NARIK SUKMO (TERSEDIA DI GRAM...

Door Desofie

346K 25.9K 2.8K

#3 03062018 #4 25052018 #8 08032018 #9 08032018 Setelah menginjak usia 20 tahun, Kenar selalui di han... Meer

Bab // 1
Bab // 2
Bab // 3
Bab // 4
Bab // 5
Bab // 6
Bab // 7
Bab // 8
Bab // 9
Bab // 10
Bab // 11
Bab // 12
Bab // 13
Bab // 14
Bab // 15
Bab // 16
Bab // 17
Bab // 18
Bab // 19
Bab // 20
Bab // 21
BUKAN UPDATE
Bab // 22
Bab // 23
Bab // 24
Bab // 25
Bab // 26
Bab // 27
CAST
Bab // 28
Bab // 30
Bab // 31
Bab // 32
Bab // 33
Bab // 34
Vote Cover 😍
NARIK SUKMO OPEN ORDER
PROMO MANTUL
INFO NGOBROL HOROR
Belanja buku dari rumah
E BOOK MURAH
INFO PENTING (Narik Sukmo 2)
NARIK SUKMO THE MOVIE

Bab // 29

6.3K 685 67
Door Desofie

Met maljum gaes...

Udah tau kan narik sukmo bakal terbit, nah...aku mau ngasi tau nih, penarikan beberapa bab terakhir kemarin bukan karena mau terbit yah 😊

Ini murni dari aku, karena waktu itu lagi marak2nya plagiarisme. Karya2 teman2ku banyak yg diplagiat, dan nggak tanggung2 loh dua sekaligus. Selain itu, yg diplagiat karya yg udah terbit dan ber_ISBN  gilak bgt kan 😱

Tapi karena teman2 dan para pembaca yg supportnya luar biasa akhirnya bisa diselesaikan dg cepat 🤗😘

Aku juga udah lama bgt hiatus, dan sekarang insyaallah mulai aktif lg di dunia orens ini. Sekalian belajar lagi biar lancar lagi nulisnya😘

Dan berita bahagianya, Narik Sukmo bakal aku up lg perlahan ya. Terima kasih buat support kalian selama ini, jangan lupa folow ig nariksukmo dan ig loveable ya buat info2 seputar penerbitan narik sukmo.

Salam cinta dari mas banyu 😘
.
.
.
.
.
.
.
.

Prastomo, Seruni dan Dierja terlihat setengah berlari menuju ruang unit gawat darurat yang terletak di bagian depan rumah sakit. Prastomo langsung menanyakan pada perawat ruangan putrinya. Namun belum sempat perawat itu menjawabnya Seruni menarik lengan suaminya begitu melihat Kenar yang tengah duduk di sebuah kursi panjang.

Mereka mendekati Kenar. "Nak Kenar, apa yang terjadi? Ayu baik-baik saja?" tanya Seruni panik. Kenar langsung berdiri, wajahnya pucat. Rambutnya kusut.

"Tenang bu." ucap Prastomo menepuk pelan bahu istrinya. "Sekarang Ayu di mana?" tanya Prastomo pada Kenar.

"Ayu...masih istirahat di dalam pak lek.  Dokter...sudah memeriksanya." ucap Kenar dengan terbata.

"Kamu ndhak apa-apa?" tanya Prastomo pada Kenar. Kenar menggeleng. Prastomo menoleh ke belakang. Dierja berdiri di sana dan belum mengatakan apa-apa sejak tadi. Kenar baru menyadari kehadiran Dierja di sana. Ia terlalu khawatir pada Ayu hingga tidak memperhatikannya.

"Nak Dierja, tulung kancani Kenar ngobati lorone. Awake dewe arep ndelok kondisine ayu disik." ucap Prastomo.

(Nak Dierja, tolong temani Kenar mengobati lukanya. Kami akan melihat keadaan Ayu dulu)

"Nggih Pak Lek." ucap Dierja sembari menundukkan kepala.

"Dierja," panggil Kenar lirih.

Dierja menatap Kenar dingin. Dierja bangun, berjalan menuju meja perawat. Ia terlihat berbicara dengan seorang perawat. Perawat itu mengangguk kemudian
mendekati Kenar.

"Maaf mbak, luka-luka mbak harus di obati." katanya.

Kenar mengangguk. Tadi ia menolak pengobatan dari perawat itu karena ia sangat khawatir pada Ayu. Dahinya berdarah, kepalanya pusing tapi Ayu berusaha menahannya.

Kenar mengikuti perawat itu. Perawat mulai membersihkan luka-luka Kenar. Kenar melirik ke arah Dierja yang menunggunya di kursi tunggu. Entah kenapa, ada sesuatu yang berbeda dengan Dierja.

Kenar bertanya dalam hati. Pertama, Dierja tidak menanyakan keadaannya. Kedua, Dierja mendiamkannya. Dan ketiga, Dierja terlihat marah.

