Always Lin [Lai Guanlin]

By hilxlin

46.6K 3.6K 93

"Na, hatiku...sudah kamu bawa jauh bertahun-tahun lamanya. Dan sekarang, kamu minta aku buat menjauh dan melu... More

1: Tukang ngintip
2 : Ditebengin
3 : Nasgor
4 : Pujasera
5 : dejavu
6 : what is love?
7 : my answer is you
8 : jealous
9 : instagram?
10 : remidi?
11 : sick?hug?
12 : slap
13 : kesel,capekkk
14 : wedang ronde
15 : ternyata sahabat?
16 : jihoon sialan!
18 : cie ngebelain dia:')
19 : berantem??
20 : Lin, jangan pergi...
21 : jauh darimu..
22 : jatuh hati denganmu
23 : kamu percaya kan???
24 : sepan
25 : gimana apanya?
26 : Makrab
27 : kekunci!!
28 : asli ganteng
29 : Guanlinnnnn😈
30 : mistakes
31 : get sick
32 : dijengukin para cogan
33 : baikan
34 : surprised
35 : es kepal
36 : seriously,im sorry
37 : graduation
39 : nyeri lagi
38 : hangout
40 : what a fact?
41 : Sena?
42 : shocked
43 : nothing a reason
44 : let you go
45 : hai Sena
46 : gagal?
47 : selamat ulang tahun
epilog

side story- the bad night

747 39 3
By hilxlin

⚠️⚠️part ini mungkin agak🔞
Jadi kepada pembaca mohon bijak menanggapi nya ya 😁







Haknyeon mengajak Sena pergi ke apartemennya. Haknyeon bilang, orangtuanya sudah menunggu mereka berdua didalam apartemennya.

Sena menurut dengan perkataan Haknyeon, mungkin akan menyenangkan jika bertemu dengan orangtua Haknyeon.

Saat masuk kedalam apartemen Haknyeon, terlihat sepi. Membuat Sena bingung.

"Nyeon? Kok sepi? Mana orangtua kamu?" Tanya Sena. Haknyeon ternyata sudah tidak ada di samping Sena.

Remang-remang terlihat cahaya temaram lilin dari arah dapur, Sena mendekat ke arah sana.

Ternyata Haknyeon sudah duduk disana dengan senyum mengembang di bibirnya.
Sena duduk di hadapan Haknyeon.

"ternyata orangtuaku belum pulang, kita rayain makan malem berdua aja, ya?" Ujar Haknyeon.

Sena mengangguk dan tersenyum, "makasih, aku nggak nyangka kalo kamu ternyata bisa bikin kejutan kecil ginian buat aku."

"Apapun biar kamu bahagia sama aku."
Ujar Haknyeon.

Lalu keduanya memakan makanan yang sudah di pesan oleh Haknyeon.
Mereka berdua makan dengan tenang.

Selesai makan malam, Haknyeon mengajak Sena menonton tv di kamarnya.

Sena duduk didekat Haknyeon.





"Aku sayang banget sama kamu, aku harap, kamu nggak akan ninggalin aku, Sen."
Ujar Haknyeon seraya membelai rambut Sena.

Sena tersenyum kecil, dalam hati ia memohon maaf kepada Haknyeon jika dirinya tidak benar-benar mencintainya.

"Aku udah percayain hati aku buat kamu. Jangan pernah buat aku kecewa." Ucap Haknyeon lagi, kali ini dengan ciuman di bahu Sena.

Badan Sena terasa sedikit panas, ada rasa panas yang aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya. Ditambah ciuman Haknyeon baru saja, membuat semakin bergejolak rasa aneh itu.

Haknyeon mengubah posisi Sena menjadi menghadapnya, semakin mengikis jarak diantara kedua wajah mereka.

Deru nafas Haknyeon terasa panas di wajah Sena. Dengan perlahan, Haknyeon mulai mencium Sena.

Sena berusaha menolak, namun, rasa gairah yang muncul dari dalam tubuhnya lebih kuat dibandingkan penolakannya pada lelaki itu.

