The Perfect Devil

By redxochiquetzal

2.2M 110K 7.3K

[SEQUEL THE SWEETEST BILLIONAIRE | Bisa dibaca terpisah] DONT COPAST MY STORY! --------------------- ... More

Sean Atheo Addison [Prolog]
Queena Violeta [Prolog]
#1 [His & Her]
#2 [The 1st Day of Working]
#3 [Loren Devon Leonardo]
#4 [The Mafia's Party?]
#5 [Chaos at The Party]
#6 [Efforts]
#7 [Kendrick, Leon, Edward, Sally are back!]
#8 [VS]
#9 [Dubai!!]
#10 [Warona's Incident]
#11 [-]
#12 [VS -2-]
#13 [Daniel]
#15 [DK]
#16 [His Devil's Side]
#17 [His Angel side]
#18 [Violet's Home]
#19 [Sick?]
#20 [Kanya]
#21 [Aquilla Kanyara Belvan]
#22 [The Truth Behind Them]
#23 [Back To Normal]
#24 [Limit]
#25 [Sick (2)]
#26 [An Evil Plan]
#27 [Vio]
#28 [Something Wrong]
#29 [-]
#30 [saving the one you loved (1)]
#31 [Saving the one you loved (2)]
#32 [-]
#33 [Violet n Viola]

#14 [About Daniel and Violet]

55.1K 2.8K 50
By redxochiquetzal

Addison International Corp's Headquarter, Manhattan, NYC.
11:36 am.

"Lihat, kau mendapat bunga lagi" ucap Sean saat ia membuka pintunya lalu melihat kearah lantai yang terdapat sebuah buket bunga.

"Kau sudah seperti orang meninggal saja. Selalu dikirimi bunga setiap hari" ucap Sean sembari membuang buket bunga tersebut kedalam sampah.

"Dia sangat menyukaiku tampaknya" balas Violet.

"Siapa dia?"

"Dia? Yang mengirimiku bunga? Daniel?" Violet mengalihkan pandangannya kearah Sean yang mengangguk dengan mantap.

"Dia mantan pacarku" ucap Violet dengan senyuman mengembang.

Entah kenapa Sean tidak menyukai hal tersebut, hal tentang Violet yang tersenyum saat nama Daniel terucap dari mulutnya.

"Dia–"

"Tutup mulutmu. Ayo makan siang" Sean berjalan menjauh memasuki lift, meninggalkan Violet yang melongo.

"TUNGGU AKU!!"

*******************

Violet membuntuti Sean sejak masuk kedalam mall. Gadis itu hanya bisa menghembuskan napasnya kasar saat Sean sama sekali tidak mau merespon apa yang ia ucapkan.

Kini mereka sudah selesai melakukan makan siang mereka, tetapi Sean tampaknya belum ingin kembali ke kantor. Violet saja sudah tampak jengah karena ini sudah telat 1 jam mereka berkeliling tidak jelas. Tentunya Vio semakin kesal karena Sean terus berjalan tak menentu arah.

"Memangnya kita ingin kemana sih?!"

Sean tetap bergeming.

"Dasar setan!"

Sean lebih memilih diam.

"Violet?"

Yang dipanggil pun menoleh, begitu pula dengan Sean. Betapa terkejutnya mereka saat melihat Daniel berada tidak jauh dari posisi mereka berdiri sekarang. Daniel menghampiri Sean dan Violet dengan tangan yang melambai lambai.

"Hai Daniel" balas Violet dengan senyuman lebarnya. Tentu Sean mengerutkan dahinya tidak suka.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Daniel.

"Aku sedang–"

"Menjadi babuku sementara" potong Sean.

Violet menatap Sean dengan tatapan membunuhnya yang dibalas dengan tatapan yang lebih seram dibandingkan tatapan Violet tadi.

"Kau........ Sean Addison kan? Senang bertemu denganmu lagi" Daniel tersenyum tipis.

Sean membuang wajahnya, enggan menatap Daniel maupun menjawab perkataan pria itu.

"Oh ya Violet, kau ada waktu tidak malam minggu nanti?" Daniel bertanya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ad–"

"Tidak! Dia sudah kuperintahkan untuk melakukan sesuatu" potong Sean lagi.

