My Twin

By WhenI_wasUrGirl

12.5K 442 40

Mereka adalah kembaran yang terpisah oleh kedua orang tuanya. Camryn dan Cassie Dengan dua sifat, kehidupan y... More

chap 1: introduction
chap 2: who are you
chap3: penasaran
chap4: confused
chap5: bantuan
chap 7: dia datang
chap8: stranger
author's hello

chap 6: Camryn

1.1K 40 4
By WhenI_wasUrGirl

on mulmed>>> Cameron Dallas as Davis ^.^

---

08.37 PM

Aku tidak diantar pulang oleh lelaki yang kukenal bernama –Davis tadi. Aku meyakinkannya bahwa aku dan Jammie akan baik – baik saja. Kau tahu? Dia begitu khawatir denganku. Aku yang tidak mengenalnya -oh katakanlah saja aku mengalami Love at First Sight begitu meleleh jika mendapat perhatian darinya.

Bodoh sekai dirimu, Cass. Bahkan ia mengenal dirimu sebagai orang lain!

Aku tertawa kecut mendengarkan isi hatiku berbicara.

“kau pasti membayangkan Davis kan?” tebakan yang tepat, Jay.

“hmm”

“sebenarnya..aku ingat sesuatu penting, Cass.”

“apa?”

“kau tentu ingat kan? Lusa hari yang lalu, kita bertemu dengan Gadis pelayan yang mirip seratus persen denganmu?”

Hatiku mencelos mendengar ucapan Jay. Seakan – akan panah yang Jay tembakan ke otakku menancap begitu tepat dan sarafku langsung mengirimkan sinyal untuk menyambungkan kejadian yang lalu dengan kejadiaan aneh yang barusan ku alami.

Cowok tampan itu mengenalku, Aku tidak mengenalnya. Cowok tampan itu memanggilku Camryn, dan bukan otakku yang salah, aku memang benar – benar tak mengenalnya.

“Jadi… Camryn.. yang itu…..” ucapku tergagap – gagap.

exactly! Kau jadi ingat nama itu kan? Jadi Davis adalah teman Camryn. toh jika kau menyangkal bahwa ada Camryn lain, tidak mungkin tadi Davis akan mengenalmu. Karena kalian seratus persen mirip. Resemble. Twin. What ever it’s same.”

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Jadi jika dipikir – pikir. Davis pacaran dengan Camryn? argh, begitu beruntungnya hidup gadis pelayan itu!

“berarti… Davis dan Camryn pacaran? Ku harap kau tidak patah hati, hun”

tetapi aku mengingat sesuatu yang Davis katakana.“ya… meskipun kau belum mencintaiku secara utuh” kesimpulannya, Camryn tidak mencintai Davis! Tepat sekali!

aku ingin menyangkal ucapan Jay barusan dengan fakta yang ada, tetapi Jay langsung pergi begitu saja menuju balkon depan.

Sudahlah aku tidak ingin berdebat dengannya. Mungkin, aku juga sedikit pata hati.

Perutku dan Jammie sudah kenyang. Bukan sudah kenyang, setidaknya kami sudah mengisi perut kami dengan segala camilan yang kami beli dengan uang kami tadi. Dan kau tahu? Sekarang kami tak punya uang sepeser pun. Kami hanya mengandalkan breakfast buffet dari hotel. Aku mencoba mengorek seluruh isi tas, koper, dan seluruh saku baju milikku. Ya ini memang kebiasaan buruk, aku selalu dengan tidak sengaja meninggalkan uang – uang yang tidak jadi ku pakai di tas, saku atau dimana pun. 

Kali ini aku berharap, semoga seluruh kantong dan tas ku ini ada uang – uang milikku dahulu. Jammie menatapku mengerti. Tentu saja, bahkan ia dulu yang  selalu mengingatkanku tentang hal ini.

“bagaimana? Apakah kau menemukan 10 dollar?” aku mendesah frustasi mencerna pertanyaan dari Jammie.

“jangan kau tanyakan 10 dollar, Jay! 1 dollar pun aku belum menemukannya,”

“oh iya,” Jammie mencoba mengeluarkan ponsel di dalam sakunya

“aku menjawab telepon Rachel barusan.”

“ada apa?”

“entahlah, dia ingin berbicara denganmu” ia melempar ponselku, dengan sigap aku menangkapnya.

Aku langsung mendial nomor Rachel yang barusan menelpon. Aku berharap Rachel bukan akan menyampaikan pesan dari Haris atau semacamnya.

