For My Bad Boy 2

By Blue_Blossom07

46.6K 2.8K 616

For My Bad Boy 2 Rate : T Genre : Romance/Drama, Friendship Disclaimer : Naruto Belong to Masashi Kishimoto :... More

0.0
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11

Chapter 3

3.1K 214 32
By Blue_Blossom07

Chapter 3 : DIFFERENT
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

"Apa yang kau lakukan di sini?" gadis bersurai soft pink itu terperanjat dan refleks membalikkan badannya.

"A...ahaha. Maaf Sheena-san, aku tidak tau kalau-".

"Terserah kau mau bilang apa, aku tidak peduli. Sebaiknya kau keluar dari kamarku".

"Ah ya, maafkan aku" gadis itu hendak keluar dari kamar gadis dengan surai perak itu tapi...

"Kau tidak menyadarinya yah? Aku sih tidak heran kau bisa melupakan ku secepat itu" Sakura menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Ryusei.

"Apa maksudmu?".

"Kau sudah lupa? Orang yang membuat mu menderita sebelum Sasuke dan Naruto menolong mu" Sakura menatap lamat-lamat wajah gadis itu. Pikirannya menerawang ke masa lalu nya.

"Hahaha... Rambutmu norak sekali. Coba lihat jidatmu lebar sekali. Apa benar kau temannya Sasuke-kun?".

"Sudahlah Sei-chan. Dia pasti sedang membual, Sasuke-kun tidak mungkin mau berteman dengannya".

Potongan masa lalu kembali terlintas dalam pikirannya dan kini gadis itu menatap tajam wanita yang tengah menyeringai menatap remeh gadis dengan surai soft pink itu.

"Jadi itu kau?".

"Ah... Akhirnya kau ingat juga. Berani sekali kau menghancurkan rencanaku dan Karin" dan kini kedua gadis itu menatap tajam satu sama lain.

"Sudah jelas aku melakukan itu. Aku tidak mungkin membiarkan kalian menghancurkan Sasuke-kun ataupun klan Uchiha sama saat kalian menghancurkan hidupku" kini gadis perak itu menyeringai.

"Heeh? Itu belum cukup Haruno. Aku belum puas menghancurkan mu. Shh... sayangnya aku tau apa kelemahan mu. Dan aku sudah memulainya".

"Kau yang menghasutnya?" gadis itu tekekeh.

"Tentu saja. Gadis genius sepertimu pasti langsung paham maksudku... Haah, sayang sekali Sasuke memakan umpanku. Dan juga, Sasuke sekarang lebih menyukai Karin ketimbang menyukai mu baik sebagai Sakura, maupun sebagai Saki" Sakura menatap sangar gadis di depannya.

"Terserah kalian mau melakukan apa. Aku akan tetap melindungi Sasuke-kun apapun yang terjadi".

"Yah... yah... selamat berjuang untuk itu".

"Oh, benar di sini ternyata" kedua gadis itu menoleh ke arah pintu dan menemukan seorang wanita paruh baya dan putra sulungnya.

"Ka-san?/Mikoto ba-san" sahut dua gadis itu bersamaan.

"Ya ampun kompak sekali. Ne, Sakura-chan maaf ya ka-san lupa memberitaumu kalau kamarmu untuk sementara di pakai Sheena-chan dulu".

"Ah, tidak apa-apa ka-san. 'Aku mengerti maksud ka-san kok. Dengan begini semua akan mudah' jadi ka-san tidak perlu membersihkan kamar lain. Lagipula aku hanya akan menginap satu malam di sini".

"Ahaha, kau selalu mengerti ka-san Sakura-chan. Sheena-chan, maaf ya walau bagaimanapun ini salahku juga".

"Haha, tidak apa ba-san".

"Ya sudah, ayo kita ke ruang makan. Sasu-kun dan Fuga-kun sudah menunggu. Ne, Itachi-kun kau antar Sakura-chan yah" pemuda yang wajahnya sudah dihiasi keriput di usia muda itu hanya mengangguk mengiyakan ucapan sang ibu.

"Ayo Sakura-chan" ajak Itachi kemudian pergi dari kamar itu dan diikuti Sakura. "Ternyata ka-san menyadarinya".

"Sheena-chan belum mau turun?".

"A'a, ba-san duluan saja".

"Baiklah. Jangan lama-lama yah" gadis itu mengangguk kemudian keluar dari kamar bernuansa hitam-merah itu.

"Cih. Orangtua sialan".

::
::

Keesokan harinya.

'BRAK'

Sebuah meja tak bersalah menjadi bahan pelampiasan gadis dengan jaket hitam dan surai soft pink nya itu. Keempat sahabatnya ikut terperanjat akibat kelakuan gadis pink itu. Yah, saat ini mereka sedang berada di ruangan khusus untuk mereka.

"Kau ini kenapa Forehead?" tanya gadis dengan surai blonde yang aktivitas merias dirinya terganggu.

"Huuh" gadis itu menghela nafasnya lega. Tampang nya lebih bersahabat sekarang.

"Haah... melampiaskan kemarahan ke benda tidak akan puas loh Saku-chan mau duel denganku?" tawar gadis bercepol dua yang kini memasang seringai menantang.

"Heeh. Boleh juga".

"Benarkah? Kita ke dojo sekarang" ujar gadis itu dengan raut berbinar.

"Oi, jangan mengacuhkan pertanyaan ku Forehead" gadis itu, Sakura. Mendudukan pantatnya di kursi kebesarannya sambil berselipat dada. Meja di sebelahnya sedikit (banyak) rusak akibat pukulannya tadi.