Violet menatap Sean, dan lagi lagi Sean mengancam gadis itu dengan tatapan membunuhnya. Kalau seperti ini, mana bisa Vio tolak?.

"Y-ya seperti kata bosku, aku akan melakukan tugas darinya malam sabtu nanti. Memangnya ada apa?" Jawab Violet sembari melirik kearah Sean dengan takut takut.

"Oh tidak. Aku hanya ingin mengajakmu untuk makan malam"

"Oh...... aku bisa nanti malam" balasan Violet berhasil membuat Sean membulatkan kedua matanya.

Ok, Sean pikir ia sudah kehilangan akal sehatnya karena sedari tadi ia terus mencemburui Daniel.

"Benarkah? Aku tunggu nanti malam di–"

"Tidak bisa! Dia harus mengerjakan pekerjaannya sampai tuntas" potong Sean.

Daniel menatap Sean bingung. Tetapi sebenarnya Daniel menatap Sean kesal karena pria itu selalu menghalanginya untuk mendekati Violet.

"O-oh iya, a-aku lupa! Aku harus mengerjakan tugas tugasku yang menumpuk. Lain kali saja ya!" Balas Violet sembari menggaruk garuk kepala bagian belakangnya.

Mau apa sih pria ini?
Batin Violet sembari menatap Sean kesal.

"Oh.... oke, aku akan menghubungimu lagi nanti. Nomor teleponmu masih sama kan?"

Violet mengangguk.

"Ok! Aku harus pergi, dah!" Daniel berjalan menjauh.

"Sean, kita harus kembali! Masih banyak tugas darimu yang harus kukerjakan"

"Hm"

Memang dasar setan.
Batin Violet kesal.

**********************

Addison International Corp's Headquarter, Manhattan, NYC.
6:25 pm.

———————————————————
To : Queena V.
From : Daniel
Jadi...... apa malam ini kau bisa?
———————————————————

Violet mengerutkan dahinya bingung, pria itu ternyata masih gigih mengejar dirinya. Padahal dirinya tidak memiliki perasaan apapun kepada Daniel.

—————————————————————
To : Daniel
From : Queena V.
Tidak bisa, bagaimana jika besok saja?

To : Queena V.
From : Daniel.
Oke! Besok aku akan menjemputmu di?

To : Daniel
From : Queena V.
Masih ingat cafe yang sering kita kunjungi kan?

To : Queena V.
From : Daniel.
Tentu! Aku akan menjemputmu pukul 7 malam.
—————————————————————

Violet menghembuskan napasnya pelan. Ia sebenarnya tidak ingin ikut untuk makan malam bersama Daniel, tetapi ia sungguh tidak enak hati menolak ajakan pria tersebut. Meskipun pria itu adalah mantan pacarnya. Violet berpegang teguh terhadap motto hidupnya, yaitu, 'jika seseorang menjadi mantanmu, jadikanlah ia teman jangan jadikan ia musuh'.

"Jadi... apa kau akan terus bermain hp disaat kau mengerjakan tugas dariku?" Suara Sean mengejutkan Violet.

Vio buru buru menarih ponselnya kembali kedalam tas.

"Sean.... lapar" Keluh Violet tentang kondisi perutnya.

"Lalu?"

"Aku ingin makan"

"Beli sana. Kau kira aku ayahmu? Tidak ada gunanya merengek seperti bayi dihadapanku" balas Sean pedas seperti biasanya.

"Tapi aku ingin makan disebuah tempat, denganmu" Violet mengerucutkan bibirnya.

"Jaman sekarang teknologi sudah maju, kau tinggal memesannya secara online lalu beberapa menit
Kemudian makanan yang kau inginkan tersaji dihadapanmu. Makanya, ubah otak udik mu itu, dan mulai berpikir canggih. Bagaimana bisa aku mempekerjakan orang udik seperti dirimu"

"Tapi aku ingin makan direstorannya Sean! Aku tidak ingin memesannya secara online! Itu tidak romantis"

"Masak saja sendiri. Merepotkan saja" balas Sean sinis.

"SEAN!" Teriak Vio.

"Berhenti berteriak atau ku cabik tenggorokanmu?"

"Sean...." Violet menggerutu sebal.

"Oh ayolah Sean, aku lapar"

Sean tetap bergeming.