Cassie?!” teriaknya di ujung sambunga telepon

“errm… yep. Ini aku, Rachel”

baiklah jika Jammie menyampaikan pesan bahwa aku menelponmu. Aku tahu, dia gadis yang bandel” cicitnya. Aku berusaha menahan tawaku melihat ke arah Jammie.

“jadi, ada apa?”

aku mendengar, bahwa Ayahmu memblokir kartu kreditmu begitupun dengan Ayah Jammie. aku yakin kau tidak membawa uang Tunai. Dompet utamamu masih ada di dalam lemari. apa kau sudah makan hari ini?

“jika itu yang akan kau tanyakan, kau tidak perlu menghawatirkanku, Rachel. Kau tahu aku sudah berusia 17 tah-“

stop dengan masalah usia. Meskipun usia mu 17 tahun. Kau masih tidak bisa berpikir dengan jernih ataupun rasional. Pikiranmu yang ke kanak – kanakan membuatku khawatir” aku menggerutu membenarkan apa yang dikatakan oleh Rachel.

jadi? Intinya secara tidak langsung, kau di perintahkan Ayahmu untuk usaha mengisi perutmu?,”

maksudku, bekerja” sambungnya.

“apa kau tahu? Aku bersikap seperti ini juga karnanya, yang selalu memberi janji palsu untuk berlibur. Oh, Rachel…. Aku dan Jammie benar – benar seperti tunawisma yang mencari sesuap nasi di negeri orang,” ucapku memelas agar mendapat bantuan darinya, aku tahu Rachel akan membantuku dengan apapun caranya.

“….hhh

“aku dan Jammie sampai mencuri makanan, dan kami ketahuan. TolongjanganceritakaninipadaAyah” ujarku cepat tanpa memungkinkan Rachel akan memotong ucapanku.

ASTAGAA” aku yakin, Rachel sedang menganga tidak percaya saat ini.

“….”

Princess Beneddict… aku tidak menyangka kau akan melakukan hal gila,”

maafkan aku,”

kali ini aku setuju dengan Ayahmu. Awalnya, aku ingin mengirimi mu uang secara diam –diam. Tapi karna mungkin sifatmu yang manja dan tidak ingin usaha itu, kali ini aku setuju dengan Ayahmu,”

 tunggu. Apa Rachel dan ayah mempunyai rencana?

“oh, jadi kau mulai bersekongkol dengan Ayahku ya? Apa kau akan dinikahi oleh Ayah? Memang apa rencana Ayah?” cetusku dengan membuatnya bernada sinis. Huh, apalagi ini.

“benar kan? Pikiranmu terlalu ke kanak – kanakan. Buang pikiranmu seperti itu, bahkan aku sudah menganggap Ayahmu sebagai adikku sendiri,” lagi lagi aku harus membenarkan ucapannya. Kenapa otakku begitu bodoh?

“jadi, apa?”

Ayahmu sedikit memberi bantuan untukmu. agar kau tidak usah repot – repot mencari kerja, Ayahmu menelpon temannya yang memiliki restoran di central Los Angeles. besok siang, kau akan di jemput oleh seseorang di lobby hotelmu untuk bekerja di restoran miliknya. Kau bekerja sebagai pelayan, dan jangan khawatir, upahnya dibayar perhari untukmu

“APA?!!” Jammie mendelik ke arahku seakan ingin mengetahui apa yang dibicarakan.

maafkan aku, Sayang. Ini demi kebaikanmu. Toh beberapa hari lagi Ayahmu akan menjemputmu kan?”

“…..kenapa kau bisa se-menyebalkan ini, Rachel?!”

kututup ya. jaga diri, Sayang. Selamat malam.”

Lagi lagi aku harus menghela nafasku dengan berat. Ya Tuhan…. Ayah benar – benar mengujiku.

-----

Cukup dirumah saja aku merasakan hari sialku, rambutku yang bertambah panjang ini telah di guyur air yang berbau busuk oleh tetangga sialan yang berjarak 2 rumah dari flatku. Saat aku memasuki flatnya yang ku ketuk tidak ada jawaban, Dia langsung mengira aku ini selingkuhan suaminya yang tua dan tidak menarik itu. Aku tentu saja tidak bisa marah kepadanya mengingat dia sudah berumur dan pasti tidak mampu melawanku yang masih muda. Setelah dia sadar aku ini Camryn alias anak dari teman baiknya. Ia meminta maaf padaku dengan mengirim pie apel yang masih hangat.

