Unbreak Me

By dramioneyoja

71.8K 9.9K 1K

Draco sudah punya semuanya, semuanya kecuali kenapa Hermione Granger meninggalkannya. Sekarang setelah ia mer... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22

Chapter 9

3.3K 528 51
By dramioneyoja

Chapter 9

"You lost your magic?" Draco bertanya tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya dalam memori Hermione.

"Surprise, Mr. Malfoy." Hermione berseru jengkel dan mendorong Draco menjauh.

"Hermione..." Draco berseru pelan dan menahan Hermione agar tidak pergi dari hadapannya.

Hermione menghela nafasnya. "Apalagi yang kau inginkan sekarang dariku, Draco?" Hermione berseru pelan dan mulai tidak lagi sanggup menahan emosinya, matanya mulai berkaca-kaca dan hanya tinggal tunggu waktu sampai ia menangis dan semua dinding emosinya hancur.

"I'm sorry, Hermione." Draco berbisik dan perlahan menarik Hermione ke dalam pelukkannya. "I'm sorry for everything. Aku minta maaf tidak ada untukmu selama ini." Draco berseru dan menarik Hermione ke dalam pelukkannya sepenuhnya.

Seketika itu pertahanan Hermione hancur dan ia menangis seperti tidak pernah menangis sebelumnya.

"I'm sorry, Hermione, I'm sorry." Draco berseru lagi dan memeluk Hermione erat, mulai merasakan kemeja yang ia gunakan basah karena air mata perempuan yang ada di pelukkannya itu.

Draco mengambil kruk yang ada di tangan Hermione kemudian memeluknya erat dan menggendongnya pelan ke sofa kemudian mendudukkan Hermione di pangkuannya.

.

Draco tidak yakin apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia hanya bisa memeluk Hermione yang masih menangis dan berseru pelan kalau ia minta maaf dan menyesal karena tidak bisa ada di samping Hermione selama ini, ia seharusnya disana, mendampinginya melewati semuanya.

"Hermione?" Draco berseru pelan, berusaha membuat Hermione berhenti menangis. "I love you." Hermione mendongak dan melihat ke arah Draco dengan mata sembap.

Hermione menghapus air matanya dengan lengan bajunya.

"Can I kiss you?" Draco bertanya pelan.

Hermione tidak menjawab tapi justru tangisnya semakin menjadi-jadi.

"Apa yang harus kulakukan Hermione?" Draco bertanya pelan. "Berhentilah menangis, aku ingin bicara denganmu, aku ingin tahu apa yang terjadi denganmu, aku ingin mendengar apa yang kau lalui selama ini, aku ingin kau membuka dirimu lagi."

.

Hermione menghapus air mata dari wajahnya dengan lengan bajunya. "Dimana krukku?" Hermione berseru, berusaha menurunkan dirinya dari pangkuan Draco tapi ditahan oleh pria itu.

"Don't leave." Draco berseru dan memeluk Hermione lebih erat. "I miss you. Tidak bisakah kau membiarkan aku memelukmu? Apa kau sama sekali tidak merindukanku?" Draco bertanya lagi.

"This isn't right, Draco." Hermione berseru. "Kembalilah ke London." Hermione berseru lagi.

"Aku sudah tahu semuanya Hermione, aku sudah lihat." Draco memberitahu. "Kau sengaja tidak mau menghubungiku karena kau tidak mau merusak masa depanku, kau tidak mau membuatku tidak fokus kuliah." Draco memberitahu lagi. "Aku ingin marah padamu, tapi tidak bisa." Draco meletakkan kepalanya di bahu Hermione dan menghirup aroma tubuh wanita itu.

Hermione menghela nafasnya. Ia meletakkan kedua tangannya di pipi Draco dan membuat wajah mereka berhadapan sekarang.

"Pulanglah Draco, tidak ada yang bisa kau lakukan di sini, kau sudah lihat sendiri semuanya, kau sudah lihat bagaimana hidupku di sini, apa lagi yang ingin kau ketahui." Hermione mengelus pipi Draco lembut dengan ibu jarinya. "Live your life." Hermione berbisik.

