu .
Pantas Elise mengenggam kuat lengan lelaki itu , membiarkan kukunya menikam isi kulit Marcuez .
" uh , right ... Saya rasa ... cukuplah untuk malam ni . Tunang saya pun ... dah penat dan letih . We need our own time for now ... so ? "
" I'm sorry ye baby ... kita balik hum " ujar Marcuez sengaja sebelum melabuhkan ciuman dipipi Elise buat tontonan para wartawan itu .
Aksi itu lantas disambut dengan cahaya lensa kamera tepat menyuluh wajah mereka , merakam penuh detik itu buat periuk nasi mereka .
Kulit majalah itu dironyokkan , sebelum dilempar jauh disudut ruang bilik tidurnya . Naik turun nafasnya menggila , diamuk rasa tidak senang . Tidak lama , birai matanya menghangat sebelum laju langkah dibawa ke bilik air . Kabinet kaca diselongkar , mengeluarkan sebotol ubat dari dalam ruangan kecil itu .
Terperangkap ... itu yang bermain difikirannya . Itu jugalah alasannya untuk mengulangi perbuatan ini . Ketagihan ini . Terdesak , terlalu terdesak untuk keluar dari kemelut kebinasaan ini . Kelopak mata dipejam rapat , sambil tangan menadah beberapa biji pil tidur . Digenggam , dilepas . Genggam , lepas .
'Salah, ini semua salah ! ' teriakan kewarasan akal yang sering kali menegah meski ... tidak pula memberikan jalan keluar yang lain .
Emosi yang terlalu dalam , melukai diri juga hati hingga kewarasan akal bukan lagi diutamakan .
' lemah !! ' tak perlu dipertikaikan lagi , dia sendiri mengakuinya . Dia akui ... dia lemah . Mana pergi kekuatanmya , dimana hilang ? Pergi bersama jasad serta roh Aireen ? Atau pergi disaat dia melepaskan lelaki itu ...
Ketakutan . Itu yang dia alami tika ini . Ketakutan dimana suaranya tidak berhak diperdengarkan , dibisukan . Dia harus diam ... tunduk pada orang lain . Atas alasan apa ? Demi siapa kebisuan ini ? Demi dirinya ... atau demi Demerez ?
Bingung ! Apakah dia sudah lakukan kesilapan ? Kesilapan kerana melepaskan Demerez ? Membiarkan satu-satunya manusia yang bisa membuatkan dia bahagia pergi . Terlepas . ' Apa yang sudah dia lakukan ? Jalan apa yang sudah dia pilih ? Mengapa laluan ini ? '
Air mata mengalir , hangat menyapu halus wajah yang kedinginan . Perlahan-lahan , mata jatuh pada pil-pil dalam genggamannya . Kekosongan menerajui tahta jiwa dan nalurinya . Mengalahkan kewarasan akal yang cuba bertahan meski kudratnya makin goyah . Tidak kuat melawan arus ledakan emosi ... atau hanya ...mungkin hanya lelah . Putus asa .
Wajah-wajah ibu bapanya , adik ... yang pernah dipanggil keluarga menghiasi biasan matanya . Memori silam bagai air yang mengalir , terimbau tanpa halangan mahupun sekatan . Manis ... pahit ..tragik ...segalanya menjadi satu . Satu memori .
Perasaan itu , bersatu ... bergabung menjadi satu racun dalam dirinya sejak sekian lama . Racun yang merosakkan hampir keseluruhan fungsi tubuh . Racun yang memakan diri .
Racun dinamakan ...
.... tekanan .
Depression
Segaris senyuman sinis meniti dibibir Luke . Mata mengecil , merenung skrin laptopnya yang jelas memaparkan rakaman disudut bilik air itu . Melihat sendiri bertapa 'rosak' diri wanita itu . Dicitan sinis menjadi alunan muziknya apabila video itu menunjukkan Elise menelan apa sahaja yang digenggam dalam tangannya .
Bersahaja , Luke menoleh ke sisi laptopnya . Dipandang sinis botol ubat diatas mejanya itu . Megah tersenyum , sebelum dialihkan semula pandangannya ke arah skrin laptopnya . Lebih spesifik , matanya tajam melirik botol ubat yang serupa tetapi berbeza yang berada dalam rakaman itu . Yang jelas diposisikan di atas sinki itu .
" —— nampaknya kau tak sabar-sabar nak jumpa aku ... Kimberlin "
Tawanya meledak halus , bergema dalam ruangan bilik itu .
Langsir balkoni beralun ditiup angin dari arah luar . Sekujur tubuh bersandar dibirai kaca penghadang balkoni itu , meliarkan matanya ke arah panorama malam . Renungan mata redup , sarat dengan emosi .
Demerez memejamkan kedua -dua kelopak mata , sambil menghela nafas panjang . Apalagi yang hendak diutarakan , apalagi yang mahu dibahaskan ... perasaan yang menginap dalam dada tidak lagi menjadi ragu-ragu . Perasaan ini adalah realiti . Sememangnya mudah untuk dituturkan , namun sebarang perbuatan mahupun langkah yang dia pilih pasti ada akibatnya . Kesan sampingan . Begitu juga dalam hal ini , hal yang melibatkan hubungan antara dia dan Elise . Perbuatan lampaunya menyebabkan orang lain yang terpaksa menanggung akibat. Terpaksa dilepaskan hubungan yang pernah wujud ... hadir dalam hidupnya demi keselamatan diri masing-masing , lebih tepat ... keselamatan wanita itu .