"Tidak apa-apa. Hanya kesal karena bertemu orang yang menyebalkan" kini keempat sahabatnya mengernyit heran menatapnya.

"Maksudmu? Kau tidak pernah seperti ini loh".

"Kau banyak tanya Pig. Tapi tak masalah sih, karena dia target misi baru kita".

"Apa!!" kini keempat gadis itu memasang posisi mengitari Sakura.

"Jadi..?".

"Yah, dia anteknya Karin" jelas Sakura singkat, sementara para sahabatnya masih memasang tampang penasaran.

"La-lalu apa yang membuat Sakura-chan kesal? Jadi apa benar dia seperti yang di katakan Mikoto-sensei?".

"Haah, dia yang bekerja sama dengan Karin menghancurkan hidupku. Dan alasan kenapa tunangan kita... ku ralat tunangan kita berempat kembali memberikan kesempatan lagi pada Karin dan teman-temannya, kecuali Shion. Dia dalang dari semua itu".

"Jadi benar misi kita berkaitan yah".

"Begitulah. Sebentar lagi kalian akan bertemu dengannya. Mungkin dia akan sekelas dengan Hinata-chan dan Temari-nee" lagi, mereka menatap Sakura tak percaya. "Dan soal perkataan Mikoto-sensei, aku belum mendapat kepastiannya".

"Haah... ini semakin rumit saja".

"Sudah ku bilang bukan? Tidak ada strategi lain selain strategi itu" keempat gadis itu menatap datar Sakura.

"Itu terlalu beresiko Sakura. Kita perlu perhitungan yang pasti, dan ini juga akan berdampak pada nama klan kita".

"Kan aku sudah bilang, aku tidak akan melibatkan kalian" dan kini mereka menatap prihatin pada gadis kelewat nekat itu.

"Sakura, kami sangat menyayangi mu. Kau sudah cukup menderita selama ini, kau selalu menjadi penopang kami dan selalu membantu kami. Mana mungkin kami akan membiarkan mu melakukan itu".

"Ck. Kalian tidak asyik, dulu meminta ku untuk memakai cara terakhir ku tapi sekarang kalian menolak keras aku melakukannya" dengus gadis dengan surai soft pink itu dan membuat keempat sahabatnya gemas.

"Ya itu dulu Jidat. Sebelum kau menggambarkan secara rinci seperti apa strategi mu. Itu sama saja menghancurkan diri kau tau".

"Ya kita coba dulu".

"Tidak-tidak. Kau pikirkan yang lain dulu, sesuai perjanjian kita".

"Baiklah-baiklah".

"Jadi Sakura-chan... apa kita bisa duel?" dan kini Ino juga Temari menatap datar pada gadis bercepol itu, sementara Hinata hanya tersenyum maklum akan kelakuan ekhem...calon kakak iparnya...ekhem.

"Tentu saja, Kita duel di jam penjas nanti, yah aku bersyukur karena kelas kita digabung saat penjas".

"Okey. Kali ini aku tidak akan kalah loh, Sakura-chan".

"Heeh kita lihat saja nanti".

"Sebentar lagi bel masuk, sebaiknya kita kembali ke kelas" keempat gadis itu mengangguk kemudian melepas hodie, maupun jaket mereka. Setelahnya mereka meninggalkan ruangan itu.

::
::

Beberapa saat kemudian, di jam pelajaran penjas.

"Yosh. Selamat pagi semuanya" seru guru dengan surai hitam syle mangkok dan alis tebalnya itu dengan semangat.

"Selamat pagi sensei".

"Ah, kalian kurang semangat. Sekali lagi, selamat pagi semuanya!".

"Ah terlalu repot ttebayo. Sensei cepat mulai saja pemanasannya" protes pemuda blonde itu dan dihadiahi deathglare oleh guru paling fenomenal se-KIHS.

"Baiklah, karena si bocah duren protes kita mulai saja. Sebelumnya, di kelas A kedatangan seorang siswi baru. Silahkan berdiri di depan teman-temanmu dan perkenalkan namamu" gadis dengan surai perak itu menurut dan langsung mengambil posisi di depan teman-temannya.

"Hajimemashite, watashi wa Sheena Ryusei desu. Kalian bisa panggil aku sesuka kalian" ujar gadis itu dengan senyum bersahabat setelahnya gadis itu kembali ke barisan.

"Baiklah, setelah pemanasan kita akan masuk materi. Dan materi kita kali ini adalah seni beladiri. Karena di kelas kita banyak kandidat dari klub beladiri sekolah, jadi mereka akan membantu kalian melatih gerakan-gerakannya. Dan yang terakhir, kalian akan melawan teman kalian. Jelas duelnya duel aman. Dan... kalian bisa memilih partner lawan kalian. Kalian mengerti?" jelas guru itu panjang lebar.

"Mengerti sensei" dan tanpa ada yang sadari, dua orang gadis dari kelas yang sama tengah menyeringai sekarang.

Sesi pemanasan dan sesi pelatihan berjalan dengan lancar. Pertandingan pun berjalan sesuai keinginan sang guru. Namun semua berubah ketika para tokoh utama kita duel. Mulai dari Shikamaru yang melawan Naruto dan dimenangkan Shikamaru.

"Ah sial. Selanjutnya aku tidak akan kalah" dengus pemuda duren itu sembari mengelap darah di sudut bibirnya.

