THE WAR GALAXY

By ParkSeRyung

20.8K 3.4K 2.2K

#Rank 25 in Superpower | 19-05-2020 #Rank 5 in scifi | 23-01-2019 #Rank 1 in Action | 26-12-2018 #Rank 3 in F... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31

Chapter 17

571 111 58
By ParkSeRyung

🎶Playlist🎶
Blackpink - Ddu-du Ddu-du
(Jennie keren ngerapnya disini seriusan 😉)
.
.
.
.
.
.

Masih berada di Baracky. Saat jutaan cahaya neon memenuhi kota, Sinb duduk sambil memandang hampa pemandangan dihadapannya ini, sampai kehadiran seseorang membuatnya kembali tersadar.

Sinb menoleh dan mendapati Demian juga memandang lurus kedepan.

"Kau tau kan? Bahwa ini tidak akan mudah." Guman Sinb membuat Demian mengangguk. Setelah pertemuannya dengan dua klan ksatria yang menjadi sekutu Czar, membuat Sinb menyadari satu hal yaitu bahwa mereka tak mudah untuk dihadapi.

Jujur saja dengan pengetahuan seminim ini, Sinb tidak yakin akan bisa mengalahkan mereka. Bukan berarti ia meremehkan Demian yang terlebih dahulu masuk kekerajan Czar dan meneliti mereka atau bahkan kekuatan yang di miliki oleh para klan ksatria yang berada di jalan yang sama dengannya, tapi lebih mengarah kepada persiapan, kewaspadaan dan strategi yang mereka miliki. Hanya hal ini saja mereka sudah kalah, padahal mereka belum berbicara tentang jumlah dan kekuatan. Bukankah sudah jelas, bahwa mereka kalah jauh?

Sesungguhnya untuk ukuran anak SMA seperti Sinb, ini sangatlah tidak layak untuk ia fikirkan tapi bukan Hwang Sinb namanya jika ia tidak menggunakan fikirannya untuk berfikir jauh kedepan sampai kepada topik yang menyangkut strategi, jumlah dan kekuatan seperti layaknya seorang komandan perang.

"Aku tau tapi kita tidak punya pilihan lain." Jawab Demian seadanya. Demian cukup tau, jika Sinb bukanlah gadis bodoh yang hanya memiliki pikiran terbatas. Gadis ini akan mampu memikirkan banyak hal dan menilai segala kemungkinannya.

"Seberapa jauh perbedaan kekuatan kita?" Lirih Sinb yang terlihat mulai lemas. Demian melihat itu dan mendesah tanpa Sinb tau.

"Sangat jauh, mereka memiliki beberapa orang cybrog dengan kejeniusannya. Adelar, Eliot dan masih banyak lagi tapi dari semua itu...Kau hanya perlu mewaspadai seseorang dengan muka polosnya." Sinb segera menoleh, memandang Demian dengan serius.

"Siapa? Bukannya Czar yang harus kita takuti?" Sinb tak berhenti menggunakan fikirannya untuk menduga-duga.

"Pangeran Enzio...Pengendali fikiran. Ia sangat pandai berakting polos dan semua orang akan tertipu dengan tingkah polosnya itu."

Seberapa pun cerdasnya seorang Hwang Sinb, dia tetaplah perempuan yang tentunya terkadang perasaannya yang lebih dominan. Terlebih lagi dilihat dari mana pun Enzio adalah pangeran yang cukup menarik diantara kelima pangeran yang ada. Ia dengan mudah memikat perhatian banyak orang meskipun tak menggunakan kekuatannya itu.

Entah mengapa Demian memberitahukan hal ini kepada Sinb? Apa karena rasa khawatir, kalau-kalau suatu ketika mereka bertemu Sinb akan tertarik kepadanya atau hanya ingin melindungi gadis ini agar tak menjadi korban Pangeran Enzio?

Demian pasti bisa menduga jika berita keberadaan para Putri pasti sudah terdengar oleh Pangeran Enzio dan ini akan mengakibatkan Pangeran Enzio tertarik begitu banyak.

Sementara Sinb, terlihat nampak berfikir keras. Pengendali fikiran? Jadi...Dia klan ksatria? Bagaimana bisa?

