My Sweetest Ex

By myezbie

269K 19.2K 2.9K

Protektif dan diktator adalah sifat yang mendarah daging gadis itu, hingga membuat Iqbaal jengah dan memutusk... More

Prolog
BAB 1 : Boyfriend
BAB 2 : Mark My Words
BAB 3 : A Planning
BAB 4 : Him
BAB 5 : A Bit of Jealous
BAB 6 : Stalking Her
BAB 7 : Gossip
BAB 8 : An Angel
BAB 9 : Her Feeling
BAB 10 : They Are Fight
BAB 11 : Can We Be Friend?
BAB 12 : Make A Deal
BAB 14 - One Time
BAB 15 - I am Promise!
BAB 16 : Try to Move On?
BAB 17 : What's Wrong?
BAB 18 : Heartbreaking
BAB 19 : When The Regret it Come?
BAB 20 - What's My Fault?
BAB 21 : Three Painful Minutes
BAB 22 : Love Shot
BAB 23 : The Truth Untold
BAB 24 : What's It Wound?
BAB 25 : Break Up
BAB 26 : What Are You Missed?
BAB 27 : Another Chance
BAB 28 : They're Miss Each Other
BAB 29 : Hi Salsha?
BAB 30 : Dating Agency
BAB 31 : An Effort to Catch Her
BAB 32 : An Unexpected Fact
BAB 33 : Status?
BAB 34 : Kissing, Huh?
BAB 35 : I Got It!
BAB 36 : Pregnancy and The Wedding
Epilog

BAB 13 : A Little Secret

5.1K 415 40
By myezbie

Happy Reading.


Iqbaal benar-benar menuruti kesepakatan yang Salsha buat. Bukti konkretnya adalah ketika laki-laki itu tak menutup pintu komunikasinya, baik melalui langsung ataupun tidak langsung. Selama seminggu ini mereka rutin bertukar pesan meski harus Salsha yang memulai. Tidak hanya itu, setiap berangkat dan pulang sekolahpun mereka bersama—tidak jangan berpikir jika benar-benar berdua karna pada nyatanya Vanesha pun ada di antara mereka. Eh? Atau sebenarnya dia yang menjadi pihak 'diantara'?

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsha menunggu di depan pagar rumahnya sembari memainkan random ponselnya tuk mengusir kebosanan. Setelah lima menit, ia kembali menyimpan ponselnya. Matanya menatap ke arah jam di pergelangan tangan lalu mengalihkan atensinya ke ujung jalan. Bukannya malah menemukan mobil Audi putih
Iqbaal, dia justru melihat Bentley hitam di sana. Matanya mengamati mobil itu—tidak! Tepatnya si pemilik mobil. Salsha mengernyitkan dahi menebak laki-laki berkacamata hitam yang ada di kursi kemudi.

Terus mengamati hingga...

"Shit!" Dia mengumpat di detik berikutnya.

Itu—

"Selamat pagi!"

Alwan.

Kacau. Salsha merasa hari yang cerah ini akan menjadi suram. Sesuram wajah Pak Tedjo, si kesiswaan Garuda ketika mendapati banyaknya siswa yang terlambat.

Laki-laki yang berseragam sama dengannya itu telah berdiri di depannya tanpa ia sadari. Dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.

Salsha mendumel dalam hati. Tidak tahukah dia jika Salsha merasa was-was!

"Ayo berangkat!"

"Y-ya?"

"Ayo berangkat bareng."

Suara mobil berhenti membuat keduanya menoleh, Salsha menurunkan bahu. Tamat sudah riwayatnya.

Iqbaal keluar dari mobilnya, laki-laki itu sedikit mengernyitkan dahi menatap kakak kelasnya akan tetapi ekspresinya berubah mendingin. Dia menyandarkan tubuhnya di kap mobil sembari melipat tangan di dada.

"Jadi kamu mau bareng sama aku atau dia?" tanyanya datar. Tatapan mata menatap tajam ke arah kekasih sepupunya itu.

"Maaf," ucap Salsha lirih.

Alwan mengangguk, ia tetap tersenyum. Harusnya ia sadar jika gadis itu akan memilih Iqbaal meski ada gadis lain yang duduk di kursi penumpang.

Sayang, Alwan terlalu buta akan rasa cintanya.  Pada akhirnya lelaki manis itu memasuki mobilnya, memacu kereta besi itu tanpa adanya perempuan di kursi penumpang. 

***

Mobil hitam Iqbaal berhenti dengan selamat di parkiran khusus. Laki-laki itu melepas safety belt-nya, meski begitu ia masih belum enggan keluar dari mobil. 

Salsha memasukkan ponselnya dengan buru-buru, "Aku keluar dulu ya, makasih!" katanya sembari membuka pintu mobil. 

"Siapa suruh kamu keluar?" Suara sedingin air es itu menyapa indra pendengaran Salsha. 

"Kakak mau ngomong penting ya? Yaudah aku ke kelas duluan ya, lupa tadi malem gak ngerjain PR." Vanesha yang sadar akan ketegangan suasana pun memilih untuk keluar dari mobil setelah usapan hangat di puncak kepalanya.

"Maaf ya, gak bisa antar kamu."

Vanesha tersenyum memperlihatan gigi kelincinya, "Iya gak apa-apa," katanya kemudian membuka pintu mobil.

"Duluan ya, Kak Salsha."

Salsha yang semenjak tadi membuang muka pun hanya tersenyum terpaksa.  Ugh! Memangnya bocah itu siapa hingga pantas mendapatkan senyuman manis Salsha?

"Kamu bohongin aku?" Suara itu membuyarkan lamunan Salsha. Gadis itu menatap ke arah depan, bertemu pandang dengan iris elang kesukaannya. 