"Haah... mendokusai. Kau jarang latihan sih".

"Seperti kau tidak saja" dengus Temari dan menatap datar tunangannya.

Lalu Sasuke dan Sai yang dimenangkan oleh Sasuke.

"Yahh... aku kurang konsentrasi jadinya begini" seperti biasa dengan senyum palsu andalannya.

"Hn".

"Banyak alasan" kali si ratu goship yang berkomentar.

Lalu ada duo Hyuga yang membuat banyak orang terkesima sekaligus terkejut karena duel itu dimenangkan Hinata.

"B-bagaimana bisa?" Neji menatap Hinata tak percaya.

"Ahaha... Sakura-chan dan yang lain mengajari ku".

"Tak apalah. Aku bangga padamu" kedua saudara itu saling melemparkan senyuman hangat.

"Hinata-chan sugoi-ttebayo".

Lalu duel Temari dan Ino yang kembali membuat para siswa dan siswi terkesima. Mereka saling menyerang dengan serius dan tidak segan-segan untuk saling melukai. Dan pertandingan berakhir dengan kemenangan Temari saat berhasil menendang perut Ino.

"Ah sial padahal tinggal sedikit lagi".

"Kita seri Ino. Kau pikir aku akan membiarkan mu mengalahkan ku lagi".

"Cih. Lihat saja, setelah ini kau akan kalah Tema-chan".

Dan yang terakhir pertarungan pelampiasan untuk Sakura dan Tenten sebagai korban sukarelanya.

"Baiklah, pertarungan terakhir untuk salah satu murid kesayanganku Tenten dan Sakura. Aku yakin ini akan lebih brutal" ucap sang guru dan berguman diakhir kata.

Duel kali ini membuat para penonton (siswa/i) terkesima, menjerit histeris, dan lain-lain. Pertarungan mereka terlihat brutal, kecepatan mereka saat menyerang dan menangkis serangan benar-benar membuat para siswa dan siswi terkesima bahkan menjadi tontonan gratis untuk mereka.

Mereka mengeluarkan banyak stamina dan membuat Sakura kelelahan dan akhirnya gadis itu lengah.

"Kena kau Sa-chan".

'Bruk'.

"Eeehh!".

::
::

Beberapa saat kemudian, di kantin KIHS. Siswa/i kelas XII A dan B diberikan waktu untuk istirahat selama 25 menit kemudian mengikuti materi selanjutnya.

"Ah, padahal sedikit lagi aku menang" dengus gadis bercepol itu dan menjatuhkan kepalanya di atas meja kantin.

"Hehe... tapi aku benar-benar sudah kelelahan tadi".

"Jadi... emosimu benar-benar sudah terlampiaskan sekarang?".

"Tentu".

"Wah... wah... sepertinya kalian berhasil membuat semua terkesima yah" seketika wajah ceria kelima gadis itu kusut saat mereka menerima tamu tak diundang.

"Kau butuh sesuatu? Jika ya, katakan saja. Tidak perlu berbasa-basi" dengus gadis dengan surai soft pink itu tanpa mengalihkan pandangannya ke arah lawan bicaranya.

"Jawab dengan jujur! Kalian kan yang merencanakan semua itu?" kali ini kelima gadis itu menatap heran Karin.

"Maksudmu?" tanya mereka serempak.

"Ck. Tidak usah pura-pura tidak tau. Kalian kan yang membuat Sasuke-san dan yang lain memergoki kami" sekarang, mereka berlima menampilkan raut datar mereka.

"Kenapa kalian ingin tau? Juga jangan asal menuduh" keenam perempuan itu tertawa sinis menghadapi Sakura dan sahabatnya.

"Jangan pikir aku bodoh ya, memang siapa lagi yang berani berurusan dengan kami selain kalian" Sakura mendengus, nafsu makannya hilang sudah.

"Lalu kalian mau apa?" kali ini si blonde ponytail yang angkat suara.

"Katakan sejujurnya. Kalian kan yang melakukannya" kelima gadis itu diam dan menyantap makanan mereka.

"Haah... kalian ini miris sekali yah. Sudah repot-repot membuka kedok mereka, tapi apa hasilnya? Percuma. Dan sekarang, mereka berniat untuk memberikan kesempatan lagi untuk Karin dan yang lainnya. Aku kasihan pada kalian" ucap gadis dengan surai putih itu dan berhasil membuat kesabaran lima gadis itu menipis.

"Kalau memang itu kami kenapa ha? Kalian mau mengatakannya pada Sasuke?" kini Sakura berdiri dari duduknya, gadis itu sudah kehilangan kontrolnya.

"Haha... kena kau" batin keenam perempuan itu.

"Kenapa kau melakukannya. Apa segitu inginnya kau memisahkan Karin dan Sasuke?".

"Aku melakukannya untuk Sasuke. Kau tidak pantas menjadi pendamping Sasuke dan yang lainnya".

"Cih, memang kau siapa? Kau itu hanya tunangannya yang dijodohkan secara paksa-".

"Tutup mulutmu" bentak Ino yang hendak menampar Karin namun ditahan oleh Temari.

"Kalian puas? Kalian puas sudah mendapatkan jawabannya kan?".

"Yah. Terima kasih untuk jawabannya, selamat menikmati makan siang kalian yah nona-nona" setelah itu, keenam perempuan itu meninggalkan kantin yang menyisahkan kelima gadis yang diliputi kemarahan.