"You are my life." Draco menjawab.

Hermione menggeleng. "Kau tidak perlu memikirkanku, Draco. Aku bertahan hidup dengan baik di sini dan kau tidak boleh mengorbankan semua yang sudah kau capai begitu saja."

Draco menghela nafasnya.

Hermione melepaskan tangannya dari wajah Draco dan susah payah turun dari pangkuan pria itu untuk duduk dengan normal di sofa. "Bisa kau ambilkan kruk ku?" Hermione bertanya pada Draco karena kruk nya tadi tertinggal di depan pintu kamar.

Draco berdiri dan mengambil tongkat jalan Hermione, memegangnya tapi tidak langsung memberikannya pada Hermione. Draco meletakkan tongkat itu agak jauh sehingga tidak langsung bisa digapai oleh Hermione. Ia kemudian duduk di lantai di depan Hermione dan meraih kedua tangannya.

"Ikutlah denganku kembali ke London." Draco berseru.

Hermione tidak merespon.

"Hermione?" Draco berseru lagi.

"Dan apa yang akan kulakukan di London?" Hermione bertanya.

"Kita bisa mencari cara untuk melakukan pengobatan untuk kakimu, atau kau bisa melanjutkan kuliahmu? Kau bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan kedua orangtuamu, dengan keluarga Potter dan Weasley. Kau bisa melakukan banyak hal." Draco memberitahu, berusaha membuat itu semua terdengar menyenangkan.

"Menurutmu apa yang bisa kulakukan tanpa sihir di universitas sihir?" Hermione bertanya.

Draco terdiam.

"Admit it, Draco. Tidak ada yang bisa aku lakukan di dunia sihir kan?"

"Kalau begitu menikah denganku, kau bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, kita bisa bersama mengurus anak-anak kita, kau bisa hidup dengan tenang denganku, aku akan menjagamu." Draco berseru lagi.

"Kau pikir aku mau menjadi bebanmu?" Hermione bertanya lagi.

Draco menghela nafasnya. Ia meletakkan kepalanya di pangkuan Hermione dan membenamkan wajahnya di sana. "Menurutmu cinta ku tidak cukup?" Draco bergumam pelan, suaranya bergetar.

Hermione menahan dirinya, ia menghapus titik air mata yang mulai muncul di sudut matanya. "Love isn't everything."

-Flashback-

Draco Malfoy melirik Hermione Granger dari sudut matanya, perempuan itu mencatat penjelasan dosen di depan tanpa ampun, Draco ingin tertawa melihat kertas-kertas di bawahnya nyaris rusak karena ia menulis dengan penuh semangat dan emosi.

Draco tertawa pelan melihatnya terburu-buru mengganti halaman di bukunya karena halaman sebelumnya sudah penuh.

Draco mengambil kertas dari buku catatannya dan mencengkramnya menjadi gumpalan kertas kemudian melemparkannya ke arah Hermione yang duduk dua baris di hadapannya.

Hermione memalingkan wajahnya ke belakang dan mata mereka berdua bertemu.

Draco tersenyum dan mengangkat kertas yang sudah ditulisinya tadi.

Dinner with me tonight?

Mata Hermione membelalak melihat tulisan itu.

Draco tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya, tahu interaksi mereka berdua sudah menarik perhatian nyaris seisi kelas kecuali Professor yang sedang asik menjelaskan apapun itu.

.

Draco mondar-mandir di depan pintu apartement Hermione. Mereka berdua tinggal di gedung apartement yang sama yang tidak terlalu jauh dari universitas tapi sudah termasuk dalam area Muggle sehingga hanya mereka yang bisa menyesuaikan diri yang bisa tinggal di sini.

Mereka yang bisa menyesuaikan diri dan mereka yang punya uang tentu saja.