Sena masih enggan untuk membalas ciuman Haknyeon. Haknyeon sedikit tidak sabar. Lalu dia menggigit bibir Sena dan membuat gadis itu refleks membuka mulutnya.
Lalu Haknyeon mendapatkan akses dengan mudah.

Tangan Haknyeon dengan bebas mengusap punggung Sena yang halus dari balik kaos yang Sena pakai.
Entah bagaimana Sena tidak menolak sedikitpun dari tindakan Haknyeon padanya. Tangannya justru melingkar di leher Haknyeon.

Haknyeon semakin mencium Sena dengan panas, terlebih saat tangannya berhasil melepaskan kaitan bra milik Sena.

Namun tiba-tiba Haknyeon melepas ciumannya membuat Sena menatapnya dengan penuh pertanyaan.

"Sena, aku—"

"Don't stop it, baby." Haknyeon terkejut mendengar balasan Sena, namun sedetik kemudian dia menyunggingkan senyumnya.

Apa obat itu benar-benar bereaksi pada tubuh Sena? Batin Haknyeon.

Kemudian Haknyeon menggendong Sena untuk masuk ke dalam kamarnya.
Dan itu adalah malam yang— entahlah, bisa disebut juga penyesalan bagi Sena, tetapi, dia menikmatinya.





***




Alarm tengah malam membuat Sena membuka matanya yang sudah terlelap sejak 1 jam yang lalu.

Diliriknya tempat tidur disampingnya, membuat Sena langsung panik karena Haknyeon tidak ada disitu.

Ia semakin panik saat sadar apa yang telah ia lakukan beberapa jam yang lalu dengan Haknyeon. Ia benar-benar kelepasan. Sena tak habis pikir, bagaimana bisa dirinya tidak menolak sama sekali dengan apa yang Haknyeon perbuat, dan malah meminta lebih padanya.

Persetan dengan semua itu, Sena sekarang tengah memakai bajunya dengan tergesa dan mencari Haknyeon.
Ia cari ke seluruh penjuru apartemen milik lelaki itu, namun tidak ia temukan.
Ia telfon berkali-kali, namun tidak diangkat sama sekali. Bahkan, nada sambung pun tidak terdengar sama sekali.

Badannya bersender pada lemari es di dapur, badannya merosot diikuti Isak tangisnya yang pecah. Air matanya tak henti-hentinya menitik.

Sena tersadar, bahwa ternyata dirinya telah ditipu oleh lelaki itu. Ternyata Haknyeon menghindar.
Ternyata dirinya hanya dimanfaatkan saja oleh orang yang bahkan sebenarnya ia cintai dengan pura-pura.



Aku sayang banget sama kamu, aku harap, kamu percaya sama aku


Bohong!

Dasar pembohong!

Dasar buaya! Hanya membual saja, batin Sena.

Tapi, Sena juga mengutuk dirinya karena dirinya juga bodoh! Dia menyerahkan dirinya untuk lelaki itu.

Dalam hati ia mengumpat keras.
Bagaimana bisa ia terjerumus dalam perangkap Haknyeon, meski hanya diberi kata-kata seperti itu? Bahkan dirinya sebelumnya tidak pernah menaruh perasaan apapun meski Haknyeon setiap hari berlaku manis padanya.

Sekarang, dirinya kehilangan kehormatannya sebagai seorang perempuan. Mahkota yang seharusnya ia jaga, malah ia berikan begitu saja tanpa sadar pada lelaki itu.

Jauh-jauh ia menjaga kehormatannya, namun sekarang sudah hancur begitu saja.

Lalu, pikirannya beralih pada Ibunya.
Ibunya akan kecewa? Itu pasti. Sena takut jika Ibunya tahu tentang ini, terlebih lagi jika Sena suatu saat akan hamil akibat perbuatannya ini.

Oh Tuhan. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bahkan lelaki itu pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

Sekuat tenaga ia bangkit, dengan badan yang sedikit terhuyung, tangannya berpegang pada gagang pintu lemari es.

Matanya memicing melihat secarik kertas berwarna kuning menempel pada dinding pintu lemari es.

Ia ambil kertas itu, lalu matanya menyapu seluruh halaman.