Mata bertentang dengan pegawai polis itu , meski wujud rasa tidak senang dalam dirinya dengan kehadiran lelaki ini namun ... apakan daya ... tidak semua perkara dia boleh uruskan ..masih memerlukan bantuan orang lain .
" —— jadi kau nak aku jauhkan diri dari Elise ? Why ? Bukan lebih baik kalau aku bersama dengan dia ? Sama-sama limdungi dia ? "
Pegawai itu menggeleng , " no . Kita perlu buat supaya Luke fikir kau dengan dia betul-betul dah tak ada apa-apa hubungan . Supaya dia fikir , dia bebas untuk hampiri Elise tanpa pengawasan kau . "
" no . Aku tak setuju . Macam mana kalau Elise diapa-apakan ? Luke hampir berjaya untuk cederakan Elise sebelum ni ... aku tak akan benarkan dia ada peluang macam tu lagi ! Bukan kali ini ! "
" nak atau tak nak , kau kena juga ikut plan aku . Aku dah lama buru Luke , dan aku tak akan lepaskan peluang ni hanya sebab percintaan korang "
Kolar baju pegawai itu dicengkam kuat , menghenyak tubuh Marcuez ke dinding batu . Jelas , pandangan mata Demerez berubah tajam . Seluruh otot wajah menegang . " —— kalau kau fikir untuk korbankan perempuan aku ... "
" no ! Aku tak akan buat macam tu okey ? " tepis Marcuez menolak kasar tubuh Demerez , lantas kolar bajunya diperbetulkan . Dengusan meniti dibibir .
" kau boleh percayakan aku Black . Aku tak akan biar Luke sentuh Elise . Aku akan jaga dia baik-baik ." Tegas MArcuez , melirik sekilas wajah Demerez .
" —— kau boleh 'lepaskan' dia pada aku dengan senang hati " sambung pegawai itu lagi namun dibalas kebisuan .
Demerez mengepal kuat penumbuknya . Rahang bergeseran dengan otot wajahnya . Desah nafas memberat . Ledakan emosi yang bersaing dengan kewarasan akal fikiran . Masing-masing ingin menakluki tubuh dan fikiran . Dua cabang yang tidak ingin berdamai , mahukan kuasa bagi memonopoli diri .
Penghadang balkoni itu ditepuk sedikit kuat , menghantar jaluran rasa tak puas hatinya . Bibir diketap kuat .
" kau ingat aku bodoh Marcuez "
Bahagian bonet kereta dibuka , sebelum dirinya membawa langkah semula ke arah laluan lif yang sedikit lengang itu . Sunyi sepi suasana di ruangan parking itu . Tubuh Elise yang dibaringkan di lantai dipandang kosong sebelum beralih semula ke sekitar ruang itu . Mata meliar mencari sebarang kelibat manusia . Bibir tersenyum seringai lantas tubuh Elise diheret ke arah keretanya yang sedia terparkir dihadapan pintu ruangan lif-lif itu .
Tubuh Elise dimasukkan ke dalam bonet , sekali lagi meluangkan sedikit waktu untuk memuja hasil tangannya . Darah kering memenuhi sisi wajah Elise , menodai kesempurnaan wajah mulus itu .
Kepala kemudiannya senget , melirik ke arah cctv yang terpasang kemas di sudut dinding aras itu . Pantas diperkemaskan hoodie dikepalanya bersama senyuman meleret . Bonet kemudiannya ditutup sebelum dia menapak ke arah bahagian pemandu .
Lantas , Elise membuka perlahan-lahan kelopak matanya . Pandangan sedikit terbatas dek kegelapan ruang bonet itu . Sisi kepalanya jelas perih dan ngilu . Kebas . Pandangannya berbalam-balam .Desah nafasnya terbeban , sedikit terkejar-kejar cuba mengejar udara yang agak minima dalam ruangan bonet itu .
Lambat-lambat tangannya menyeluk poket seluarnya . Pisau lipat yang jelas tersisip kemas itu akan menjadi titik noktah segalanya . Sama ada , bakal tertikam ke dada pemangsanya atau dirinya sendiri .
Manik-manik peluh melata didahi , bersama detak jantung yang menggila . Sekali lagi ketakutan menjengah diri . Ditelan , dibisukan . Buat kali terakhir . Ini ... yang terakhir kalinya .
Serentak , pada masa yang sama Marcuez tersenyum kecil melihat rakaman cctv di ruangan parking itu bersama anak buahnya . Akhirnya , hari yang dinanti-nantikannya tiba juga meski ...
... meski dia perlukan mengorbankan wanita itu .
Dia sudah tekad . Segalanya sanggup dilakukan demi pemburuan ini ...
Demi ....
Kematian isterinya .
∽※∽※∽※∽
|TBC|
VOTE || COMMENT
Next update | Sunday or random
#ROADtoTheEnd
😏😏😏
Terkejut ?