Ya. Tiga hal itu sekarang memenuhi kepala Kenar.

"Sudah selesai mbak. Semoga lekas sembuh." ucap perawat itu membuyarkan lamunan Kenar.

"Terima kasih." ucap Kenar.

"Sama-sama." ucap perawat itu meninggalkan Kenar.

Kenar menoleh ke arah Dierja namun pria itu sudah tidak ada di sana. Kenar melangkah pelan. Ia mengintip ke dalam ruangan di mana Ayu berada. Pak lek Prastomo seperti sedang membicarakan sesuatu dengan dokter.

Kemana dia? batin Kenar. Kenar menghembuskan napasnya pelan. Dierja meninggalkannya. Kenar memejamkan mata. Ia lelah, sangat lelah.

"Minum dulu." Suara berat itu akhirnya terdengar.

Kenar membuka mata. Ia menatap botol minuman di depannya. Kenar meraih botol itu kemudian meminumnya.

Dierja duduk di sebelahnya. Sekian menit terlewati dalam diam sampai akhirnya Dierja membuka suara. "Merasa lebih baik?" tanyanya.

Kenar meremas kedua tangannya. "Iya." jawabnya pelan. Kenar merasa sangat asing sekarang. Sikap Dierja yang berubah, Ayu yang terbaring sakit di dalam dan kedua orang tua Ayu. Kenar merasa semua ini terjadi karenanya.

Seandainya saja ia tidak memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Seandainya saja ia hanya pergi seorang diri.

Prastomo keluar dari ruang perawatan, bersamaan dengan hal itu beberapa perawat masuk ke dalam.

"Ada apa Paklek?" tanya Dierja berdiri.

"Ayu akan di pindah ke ruang perawatan." ucap Prastomo.

"Ayu ndhak pa-pa Paklek?" tanya Dierja lagi.

"Ayu terkena gegar otak ringan. Kata dokter, dengan perawatan yang baik akan segera sembuh." jelas Prastomo. Kenar menghela napas lega.

"Malam ini, kami akan menjaga Ayu. Kamu ndhak pa-pa mengantar Kenar pulang dulu?" tanya Prastomo pada Dierja.

"Saya antar ke mana ya Paklek? Apa saya harus mengantarnya ke bandara?" ucap Dierja.

Kenar terkesiap dengan ucapan Dierja. Dierja menyindirnya, apa pria itu mendiamkannya karena hal ini?

"Kondisinya sedang tidak baik untuk melanjutkan perjalanan. Nak Kenar, apa ndhak apa-apa perjalananmu di tunda dulu sampai besok?" tanya Prastomo.

Percakapan terhenti karena beberapa perawat yang membawa Ayu ke ruang rawat melewatinya.

Tidak mungkin Kenar pulang dalam keadaan seperti ini. Tidak mungkin ia meninggalkan Ayu.

"Gak pa-pa Paklek." hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Kenar. Padahal sebenarnya ia ingin berkata bahwa ia akan menunda kepulangannya.

Prastomo mengangguk. "Malam ini kamu pulang dulu, Dierja akan mengantarmu."

"Apa?" ucap Kenar.

"Kamu istirahat di rumah saja. Ndhak baik kalau kamu juga menginap di sini. Saya mau melihat Ayu dulu, permisi." ucap Prastomo.

Kenar duduk kembali, pikirannya berkecamuk. Bagaimana ini? Ia tidak mungkin tinggal di rumah Ayu sendirian.

"Ayo." ucap Dierja.

Kenar menatap Dierja. "Kamu marah?" tanya Kenar.

Dengan tatapan datar Dierja membalas ucapan Kenar. "Marah karena apa?"

Iya. Marah karena apa? Tidak mungkin Dierja marah padanya karena ia akan pulang ke Jakarta. Tidak mungkin Dierja marah karena ia tidak......

Kenar membuang napasnya kasar. Ia tidak mengatakan apa-apa pada Dierja akan kepergiannya. Bahkan ia tidak pamit.

"Tidak ada. Maafkan aku." ucap Kenar berdiri. Ia berlalu dari hadapan Dierja. Berjalan sendirian di koridor rumah sakit yang ramai.

Kenar duduk di taman rumah sakit. Beberapa orang terlihat berjalan di sana. Ponsel Kenar berdering.

"Halo."

"Halo sister, apa kabar?"

"Kakak baik-baik saja Do. Ada apa?" tanya Kenar.

Edo terdengar berdecak di seberang sana.

"Gak nanya kabar adek ganteng nih?" cibir Edo.

Kenar tertawa pelan. "Selama nama lo masih ada dalam kartu keluarga Hendarwan, lo pasti baik-baik aja." ucap Kenar.

Terdengar tawa Edo di seberang sana. Kenar merindukan adiknya, mama dan juga papanya.

"Kakak kapan pulang? Betah banget di sana?"

