LOCO (Takkan Diselesaikan)

By summenade

4.5K 687 274

"Is my blood worth your love? Does it make you go loco?" _____ Discontinued. _______ photo cover credit by St... More

Character's moodboards
Prologue
[INTRO] 2
[INTRO] 3
[INTRO] 4
[INTRO] 5
[INTRO] 6
[MUS] 7

[INTRO] 1

386 76 16
By summenade

"Dingin."

Tangan gadis itu panas dan sangat gatal. Pasti iritasi karena tali kasar yang digunakan untuk mengikat tangannya. Dia juga tidak dapat melihat ke sekitar, matanya ditutup dengan kain. Kedua kakinya diikat ke kaki kursi tempat dia duduk. Ada kain lain menutup mulutnya. Panik. Kemampuannya untuk melihat, berbicara, dan bergerak sudah direnggut paksa. Gadis itu mencoba mengatur napas, walau jantungnya berdebar keras, dan tubuhnya mendingin grogi. Pertanyaan seperti dimana ini? Dan Apa yang terjadi? Sudah berkali-kali melewati kepalanya, tanpa jawaban.

Tiba-tiba suara besi pintu bertabrakan dengan dinding terdengar. Gadis ini menjengit.

Seseorang masuk ke dalam ruangan.

"Kim Jiho," ucap suara itu, bariton dan datar. Sebuah infus rasa takut membuat gadis itu semakin gemetaran. "Atur napasmu. Kami akan memulai interogasi, kamu tidak boleh membantah atau berbohong sebagai jawaban. Kami memegang seluruh hidupmu disini."

Pernyataan itu membuat Jiho semakin ketakutan. Kepalanya berputar. Gadis itu kemudian mengeluarkan suara teredam, mencoba menjerit dan meminta tolong.

"Tidak ada gunanya kamu berteriak, kita ada di ruang bawah tanah sekarang." Ucap suara itu lembut. Napas Jiho satu-satu. Dia menelan ludah—kerongkongannya kering kerontang—dan mencoba untuk berpikir rasional. Jelas... dia berada di sebuah situasi yang sangat riskan. Dia mungkin berada dalam situasi hidup dan mati. Bagaimana dia bisa berada dalam situasi ini? Berusaha mengingat kembali memori yang tertimbun, akhirnya Jiho ingat... ketika dia pulang dari seminar dan hendak naik mobil, seseorang menyergapnya dari belakang dan dia tidak ingat apa-apa lagi.

Seseorang sudah menculiknya. Pertanyaannya adalah; kenapa?

Pasti Jiho punya sesuatu... sesuatu yang penting.

"Jawab pertanyaan kami—apa kamu benar-benar perancang blue print kode besi?" suara itu membuat Jiho sadar. Kain di mulutnya terbuka. Dia bisa dengan mudah bernapas dan berbicara sekarang. Jiho langsung mengerti apa yang para begundal ini cari. "...iya." Jawab Jiho pelan, suaranya serak. Tiba-tiba seseorang menjenggut rambutnya kasar, membuat Jiho berteriak kencang.

"...Bukankah sudah kami bilang untuk tidak berbohong?" suara yang berbeda terdengar dari belakang, mengancam. Napas pria di belakangnya menerpa telinga Jiho. Jiho takut. Jiho takut, namun kenyataan harus ditutupi. Kalau dia mati sekarang, masih ada timnya. Timnya yang akan melanjutkan penelitian kode besi. Ada Irene dan Seulgi di timnya yang dia percayai. Jiho tau, hidup di jalan menanjak ini akan sangat sulit. Jiho tau itu semenjak sedekade lalu, ketika orang tuanya meninggal dan memberikan surat wasiat tersembunyi.

Ini pasti bukan jalan yang enak, Jiho kecil pikir, ini jalan berduri.

Tapi Jiho tidak berhenti. Dia tidak berhenti. Dengan bantuan banyak orang, dia bisa berada di tempat ini...

Kalau Jiho sampai berkata yang sebenarnya, siapa yang tahu hidup orang-orang yang membantunya akan berakhir seperti apa? Mati, mungkin, seperti apa yang akan Jiho alami sebentar lagi.

Jiho harus melindungi mereka. Dia harus melindungi timnya, dia harus melindungi Jurina, dia harus melindungi teman-teman ayah dan ibunya. Dia harus.