"Kenapa kau menahan ku Tema-chan" protes gadis blonde itu. Sakura terduduk lemas, jantungnya berpacu dengan cepat, tangannya gemetaran. Keempat sahabatnya menatap cemas pada dirinya.

"Kau kenapa Sakura?".

"A-aku tidak tau. Tapi... aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi" ucap Sakura dengan suara bergetar, gadis itu kelihatan sangat ketakutan.

"Sudah Forehead, jangan dipikirkan. Kita akan hadapi bersama hal buruk itu. Kami tidak akan meninggalkan mu" ujar Ino yang kini merengkuh tubuh sahabatnya yang bergetar hebat itu.

"I-Ino-chan benar Sakura-chan" dan kini kelima gadis itu berpelukan ala teletubbies dan saling memberikan kekuatan satu sama lain. Sakura juga nampak lebih tenang dari sebelumnya.

::
::


"Kenapa kau melakukannya. Apa segitu inginnya kau memisahkan Karin dan Sasuke?".

"Aku melakukannya untuk Sasuke. Kau tidak pantas menjadi pendamping Sasuke dan yang lainnya".

'Brak'

Seorang pemuda menggebrak satu-satunya meja yang ada di ruangan itu.

"Audio murahan. Kalian pikir aku akan percaya dengan ini?" bentak Naruto dan menatap keenam perempuan itu.

"Kau ini kenapa Naruto? Karin itu saudara mu seharusnya kau membelanya bukan?".

"Justru itu, justru karena dia saudaraku. Dia membuat ku malu, kau dan keluarga mu tidak pantas menyandang nama Uzumaki".

"Dobe, harusnya kau tidak berkata seperti itu. Justru kita harus berterima kasih pada mereka karena mereka sudah membuat kita tau seperti apa Sakura dan yang lainnya" Naruto tertawa sarkastik.

"Hahahaha... Aku tidak mengerti, aku yang bodoh apa kau yang bodoh Teme" Sasuke mendelik dan menatap tajam Naruto. "Hahaha... memangnya kau tau seperti apa Sakura? Dan alasan tidak adanya kabar dari Saki kau tau alasannya?".

"Ini tidak ada hubungannya dengan Saki, Naruto".

"Itu karena kau tidak tau apa-apa Sasuke. Itu karena kau mau saja dibodohi oleh mereka" ucap Naruto dan menunjuk Karin c.s. Sasuke mulai tersulut emosinya, pemuda raven itu mendorong tubuh Naruto.

"Memang apa yang kau tau tentang Saki hah?".

"Hahaha... Kau ini lucu ya Sasuke. Kau tanya aku tau apa tentang Saki? Hahaha. Aku tau semuanya, aku tau semuanya. Dia mengatakan semuanya padaku dan itu membuat ku sadar aku salah selama ini. Dan kau..." Naruto menunjuk wajah Sasuke. "Kau tau alasan kenapa dia tidak pernah mau menemui mu dan mengatakan semuanya? Itu karena kau tidak pernah percaya padanya. Kau lebih percaya pada si penipu ini" Naruto menunjuk wajah Karin dan menatap tajam padanya. "Kau sudah membuatnya menderita Sasuke. Kau tidak tau betapa menderitanya dia. Dan sekarang Sakura lagi? Cih. Percuma aku berkata seperti ini, bagi kalian aku hanya orang bodoh yang mengatakan kata-kata tampa arti. Tak apa-apa kalian menganggap aku bodoh".

Dan kini tatapan tajam pemuda itu dialihkan pada keempat sahabatnya dan enam perempuan itu.

"Ya aku akui aku memang bodoh. Meskipun aku bodoh, tapi aku tidak ingin dibodohi" pemuda itu segera berbalik dan hendak meninggalkan atap.

"Terserah kau mau berkata apa tentang mereka Dobe, aku sudah tidak peduli lagi. Yang bisa mereka lakukan hanya membuat ku kecewa, aku benci mereka".

'Tap...tap..tap...'

'Bugh'

Satu pukulan keras melayang dan membuat sudut bibir Sasuke mengeluarkan darah. Keenam gadis itu shock tak beda jauh dengan ketiga pemuda yang sejak tadi hanya menyimak drama yang dibuat oleh dua sahabat itu. (*kemaren ada crime-nya sekarang drama sama action. Gapapa yah campur-campur genre. Tapi utamanya Drama/Romance sama Friendshipnya. Ok, back to story).

"Naruto apa yang kau lakukan?" seru Sai mulai tak tahan dengan tingkah Naruto.

"Kuso" desis Sasuke dan melayangkan tinjunya kearah Naruto namun dengan mudah ditangkis oleh Naruto.

"Aku tidak akan membiarkan mu menyakiti Sakura ataupun Saki lagi. Karena bagiku, mereka sudah seperti adikku sendiri. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti orang yang ku sayangi. Termasuk orangtuaku, Menma, Hinata, Naruto, Sakura, Saki". "Dan kau Sasuke" lanjut Naruto sembari melepaskan cengkeramannya pada Sasuke.

Kini tatapan pemuda itu beralih pada Karin. Dengan cepat pemuda itu mencengkram kerak baju Karin.

"Kau puas? Kau puas menghancurkan kami bertiga? Kau puas melihat aku, Saki dan Sasuke seperti ini" bentak pemuda itu dan membuat Karin menangis. "Air mata buaya. Kau pikir aku kan percaya dengan air matamu itu!".

"Karin tidak bersalah dalam hal ini Naruto".

"Cih" pemuda itu mendorong kuat tubuh Karin dan beruntung gadis itu ditahan oleh Sheena.

