THE THREE CHAPTER - SEHUN (CO...

By sehunssbarbie

3.8K 272 11

PRIVAT CHAPTER! Kisah rumah tangga Sehun dan Seori, yang terbagi dalam tiga chapter. More

Cast
2nd Chapter
3rd Chapter

1st Chapter

976 81 2
By sehunssbarbie

Ia membenciku....



"Bibi, apa Sehun sudah bangun ?" Seori yang sedang membuat sarapan bertanya pada Bibi Im yang baru saja selesai membersihkan lantai ruang atas.

"Tuan Sehun sudah bangun nona. Mungkin sebentar lagi akan turun"

Seori kembali melanjutkan membuat sarapan untuk Sehun yang sebentar lagi akan selesai.

Sehun baru saja menuruni tangga dengan setelan jas yang rapi. Pria itu bersiap untuk pergi kekantor.

"Sehun, ayo kita sarapan dulu" Seori berusaha menahan Sehun yang hampir saja melaluinya.

Seperti biasa, sikap manis Seori dibalas tatapan datar dari Sehun.

"Aku sarapan dikantor"

Ngilu rasanya dihati Seori mendapat tanggapan seperti itu.

Sehun memang pria yang kerap bersikap dingin, tapi tak ada salahnya Seori berharap suatu saat Sehun akan bersikap hangat padanya.

Bagaimanapun juga, Seori adalah istrinya.

"Aku bawakan bekal ya ?"

"Tidak usah!" suara Sehun meninggi bagaikan sebuah bentakan bagi Seori.

"Aku tidak suka kau mengaturku. Jadi mulai hari ini berhenti membuatkanku sarapan"

Rasanya Seori ingin menangis namun ia berusaha tetap tersenyum karena ia tidak enak dengan bibi Im yang menyaksikan drama menyedihkan tersebut.

"Baiklah" setelah mendapatkan jawaban Seori, Sehun langsung pergi meninggalkannya tanpa embel-embel manis, misalkan sebuah kecupan sebelum pergi untuk si istri.

Jangankan sebuah kecupan, menggenggam tangan Seori saja Sehun sangat enggan. Bahkan pernikahan yang sudah berjalan lewat dari sebulan itu sangat tidak harmonis. Sehun bahkan belum pernah dan bertekad tidak akan pernah menjamah tubuh wanita itu.

Kadang Seori berpikir, apa semenjijikan itukah dirinya ? Seori sangat ingat bagaimana Sehun menatapnya jijik ketika dihari pernikahan mereka. Saat itu pendeta menyuruh mereka untuk berciuman, namun yang Seori dapat adalah sebuah tatapan yang penuh arti hina.

"Nona tidak apa-apa ?" bibi Im berusaha memastikan Seori yang baru saja diperlakukan kasar oleh suaminya sendiri.

"Aku tidak apa-apa bi. Nanti tolong panggilkan paman Im. Kita sarapan bersama saja"

Bibi Im sangat kagum akan ketegaran Seori. Ia tau bagaimana sebenarnya perasaan Seori, namun wanita cantik itu menutupinya dengan sangat rapi.

Ponsel Seori berdering dan tertera nama Jaewon disana. Adik iparnya itu berbanding terbalik dengan sifat Sehun. Mungkin karena mereka saudara tiri.

"Halo kakak ipar. Pulang kuliah aku akan mampir kesitu. Bolehkan ?"

"Aish Sudah berapa kali aku bilang jangan panggil aku kakak ipar. Kita seumuran tapi kau membuatku terlihat lebih tua. Kemarilah"

"Buatkan aku masakan yang enak, Seori yang cantik"

"Huh dasar tukang lapar"

⚫⚫⚫

Jaewon tak henti-hentinya memperhatikan wajah Seori. Sebenarnya ia kagum akan semua yang ada pada Seori. Jaewon bahkan berharap bisa merebut Seori dari Sehun.

Namun Jaewon segera membuang jauh-jauh niat jahatnya tersebut. Ia hanya terlambat untuk memiliki Seori. Andaikan ia lebih dulu mengenal Seori mungkin ia bisa melihat raut bahagia diwajah wanita itu hidup bersamanya.

"Berhenti melihatku. Nanti kau bisa jatuh cinta" Jaewon terkekeh mendengar ucapan Seori. Ternyata wanita itu sadar sedari tadi jika ia diperhatikan.

"Aku memang sudah jatuh cinta padamu" Jaewon membatin.

