[13]. Who Is You? [ The Myste...

By CattleyaLian

183K 17.7K 2.2K

[ COMPLETED ] Krist perawat, seorang putra kolongmerat ternama di Bangkok yang tiba-tiba saja mendapatkan seo... More

Prolog
The Mysterious Bodyguard - Part 1
The Mysterious Bodyguard - Part 2
The Mysterious Bodyguard - Part 3
The Mysterious Bodyguard - Part 4
The Mysterious Bodyguard - Part 5
The Mysterious Bodyguard - Part 6
The Mysterious Bodyguard - Part 7
The Mysterious Bodyguard - Part 8
The Mysterious Bodyguard - Part 10
The Mysterious Bodyguard - Part 11
The Mysterious Bodyguard - Part 12
The Mysterious Bodyguard - Part 13
The Mysterious Bodyguard - Part 14
The Mysterious Bodyguard - Part 15
The Mysterious Bodyguard - Part 16
The Mysterious Bodyguard - Part 17
The Mysterious Bodyguard - Part 18
The Mysterious Bodyguard - Part 19
The Mysterious Bodyguard - Part 20
The Mysterious Bodyguard - Part 21
The Mysterious Bodyguard - Part 22
The Mysterious Bodyguard - Part 23
The Mysterious Bodyguard - Part 24
The Mysterious Bodyguard [ Ending ]
Epilog

The Mysterious Bodyguard - Part 9

6.4K 669 118
By CattleyaLian

"Jangan dekat-dekat dengan pria kemarin."

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Singto membuat Krist kesal, sudah berkali-kali Singto mengatakan hal yang sama, apa dia tidak bosan?

kenapa juga Singto senang sekali melarangnya ini dan itu, sampai Krist ingin dekat dengan siapapun Singto harus mengaturnya, persis seperti kedua orang tuanya.

"Tidak mau."

Tolak Krist, untuk apa menuruti perkataan Singto, Nat baik padanya, tidak seperti Singto yang selalu jahat, jika Singto bisa berubah seperti Nat baru Krist akan mendengarkan apa yang Singto katakan.

"Krist, dengarkan aku. Jangan dekat-dekat dengannya."

Ingatkan Singto sekali lagi, Karena sudah bosan dengan penolakan yang di berikan oleh Krist padanya, padahal Singto selalu melarangnya, tetapi Krist selalu saja tidak mengindahkannya.

"Kenapa?"

Tanya krist ingin tahu apa jawaban yang keluar dari mulut Singto, apa yang akan pria itu jawab.

"Aku tidak suka."

Krist menyergit mendengar hal itu, hanya karena Singto tidak menyukainya, apa iya krist harus menjauhi pria itu, yang benar saja.

"Kenapa kau tidak suka?"

"Kenapa juga aku harus memberitahu mu?"

Tanya balik Singto, yang tidak suka Krist seakan memojokkan dirinya, sudah Singto katakan alasanya jika dia tidak suka, tetapi Krist masih saja terus bertanya kepadanya.

"P'Sing, kau harus memberitahu aku tentang itu."

Tuntut Krist dengan pandangan mengintimidasi yang di tunjukkannya pada Singto, sungguh dia ingin tahu alasannya.

"Maaf, aku tidak bisa."

Mendengar penolakan yang lagi-lagi keluar dari mulut Singto membuat Krist malas, selalu saja seperti ini, giliran dia saja bebas sementara krist tidak bisa.

"Kau selalu merahasiakan sesuatu dari ku."

"Memang kau siapa aku harus bercerita padamu?"

"Berapa umurmu?"

Singto menatap ke arah Krist, "25 tahun, memang kenapa?"

"Tidak, hanya saja... Kau terlihat tua tidak seperti P'Nat."

Ledek Krist, sambil menjulurkan lidahnya. Sebelum berlari meninggalkan Singto yang kini menatapnya dengan tajam, karena tidak suka di bandingkan dengan Nat, membuat bulu kuduk Krist berdiri seketika.

Tidak tahu ini hanya perasaannya saja atau bukan, tetapi Krist merasakan ada aura aneh dari dalam diri Singto. Seperti sisi gelap mungkin, mirip seperti yang di film-film barat, yang bisa membuat orang merinding.