Sinb menganga, tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Bagaimana bisa keturunannya adalah Klan Ksatria?" Tanya Sinb yang masih terus memandang Demian dengan ketidak mengertiannya.

"Czar, menikahi seseorang wanita dari Klan Teley. Memaksa wanita itu menjadi selirnya, itu kenapa beberapa kerajaan dengan cepat ia takhlukan tanpa melakukan peperangan." Terang Demian yang lagi-lagi membuat Sinb menganga.

"Apa semuanya tau tentang ini?" Entah kenapa pertanyaan itu terlintas begitu saja dalam otak Sinb.

Demian menggeleng. "Tidak ada yang tau, aku tak sengaja memergokinya saat pangeran Enzio berusaha mengendalikan pikiran beberapa pengawalnya. Saat itulah aku berusaha mencaritahu." Terang Demian.

"Jadi...Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Dari pada mencemaskannya terlalu dalam, lebih baik melakukan satu hal lebih baik kan? Itulah yang dapat Sinb fikirkan saat ini.

Namun jawaban Demian benar-benar di luar dugaannya.

"Tidurlah...Ini sudah malam. Aku akan fikirkan dan kita bahas besok pagi." Kata Demian yang sedikit mengacak rambut Sinb membuat gadis itu menghela nafas.

"Bagaimana bisa? Aku membiarkanmu memikirkan sendiri semua ini. Aku pasti akan fikirkan sebuah cara." Guman Sinb yang memandang punggung Demian dengan raut kekhawatirannya.

---***---

Pagi yang cerah, secerah senyum para penghuni ruang makan ini saat mereka berkumpul untuk mengisi energi di pagi hari ini.

Sembilan ksatria dan 3 orang putri keturunan Lev. Mereka menyantap makanan dengan sangat lahap, terutama Jennie dan Denta yang terlihat sangat antusias.

Setelah acara makan selesai, mereka beralih diruang santai yang cukup luas dengan pemansangan kota Baracky yang indah meskipun di pagi hari.

Saat dimeja makan tadi, mereka sempat bertanya kepada Demian tentang rencana yang akan dilakukan selanjutnya dan kali ini semua perhatian terarah pada Demian, seolah menunggu pria itu mengatakan sesuatu.

"Jadi...Apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Linux yang sudah terserang rasa bosannya itu akhirnya mengangkat suara. Linux adalah seseorang yang lebih suka menggunakan waktunya sebaik mungkin dari pada hanya diam menunggu sesuatu yang tak pasti.

Demian mendesah, dahinya mengkirut dan wajahnya terlihat lelah.

"Aku rasa kita butuh berlatih." Ucap Demian yang seketika membuat mereka semua memandangnya tak mengerti.

Apa hubunganya berlatih dan segera menyerang? Jelas hal itulah yang ada di fikiran mereka.

"Why? Kenapa harus berlatih? Bukannya kau ingin segera menyerang siapa namanya?" Jennie berusaha mengingat-ingat nama yang melintas di otaknya.

"Czar Hedeon Karoleky." Axel yang duduk di sampingnya pun membantu menjawab, sambil mengacak rambut Jennie dengan gemas.

"Nah, benar. Bukankah kau harus mencegahnya berbuat jahat?" Tanya Jennie yang kelewat antusias itu. Gadis ini hanya tidak tau, bencana besar yang akan terjadi jika mereka melawan tanpa persiapan apapun.

"Apa kekuatan kita belum cukup untuk melawannya?" Celetuk Genio yang bisa menangkap maksud dari ucapan Demian. Jika kalian lupa, dia adalah seorang jenius yang terkadang terlihat bodoh karena terlalu asyik dengan dunianya tapi ia berubah saat bertemu dengan Sinb. Setidaknya Sinb mengajarkan bahwa ada hal yang lebih asyik selain memenjarakan diri di dalam lab dengan jenis macam benda baja yang dapat bergerak, ditambah pertemuannya dengan klan ksatria lainnya. Sungguh petualangan yang sangat berharga.