Kenar mendesah pelan. "Maaf. Kakak belum bisa pulang. Mungkin, seminggu sebelum liburan berakhir kakak akan pulang." Janji Kenar.

"Jangan lama-lama ya kak. Oh ya, kemarin Raka mencarimu?"

"Raka," gumam Kenar.

"Jangan khawatir, dia gak akan berani ganggu kakak lagi." Kata Edo.

"Tentu saja. Dia bukan siapa-siapa." ucap Kenar.

"Apa ini karena kakak sudah menemukan tambatan hati di sana? Pria tampan rebutan para gadis desa?" Tebak Edo.

"Hus. Ngomong apa sih. Ya sudah. Salam Kakak sama mama papa ya. Dah." Kenar memutus percakapan mereka.

Hhhhh.

Kenar menghela napas kasar. Kenar bingung. Apa yang harus di lakukannnya?

Yang pasti ia membatalkan keinginannya untuk pulang tapi, tinggal di rumah Ayu tanpa ada Ayu di sana tidak bisa ia bayangkan.

Apakah...ia juga akan menginap di rumah sakit?

Iya. Kenar akan menginap di rumah sakit. Tidak apa dia harus tidur di mushalla. Itu lebih baik.

Kenar terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari kedatangan Dierja.

Dierja berdehem. Kenar menoleh namun hanya sebentar selanjutnya Kenar menatap lurus ke depan.

Dierja duduk di sebelah Kenar. "Kamu mau aku antar pulang kapan?" Dierja bertanya pada Kenar.

"Terima kasih. Aku akan tetap di sini."  Ucap Kenar tanpa menatap Dierja.

"Paklek bilang, kamu harus istirahat di rumah." Kata Dierja.

"Di rumah tidak ada siapa-siapa. Aku tetap di sini." Kata Kenar.

"Atau kamu mau langsung ku antar ke bandara?"  Kenar menoleh, menatap Dierja dengan tatapan heran.

"Sepertinya kamu ingin sekali, melihatku segera pergi dari sini?" Kata Kenar jengah dengan ucapan Dierja yang sama semenjak kedatangannya di rumah sakit.

"Hanya memudahkanmu saja. Siapa tahu kamu sungkan meminta bantuanku atau Paklek. Lagipula, yang mau pergi dari sini kan kamu." Kata Dierja.

Kenar berdiri, ia menatap Dierja marah. "Bukan urusanmu!" Kata Kenar.

Dierja ikut berdiri, mereka saling menatap. Dierja dengan tenang menjawab. "Tentu saja, itu bukan urusanku. Bahkan..." Dierja memotong ucapannya. Tatapannya pada Kenar berubah. Ada kekecewaan di mata itu.

"Bahkan...tanpa mengatakan apapun padaku tentang rencana kepulangmupun...bukan urusanku." Kata Dierja sebelum meninggalkan Kenar di taman itu.

Kenar masih terkejut dengan ucapan Dierja. Tidak. Bukan seperti itu maksudnya. Dierja salah paham dengannya. Tapi...apa yang di lakukannya menunjukkan hal itu.

"Dierja," gumam Kenar menatap punggung Dierja yang menghilang di balik koridor rumah sakit.

"Dierja," Kenar berteriak memanggil Dierja.

"Dierja," Kenar terus memanggil Dierja sambil berlari namun belum sampai ia di koridor rumah sakit Kenar berteriak kencang.

"Aaaaaaaaaaaaaa." Jerit Kenar ketika seekor kucing hitam melompat di depannya, lengannya tergores kuku kucing hitam itu. Kenar refleks memegang lengannya.

Me.........ong.

Kucing itu menatap Kenar tajam sambil terus mengeong.

Meong. Meong. Meong. Meong.

Jantung Kenar berdetak cepat, napasnya terengah-engah. Ia begitu terkejut, sampai seluruh tubuhnya merinding.

Kucing hitam itu berlari ke tengah taman. Kenar menatap lengannya yang terkena cakaran kucing. Kenar semakin terkejut, ia menutup mulutnya menggunakan tangan kirinya . Luka bekas cakaran itu berdarah namun, yang membuat Kenar terkejut adalah darah yang menetes di atas luka itu.

Darahnya...hitam.

***


Jangan lupa voment kalo gk mau embah rahmi nangkring di dapur loh....

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

9K 1.1K 24
Renjun tau, bahwa ada diantara sahabatnya yang di karuniai sebuah hal istimewa tentang bagaimana mereka bisa melihat dunia yang tidak bisa di jelaska...
23.7K 4.7K 60
[Mantra Coffee : Next Generation Season 2] Halaman terakhir sudah penuh terisi dan ditutup oleh sebuah titik, tetapi sejatinya selalu ada awal baru d...
17K 2.7K 13
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.
1M 74.3K 31
Setelah tujuh hari kematian ibu, suasana rumah berubah mencekam. Suara rintihan kerap kali terdengar dari kamarnya. Aku pun melihat, ibu sedang membe...