"Ini ka makanan kesukaan Sehun. Apa Sehun ikut makan siang dengan kita ?" Seori tersenyum getir mendengar pertanyaan Jaewon.

"Entahlah. Aku terbiasa membuat makanan kesukaannya setiap hari. Sayangnya ia tidak pernah mencicipinya" jelas Seori yang membuat Jaewon memendam kesal dalam hati.

"Seori, kau bisa berbagi cerita denganku. Jangan sungkan" Jaewon menyentuh telapak tangan Seori.

"Aku baik-baik saja, Jaewon. Tolong jangan khawatir padaku"

⚫⚫⚫

Seori baru saja selesai mandi dan mengeringkan rambutnya. Waktu sudah menunjukan 10 malam. Tubuhnya terasa gerah makanya ia mandi diwaktu yang semakin larut.

Tiba-tiba saja hujan mengguyur kota dengan derasnya. Seori mendengar suara mobil Sehun baru saja sampai.

Tidak ada penyambutan spesial yang dilakukan Seori karena ia tau pria itu tidak akan suka. Jika bukan lelah, biasa juga Sehun pulang dalam keadaan mabuk berat.

Dan benar, Seori terkejut saat Sehun membuka pintu kamar dan menutupnya dengan kasar. Pria itu mabuk lagi.

Bau alkohol sangat menyengat diindera penciuman Seori

Percuma melarang, yang ada Seori akan dibentak dengan kasar. Lebih baik ia diam dan pura-pura tidak mengetahui keadaan pria itu.

Namun belum sempat Seori berbaring, Sehun menarik pergelangan tangannya dengan kasar hingga Seori meringis.

"Siapa yang menyuruhmu tidur huh ?!"

"Sehun tolong lepaskan. Ini sakit"

Sehun semakin mencengkram kuat tangan Seori bahkan hingga membiru lebam.

"Dasar wanita tidak berguna! Sekarang, bukakan bajuku!" Seori menatap Sehun terkejut

Memang Sehun kerap mabuk setiap pulang kerja. Namun tidak sampai menyiksa Seori. Tidak seperti saat ini. Seori kembali meringis saat Sehun mencengkram lehernya

"Kenapa menatapku seperti itu ? Kau itu istriku. Jadi kau harus melayaniku!"

"Se-sehun jangan seperti ini, tolong. Kau sudah bertekad tidak mau menyentuhku"

"Omong kosong!"

Merasa geram atas jawaban Seori, Sehun melempar tubuh wanita itu ke ranjang hingga Seori merasa kesakitan.

"Sehun akhhhhhhhh! "

Malam itu Sehun menyetubuhi Seori layaknya seorang budak seks. Wanita itu bahkan ditampar berkali karena berusaha menolak pintah Sehun untuk kepuasan semata.

Mungkin besok pagi bibi dan paman Im akan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Seori karena wanita itu berteriak sangat kencang semalaman.

"Sehun, kau berhasil menghancurkanku" batin Seori.

Esok paginya Seori meringis melihat keadaan tubuhnya yang benar-benar berantakan. Tubuhnya dipenuhi bercak keunguan, hingga tidak bisa dibedakan mana kissmark dan mana lebam.

Jangan lupa bagian bawahnya terasa sangat sakit, seperti rasanya tubuh Seori terbelah dua. Seori melirik kesampingnya dimana Sehun tertidur pulas tanpa rasa bersalah membuat Seori rasanya ingin marah, namun ia tidak bisa.

Sehun adalah suaminya dan ini sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang istri. Namun bukankah setiap wanita menginginkan malam pertama yang indah ? Jika saja mereka berdua tidak memiliki status yang resmi, mungkin tindakan Sehun semalam bisa dikategorikan pemerkosaan.

Namun lucu rasanya jika Seori marah karena diperkosa oleh suaminya sendiri.

⚫⚫⚫

Sebulan kemudian sejak kejadian itu Sehun sama sekali tidak memiliki rasa bersalah pada Seori. Bahkan ia tak pernah lagi mengajak Seori berbicara walau cuma satu kata.

Namun Seori tetaplah Seori. Ia tidak bisa membenci Sehun bahkan jika pria itu punya niat untuk membunuhnya.

Seori mencintai pria itu. Cinta yang tumbuh tanpa diduga meski dibalas dengan kebencian.

Pagi ini Seori ditemani ibu tiri Sehun. Ibu tiri Sehun sebenarnya adalah adik kandung nyonya Oh. Jadi ayah Sehun menikahi adik kandung istrinya sendiri. Wanita itu kini menyandang status nyonya Oh.