 Lumayan, tapi tentu saja tidak menaikan mood ku yang sudah terlanjur anjlok karena Davis yang sedari tadi menungguku di ruang tamu melihatku basah kuyup dan berbau busuk.

“nikmati kopimu, eh?” Davis mencolek hidungku sembari mengibas - ngibaskan tangannya di depan wajahku.

Sudah dua jam kami berada di café, Davis yang mengajakku kemari untuk menghabiskan waktu kosong kami. Kalian ingat bukan? bahwa aku telah lulus sekolah dan 2 minggu kedepan adalah prom night. Sudahlah, jangan bahas promnight, bahkan aku saja tidak menghadirinya.

“rambutmu masih bau tuh,” aku sontak meraih rambutku lalu ku endus, apakah masih tersisa bau busuk ini bersarang dirambutku. senyuman usil berhasil tercetak di bibirnya. Aku meninju lengannya dengan kesal. Andai saja dia tahu betapa menggemaskan wajahnya yang usil itu.

“jangan usil seperti itu, wajahmu rasanya ingin ku tinju”

Davis tertawa terbahak – bahak, ia berhasil mengelabuhiku. Jujur saja, aku masih merasa sangat malu di ketahui olehnya berbau busuk. Lihat saja nanti, aku akan menceritakan semua pada Ibuku, Mrs. Lily .

“kau tidak datang di prom night? Apa itu benar?” aku mengangguk.

“berikan alasannya padaku,”

“apa Ariana tidak mengajakmu?” lanjutnya. Ahh, aku jadi mengerti mengapa Ariana begitu memaksaku. tanpa berpikir panjang, aku mengatakan alasannya ke Davis

“aku tidak ingin merepotkan Ibuku, Davis” Tentu saja aku akan mengatakan sebenarnya, aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku ada acara, kegiatan, acara keluarga dan bla bla bla sebagainya. Toh, Davis memang tahu bahwa aku ini miskin.

Seakan mengerti, Ia hanya tersenyum mendengar jawabanku.

“memangnya, kau tidak malu jika akan bersanding dengan itik buruk rupa tidak modern ini sedangkan dirimu begitu tampan dan dikejar seluruh wanita disekolah. Aku akan menjadi bahan olokan bertahun – tahun. Aku yakinkan itu”

“ahh, jadi kau mengakui bahwa aku tampan, ya kan?”

“noooo, maksudku seluruh wanita di sekolah kan mengatakannya”

“akui sajalah,”

“no”

“akui saja, Cam”

“noo”

“Cam”

“no, Davis”

“Cam, ayolah. Akui saja” inilah saat yang kutunggu – tunggu. ia menunjukan duck puppy face andalannya.

“never” tidak bisa menahan tawaku, aku tertawa lepas mengingat wajah Davis yang lucu memohon dihadapanku, Ia pun ikut tertawa.

“hei, sudah berapa kali aku bilang?,” tanyanya setelah tawa terbahak – bahak itu mereda.

“ tentang apa?”lagi lagi Davis tersenyum, mencondongkan wajahnya ke arahku. Senyumnya yang tulus merekah, tepat di depan wajahku. Aku sekarang mengerti mengapa Davis menjadi incaran wanita dimanapun wanita melihatnya. selain mata cokelat terangnya yang indah, Davis mempunyai senyum yang memikat kaum hawa.

Sepertinya, aku mulai menyukai Davis.

“kau akan cantik dengan keadaan apapun. biarkan mereka semua melihatmu jelek, hanya aku yang melihatmu cantik” tangannya yang sudah meraih tanganku, ibu jari Davis mengelus – elus punggung tanganku. Membuatku secara tidak sadar tersenyum merasa nyaman dengan apa yang dilakukan Davis

“berarti kau buta”

“you’re always be my princess, forever and always” dia tidak mengindahkan perkataanku, aku hanya mampu tersenyum dibuatnya.

“ya meskipun kau bau,”

“hei! Apa aku se-bau itu?” meninju pelan lengannya, ia malah menjulurkan lidahnya.

“lihat kan? Semakin kau cemberut, semakin aku ingin memakanmu”

“coba makan aku sekarang” tantangku

Ia mulai beranjak dari tempat duduknya dan mendekatiku, aku berteriak setengah tertawa mendengar dengkuran tidak jelas yang keluar dari mulut Davis. Aku menjauhkan diriku darinya, meskipun aku tahu aku tidak bisa karena posisiku yang duduk di kursi ini.