"Terserah kalian. Ku harap kalian tidak akan menyesali keputusan kalian" dan kali ini pemuda itu benar benar pergi.

"Sudahlah Sasuke. Aku yakin besok pasti dia mendekati mu lagi. Dia tidak akan bisa marah padamu lama-lama" ujar Shikamaru sembari menepuk pundak sahabatnya itu.

"Karin-san. Maaf soal Naruto yah".

"Hiks. Tidak apa, Naruto kan memang suka aneh".

"Jadi... apa kami mendapatkan kepercayaan kalian lagi?" keempat pemuda itu hanya mengangguk mengiyakan.

::
::

Sore harinya, di Hyuga's resto. Nampak seorang pemuda duduk di salah satu kursi di ruang khusus dengan kepalanya bertumpu pada meja.

"Hufff" gadis bersurai indigo yang sejak tadi berkutat dengan laptopnya itu menoleh pada tunangannya tercinta (aaseeek).

"Ada sesuatu yang mengganggu mu Naruto-kun?" lagi-lagi pemuda itu menghela nafasnya. Gadis itu segera beranjak dan duduk si sebelah Naruto. "Ceritakan padaku apa yang terjadi. Mungkin saja aku bisa bantu".

"Ano ne, apa tadi Karin dan teman-temannya menemui kalian?" Hinata mengangguk menjawab pertanyaan Naruto. "Dia merekam ucapan kalian dan memberikannya pada kami" Hinata membelalakkan matanya.

"L-lalu?".

"Aku bertengkar dengan Sasuke, bahkan aku menonjoknya tadi" gadis itu semakin dibuat terkejut akibat pernyataan dari tunangannya itu. "Jelas itu karena membela kalian" kali ini Hinata tersenyum menatap pemuda itu, pasti sulit menjadi pemuda itu. Keempat sahabatnya memihak Karin dan Naruto sendiri memihak pada Sakura.

"Aku berterima kasih untuk itu Naruto-kun. Tapi bagaimana kau dan Sasuke-san?".

"Itulah yang terus kupikirkan Hinata-chan. Bisa kukatakan aku ini perantara mereka. Sakura-chan meminta ku untuk menjaga Sasuke dan disisi lain Sasuke sudah keterlaluan. Dia tidak tau apa-apa soal Sakura dan bodohnya dia tidak mau mencari tau apa yang terjadi pada Sakura" Hinata mengelus punggung pemuda itu.

"Aku mengerti keadaan Naruto-kun. Ne, bagaimana kalau sebentar malam Naruto-kun ke rumah sakit menemui Sakura-chan dan bicara dengannya".

"Kurasa kau benar ttebayo. Tapi bagaimana denganmu?".

"Aku akan minta Tenten-chan dan yang lain. Aku juga akan membiarkan soal ini dengan mereka".

"Arigatou Hinata, kau memang pengertian" pemuda itu merengkuh tubuh sang tunangan dan mencari ketenangan di sana.

"Daijobu yo Naruto-kun. Masalah mu adalah masalah ku, masalah Sakura-chan juga masalah ku. Jadi... kita semua harus kompak dan saling membantu" ujar gadis itu yang kini membelai surai blonde milik tunangannya.

"Aku benar-benar beruntung bisa memilikimu ttebayo" gadis itu hanya terkekeh mendengar ucapan Naruto. "Ne, aku harus kembali bekerja" pemuda melepaskan pelukannya. "Terimakasih semangatnya Hinata-chan".

::
::

Malam harinya, di sebuah bar. Alunan musik mengiringi tarian brutal dan tak senooh dari pengunjung bar itu, aroma alkoholpun menusuk hidung setiap orang yang memasukinya.

Di salah satu sisi bar nampak enam orang perempuan tengah bercanda ria ditemani berbotol-botol minuman keras dan beberapa camilan.

"Yo. Untuk keberhasilan kita, kampai".

"Kampai" mereka berenam tertawa dengan lebarnya. Puas akan apa yang tengah mereka lakukan.

"Hahaha... aktingmu bagus sekali Karin-chan, mereka mempercayai mu yah... kecuali Naruto" gadis dengan surai merah itu mendengus kesal akan ucapan salah satu temannya.

"Yah. Dia memang seperti itu. Membuat ku kesal saja" ujarnya dengan kekesalan yang teramat sangat.

"Sudahlah, kita rayakan dulu keberhasilan kita. Kita bbersenang-senang di sini. Aku yang traktir".

"Eh? Kau sungguh-sungguh Sheena-chan?" gadis dengan surai putih itu mengangguk.

"Kau yakin? Makanan dan minuman di tempat ini mahal loh".

"Tak perlu kalian pikirkan. Uangku lebih dari cukup untuk kita bersenang-senang".

"Baiklah kalau Sheena bilang begitu".

::
::

Malam harinya, di kantin rumah sakit. Nampak dua orang gadis dan seorang pemuda duduk di salah satu meja. Gadis dengan surai soft pink yang masih menggunakan jas dokter berduduk di depan dua orang yang satunya gadis dengan pakaian perawatnya dan satu lagi pemuda yang berpenampilan tak jauh berbeda dengan si Surai soft pink.

"Huff" gadis bubble gum itu menghela nafasnya setelah menyeruput coklat panasnya. Gadis dengan setelan perawat dan dokter itu saling pandang, bertanya-tanya apa lagi yang terjadi pada gadis di depan mereka.