"Seori, apa kau baik-baik saja ? Wajahmu pucat sekali. Biar ibu saja yang melanjutkannya" tegas nyonya Oh melihat keadaan Seori yang memprihatinkan.

"Ah ibu aku tidak apa-apa" memang akhir-akhir ini Seori merasa kurang sehat.

Kepalanya terasa pening dan kadang ia memuntahkan cairan bening. Seori bahkan tidak tau sebabnya ia seperti itu.

"Apa siklus menstruasimu lancar ?" nyonya Oh curiga jika Seori sedang mengandung.

"Ya" Seori tidak bisa mengontrol dirinya hingga ia menjawab asal pertanyaan nyonya Oh dan pada akhirnya pandangannya kabur dan gelap.

Bugh!

"Seori!"

⚫⚫⚫

Seori menggerakkan kelopak matanya. Suara nyonya Oh berbincang dengan seseorang membuatnya terbangun. Seori mencoba mengingat kejadian sebelumnya mengapa ia saat ini bisa terbaring diranjangnya.

"Akhirnya kau bangun" nyonya Oh menghampiri Seori dengan mata yang berbinar-binar.

"Apa yang terjadi denganku ibu ?"

"Tadi kau pingsan. Dan aku punya kabar baik untukmu"

Seori menatap nyonya Oh penuh tanda tanya.

"Kau hamil" kabar bahagia sekaligus kabar menyedihkan bagi Seori.

Bahagia karena sebentar lagi ia akan menjadi seorang ibu. Dan kabar menyedihkan jika Sehun tau dirinya hamil, apakah pria itu bisa menerimanya ? Ok, katakanlah Seori ditolak mentah-mentah oleh Sehun, tapi Seori berharap Sehun tetap akan menerima bayi itu.

"Kau tidak bahagia ?" nyonya Oh sadar akan raut wajah Seori menampakan kesedihan disana.

Seori menggeleng dan tersenyum penuh haru.

"Aku bahagia. Sangat bahagia. Rasanya aku tidak sabar untuk memberitahukannya pada Sehun"

"Ibu juga akan mengabari ayah dan Jaewon"

⚫⚫⚫

Seori mondar-mandir dikamar menunggu Sehun pulang. Ia ingin membagikan kabar bahagia ini dengan pria itu walaupun ia tidak tau akan jadi apa nantinya. Seori siap menanggung semua resikonya.

Akhirnya pria itu datang tidak dalam keadaan mabuk. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi Seori. Namun tetap saja ekspresi wajah Seun datar dan dingin.

"Sehun, ada yang ingin aku beritahukan padamu " Sehun berlalu begitu saja menghindari Seori.

Namun Seori tetap berusaha menampakan kebahagiaan.

"Aku hamil" ucapan Seori menghentikan langkah Sehun.

Sementara Seori menunggu reaksi Sehun. Namun Sehun berbalik menatap Seori dengan tatapan tidak bisa ia artikan.

"Kau bisa menggugurkannya jika kau mau. Aku juga tidak menginginkan anak itu"

Seori membatu. Dadanya terasa sesak dan matanya terasa panas.

Pria itu tidak menginginkan bayinya.

"Sehun.."

"Sudahlah! Aku lelah" balas Sehun sembari berlalu menuju kamar mandi.

Seori seolah tidak merasakan kakinya berpijak dibumi lagi. Air matanya menetes begitu saja. Baginya cukup dirinya saja yang dianggap menjijikan, jangan bayinya.

Tangannya terulur mengusap perutnya yang masih rata. Mengelusnya pelan seolah menyalurkan rasa hangat untuk calon bayinya.

"Tidak apa-apa sayang. Ibu masih menginginkanmu. Ayah juga pasti akan menyayangimu"

Ayah ? Oh ayolah Seori, pria itu sudah jelas-jelas tidak menerima keberadaan bayi itu. Lalu masih bisa ia menyebut Sehun dengan sebutan ayah ? Wanita tulus mana yang bisa menerima kepala batumu Oh Sehun.

⚫⚫⚫

Seori pikir, dengan adanya janin didalam perutnya dapat merubah sikap Sehun menjadi hangat.

Salah. Sangat salah. Pria itu malah semakin menghindari Seori.

Wanita itu berusaha mengalihkan rasa sakit itu dengan membuatkan Sehun makan siang. Ia berniat membawakan Sehun makan siang kekantornya.

Seori bahkan tidak mau merepotkan paman Im untuk mengantarnya dan lebih memilih naik taksi.