Tetapi alih – alih menangkapku, ia malah memerangkapku dalam pelukannya. Aroma dari tubuhnya, sangat akrab dengan indra penciumanku. Wangi ini yang telah lama kurindukan, sudah beberapa hari ia tidak memelukku seperti ini. aku merindukan setiap kenyamanan yang diberikan Davis olehku.

“aku.. aku menyukaimu,” ujarku pelan memungkinkan Davis tidak mendengarkanku. Jahat, bukan?

“aku mendengarnya. I love you too, the most” balasnya seraya ia mencium puncak kepalaku berkali – kali.

Hatiku serasa tercabik – cabik mendengar balasannya. Ia begitu mencintaiku, menuruti semua omelanku, bahkan dia hormat kepada Ibuku. Ibuku heran, mengapa hingga saat ini aku masih menganggapnya teman.

Tapi sepertinya tidak. Davis telah berhasil mengubah perasaanku secara perlahan. Aku menyukainya. Ya, Aku menyukai Davis.

“jamberapa kau bekerja?”

Yaampun! Aku benar – benar lupa. Davis terlalu membuatku nyaman hingga terhanyut oleh pelukannya, duh.

 Bahkan aku yang notabenenya gadis miskin ini ingin lupa saja bahwa aku ini gadis miskin yang tinggal bersama Ibu yang sangat dicintainya.

“setengah 1!” aku memberontak dari pelukan Davis dan bergegas mengemasi barang – barang yang tercecer di meja café .  dengan sigap, Davis menarik tanganku dengan lembut.

“ayo kuantar”

***

be a good girl, right?

right. I always be good girl enough, huh”

“bercanda kok. Kalau terjadi apa – apa hubungi aku ya”

“umhm. Hati – hati di jalan! No drunk, Davis!”

Restoran sudah mulai penuh. Aku datang sedikit terlambat 3 menit dari biasanya. Aku yang biasa di sapa saat datang kerja, kini mereka sudah sibuk karena jam makan siang. Aku segera mengganti bajuku dengan seragam restoran. Tanpa berlama – lama, aku segera memulai perkerjaanku.

Membersihkan meja yang kotor dengan sisa makanan, mengambil pesanan yang datang lalu memberikannya ke konter. Aku sudah terbiasa dengan panggilan – panggilan yang mengeluhkan lamanya masakan. Bukannya aku bohong, tetapi restoran ini salah satu restoran favorit dan ramai karena enak dan harganya yang tidak terlalu menguras kantong.

“Cassie, kau melakukan kecerobohan. Pelanggan di meja tujuh mengamuk karena menurutnya dia tidak meminta di beri acar”

Teresa menegurku. Tunggu? Dia memanggilku Cassie?

“dan cepat suruh teman pemalasmu itu untuk cuci piring!”

“hei, Teresa. Kau melantur. Ini aku Camryn, aku sama sekali tidak mengambil pesanan di meja tujuh”

“oh. Hei, Camryn. akhirnya kau datang juga,” Teresa mendesah nafas lega, sepertinya dia baru sadar bahwa aku Camryn

“kenapa kau marah – marah seperti itu?”

“kembaranmu itu membuat ulah”

“kembaran? Aku tidak punya kembaran.”

“iya, dia sangat mirip seratus persen denganmu. Bukan aku saja yang mengira itu kau, Camryn. seluruh pegawai menganggap kalian kembar! Ia barusan bekerja hari ini. sudahlah, kau lihat saja sendiri. Nanti jika ada waktu kita teruskan obrolan ini. ayo, pengunjung sedang ramai,” Teresa meninggalkanku begitu saja. Aku pun langsung bekerja dan tidak menanggapi ucapan Teresa.

.

setelah jam makan siang kantor selesai, kami sedikit lengang, pengunjung lebih sedikit. Aku sudah minta ijin kepada Stiff untuk pulang lebih awal karena tak enak badan. sungguh aku tidak bohong untuk saat ini. dan aku pun segera mengganti seragam restoran dengan kaus milikku di ruang ganti untuk pelayan perempuan.

Rasanya punggungku ini ingin retak saja, tanganku ingin copot dari tempat biasanya, dan tidak seperti biasanya kali ini masalah utamanya adalah kepalaku pusing bukan main. Aku baru ingat, aku belum makan kudapan apapun dari rumah. Pie apel dari Mrs. Lily pun belum ku sentuh sama sekali. Aku jadi ingin cepat – cepat sampai rumah lalu memanaskan pie apel itu ke microwave.