Sena, maaf aku harus pergi sekarang.
Ada telfon dari perusahaan yang menerima aku buat kerja disana, aku harus berangkat sekarang.
Maaf kalo kamu bangun, aku nggak disamping kamu.
Aku juga minta maaf, atas perbuatan kita semalam.
Aku bakal balik sekitar 3 atau 5 bulan lagi, aku akan langsung menikahi kamu saat aku pulang nanti. Aku janji.

Love, Haknyeon.


"Brengsek!!" Umpat Sena.
Tangannya meremas kertas itu.
Antara amarah, sedih, khawatir, juga rasa takut jika Haknyeon tidak bertanggungjawab, semuanya beradu dalam ukuran yang sama.

Ia benar-benar tidak tahu, apakah ia harus memercayai Haknyeon—jika suatu saat akan kembali. Atau ia harus mencari lelaki lain yang mau menikahinya, jika dia benar-benar hamil.

Tapi, ia bisa saja hamil, karena.... semalam... mereka lupa memakai pengaman.



Sena mengambil tas selempang miliknya, lalu ia keluar dari apartemen Haknyeon.

Diluar sangat dingin, sesaat ia terdiam diluar lobi apartemen. Bingung harus kemana, rumahnya yang ia tempati sendirian jaraknya cukup jauh dari situ. Ia tidak membawa kendaraan apapun, kendaraan umum pun pasti sudah tidak ada di jam-jam seperti ini.

Lihat, betapa sialnya dirinya sekarang. Setelah kehilangan kehormatannya, ia sekarang bingung seperti orang gila.

Ada sesuatu yang membuat dirinya sedikit lega dalam situasi seperti ini.
Ia melihat Guanlin, tengah berjalan sendirian, dengan pakaian wisudanya tadi pagi.

Ada apa dengan Guanlin?

Lalu dengan langkah seribu ia mendekati Guanlin.

Guanlin sedikit terkejut melihat Sena yang malam-malam begini masih berkeliaran di jalanan sepi seperti ini.

"S-sena? Kenapa kamu bisa disini?"
Tanya Guanlin.

Sena sedikit tergagap untuk menjawabnya, "aku.. kebetulan baru pulang setelah acara private party buat kelulusan aku di apartemen temenku."
Jawab Sena berbohong.

"Terus, kenapa sekarang malah diluar? Bahaya cewek jalan sendirian malem-malem begini, sebaiknya kamu nginep aja di apartemen temen kamu."
Ujar Guanlin.

Sena tersenyum kikuk seraya menahan dingin. "Lagian, itu apartemen cowok, temen aku yang cewek pulangnya masih lama lagi kayaknya."

Guanlin hanya ber-oh ria.

"Kamu sendiri ngapain malem-malem begini masih diluar, belum ganti baju lagi dari tadi pagi." Ucap Sena. Guanlin tersenyum miris.

Dalam hati Guanlin menertawakan dirinya sendiri yang mengharapkan gadis itu datang, lalu memeluknya dan memberi ucapan selamat atas kelulusannya.

Bahkan fakta yang ia terima tidak sama dari realita yang ia bayangkan tadi. Hubungannya pun sudah kandas dengan gadis itu. Jadi, tidak mungkin gadis itu datang, ataupun sekadar memberi ucapan selamat lewat telepon.

Gadis itu seakan ingin dirinya menjauh dan benar-benar melupakannya tentang hubungan yang pernah mereka berdua bangun.


"Lin? Are you okay?"

"No. Im not okay."

"Would you tell me why?"

Guanlin menatap Sena sejenak, sepertinya tidak ada salahnya jika dia menceritakan hal ini pada Sena. Dia pendengar yang baik, pikir Guanlin. Namun, justru pikiran itu yang membuat Guanlin menyesal saat ini.



Lalu Sena mengajak Guanlin pergi ke rumahnya. Untunglah Guanlin membawa mobil yang terparkir tak jauh dari situ.

Dirumahnya, Sena langsung mengajak Guanlin masuk.
Setelah merasa tenang, Guanlin mulai menceritakan tentang apa yang terjadi dengan dirinya dan Nana.