"Kode Besi," Jiho berbisik, "Itu buatanku. Kim Jiho. Hanya aku. Tidak ada yang lain."

Sebuah tangan dingin yang tidak natural mengalungi leher jenjangnya, menutupi lorong udaranya bernapas. Jiho panik ketika respirasi tidak lagi terjadi. Tangan itu semakin keras di lehernya, "Kamu itu hanya manusia. Kami bisa membunuhmu dan membunuh semua orang di belakangmu hanya sejentik saja. Jadi, jangan keras kepala, dan bilang yang sejujurnya. Kami hanya butuh kejujuranmu supaya kami bisa bergerak."

Jiho membuka tutup mulutnya. Sepertinya si tangan-dingin tahu Jiho ingin berbicara sesuatu, maka dari itu dia melepas cekikannya. Jiho terbatuk-batuk dan mereguk udara sebanyak-banyaknya. Paru-parunya kembali terisi.

"Kalian, vampir?" tanya Jiho dengan pelan.

Hening.

"Tanganmu." Ucap Jiho. "Dinginnya seperti mayat. Suhu ruangan ini tidak sedingin itu. Kalian vampir?" Jiho berpikir, tentu saja. Tentu saja mereka vampir. Apa yang Jiho pikirkan? Dasar dari penelitian ini adalah sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan terhadap klan vampir. Penelitian ini merupakan penelitian yang dapat melemahkan kaum vampir, dan dibocorkan oleh kaum mereka sendiri. Masih untung kelemahan mereka masih belum disadari oleh banyak orang, tapi jika hal itu sampai terjadi... kaum vampir bisa musnah. Dan bukan itu yang mereka inginkan.

"Kalian mau apa menginterogasiku seperti ini?" tanya Jiho kemudian, adrenalin memenuhi tubuhnya ketika tahu dia benar. Toh, dia akan mati sebentar lagi. Kenapa tidak sekalian mengeluarkan unek-unek selama hampir separuh hidupnya saja. "Mau mencari pengkhianat? Kalau kalian membunuh mereka pun, tidak ada gunanya. Mau membunuh timku, tidak ada gunanya juga. Blue print kode besi sudah kucetak dan kuberikan kepada orang yang paling kupercayai, dan sebagai jaga-jaga hari ini, aku sudah menyuruhnya untuk memberikan hak paten Kode Besi ke perusahaan-perusahaan dunia tanpa syarat. Kematianku adalah trigger. Aku yakin kalian sudah memalsukan kematianku sekarang, terlibat kecelakaan fatal atau apalah, dan menggunakan mayat seseorang... dengan reputasiku sekarang, aku yakin kematianku sudah tersebar di televisi nasional. Dan blueprint itu sudah dikirim ke surel perusahaan besar dunia.

Semua yang kalian lakukan... sia-sia."

Tawa menggelembung dari kerongkongan Jiho. Rasa amarah dan kebahagiaan larut dalam tawa itu. dan benar saja, dia meledak, tertawa terbahak-bahak. Dia mungkin sudah gila. Dia akan mati. Kenapa tidak sekalian saja, pikir Jiho, persetan dengan semuanya.

"Sia-sia!" tawa Jiho, "Kalian para vampir sangat arogan. Kalian pikir manusia bodoh, apa? Kalian pikir aku bodoh, iya? Salah besar, tuan-tuan. Setelah apa yang kalian lakukan pada orangtuaku, kalian ingin membunuhku juga? Silahkan!" Jiho tersenyum tenang, namun jantungnya ingin meledak. Ekshilarasi memenuhi tubuhnya. Dia siap mati. Dia ingin memeluk kematian. Semua tujuan hidupnya sudah tercapai.

Dia akan bertemu ayah dan ibunya. Dia tidak memiliki rasa penyesalan.

"Wanita gila," seseorang berkata di belakang Jiho kemudian. Penutup mata Jiho terbuka. Ruangan itu segi empat besar, gelap. Jiho memandang sekelilingnya. Ada empat lelaki tersebar di depannya, dan satu di belakangnya. Mereka semua putih tidak bernoda seperti pualam.

Vampir.

Rasa benci yang sangat menggelegak di darahnya. Natural. Orang tua Jiho meninggal karena kaum mereka.