Sudah 3 menit lamanya Violet mencoba membujuk Sean, dan akhirnya pria tersebut mengalah karena tidak tahan akan suara bebek kejepit milik Violet yang membuat telinganya sakit.

"Berisik sekali! Ya sudah, ayo!"

"Yes!"

Sean dan Violet berjalan kearah mobil, Violet tetap berdiri dihadapan pintu mobil tanpa berniat untuk masuk. Sebenarnya ia menunggu Sean membukakan pintu untuknya, sama seperti pria pria diluar sana yang bertindak romantis untuk seorang wanita.

"Sedang apa kau? Cepat masuk!" Teriak Sean dari dalam mobil.

Violet mencebik sebal. Seharusnya ia tahu bahwa Sean bukan tipe pria romantis. Boro boro membukakan pintu mobil untuknya, berkata manis saja tidak pernah. Apa yang ia dapat dari mengharap sikap manis pria itu? Malah ia mendapat hal yang sebaliknya. 

Dasar setan. Ku doakan sifat setannya terus bertahan! Biarkan saja dia tidak dapat jodoh!.
Batin Violet kesal. Ia menghujat Sean sepuasnya didalam hatinya.

"Ada yang ingin kau katakan?" Suara Sean memecah keheningan diantara mereka berdua. Violet langsung gelagapan saat Sean bersuara.

"Ti-tidak"

"Telan semua makianmu. Kalau kau berani, aku akan memakanmu hidup hidup"

Violet bergidik ngeri saat mendengar ucapan Sean, penuh dengan nada ancaman yang tidak main main.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di kedai ramen Ichisenju. Sean turun dari mobil dan melangkah masuk meninggalkan Violet yang masih saja mencibir perlakuan Sean yang tidak ada manis manisnya.

Sean memilih duduk di tempat favoritnya.
Paman Bear datang dengan senyuman lebarnya saat Violet baru menduduki bangku dihadapan Sean.

"Prince! Sudah lama sekali kau tidak berkunjung ke kedaiku. Dan sekarang kau membawa seorang gadis? Wah..... sepertinya beberapa bulan lagi aku akan mendapat sebuah undangan pernikahan" paman bear tertawa renyah.

"Dia bukan gadisku dan tidak akan pernah. Dia bawahanku paman" protes Sean sembari menatap Violet galak.

"Tapi kalau paman beranggapan bahwa aku adalah gadis dari pria ini tidak apa apa kok paman! Memang rencananya kita akan menikah! Aku akan mengundang paman, tenang saja!" Violet membalas ucapan paman bear dengan sangat antusias.

"Jaga anak ini baik baik ya" ucap paman Bear kepada Violet sembari mengusap puncak kepala Sean.

"Tenang saja paman! Aku akan menjaganya baik baik! Aku tidak akan membiarkannya disentuh wanita lain, Aku–"

"Seperti biasa ya paman" sela Sean cepat.

"Kau harus sabar menghadapinya, dia memang seperti itu jika sedang malu" Violet tertawa puas.

"Paman....."

"Baik baik, aku akan mengambil pesananmu" paman bear kembali ke dapurnya.

"Sean, apa kau tidak ingin berkata 'aku cinta kamu?' Kepadaku?" Tanya Violet sembari menopang dagunya dengan kedua tangannya. Ia menatap Sean sangat intens, sudah seperti pria itu akan hilang saja kalau ia mengalihkan pandangannya.

Sean tidak menggubris Violet. Ia masih sibuk dengan benda pipih ditangannya.

"Jawab aku"

"Dalam mimpimu"

Violet mengerucutkan bibirnya. Ia sudah tahu Sean akan menjawab seperti itu.

"Sean kau cute ya. Jarang jarang aku menemui pria seperti dirimu" ucapan Violet sukses membuat Sean mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Sean menatap Vio sebentar lalu menatap ponselnya lagi, menunduk dalam dalam agar gadis itu tidak melihat rona diwajahnya. Baru pertama kali ia mendengar pujian 'imut' seperti itu, karena kebanyakan wanita diluar sana akan memujinya dengan kata kata tampan bukan imut atau lucu.

Bagi Violet malam ini juga malam yang bersejarah untuknya. Kencan pertama di sebuah kedai ramen dengan malaikat tampan dan dimalam hari yang menambah kesan romantis, apalagi pria tersebut seperti Sean.