Aku juga telah menelpon Davis 15menit yang lalu untuk meminta bantuan menjemputku pulang. Maafkan aku untuk kali ini, Davis. Aku merepotkanmu. 

Pintu ruangan terbuka, aku mendongak dengan jengah untuk melihat siapa yang masuk.

“k..kau?” tergagap – gagap, aku memicingkan mataku, melihat gadis ini lebih teliti. Dia gadis yang beberapa hari lalu yang memesan di restoran ini, dia yang mengataiku servant girl, ya meskipun aku sedikit tersinggung. Yap, dia gadis yang mirip denganku. Seratus persen mirip! Jadi ini, yang di maksud Teresa kembaranku. Sepertinya tidak salah jika orang – orang menganggap kami kembar. Kami seperti kembar identik, dari luar.

Astaga, aku bahkan menyetujui pendapat Teresa dan yang lainnya bahwa dia kembaranku. Seluruhnya mirip. Hanya rambut miliknya sebahu sedikit lebih panjang. Dia begitu…. Begitu cantik.

“hei” ujarnya

“aku.. aku-“

“kau pasti tidak menyangka kan? Bahwa akan bertemu aku lagi? Aku juga begitu. Begitu ayah menyuruhku bekerja ke tempat yang tidak ku ketahui, ternyata disini tempatnya. Di tempat kita bertemu”

“ku kira, kau anak orang kaya”

“apa kau bilang? Tentu saja aku anak orang kaya. Hanya saja aku sedang menjalani hukuman untuk beberapa hari,”

Tidak sadar, aku terkikik geli. Hahaha, sudah bisa ku tebak. Dia anak orang kaya yang manja, pemalas, dan sok ingin lepas dari perhatian orang tua hingga ia mendapat hukuman seperti ini.

“apa yang kau tertawakan?” ujarnya sinis kepadaku.

“tidak ada,”

“kau tadi tertawa”

“tidak. Kau melantur”

“tapi kau terlihat menertawakan dirik-“

“namaku Camryn,” ujarku memotong ucapannya yang meletup – letup. Sia – sia aku  mengulurkan tanganku kepadanya, dia hanya menatap tanganku dengan pandangan tidak suka.

“Cassie,”

“Jangan sok akrab. Meskipun kita terlihat sama, tetap saja kita ini beda.” Lanjutnya, Aku segera melepaskan tanganku yang mengambang tidak terbalas oleh jabatan tangan Cassie.

 “baiklah, nice to know you.”

“apa jam kerjamu sudah selesai? Kenapa cepat sekali kau akan pulang? Apa aku juga boleh pulang?”

“aku sedang tidak enak badan. Tentu saja tidak, kau akan pulang jam 7 malam nanti”

“kau pasti bohong” aku tidak mengerti mengapa bocah satu ini begitu ngotot untuk membuatku kesal. Kalau bukan karena sakit kepala ini, mungkin sudah ku bungkam mulutnya dengan potongan bunga kol!

“ku pikir kau tidak ingin berbicara denganku karena kita berbeda” tidak mempedulikannya, aku melangkahkan kakiku keluar dari ruang ganti dan keluar.

Benar saja, dari jendela kaca besar ini, terlihat Davis telah menungguku disana.

“kau bodoh atau bagaimana? Bukan itu yang kumaksud!”

Yaampun, dia benar – benar bocah. Dia mengikutiku hanya untuk mengomel tidak jelas. Telingaku sudah seperti mendengar dengungan tawon yang berkelebat.

“Camryn! Davis sudah menunggu di depan. Cepat, dia khawatir padamu” Kiara yang berlalu lalang untuk menaruh piring kotor menyampaikan pesan padaku.

“sudahlah, bye aku pulang.”

“tunggu” lagi. Bocah ini mencegat tanganku

“aaa….apalagi sih?”

“apa dia… pacarmu?” aku memperhatikan sorot matanya yang sedang memperhatikan Davis dari jendela kaca besar ini. dengan iseng, aku menjawab.

“Ya,” dengan satu hentakan kencang, tangannya terlepas dari tanganku.

Aku berjalan sedikit berlari untuk cepat menghampiri Davis yang telah menungguku. Sudah tidak kuat lagi rasanya otakku untuk memerintahkan seluruh sel – selku berdiri tegap.

Bocah sinting, belum apa – apa sudah bertanya tentang kehidupan pribadi.

-------

comment dan vote nya ya :)

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 231K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
3.3M 166K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 101K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...