Demian menggeleng. "Belum cukup, selama ini kalian hanya mengetahui kalau kalian memiliki kekuatan beberapa elemen tapi kalian tidak memaksimalkan kekuatan kalian. Intinya kita kurang berlatih, apa lagi saat aku melihat kekuatan kedua ksatria yang berbeda dengan kita. Mereka benar-benar memaksimalkan kekuatannya." Ungkap Demian yang membuat Aaron dan Denta mengangguk.

"Ya, kalau bukan karena Rieka yang memberitahu kita untuk menyatukan kekuatan. Mungkin kita akan kalah, bukankah begitu Denta?" Aaron mengakui perkataan Demian itu benar adanya dan Denta pun mengangguk.

"Pria jangkung bernama Tristan itu bahkan bisa membakar kami kalau saja kami terlambat untuk mengikuti saran Rieka untuk menyatukan kekuatan kami." Ucap Denta menimpali perkataan Aaron.

Kini perhatian teralih pada Sinb, entah mengapa? Gadis itu tetap diam, duduk diantar Mina dan Jennie.

"Dari mana ide seperti itu berasal putri Reika?" Xeno yang penasaran, akhirnya melemparkan pertanyaan kepada Sinb.

"Apa kau banyak belajar dari para penculik itu?" Mina pun juga ikut penasaran, mata bolatnya bergerak dengan lucu.

Raidon dan Aiden sepertinya memilih untuk menjadi pendengar setia. Mereka hanya memperhatikan siapapun yang menjadi pembicara.

Sinb pun mendesah. "Ya aku belajar banyak dari mereka. Percayalah, jika kalian teliti kekuatan dengan elemen yang kalian miliki begitu besar dan dapat berubah menjadi apapun. Aku hanya saja belum memahami sepenuhnya, aku butuh sebuah pengetahuan untuk memahaminya. Sejarah dimana kekuatan ini tercipta dan segala hal yang menyangkut semuanya." Sinb sudah memikirkan hal ini semenjak kemarin. Ia sudah berfikir keras hanya untuk membantu Demian.

Pembicaraannya dengan Demian semalam, benar-benar membuatnya tak dapat tidur dan akhirnya fikirannya hanya sampai pada tahap tentang bagaimana kekuatan itu tercipta.

"Jadi kau ingin tau sejarahnya?" Genio menimpali membuat Sinb mengangguk.

"Ya, aku ingin mengetahuinya. Apa kau punya ide Genio?" Entah mengapa? Sinb merasa Genio memiliki sebuah ide.

"Hm...Beri aku waktu sehari. Mungkin aku bisa sedikit membantumu." Kata Genio membuat Sinb mengangkat sudut bibirnya dan mengangguk.

Pada akhirnya mereka seharian hanya melakukan rutinitas biasa sembari menunggu Genio.

---***---

Egio Island


Di sebuah pulau dekat dengan Mozarky. Pulau bernama Egio adalah tempat tinggal pangeran Enzio.

Saat Tristan terkena serangan penyatuan kekuatan antara Aaron dan Denta, Nero membawanya kemari untuk meminta bantuan Enzio mengobatinya dan sepertinya Enzio berhasil mengobatinya.

Meskipun Tristan masih belum bisa bangun tapi ia sudah bisa menggerakkan tubuhnya, hanya kakinya yang terkena bekuan es yang masih terasa berat.

"Kenapa kau membawaku kemari?" Ucap Tristan dingin yang sebenarnya ia tujukan untuk Nero.

Pria bermata panda itu mendesah dan memandang Tristan dengan ekspresi penuh pemakluman. "Hanya pangeran Enzio yang mampu melakukannya. Tolong sedikit lunaklah Kapten. Posisi kita sedang tidak bagus saat ini." Ungkap Nero dengan jujur, membuat Tristan nampak berfikir.

"Apa yang terjadi? Tidak biasanya kau seperti ini?" Tristan merasa keanehan pada ucapan Nero.

"Pangeran Hellion sudah mengutus beberapa pasukan untuk membunuh kita." Lagi-lagi perkataan Nero membuat Tristan terkejut.

"Kenapa? Apa karena kau membawaku ke tempat pangeran Enzio?" Duga Tristan dan Nero menggeleng cepat.