"Ini pesananmu, Prince" paman Bear datang dengan nampan berisi 2 mangkuk ramen serta air mineral dan teh ocha.

"Terima kasih paman" ucap Violet.

Sudah jam 8 malam dan mereka berdua baru menyelesaikan makan malam mereka.

"Jadi, siapa Daniel?" Tanya Sean to the point.

"Dia mantan pacarku saat aku masih berkuliah. Kami berpacaran saat semester awal. Aku mengenalnya pertama kali saat dia menawarkanku untuk pulang bersamanya, sejak saat itu kami makan dekat ya lalu kami berpacaran"

"Oh"

"Memangnya ada apa? Kau cemburu ya?" Tanya Violet dengan penuh selidik.

"Dalam mimpimu"

"Oh ya. Rencananya besok malam aku akan makan malam dengannya"

Sean tetap bergeming. Ia tidak berniat membalas perkataan Violet yang tidak berbobot untuknya.

"Aku juga ingin makan malam denganmu, dirumahmu bersama dengan calon mertua. Pasti akan menyenangkan"

"Ayo pulang" Sean bangkit dari duduknya dan berjalan keluar meninggalkan Violet.

"Tunggu!" Teriak Violet.

"Daniel mengajakku kencan. Betapa romantisnya dia! Pasti besok malam akan seru sekali" ucap Violet saat bokongnya sudah menyentuh jok mobil. Ia berkata seperti itu agar Sean cemburu.

Sean tidak menggubris Violet. Ia menarik sabuk pengaman yang terdapat di samping kepala Violet, akibatnya wajahnya dan gadis itu lumayan dekat, sehingga Violet harus menahan napasnya saat jarak wajah mereka terbilang dekat.

Astaga, bisa mati berdiri aku.
Batin Violet.

"Berisik" ucap Sean lalu menginjak pedal gas dan pergi dari sana.

Selama perjalanan Violet terus mengoceh tentang hubungannya dengan Daniel dimasa lampau. Tentang bagaimana Daniel menembaknya, makanan kesukaan pria itu, tempat tempat yang dijadikan tempat kencan mereka berdua, makanan favorit Daniel, dll. Sampai akhirnya mobil Sean terpakir tepat diperkarangan rumah Violet.

"Thanks Sean! Kau memang calon suami yang sangat baik. Aku akan senang menikahimu dimasa depan nanti"

Tanpa membalas ucapan Violet, Sean langsung menancapkan gas keluar dari perkarangan rumah Vio.

Beberapa menit kemudian ia sudah sampai di mansionnya. Sean melangkah masuk ke kamarnya sembari melepas jas dan kemeja serta celana panjangnya, digantikan dengan jogger pants serta kaus berwarna putih.

Ia duduk ditepi ranjang, mengusap wajahnya kasar. Entah kenapa ia merasa tidak suka saat Violet membicarakan tentang Daniel. Apa bagusnya pria itu?.

Sean berbaring diatas kasur dengan keadaan telentang menghadap langit langit kamarnya. Ia memikirkan tentang perasaannya kepada Violet. Apakah selama ini ia sudah terpesona oleh gadis itu?.

Queena Violeta.
Batin Sean.

Sekilas wajah Violet yang sedang tersenyum melintas dibenaknya. Ia jadi semakin bingung akan hatinya yang bimbang. Ia ingin mencoba tapi ia takut kalau kalau Daniel merebut Violetnya.

Kau tidak boleh kalah dengannya, Sean.
Batin Sean.

Ia mengacak rambutnya kasar. Sejak kapan ia menjadi pria yang terus memikirkan perasaannya terhadap seorang gadis yang dibencinya sejak awal?.

"Kau benar benar membuatku kacau" gumam Sean.

Ia memilih untuk tidur, sudah malas berdebat dengan akal sehat dan juga hatinya tentang perasaannya kepada Violet. Akal sehatnya terus berkata bahwa ia tidak mungkin menyukai Violet, tetapi hatinya berkata sebaliknya.

Continue Reading

You'll Also Like

562K 23.4K 38
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
2.9M 23.4K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
865K 131K 46
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
2.7M 137K 60
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _π‡πžπ₯𝐞𝐧𝐚 π€ππžπ₯𝐚𝐒𝐝𝐞