"Krist, mau kemana kau?"

Singto berlari mengejar Krist yang kini keluar menuju halaman depan rumahnya, untuk menghindari Singto yang kelihatannya marah padanya.

Krist hanya memilih untuk mengamankan dirinya saja, dari amukan singa itu, tetapi tiba-tiba saja Singto bisa mengejarnya, lalu langsung memeluk pinggang Krist dari belakang, supaya pria itu tidak bisa kabur lagi darinya, meskipun kini Krist sudah mulai memberontak di dalam dekapan Singto.

"P'Sing, lepaskan aku."

"Tidak akan."

"P'Sing, jangan seperti ini."

"Aku akan membuang mu, ke kolam ikan supaya ikan memakanmu."

Mendengar apa yang Singto katakan, Krist semakin meronta-ronta di dalam dekapan Singto, karena dia sadar jika Singto itu agak sedikit menyeramkan dan jahat pada Krist, siapa tahu saja pria itu nekat.

"Huwaaaaa, Mommy...."

"Tidak ada orang tuamu dirumah."

Ingatkan Singto yang membuat jeritan Krist semakin kencang, dengan tubuh gemetaran ketakutan, padahal tadi Singto hanya bercanda tetapi anak itu mempercayainya bahkan menangis sekarang ini, karena ketakutan.

"Krist, sudah jangan menangis. Katanya kau tidak mau menangis lagi?"

"Tapi aku takut."

"Aku tidak akan membuangmu."

"Janji tidak akan pernah membuang ku?"

"Iya, sudah jangan menangis lagi."

Saat Singto melepaskankan dekapannya, Krist langsung membalikkan tubuhnya dan beralih untuk memeluk Singto dengan sangat erat.

Krist mendongakkan kepalanya ke arah Singto, dan melihat jika pria itu kini tengah menatapnya, membuat keduanya bertatap-tatapan cukup lama, sebelum Krist menghela nafas beratnya sebelum ingin menyampaikan sesuatu hal yang penting pada Singto.

"P'Sing, aku menyu..."

"Krist..."

Suara seseorang menginterupsi ucapan Krist pada Singto, membuat remaja manis itu menatap tidak suka ke arah gerbang rumahnya, tetapi begitu melihat siapa yang ada di depan gerbang, raut wajah Krist berubah menjadi berbinar-binar.

Dengan cepat Krist melepaskankan pelukannya pada Singto, dan berlari ke arah gerbang rumahnya, untuk membukakan gerbang itu untuk Nat meskipun dengan kesusahan.

Melihat hal itu, Singto menghampiri Krist dan membantunya untuk membuka gerbang. Karena tahu Krist tidak akan bisa sendirian, memang apa yang Krist bisa lakukan.

Baru saja gerbang dibuka dan mobil Nat masuk kedalam pekarangan rumah Krist, remaja manis itu langsung merangkul lengan pria itu dengan manja.

"Kenapa tidak bilang padaku, jika mau datang?"

"Apa aku harus meminta ijin dulu? Jika iya, nanti aku akan melakukannya."

"Tidak perlu, aku senang P' datang jadi aku punya teman."

"Memang kau tidak punya teman?"

"Tidak."

"Tenang sekarang ada aku yang akan menjadi temanmu."

Singto mendengus kesal ketika mendengarnya, pria itu hanya melangkahkan kakinya, di belakang Nat dan juga Krist sambil menatap keduanya dengan tatapan malas, mereka berdua itu cocok sama-sama senang membuat Singto kesal.

"Bagaimana jika kita pergi?"

"Aku ma..."

"Tidak bisa, Krist tidak bisa pergi kemanapun."

Rasanya Krist ingin menendang Singto karena dengan kurang ajar memotong ucapannya, padahal Krist belum berkata apa-apa.

Sudah dua kali ucapan Krist selalu di potong begitu saja, padahal Krist mau mengatakan hal yang penting, ucapan dan pendapatnya itu juga penting.

"Kenapa dia tidak bisa pergi kemanapun, Khun Singto?"

"Ini waktu nya dia untuk tidur siang."