"Bukan, tapi seperti yang kita semua tau. Pangeran Hellion tidak menyukai kegagalan dan kita tidak dapat membawah gadis itu kepadanya, terlebih lagi kau terluka. Ia pasti berfikir kalau kita tidak berguna lagi." Desah Nero yang jelas menunjukkan kekesalannya sementara Tristan masih nampak termenung.

"Kakak ku itu memang terlalu ambisius tapi dia cukup bodoh." Suara itu, adalah suara pangeran Enzio.

Nero langsung berdiri dan memberikan hormat kepada pangeran Enzio.

"Duduklah, kau tidak perlu sesungkan itu kepadaku." Kata Enzio sambil tersenyum dengan wajah polosnya, memandang Tristan yang masih menunjukkan ekspresi datarnya.

"Bagaimana keadaanmu kapten Tristan?" Enzio berusaha berinteraksi dengan si dingin Tristan.

Tristan diam, masih tak merespon sampai Nero beberapa kali menyengol tubuh Tristan.

"Ah, sepertinya kau masih belum bisa menyukaiku ya. Kenapa? Apa karena aku separuh klan ksatria sepertimu? Bukan sepenuhnya keturunan bangsawan?" Tanya Enzio dengan santai, terkadang ia pun tertawa.

"Maafkan kapten Tristan pangeran. Mungkin ia masih belum pulih sepenuhnya." Kata Nero tak enak hati.

"Tidak apa-apa, kau tak perlu harus seperti ini. Istirahatlah kapten dan jika kau sudah merasa lebih baik, temui aku. Aku sudah menyiapkan rencana besar untuk kita lakukan bersama dan sepertinya kalian akan sangat menyukai rencana ku ini." Kata pangeran Enzio dengan tersenyum penuh arti.

Selepas kepergian pangeran Enzio, desahan Tristan terdengar jelas.

"Dia adalah pangeran yang cukup misterius. Itu kenapa? Aku lebih memilih mengabdi kepada pangeran Hellion yang lebih suka terang-terangan dalam hal apapun. Perlu kau tau Nero, seseorang penguasa dengan kekuatan pengendali fikiran itu cukup mengerikan." Tutur Tristan membuat Nero terdiam.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Nero benar-benar tak dapat berfikir saat ini, baginya kesekatan kaptennya adalah yang terpenting dari apapun.

"Sudah terlambat, kita tidak akan bisa pergi dari sini. Eliot akan membunuh kita hanya dengan waktu beberapa menit, Eldor juga pasti akan membuat kita kelelahan dengan prajurit cybrognya." Analisis yang selalu akurat dari seorang kapten Tristan, membuat Nero mau tidak mau pun akan menyetujui perkataan Tristan.

"Jadi? Kita akan melakukan apapun yang pangeran Enzio perintahkan?" Tanya Nero.

"Ya, lagi pula aku juga tidak suka berhutang budi kepadanya. Setelah kita selesai melakukan misi yang pangeran Enzio berikan, kita pergi."

Nero mengangguk dan tak mengatakan apapun lagi setelahnya.

---***---

"Kau tidak ingin berkeliling?" Jennie mengguling-gulinggkan dirinya diatas tempat tidur.

Sinb yang semenjak tadi nampak berfikir keras, segera mengalihkan perhatiannya pada Jennie.

"Apakah tempat ini bagus?" Tanya Sinb.

"Sangat bagus jika malah hari. Petir itu benar-benar terlihat seperti hiasan Baracky." Celetuk Mina.

"Benar...Mungkin kau ingin melepas rindu dengan Genio." Ucap Jennie sambil tertawa membuat Mina geli sementara Sinb memandang keduanya aneh.

"What the hell? Kenapa kalian berfikir aku memiliki someting spesial dengannya?" Sinb yang baru memahami maksud keduanya, seketika terlihat sebal.

"Kalau begitu dengan Demian." Bahkan Mina begitu menyebalkan saat ini.

"Apa hal semacam ini yang bisa kalian lakukan kepada ku selama sekian kita tidak bertemu? Kalian berdua menyebalkan!" Sinb pun bangkit dan meninggalkan kedua saudarinya itu.