Seori baru saja sampai dikantor milik suaminya. Ia juga baru pertama kali ini menginjakan kakinya dikantor Sehun

"Nona Seori" sapa skertaris Kim sedikit terkejut.

Seori sudah mengenal sekertaris Kim, makanya ia tersenyum ketika berjumpa lagi dengan sekertaris suaminya itu.

"Sekertaris Kim, apa Sehun tidak sibuk ?"

"I-iya nona. Tuan Sehun tidak sibuk. Tapi..."

"Ayo antarkan aku"

Sekertaris Kim berusaha menahan Seori untuk tidak menemui Sehun. Bukan karena Sehun sedang ada meeting tapi ia tidak mau wanita itu sakit hati jika melihatnya.

Namun Seori tetap kukuh ingin menemui Sehun.

Ketika ia masuk, hatinya kembali terasa sakit.

Wanita mana yang tidak sakit jika dirinya sedang hamil dan mendapati suaminya sedang bermesraan dengan wanita lain ?

Ia mendapati Sehun tengah bersama seorang wanita dengan baju kekurangan bahan. Ditambah lagi wanita itu duduk dipangkuan Sehun tanpa mau beranjak sedikitpun.

Apa lagi tatapan Sehun seolah tidak bersalah pada Seori. Rasanya Seori ingin menangis saat ini juga. Namun jauh didalam hatinya ada sebuah dorongan yang mengatakan bahwa ia tidak apa-apa.

Seori memberanikan diri mendekati Sehun dan meletakkan sekotak bekal makan siang

"Aku membawakanmu makan siang. Tolong dimakan. Kalau kau tidak mau, jangan dibuang...

Aku rasa kau sedang sibuk. Aku pamit" setelah mengucapkan itu, Seori langsung pergi.

Ia tidak mau berlama-lama menyaksikan suaminya bahagia bersama wanita lain.

Sekertaris Kim segera manahan Seori yang sedikit terlihat buru-buru.

"Nona Seori, mari saya antar anda pulang"

"Terima kasih sekertaris Kim. Saya akan pulang sendiri saja" Seori tidak ingin mendengar tanggapan sekertaris Kim lebih jauh dan memilih pergi meninggalkan kantor Sehun.

Mungkin sebentar lagi ia akan menangis. Tentu, bahkan Seori kembali mengusap perutnya berharap bayinya tidak ikut menangis didalam sana ketika melihat ayahnya berduaan dengan wanita lain.

"Ibu tidak apa-apa sayang. Kau juga baik-baik saja didalam sana kan ?"

⚫⚫⚫

"Kenapa tidak mengabariku jika mau kesini. Tau seperti itu aku akan membuatkanmu cemilan" ujar Seori menghampiri Jaewon yang baru saja berkunjung kerumahnya.

"Tidak usah repot-repot. Aku kesini bukan untuk mencari makan. Aku rindu denganmu" Seori tersenyum mendengar ucapan Jaewon.

Andai saja Sehun bisa mengatakan 'rindu' pada Seori walau hanya sekali, pasti ia akan senang.

Lucunya itu tidak akan mungkin pernah terjadi

"Aku tau dari ibu kalau kau juga sedang hamil. Selamat ya" Jaewon tidak menyadari ucapannya tersebut cukup membuat hatinya sendiri sakit.

Seori tertegun lalu diselingi senyuman hambar.

"Terima kasih. Aku akan memberikanmu keponakan yang lucu"

Jaewon begitu gemas akan segala tingkah Seori. Ia suka tutur kata wanita itu yang terdengar sangat lembut ditelinganya.

"Harusnya kau menikmati masa mudamu. Tapi si angkuh itu sudah menghamilimu"

"Sstt. Jaewon kau tidak boleh seperti itu pada kakakmu"

"Kau bilang kakak ? Dia saja tidak pernah menganggapku adik"

"Ckckckck, kapan aku bisa melihat kalian berdua akur ?"

"Kurasa tidak akan pernah" jawab Jaewon dengan senyuman lebarnya.

⚫⚫⚫

Jaewon baru saja pamit pulang pada Seori, pria itu sudah menemani Seori dari sore sampai selarut ini. Namun ketika ia keluar, ia berpapasan dengan Sehun yang sudah siap memasang wajah dingin.

Jaewon berdecak malas melihat ekspresi membosankan dari kakak tirinya tersebut.