"Tunggu apalagi?" tanya Jiho kemudian. "Bunuh aku. apa aku harus mendemonstrasikan cara membunuhku? Pukul kepalaku ke dinding, lakukan dengan cepat. Atau tembak aku, tapi jangan di tempat vital. Atau buat aku koma, mati otak. Itu lebih baik. Tolong sumbangsihkan seluruh organku kepada yang memerlukan. Atau kalian perjual belikan di pasar gelap, tidak apa-apa. Aku ingin dari hidup sampai mati bermanfaat kepada kaumku."

"Kami tidak akan membunuhmu." Ucap salah seorang pria, bahkan di tengah kegelapan dan kechaosan ini, Jiho terpana melihat ketampanan wajah itu, "Tapi benar kami akan menyingkirkan pengkhianat yang sudah melakukan ini pada kami. Kami tidak takut dengan seluruh ancamanmu. Temanmu, Yoobin... dia di rumah sekarang, masih belum mengirimkan apapun ke surel. Dia sangat terpukul."

Mata Jiho melebar.

"Kalian!" bentak Jiho, "Jangan sentuh Yoobin! Dia tidak tahu apa-apa!!!"

"Kami tidak bisa percaya kau," ucap pria itu dingin. "Dia menaruh blueprint mu di google drive... sangat mudah dihack... orang kepercayaanmu sepertinya tidak sejenius dirimu, ya? blueprint itu sudah diekstraksi sekarang. Dan presentasi seminarmu tadi sangatlah hebat... sayang kami bergerak lebih cepat. Tidak akan ada perusahaan yang mau menerimamu. Timmu sudah diinaktivasi. Seluruh peralatan kalian dibekuk. Kaum kami tidak perlu lagi takut padamu." Jemari panjang meraih dagu Jiho membuat mereka berpandang-pandangan. Mata lelaki ini gelap... seperti sebuah permata akik berwarna malam...

"Tunduklah dibawah kekuasaan kami."

Jiho mengeratkan gigi. Rencananya yang sudah ia susun satu dekade... rasa marah yang ia simpan ketika dia menemukan surat itu... semuanya musnah. Pupus. Semuanya.

Pupus.

"Masih mau mati?" tanya pria itu kemudian.

Jiho tidak menjawab. Siapa Sudi. Siapa sudi menjawab lintah sialan ini.

"Dia bilang kita lintah sialan." Ucap suara di belakangnya. "Cewek ini benar-benar..."

Jiho mengerutkan dahi. Apa yang...? Pria di depannya tertawa. "Yah," ucap pria di depannya. "Kalau kami tahu kamu wanita yang mudah dibujuk, kami tidak akan jauh-jauh menunggu hari presentasimu dan melakukan hal sejauh ini. Kami tau kalau blueprint itu bukan buatanmu, Jiho, itu buatan orang tuamu. Tidak ada seseorang yang bisa menemukan suatu penelitian canggih dalam kurun waktu kurang dari enam tahun. Kamu hanya melanjutkan langkah terakhir dari penelitian ayah dan ibumu. Tapi tentu saja, kamu tetaplah seorang jenius. Kaum kami tidak akan merugi jika mengadopsimu."

Jiho mendongak. Apa maksud pria ini?

"Kami melakukan ini semua untuk merenggutmu secara bersih dari kaum manusia." Ucap pria di depannya dengan tenang. "Aku ingin kamu bekerja untuk kami. Kaum vampir."

.

.

.

.

.

.

.

.




Continue Reading

You'll Also Like

79.1K 2.3K 38
Francesca Astor came to Love Island to find her soulmate, and once she sets her eyes on him, she's never letting go. Rob Rausch x Fem!oc #1 robertrau...
1.5M 25.7K 52
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
782K 29K 97
𝐀 𝐒𝐌𝐀𝐋𝐋 𝐅𝐀𝐂𝐓: you are going to die. does this worry you? ❪ tua s1 ⎯⎯⎯ 4 ❫ © 𝙵𝙸𝚅𝙴𝙷𝚇𝚁𝙶𝚁𝙴𝙴𝚅𝙴𝚂...
88.6K 1.8K 34
🔞🔞🔞 You R@ped me you are a sinner i will expose you in front of this world MR JEON JUNGKOOK.... .................................... He is taking...