Tentang apa yang membuat dirinya seperti ini.
Tentang gadis itu yang tiba-tiba membuatnya bingung karena memintanya untuk melupakannya.
Tentang dengan mudahnya, mulut gadis itu mengucapkan kata perpisahan dan menolak segala ucapan Guanlin.

Tak henti-hentinya Guanlin menangis disetiap kata yang ia ucapkan.
Baginya, setiap kata itu menimbulkan luka yang mengingatkannya pada kejadian malam itu.
Malam saat dirinya berpisah pada gadis itu.

Sena tertegun dengan ungkapan Guanlin. Ia terperangah dengan cerita Guanlin.
Bagaimana bisa, hubungan mereka berdua yang selama ini baik-baik saja lalu berakhir tanpa alasan begini.

Ia ikut prihatin dengan keadaan Guanlin.
Namun pikiran lainnya pun muncul di otak Sena.

Ya, ia sedikit senang karena harapannya tentang Guanlin yang berpisah dengan Nana benar-benar terjadi.
Lalu, apakah ini kesempatan terbaik?

Sena benar-benar menunggu untuk saat seperti ini. Ia ingin bersama Guanlin.
Namun, ada pikiran yang lebih licik dari ini.

Sena memikirkan tentang dirinya yang memanfaatkan keadaan Guanlin agar mau menikah dengannya.

Oke, itu pikiran yang terlalu jahat dalam keadaan seperti ini. Tapi ia harus melakukannya. Demi dirinya, demi calon anaknya jika suatu saat ia benar-benar akan hamil.

Sena mengambil minum lagi di dapurnya.
Tangannya bergetar saat harus memasukkan obat tidur kedalam minuman yang akan diberikan kepada Guanlin.

Ia memantapkan dirinya sendiri untuk melakukan hal ini. Lalu, ia berikan minuman itu pada Guanlin.
Kemudian ia berusaha menenangkan Guanlin dengan cara memeluknya.

Setelah dirasanya Guanlin sedikit tenang. Ia menawarkan Guanlin untuk tidur di kamarnya, dan tanpa ragu Guanlin menerimanya.

Sena membaringkan tubuh Guanlin ke atas ranjang. Ia tutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Maafin aku, Lin. Aku harus lakuin ini ke kamu.

Maafin aku yang memanfaatkan situasi diantara kamu dan Nana yang lagi merenggang seperti ini.

"Ini demi kamu, Sena."

Sena menghela nafas.
Lalu ia buka seluruh kancing baju Guanlin, lalu ia buang ke sembarang tempat.

Dengan tangan sedikit gemetar, Sena membuka seluruh celana Guanlin dan membuangnya ke sembarang tempat.

Tidak, Sena tidak melihatnya. Sena juga tidak bermaksud melakukan itu dengan Guanlin. Tubuh Guanlin sudah ia tutupi dengan selimut.

Lebih tepatnya, Sena menjebak Guanlin untuk bertanggung jawab atas Sena yang mungkin suatu saat akan hamil.

Sena ikut berbaring disamping Guanlin yang tertidur pulas dengan baju atasnya sedikit ia buka, lalu ia ikut menyelinap kedalam selimut yang Guanlin pakai.

Ckrek

Sena mengambil gambar dirinya dan Guanlin yang terlihat seperti setelah melakukan itu beberapa kali.
Kemudian ia menjauh, dan tidur di kamar lain.

"Maafin aku, Lin. Aku benar-benar minta maaf, tapi, aku juga pengen kita bersama."
Ucapnya sebelum menutup pintu kamar.




***


Me after writing this part

Continue Reading

You'll Also Like

422K 27K 38
Aleonazka El. Salah satu anak panti yang baru saja diadopsi saat usianya 10 tahun. Menjadi seorang tuan muda kecil di sebuah keluarga. Sayangnya, ti...
149K 13.2K 21
B R O T H E R S H I P A R E A (BUKAN BL) |Sedikit berantakan tapi nanti akan diperbaiki setelah ceritanya tamat| Seputar kisah si imut Bam yang bert...
2.4M 446K 32
was #1 in paranormal [part 5-end privated] ❝school and nct all unit, how mark lee manages his time? gampang, kamu cuma belum tau rahasianya.❞▫not an...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...