Wajah Nat berubah ketika mendengarnya, dan menatap Singto dengan pandangan dalam, membuat Singto mengalikan pandangan matanya ke arah lain.

"Aku mau pergi."

"Tidak bisa, Krist."

"Sekali saja."

"Tidak boleh."

"Aku mau pergi."

"Aku tidak mau kau pergi."

"P'Sing..."

Rengek Krist di lengan Singto, remaja itu menggoyangkan lengan Singto ke kiri dan kanan, supaya pria itu mau mengijinkannya.

"Tidak bisa."

"P'Sing, jangan jahat padaku."

Singto hanya diam tidak mau menjawab Krist, sampai kapanpun Singto tidak akan mengijinkan krist pergi bersama dengan Nat.

Sementara Nat menatap interaksi keduanya dengan sinis, entah apa yang ada di pikiran pria itu sekarang, tetapi rasanya pria itu tidak suka dengan kedekatan kedua orang itu.

______________

Krist hanya menatap malu-malu kepada Nat, ketika pria itu sekarang menemaninya untuk menonton film kartun kesukaannya, tidak seperti Singto yang selalu mengomel padanya, dan juga selalu menggerutu tentang apa yang Krist lakukan.

Pria itu berbeda 180 derajat dari Singto. Perbedaannya seperti bumi dan juga langit, tetapi Krist lebih nyaman bersama dengan Singto, karena Singto kekeuh tidak mengijinkannya untuk pergi jadi Krist hanya berdiam diri dirumah saja, katanya takut jika nanti ada yang menerornya lagi.

Alasan yang sungguh masuk akal memang, tetapi membuatnya terkurung di dalam rumah, untung ada Nat yang mau menemaninya bermain, jika itu Singto pasti Krist akan di abaikan, pria itu bisanya hanya menyuruh Krist saja, tetapi tidak pernah berbuat sesuatu untuknya, masa harus Krist terus yang menyuruhnya baru Singto mengerti apa yang dia mau.

Dasar wajah datar, pria paling tidak peka sedunia. Membuat Krist bertambah kesal sekarang, ingin memaki Singto tetapi tidak bisa.

Krist langsung mengambil pink milk yang berada di atas meja tepat di depan matanya, ketika salah satu pelayannya baru saja meletakan minuman dan makanan kecil di atas meja, untuk menemaninya mengobrol bersama dengan Nat.

Ekor mata Krist mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan pencari keberadaan Singto, tetapi pria itu tidak ada. Sepertinya Singto benar-benar tidak suka pada Nat, padahal mengobrol bertiga kan lebih enak dan ramai, dari pada hanya berdua saja, dan pria itu lebih memilih menyendiri sekarang.

"Sampai kapan sekolah mu libur?"

"Sampai minggu depan."

"Bagaimana jika hari Minggu kita pergi piknik."

"P' mengajakku?"

"Iya."

Ingin Krist berkata iya, tetapi bagaimana dengan Singto. Krist sadar jika dia harus meminta ijin dari pria itu, karena bagaimanapun juga saat ini Krist di titipkan padanya, jika terjadi apa-apa singto nanti yang akan di salahkan, dan Krist tidak mau itu terjadi.

"Aku akan bertanya dulu pada P'Sing."

"Bukankah dia hanya bodyguard mu saja?

"Iya, tapi aku..." Krist menggelengkan kepalanya, sambil menutup mulutnya dengan rapat, "Orang tuaku menitipkan aku padanya."

"Oh, aku mengerti. Kita bisa ajak dia."

"Apa boleh?"

"Tentu saja, bukankah bagus. Semakin banyak orang semakin bagus."

Nat menatap ke arah lantai dua rumah Krist, dimana saat ini ada Singto yang tengah mengawasi keduanya, melihat Nat menatapnya Singto langsung pergi meninggalkan tempatnya berdiri barusan.

"Aku akan bertanya padanya sekarang."

"Kenapa sekarang?"

"Supaya kau tahu aku akan ikut atau tidak."

"Mmm, tanyakan sekarang saja."

Mendengar itu, Krist langsung berlari dengan riang menuju ke arah kamar Singto, untuk menanyakan hal itu pada  Singto, setelah kepergian Krist Nat mulai menatap Krist dengan tatapan yang misterius.