"Kau kenapa lagi Sakura?" gadis itu mengangangkat wajahnya.

"Bukan apa-apa. Hanya masalah yang lalu-lalu".

"Kenapa lagi? Bukannya Sasuke dan Karin sudah putus? Apa lagi yang mengganggu mu?".

"Baru-baru ini anteknya Karin dan mengacaukan segalanya. Sasuke kembali memihak pada Karin karena itu".

"Haah... padahal belum lama kalian baikan tapi ada saja yang mengganggu".

"Haha... yah begitulah. Daripada harus menghindari lebih baik kita hadapi".

"Tunggu, memang Karin siapa yang sedang kalian bicarakan?" tanya pemuda yang sejak tadi bungkam dan membiarkan dua gadis itu ngobrol.

"Teman sekolahku Mangetsu-san. Uzumaki Karin".

"Karin... Karin si jalang bermuka dua itu?" wajah pemuda itu berubah sangar dan kelihatan sangat kesal. Dua gadis itu bertanya-tanya kenapa pemuda itu kelihatan marah ketika tau yang mereka bicarakan adalah Karin.

"Memang kenapa Mangetsu-san? Apa kau juga ada masalah dengannya?" pemuda itu menghela nafas.

"Yah begitulah. Dialah yang mengacaukan hidup adikku dan membuat adikku mendekam di penjara".

"Adikmu? Siapa?".

"Suigetsu, Hozuki Suigetsu" Sakura membelalakkan matanya, saking sibuknya sampai tidak menyadari bahwa rekan kerjanya Mangetsu dan teman sekolahnya Suigetsu berasal dari klan yang sama. "Aku tidak mengerti mengapa jalan pikiran bocah bodoh itu sempit, dia mau saja dihasut oleh Karin".

"Memang apa yang sudah terjadi diantara kalian dan Karin?" kali ini gadis disebelah pemuda itu yang buka suara.

"Waktu itu, perusahaan kami sedang dalam masa krisis jadi kami mencoba untuk bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar termasuk Uchiha dan Haruno. Tapi... tidak ada yang mau menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan kami. Suigetsu benar-benar marah saat itu, dia mengatakan padaku kalau dia akan membalaskan dendamnya pada kalian sampai Karin datang dan menghasutnya... Aku sudah mencoba untuk menghentikannya, tapi dia tidak mendengar ku. Dan akhirnya, jadi seperti ini".

"Maafkan aku Mangetsu-san" Sakura menundukkan kepalanya. "Kau tau yang membuat Suigetsu di penjara itu-".

"Kau Sakura, tanpa kau beritaupun saku sudah tau" Sakura mengangkat kepalanya dan menatap Magetsu dengan tatapan prihatin. "Tapi aku tidak marah, yang kau lakukan itu sudah benar. Suigetsu memang salah untuk hal yang membuatnya masuk penjara. Yang tidak ku terima ada Suigetsu hanya dihukum seorang diri. Sementara Karin bebas berkeliaran dan menghirup udara segar".

"Huff... ku pikir kau akan marah".

"Haha... aku sudah tau itu sejak lama. Sejak insiden penangkapan Kabuto-senpai, aku sudah tau semua itu berkaitan dengan Sui dan Karin".

"Yosh! Aku janji Mangetsu-san, aku akan buat Karin memakan getahnya sendiri" ujar Sakura dengan penuh keyakinan yang membuat dua orang di depannya tersenyum menatap gadis itu.

"Hum. Kau pasti bisa melakukannya, kau bisa menangkap Kabuto-san  tidak mungkin kau tidak bisa menangkap Karin bukan?".

"Hihi... Kau benar Yugao-nee, aku akan melakukan apapun untuk misi terakhir ku ini".

"Oh ya Sakura-chan. Lalu bagaimana dengan beasiswa mu itu?".

"Jelas aku akan mengambilnya".

"Yah... Jadi kau akan pergi?" gadis dengan surai soft pink itu terkekeh atas ucapan gadis di depannya.

"Aku pasti kembali ko, Yugao-nee".

"Yah, kami hanya bisa mendo'akan yang terbaik untukmu. Benarkan Mangetsu-kun?" pemuda di sebelah gadis itu hanya mengangguk mengiyakan.

"Mangetsu-kun? Sejak kapan kau memanggil Mangetsu-san dengan sufiks 'kun'?" tanya gadis dengan surai soft pink itu sembari menatap dua orang didepannya. Yang ditanyaipun kini saling pandang lalu mengalihkan pandangannya dengan wajah memerah.

"M-memangnya itu salah? Tidak ada larangan untuk itu. Benarkan, Mangetsu-kun" pemuda itu kembali mengangguk. Sakura tak berhenti menatap kedua orang di depannya, justru semakin mencurigai Yugao dan Mangetsu. "B-berhenti menatap kami seperti itu" seru Yugao dengan wajah kesalnya yang semakin memerah, sementara Sakura menyeringai melihat gelagat mereka.

"Oh, masih mau menyembunyikannya dariku yah? Jujur saja yah, aku sudah curiga dari Beberapa minggu terakhir ini kalian sering bersama, Mangetsu-san juga sering mengantar jemput Yugao-nee. Oh ya, minggu kemarin aku memergoki Mangetsu-san membeli pembalut di supermarket depan apa itu untuk Yu-".

"Sudah cukup diam Sakura, diam" teriak Yugao yang membuat seisi kantin menatap mereka. Sakura kini tertawa dengan bebasnya melihat kelakuan dari gadis di depannya. Gadis itu mengembungkan pipinya kesal. "Ya tertawalah sepuas mu".