Mina dan Jennie hanya dapat menertawainya. Sementara Sinb berjalan untuk menemui Demian, ingin berdiskusi tapi ia malah bertemu dengan Genio.

"Ada yang ingin ku berikan kepadamu, ayo ikut aku!" Genio segera menarik tangan Sinb dan membawanya pergi bersamanya.

Sampai mereka berada disebuah ruangan gelap.

Ditangan Genio sudah ada benda seperti lempengan, ia menaruhnya dibasah dan memencet sebuah tombol disana, seketetika cahaya mulai muncul.

"Aku memperoleh ini dari Zakline, asal mula semua kekuatan para klan ksatria. Kau bisa mempelajarinya." Terang Genio dan nampak sekali Sinb menganga dengan mata berbinarnya menatap kilauan cahaya warna-warni yang memutar kemudian mulai membentuk sebuah rangkaian yang lebih nysta dari sebuah dokumentasi.

"Wow...Aku benar-benar bisa melihat hologram dalam film. Genio, terima kasih untuk bantuanmu. Ini akan sangat membantu." Ucap Sinb sangat antusias membuat jantung Genio jadi tak menentu.

"Kau akan melihatnya sekarang?" Genio bertanya dan Sinb mengangguk.

"Perlu ku temani?" Tanya Genio lagi dan Sinb menggeleng.

"Kau istirahat saja, kalau boleh aku ingin kau memanggilkan Demian untuk kemari. Aku perlu berdiskusi dengannya." Pinta Sinb.

"Baiklah..." Jawab Genio dengan ekspresi kecewa yang tak Sinb tau.

Genio pun pergi meninggalkan Sinb yang masih sangat serius memperhatikan benda yang sejenis dengan hologram itu.

"Aku harus menyelesaikan ini, kalau tidak? Kekacuan akan terjadi. Tidak masalah jika akhirnya aku harus kembali kebumi dan tak dapat melihat Demian sama sekali, asalkan Demian tetap ada meskipun dunia kita berbeda dari pada kita semua lenyap dan membiarkan penjahat itu menguasai semuanya. Aku tidak akan bisa mati dengan tenang." Lirih Sinb yang mulai mengeluarkan air matanya.

Sinb tidak bisa merasa biasa saja. Mungkin kedua saudarinya itu tidak akan menduga seberapa besar bahaya yang akan mereka lalui tapi dirinya, hanya membayangkannya saja sudah membuatnya tertekan sampai mengalami ke fruatasian.

"Kenapa kau berbicara tentang kematian?" Suara berat itu, jelas adalah suara Demian.

Sinb segera menghapus jejak air matanya, untung saja tempat ini meremang sehingga Demian tidak bisa melihatnya menangis.

"Apa ini yang ingin kau tunjukkan kepadaku?" Tanya Demian yang sudah duduk disamping Sinb.

"Ya, mari kita analisis bersama." Kata Sinb.

"Tentu...Kita harus menyelesaikan semuanya secepat mungkin dan memperoleh kemenangan." Kata Demian dengan semangat.

Sinb hanya tersenyum sambil mengangguk dengan terpaksa.

Optimis, mungkin saat ini mereka perlu mengembangkan fikiran itu lebih, agar hasil akhir dapat terlaksana dengan baik. Baik Sinb, Demian atau yang lainnya jelas menginginkan hasil akhir yang baik bukan?

Jadi mereka harus bersikeras untuk mencapainya.

-Tbc-

Hi...Aku balik ini 😉
Ada yang kangen ya?

Ya uda
Baca ya dan selamat berimaginasi 😁

VOTE × KOMEN
HARUS!!!
♨♨♨

T H A N K S
💋💋💋

Continue Reading

You'll Also Like

38.5K 372 27
Kemana kakimu membawa lari jauh-jauh pulangmu tetap aku
687K 41.2K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
389K 22.2K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
20.3K 4K 46
Sihir. Satu kata yang familiar di kalangan para penggemar rumor fantasia. Kata yang selalu dikaitkan dengan sosok penyembah setan yang menguasai ilmu...