__________

Dengan cepat melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar Singto dengan gembira, meskipun Krist tidak tahu Singto akan mengijinkannya pergi atau tidak.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Krist langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Singto, remaja manis itu melihat Singto yang tengah berada di atas balkon kamarnya.

Krist menghampiri Singto, dan memeluknya dari belakang, biasanya Singto akan marah dan mengomelinya tetapi kini pria itu hanya diam saja, tidak ada protes yang keluar dari mulutnya untuk Krist.

"P'Sing..."

Panggil Krist sambil memeluk Singto semakin erat, dan membenamkan wajahnya di punggung kekar Singto, yang menurut Krist sangat nyaman jika dia mau bersandar disana sekarang.

"Apa?"

"P'Nat mau..."

"Tidak boleh."

Singto langsung memotong ucapan Krist, tanpa membiarkan remaja itu melanjutkan ucapannya, dia sudah tahu maksud berdatangan Krist untuk menemuinya, dan jangan harap Singto mau mengijinkannya.

"Kenapa tidak boleh."

"Jangan banyak bertanya."

"P'Sing, aku sudah besar. Kau tidak boleh terus melarangku ini dan itu."

Singto hanya menatap Krist dengan datar, "Pergi saja jika kau mau, jika kau sudah memutuskan untuk pergi, untuk apa lagi kau bertanya padaku, pergi saja bersama dengannya, aku tidak perduli padamu."

"Akukan bertanya baik-baik."

Tetapi Singto tidak menjawabnya, membuat Krist menjadi heran dengan hal itu, kenapa sikap Singto jadi aneh ketika Nat ada, seperti ada sesuatu di antara keduanya yang Krist tidak tahu.

Singto tidak terlihat membenci pria itu, tetapi juga tidak terlihat suka pada pria itu. Tetapi apa alasan Singto melarangnya untuk pergi, Krist tidak bisa menentukan sesuatu jika tidak tahu alasan yang sebenarnya.

"Tapi kau memaksa."

"Aku belum pernah pergi piknik."

"Benarkah?"

"Iya, selama aku hidup aku hanya terkurung ini disini, tidak ada yang lainnya lagi. Apa aku salah ingin pergi sebentar saja, aku kan juga ingin bebas hanya sejenak saja, meskipun aku sebenarnya tidak mau pergi denganya, tetapi orang yang aku harapkan justru jahat."

"Kau bilang apa?"

"Kau jahat, kejam, dan tidak punya perasaan."

Krist menatap Singto dengan mata berkaca-kaca, melihat Krist mau menangis lagi, Singto mendorong tubuh Krist ke belakang kaca balkon di belakangnya, membuat Krist kaget, apalagi saat singto mendekatkan wajahnya ke arah Krist.

"Aku tidak suka jika kau menangis."

Bisik Singto di telinga Krist sebelum menempelkan bibirnya di bibir Krist, dan mengecap bibir remaja manis itu, hingga tidak lama kemudian lidahnya menerobos masuk kedalam rongga mulut Krist, menjelajahi apa yang ada di dalam sana.

Lidah Singto mengait lidah Krist, mengajaknya untuk ikut mengikuti setiap gerakan yang lidah Singto lakukan.

"Kenapa kau diam saja?"

Tanya Singto, ketika Krist hanya diam saja dan tidak membalas ciumannya, tetapi tidak bisa di bilang untuk menolaknya juga.

Krist menundukan kepalanya, sambil memainkan kedua tangannya dengan gusar, "Aku tidak tahu harus apa."

Singto tidak bisa untuk tidak tertawa sekarang, apa lagi ketika kini melihat Krist yang cemberut padanya, bukannya itu menggemaskan untuk di lihat.

Dan Krist yang melihat itu langsung berniat untuk pergi meninggalkan Singto karena merasa malu. Dia benar-benar tidak tahu harus apa, tetapi dengan teganya Singto malah menertawakannya dirinya, bukannya membantunya.

Tangan Singto menarik lengan Krist, lalu menarik Krist kembali lagi pada posisinya yang tadi. Dan mengarahkan kedua tangannya untuk menahan sisi kiri dan kanan tubuh Krist, agar remaja itu tidak bisa kabur darinya.