"Baru pulang ? Istrimu sudah lama menunggu didalam sana. Pantas saja Seori semakin hari semakin kurus. Ternyata dia sering tidur telat karena selalu menunggumu pulang" Jaewon menyinggung Sehun.

Sehun sebenarnya sudah mulai geram, hanya saja pria itu cukup pandai untuk menahan memberikan sebuah pukulan agar mulut si adik tirinya itu bisa sedikit sopan.

"Aku dengar kau sering mengunjungi Seori" balas Sehun.

"Tidak usah menebak. Aku yakin kau sudah tau"

"Berhenti mengunjunginya!"

Jaewon terkekeh mendengar omong kosong Sehun.

"Memangnya kenapa jika aku mengunjunginya ? Toh ayah, ibu dan Seori tidak keberatan. Aku akan memberikan apa yang Seori tidak dapatkan dari suami sepertimu"

Andai saja Sehun saat ini dalam keadaan mabuk, mungkin bogem mentah sudah melayang diwajah Jaewon.

"Apa maksudmu menyindirku seperti itu ?" desis Sehun.

"Aku menyukai Seori. Aku peduli dengannya. Aku juga mencintainya. Aku bahkan rela menjadi ayah dari bayi yang tidak kau inginkan itu"

Sehun terkejut mendengar ucapan Jaewon. Ia benar-benar marah dan tersindir. Sementara Jaewon melewati Sehun dan tak lupa menabrak bahu bidang tersebut.

"Berhati-hatilah kak. Adikmu ini bisa merebut kebahagiaanmu kapan saja"

Sehun mengepalkan tangannya, sebagai tanda kesal.

Beraninya adiknya tersebut mengancam dirinya.

⚫⚫⚫

Kandungan Seori sudah hampir memasuki bulan kedua. Namun kehidupannya tak ada perubahan.

Ingin sekali dirinya memeriksakan bayinya kedokter kandungan, namun ia menjadi minder sendiri ketika kerap ia melihat beberapa ibu hamil ditemani oleh suami untuk memeriksakan kandungan.

Bagaimanapun juga, Sehun berhak tau perkembangan bayinya. Namun sekali lagi Seori berusaha menyadar diri jika semua itu tidak mungkin terjadi.

Malam ini seperti malam biasa Seori menunggu Sehun pulang. Ia lebih memilih berbaring karena sering kali perutnya terasa sakit.

Kembali lagi Sehun pulang dalam keadaan mabuk. Seori kerap menghindar jika Sehun sudah mabuk seperti itu. Ia takut Sehun akan berlaku kasar yang bisa membahayakan bayinya.

"Cepat bangun!" Sehun menyeret Seori untuk bangun kemudian ia banting kembali kekasur.

Sehun melepaskan jas hingga kemejanya. Seori tau jika Sehun akan bermain kasar lagi malam ini, buru-buru ia menghindar. Namun Sehun lebih cepat. Pria itu sudah mengunci tubuh Seori dibawahnya.

"Jangan Sehun! Aku tidak bisa!" Seori berusaha menahan tangan Sehun yang mulai merobek baju tidurnya.

"Pembangkang!"

Plak!

Sehun menapar pipi Seori sangat keras. Sehun benar-benar terlihat seperti monster jika ia dibantah.

Dalam sekali hentakan, Seori merasakan sakit yang luar biasa. Bagian bawahnya terasa penuh dan ngilu ditumbuk berkali-kali.

"Se..h-hun.." lirih suara Seori bahkan terdengar terbata-bata saking sakitnya.

"Fuck! Dasar wanita! Kenapa punyamu sempit sekali huh?!!" Sehun mengucapkannya sambil mencumbu Seori dengan brutal.

Berkali-kali Seori mendesah tak karuan kemudian Sehun membungkam mulutnya yang sebenarnya bagikan ciuman manis malah hanya akan membunuh Seori perlahan.

Tak ada perlakuan manis diberikannya. Bahkan setelah ia kembali menumpahkan benihnya, Seori dibiarkan tergeletak lemah begitu saja.

"Kau.. Jahat.." lirih Seori yang membuat Sehun menghentikan langkahnya menuju kamar mandi.

"Kau tidak berhak menilaiku Seori. Kau hanya parasit yang selalu menampel denganku. Dan kau harus tau, aku muak dengamu. Jadi lebih baik kau diam karena aku bisa menceraikanmu kapan saja"

Seketika Seori menangis dalam diam. Pria itu meninggalkannya begitu saja. Dirinya belum siap untuk diceraikan. Belum lagi soal bayinya. Seori tidak ingin bayinya lahir tanpa sosok ayah.