"Haha... Gomen. Ja, jadi apa benar kalian sedang menjalin hubungan spesial sekarang?" tanya Sakura dengan raut berbinar. Yugao menunduk diam-diam melirik pemuda di sebelahnya. Sakura semakin melebarkan senyumnya. "Sudahlah jujur saja. Aku juga ikut senang kalau kalian memang pacaran".

"Yah ini memang benar" jawab Mangetsu dengan santainya.

"Sudah berapa lama?".

"Baru tiga minggu".

"Hihi, semoga hubungan kalian berjalan lancar yah, jangan sampai seperti ku" Yugao mengangkat wajahnya dan menatap prihatin pada Sakura, tak beda jauh dengan Mangetsu.

"Sakura-chan".

"Oh benar di sini. Haruno-san ada yang mencarimu" ketiga orang itu menoleh dan menemukan seorang perawat yang mereka tau sedang piket untuk menjaga meja receptionist.

"Siapa?" tanya Sakura.

"Entahlah. Yang ku tau dia berambut pirang bentuknya seperti durian" Sakura kelihatan berpikir.

"Emm... Mungkin Naruto, tapi untuk apa dia mencariku?" tanya gadis itu dan hanya dijawab hedikkan bahu oleh perawat itu. "Yasudah. Yugao-nee, Mangetsu-san ku tinggal yah. Selamat berdua-duaan" ucap gadis itu sembari beranjak dan pergi bersama perawat itu.

::
::

Di lobby rumah sakit.

"Haahh... Sakura-chan kemana ya? Lama sekali ttebayo" dengus pemuda itu dengan wajah kesalnya.

"Oh, benar Naruto yah?" pemuda itu menoleh dan menemukan orang yang sejak tadi dicarinya. "Ada apa kau mencari ku?".

"Ano Sakura-chan, aku tidak bisa menceritakannya di sini".

"Ya sudah, kita keatap saja. Ne, Keiko-senpai kalau kalau ada yang mencari ku lagi bilang saja aku di atap yah" perawat yang tadi menemui Sakura di kantin mengangguk mental mengiyakan ucapan Sakura. Setelah itu Sakura dan Naruto pergi menuju atap rumah sakit.

::
::

Beberapa saat kemudian, di atap KIH.

"Begitu yah?" pemuda di sebelahnya mengangguk lalu menyesap minuman kaleng di tangannya.

"Sepertinya Sakura-chan tidak terkejut".

"Yah... aku sudah menduganya sejak awal. Hanya saja aku tidak berpikir kalau mereka akan merekamnya. Jadi bagaimana Sasuke?".

"Sudah jelas bukan? Aku bertengkar dengannya" Naruto mengembungkan pipinya, Sakura hanya terkekeh menanggapi kelakuan sahabat pirangnya itu.

"Yah aku paham kau pasti kesal. Hal seperti ini memang selalu terjadi, sifatmu dengan Sasuke sangat berkebalikan. Kau pasti akan mengungkapkan apa yang kau sukai dan tidak sukai secara langsung. Beda dengan Sasuke yang yang selalu memendamnya".

"Itulah masalahnya Sakura-chan. Si Teme itu terlalu kaku dan keras kepala, tidak mungkin hanya karena aku bodoh dia tidak mau mendengar saranku, inikan demi dia juga ttebayo".

"Hihi... kau memang tidak berubah yah. Haah... kalau bukan karena masalah itu kita pasti masih bercanda bersama sekarang, dan Sasuke tidak akan membenci Saki".

"Soal itu, kenapa tidak kau katakan saja pada Sasuke, Sakura-chan. Untuk tanggapan Sasuke itu kau pikir nanti, setidaknya kau sudah jujur padanya dan ceritakan semua yang sudah terjadi padamu" Sakura mendongak menatap langit yang dihiasi cahaya bulan dan kerlipan bintang.

"Aku masih takut Sasuke, lagipula aku masih harus memikirkan hal lain. Tanggung jawabku untuk menyelesaikan semua kasus yang diberikan Mikoto ka-san harus ku selesaikan. Aku tidak ingin jadi pimpinan yang gagal Naruto".

"Lalu kau akan melakukan apa pada Karin".

"Yah kita lihat saja nanti. Tapi..." Sakura menoleh ke arah Naruto dan pemuda itu juga melakukan hal yang sama.

"Tapi?".

"Ku mohon kau minta maaf pada Sasuke" raut wajah Naruto berubah masam, Sakura hanya tersenyum menanggapi perubahan sahabatnya itu. "Aku tau kau tidak salah tapi ku mohon... lakukan ini demi aku dan Sasuke. Kau menyayangi kami bukan" Naruto menunduk pandangannya melembut lalu pemuda itu menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja, aku sudah menganggap kalian seperti keluarga ku sendiri ttebayo".

"Kalau begitu tolong kabulkan permintaan ku, kau tau seperti apa Sasuke bukan? Dia membutuhkan punggung mu untuk bersandar. Untuk sekarang hanya kau satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya. Dan kau, sekarang kau punya Hinata dan juga aku, aku bisa membantumu kapanpun kau membutuhkan ku. Tapi bagaimana dengan Sasuke? Dia memang punya Sai, Neji, dan Shikamaru. Tapi apa dia bisa mengungkapkan keinginannya sesungguhnya pada mereka?".