"Lihat aku."

Tangan Singto mengangkat sedikit dagu Krist, membuat krist mengarahkan wajahnya untuk menatap ke arah Singto, dan saat ini Singto bisa melihat dengan jelas wajah Krist yang sekarang memerah karena malu. Membuatnya lebih terlihat lebih imut dari biasanya.

"Ikuti semua yang aku lakukan."

Bisik Singto sebelum menatap Krist dengan dalam, sebelum mencium bibir Krist dengan lembut, mengecapnya secara perlahan-lahan, membagi kemanisan yang bisa keduanya tawarkan satu sama lain.

Sedangkan Krist, mengikuti setiap gerakan Singto, dengan tersendat-sendat, dan juga pelan. Tangan Singto menarik tengkuk Krist untuk memperdalam ciuman keduanya, dan melingkarkan salah satu tangannya yang terbebas di pinggang Krist.

Tangan Krist memukuli dada Singto dengan pelan, mengisyaratkan agar Singto melepaskankan ciuman keduanya.

Setelah ciuman keduanya terlepas, tangan Singto terulur untuk mengusap saliva mereka yang berceceran di bawah bibir Krist dengan lembut.

Menerima perlakuan itu dari singto, langsung membuat Krist berlari kabur meninggalkan pria itu sendirian begitu saja. Hingga Singto menatapnya dengan tidak percaya dengan kelakuan aneh Krist itu.

Harusnya tadi Krist kabur sebelum Singto belum menciumnya, bukannya sekarang baru dia kabur. Jadi Singto tidak tahu apa yang sebenarnya Krist inginkan.

Pria itu melangkahkan kakinya ingin menyusul kemana Krist akan pergi, tetapi baru saja saat kaki Singto mencapai ambang pintu kamarnya, ada seseorang yang kini sudah berdiri di depan pintunya.

"Untuk apa kau kesini?"

Nat hanya tersenyum dan berjalan mendekati Singto, lalu merangkul pinggang pria itu, sambil menatap Singto dengan lembut.

"Bertemu dengan mu."

"Jangan bersikap kau mengenalku."

"Oh, kenapa? Apa karena anak itu?"

"Ini urusan ku P."

"Urusanmu adalah urusanku juga, sing."

"Tidak dengan hal ini, aku mau melakukannya sendiri."

Mendengar hal itu Nat hanya menepuk pundak pria di samping itu dengan pelan, tangan Singto langsung menepis tangan Nat yang berada di pinggang nya.

"Ingat, kau tidak boleh suka dia."

Raut wajah Singto kini langsung berubah meredup ketika mendengar apa yang Nat katakan  padanya, hingga kini aura hitam mulai menyelimuti seluruh tubuhnya, pria itu menatap Nat dengan sinis.

"Tidak perlu menasehati aku, aku tahu apa yang harus aku lakukan."

"Kau yakin?"

"Jika aku tidak yakin, apa yang akan kau perbuat?"

Tanya Singto sambil menaikkan salah satu alisnya, membuat Nat menyeringai ke arah Singto, sambil merangkul bahu pria itu dengan mesra, pria itu mendekatkan wajahnya ke arah Singto.

"Aku akan melakukan apapun untuk mu."

Cukup sekian, terima kasih.


Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 68.4K 24
semua part pendek. "JIKA MENCINTAI TAK HARUS MEMILIKI, MAKA BOLEHKAN SAYA MENGHAMILIMU TANPA MENIKAH" Bimanuel Dirgantara. "GUE BUKAN HOMO BANGSAT"...
BUCIN By pici

Short Story

45.6K 3.2K 15
Para pasangan yang masuk kedalam golongan Sekte Budak Cinta. Warning ; Cerpen. Mengandung Boyslove. Hanya haluan, jangan dibawa ke dunia nyata. Yang...
40.7K 2.1K 53
Mencintai dalam diam seperti kisah sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah? Itu yang dirasakan gadis bernama Rachel Azera Quenby, mencintai seorang pria y...
4.3M 272K 21
"Lo pendiam ya, sekali ngomong yang keluar malah desahan" ___________ Warning : - boy's love - banyak adegan ohohihik skidipapap uwaw🔞