⚫⚫⚫

Pagi ini Sehun harus ditemani dengan setumpuk laporan yang harus ia tanda tangani.

Sebenarnya tubuhnya terasa lelah akibat kegiatan panasnya semalam dengan Seori.

Namun baru kali ini terbesit dibenak Sehun, ia berpikir jika dirinya saja sudah kelelahan bagaimana dengan Seori ?

Buru-buru ia membuang jauh pikirannya tersebut. Menurutnya itu sudah tugas Seori sebagai seorang istri untuk melayani suami.

Entah wanita itu merasa tersakiti, Sehun benar-benar tidak peduli.

"Pak, ini laporan dari perusahan Brion yang harus ditandatangani" sekertaris Kim menyerahkan laporan yang ia buat.

Sejenak Sehun memandang aneh laporan tersebut.

"Sekertaris Kim, bukannya kita sudah menolak kerjasama dengan perusahaan itu ? Kenapa kau membuat laporannya ?"

Sekertaris Kim menepuk jidat.

"Maaf pak, saya yang lupa"

Sehun merasa ada yang aneh pada sekertaris Kim. Selama ini sekertaris Kim tidak pernah melakukan kesalahan sefatal itu. Ditambah lagi raut wajah sekertaris Kim menampakan jika ia sedang ada masalah.

"Sekertaris Kim, apa kau ada masalah ?"

"Tidak pak. Saya baik-baik saja"

Sehun tau betul tentang sekertaris Kim, begitupula sebaliknya.

"Jongdae, aku tau kau sedang ada masalah"

Sekertaris pun tertegun. Jika Sehun memanggilnya Jongdae, itu artinya mereka harus bicara secara persahabatan.

"Aku sedang ada musibah Hun. kemarin istriku baru saja keguguran. Padahal ia sangat bahagia karena kandungannya sudah memasuki bulan keempat"

Sehun cukup terkejut dan turut bersedih atas musibah yang dialami sahabatnya tersebut.

Jongdae berusaha tersenyum dan menampakan bahwa ia harus tegar.

"Oh ya, nyonya Oh bilang padaku kalau Seori juga sedang mengandung. Kalau begitu, selamat ya Hun. Aku turut senang"

Sehun tertegun.

"Kau harus ekstra hati-hati menjaga kandungannya Hun"

Seketika Sehun mengingat Seori.

⚫⚫⚫

Sedari tadi bibi Im terus memperhatikan Seori yang sedang memasak. Sejuta pertanyaan terlintas dibenaknya tentang apa sebenarnya yang terjadi pada Seori semalam.

Semalam wanita itu berteriak sangat keras hingga menimbulkan kekhawatiran bagi bibi Im.

"Nona kenapa semalam ?"

Seori kebingungan menjawab pertanyaan bibi Im.

"Aku hanya sakit perut bi"

"Sakit perut ? Astaga nona, kita harus memeriksakannya kedokter. Wajah nona juga sangat pucat"

"Aku baik-baik saja bi. Jangan khawatir"

⚫⚫⚫

Sehun pulang dari kantor lebih dulu, maka dari itu ia menyempatkan diri untuk menjenguk istri Jongdae

Dirinya hanya mampu memandang keluarga kecil itu diambang pintu.

Melihat istri Jongdae yang juga berusaha tegar mengikhlasnya bayinya sungguh mengingatkannya pada Seori.

Matanya terasa panas mencoba mengingat bagaimana Seori merawat kandungannya seorang diri. Mungkin apa yang dirasakan istrinya Jondae sama pula dengan apa yang dirasakan Seori.

Sehun tiba-tiba merutuki dirinya sendiri. Hanya karena sifat angkuhnya ia tidak sadar telah melukai hati seseorang yang sedang mengandung buah hatinya.

Sehun sadar jika kekesalannya karena ayahnya menikah lagi telah ia limpahkan pada Seori, wanita yang tidak berdosa yang terus mencoba bersabar akan apa yang sudah dilakukannya.

Sehun juga sadar jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah dan harusnya ia bahagia. Bukannya acuh tak acuh, bahkan ia akan mengutuk mulutnya yang sudah menyuruh Seori untuk menggugurkan bayinya sendiri.

"Ya tuhan, apa yang sudah aku lakukan" batin Sehun penuh penyesalan.

Rasanya ia ingin memeluk Seori saat ini juga.

⬇⬇To be continue...

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 33.9K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
30.4M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
1.8M 87.4K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...