Naruto menggeleng, selama mereka berlima bersahabat jarang Sasuke bergantung pada tiga temannya yang lain.

"Begini Naruto-kun, terkadang seseorang harus menurunkan bahkan menjatuhkan egonya agar semuanya berjalan dengan lancar, tolong lakukan itu untuk melindungi Sasuke".

"Akan kucoba lakukan Sakura-chan" gadis musim semi itu tersenyum menatap sahabatnya.

"Baguslah. Aku tidak ingin kau berselisih dengan Sasuke. Cukup aku dan dia saja".

"Hmm... aku paham ttebayo. Oh ya, ku dengar dari Hinata-chan, kau akan ke Inggris. Apa itu benar?" Sakura mengangguk.

"Yah. Program bea siswa, juga aku ingin menikmati saat-saat terakhirku dengan Sasori-nii" Naruto terkekeh mendengar ucapan Sakura.

"Seperti mau mati saja ttebayo" Sakura ikut tertawa.

"Haah... begitulah. Sasuke dan Sasori-nii dua orang yang sangat aku sayangi. Dan setelah project besar Haruno selesai, nii-san akan segera melangsungkan pernikahan".

"Dimana?".

"Tentu saja di sini" Naruto mengernyitkan dahinya.

"Ano... Sakura-chan, apa itu tidak mengganggu?".

"Apa maksudmu?".

"Melangsungkan pernikahan di rumah sakit, apa itu tidak mengganggu?".

"Baka Naruto".

'Bletak'.

Satu jitakan keras berhasil mengenai kepala duren milik Naruto.

"Maksudku di sini itu di Jepang. Begitu saja tida mengerti".

"Hehe, gomen ttebayo".

"Oh ya, kau ke sini sudah bilang pada Hinata? Aku tidak ingin berselisih pamah dengannya".

"Daijobu yo Sakura-chan, dia yang memintaku ke sini. Sepertinya dia lebih mengkhawatirkan mu daripada aku".

"Memang kenapa? Kau cemburu?".

Dan obrolan mereka hanya berisi obrolan-obrolan ringan yang diselingi canda tawa. Saking asyiknya, mereka tidak sadar jika ada orang lain yang tengah memperhatikan mereka dengan tatapan kesal.

::
::

Keesokan harinya, seperti permintaan Sakura, Naruto meminta maaf pada Sasuke dan mereka kembali bersahabat. Walau kesal karena harus terus bersama Karin c.s, Naruto sabar demi melindungi dan mengawasi sahabat emonya itu.

Lalu sore harinya, di Uchiha's mansion tepatnya di ruang tamu mansion mewah itu. Nampak sang kepala keluarga dan nyonya besar rumah itu sedang berbincang dengan gadis bersurai soft pink di sebelah sang nyonya. Tak jauh dari situ, seorang gadis bersurai putih tengah mengerjakan sesuatu di bukunya, entah apa itu.

"Aku berterima kasih untuk ini dan maaf sudah merepotkan mu" sang kepala keluarga berujar.

"Ck, to-san terlalu kaku. Soal itu tidak masalah, minta bantuan ku kapanpun kalian butuh" ujar gadis itu dengan raut cerianya.

"Semua ini sudah cukup untuk kami Sakura-chan. Terima kasih sudah menjadi bagian dari kami Sakura-chan" ucap nona Uchiha sembari mengelus pucuk kepala gadis itu.

"Hihi, aku juga senang menjadi bagian deri kalian. Oh ya, aku tidak bisa berlama-lama. Kakashi ji-san memintaku untuk memimpin rapat hari ini dan setelahnya aku harus ke rumah sakit".

"Apa kau tidak kelelahan terus memforsir energimu seperti itu? Jaga kesehatan mu Sakura-chan" ujar nona Mikoto dengan raut khawatirnya tak beda jauh dengan tuan Fugaku.

"Baiklah-baiklah. Aku akan berusaha untuk mengimbangi semuanya ka-san. Ja, aku pamit. To-san jangan terlalu sering begadang yah" kedua pasangan itu hanya mengangguk menanggapi ucapan sang gadis yang kini beranjak dan hendak menuju pintu utama mansion. Namun langkahnya terhenti dan raut wajahnya berubah sendu juga terkejut saat dua orang memasuki rumah itu.

"Tadaima..."...

TBC/Tsuzuku...

Hehe, maaf kalau ceritanya ngebosenin banyak typo-nya dll.
Maka dari itu, Aoi minta kritikan dan sarannya yah guys. Don't forget to voment and see you next time....😀😀

Continue Reading

You'll Also Like

924K 21.3K 49
In wich a one night stand turns out to be a lot more than that.
1.1M 29.9K 37
After the passing of Abigail Bentley's mother, she is now the only one responsible for her family's well-being. Her father, often too drunk to stand...
91.1K 3.1K 52
"𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡, 𝐝𝐚𝐫𝐞, 𝐬𝐩𝐢𝐧 𝐛𝐨𝐭𝐭𝐥𝐞𝐬 𝐘𝐨𝐮 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐡𝐨𝐰 𝐭𝐨 𝐛𝐚𝐥𝐥, 𝐈 𝐤𝐧𝐨𝐰 𝐀𝐫𝐢𝐬𝐭𝐨𝐭𝐥𝐞" 𝐈𝐍 𝐖𝐇𝐈𝐂𝐇 Caitlin Clark fa...
143K 5.1K 39
❝ if I knew that i'd end up with you then I would've been pretended we were together. ❞ She stares at me, all the air in my lungs stuck in my throat...