"Kamu gak ada jadwal jaga?"

"Aku tanya, kamu bohongin aku?"

Salsha meneguk salivanya. Demi Tuhan! Dia benar-benar takut dengan tatapan intimidasi Iqbaal. 

"E-enggak,"cicitnya pelan.

"Kamu pikir aku bego?"

"Baal..."

"Aku harap ini yang terakhir, sesuai kesepakatan kita Salsha." Laki-laki itu mencabut kunci mobilnya, memasukkan ke dalam saku berlogo OSISnya. 

"Aku kenal kamu. Aku tahu kamu gadis baik, gadis cantik yang bisa dapetin siapapun cowok yang kamu mau. Tapi aku pikir, jadi perusak hubungan orang lain itu gak baik."

Salsha masih diam menatap ke arah pergerakan Iqbaal yang acuh padanya. Laki-laki itu beranjak keluar mobil namun sebelumnya ia sempat berkata, "Jadi, jangan buat aku menyesal untuk kenal sama kamu."

***


Salsha mengaduk minumannya tanpa minat, lemon tea yang dipesannya itu diaduk terus menerus hingga menimbulkan busa di bibir gelas. Gadis yang melamun itu masih belum mengeluarkan suara, bahkan sejak pelajaran matematika, kimia, hingga saat ini di kantin pun dia masih diam.  Jeha yang ada di depannya pun menggulirkan matanya, hingga kemudian ia teringat sesuatu. 

"Sha."

"Hmm..."

"Dengerin gue,"

"Apa?"

Jeha menghela napas menatap sahabatnya itu. Dia tahu ada sesuatu  hal yang ada dipikiran gadis di depannya ini. 

"Gue kemarin ngeliat Steffi."

"Di mana?"

"Di depan halte. Dia dijemput pakai mobil biru metalik kemarin."

"Terus?"

Masih belum ada respon yang tanggap dari Salsha. Jeha menghela napas, meski Steffi menjauh dari mereka dia paham betul jika Salsha tak akan secuek itu jika mengetahui informasi ini.

"Dan lo tau siapa yang jemput dia?"

Salsha menggeleng.

"Kak Daniel."

Bola mata karamelnya langsung membulat, ia bahkan tak lagi menumpukan dagunya.

"Lo serius?"

Jeha mengangguk, "Dua ribu rius. Ada stiker b-boy di kaca belakang mobilnya."

"Lo gak lagi salah liat atau apa gitu?"

"Bahkan gue tanya sama anak-anak yang sempet ngeliat di halte, cirinya sama kayak Kak Daniel."

Salsha langsung berdiri meninggalkan Jeha, membuat gadis berkuncir kuda itu juga ikut mengikuti langkahnya.

"Sha, jangan gegabah!" kata Jeha memperingati.

Belum ada respon dari gadis yang berjarak dua kaki darinya itu. Jeha menggaruk rambutnya, terlampau frustasi menghadapi sifat sahabatnya.  Tepat dugaan, gadis berambut cokelat itu sedang bergurau di kelas dengan Bella dan sekawannya. 

"Jauhin Daniel."

Steffi mendongak menatap Salsha yang tiba-tiba datang membawa dua kalimat yang menurutnya sangat tak masuk akal.

"Apa urusan lo?"

"Gue bilang jauhin Daniel."

Tatapan Steffi menajam, gadis itu melipat tangannya di dada menatap Salsha remeh. "Ada hak apa lo nyuruh gue ngejauhin Kak Daniel?"

"Karna dia gak pantes buat lo."

Steffi memerah, aura kemarahan mulai mendominasi di wajah gadis blasteran itu. Perbincangan yang cukup sengit itu mengundang beberapa teman sekelas bahkan kelas sebelah—baik yang ada di dalam atau luar untuk menjadi pendengar. 

"Oh... Apa lo ngerasa kalau cuma lo aja yang pantes buat semua cowok di dunia ini?" Steffi memandang Salsha dengan tatapan remehnya, dia bahkan mendecih di akhir kalimat.

"Gue gak bilang gitu. Masih banyak cowok lain dan Daniel gak termasuk hitungan."

"Kenapa? Karna cuma lo yang pantes buat dia?!" Steffi mulai menaikkan nada bicaranya. 

"Lo tuh kenapa sih suka banget ngerusak kesenangan orang? Lo sadar gak berapa banyak hati yang udah lo buat sakit hati karna keegoisan lo?" Steffi menjeda ucapannya, "oh iya, gue lupa. Lo kan gak punya tingkat kepekaan yang tinggi."

"Stef..." Kali ini Jeha mulai ambil andil bicara, Steffi itu payah dalam mengontrol emosinya dan dia yakin kontrol bicaranya pun akan sama buruknya.

Steffi memandang Jeha yang menatapnya dengan isyarat sesuatu, dia paham apa yang dikatakan oleh si gadis manis itu meski Jeha hanya berkata lewat pamdangan mata saja. 

"Bahkan lo gak tahu, kalo sahabat lo satu-satunya juga korban dari sikap egois yang lo punya."

***


Aloha!
Ada yang kangen aku? Huhu maafkan diriku yang sudah hiatus terlalu lama,  eh? Apa kecepetan?

Semoga part ini bisa mengobati rasa rindu kalian pada nona Salsha yang super dwuepwer tak tertebak ini!


Cium beceq
Biebers.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 130K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
493K 18.5K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
60.5K 5K 24
Kenapa yang indah selalu menjadi seperti ini? Katakan padaku mengapa?! Mengapa cinta berakhir? Mengapa sesuatu yang indah akan hilang? Ini hanya ang...
539K 26.3K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...