Draco melirik jam tangannya dan ketika jarum detiknya menyentuh angkat 12, menunjukkan waktu tepat pukul 7 malam ia menekan bel apartement Hermione.

Tidak lama pintu terbuka dan Hermione Granger berdiri di sana dan membuat Draco merasa tidak bisa bernafas.

Hermione menggunakan dress putih selutut berbahan kemeja katun dengan lengan panjang, mungkin bagi orang lain tidak ada yang spesial dari penampilan Hermione, tapi sekarang tidak ada yang lebih Draco inginkan selain mencium bibir merah muda perempuan di hadapannya itu sampai mereka berdua kehabisan nafas.

"Kau sudah siap?" Draco akhirnya ingat cara bicara.

Hermione mengangguk.

.

Draco meletakkan kopi dingin yang dibawanya dari kedai kopi dekat kampus di hadapan Hermione yang sedang asik mengerjakan tugasnya di perpustakaan kampus.

Hermione tersenyum ke arahnya, meneguk kopi itu kemudian mencium pipi Draco pelan ketika yakin tidak ada yang memperhatikan mereka.

"Hari ini panas sekali, kenapa kau masih terus belajar?" Draco bertanya.

"Ujian satu bulan lagi, aku tidak punya banyak waktu." Hermione menjawab.

Draco tertawa pelan, tidak habis pikir dengan obsesi Hermione pada pelajaran.

.

"Apa yang kau inginkan, Malfoy?" Hermione bertanya pelan setelah mereka pulang makan malam di luar untuk yang kesekian kalinya. Keduanya duduk di ruang tamu apartement Hermione.

"I want everything with you. Everything." Draco memberitahu lagi.

Hermione menghela nafasnya. Ia kira Draco Malfoy hanya ingin bermain-main dengannya. Ia kira setelah meladeninya untuk beberapa waktu Draco Malfoy akan bosan dan mereka akan berhenti bermain-main.

Tapi tidak.

Hermione jatuh cinta pada pria bernama Draco Malfoy itu dan sekarang ia takut jika perasaannya tidak berbalas.

Mereka sudah berkali-kali berkencan, seisi kampus juga sudah tahu mereka punya hubungan spesial, tapi Hermione ragu atas apa yang benar-benar diinginkan Draco darinya sekarang.

"Draco..." Hermione berseru pelan.

"Hermione, I'm falling in love with you." Draco berbisik. "Aku tidak tenang jika aku tidak melihatmu sehari saja, aku tidak tenang jika aku tidak mendengar kabar darimu, aku tidak bisa makan dengan enak jika kau tidak makan di hadapanku, aku tidak bisa tidur jika tidak ada dirimu dalam pelukkanku."

"Apa yang harus kulakukan, Hermione?" Draco bertanya pelan.

Hermione melihat ke arah Draco dan tersenyum kecil.

"Apakah cintaku cukup untukmu?" Draco bertanya lagi.

Hermione tertawa dan mencium kening Draco lembut. "Cinta kita." Hermione membenarkan perkataannya. "Cinta kita cukup."

-End Of Flashback-

Draco mendongak dan menemukan mata wanita di hadapannya penuh dengan air mata.

"I'm sorry, Draco. Tapi ini yang terbaik, lebih baik jika kau lupakan saja pernah bertemu denganku di sini, lanjutkan hidupmu dengan baik." Hermione memberitahu, berharap Draco mendengarkannya.

Draco menggelengkan kepalanya. "Kau ikut denganku ke London." Draco berseru final.

... to be continued.

Continue Reading

You'll Also Like

432K 15K 163
Sevyn and Von hung around the same people but did not like each other. But they were just cordial. Until Von's birthday came up and Sevyn was the onl...
80.2K 2.1K 30
Izuku Midoriya, neglected and bullied due to his lack of a quirk, endured abuse from his family and friends, especially his twin sister Izumi and Kat...
379K 12K 87
"I have a secret, a well-kept secret for the last almost seven years. The real reason why I went into hiding." After years in a complicated relatio...
129K 2.3K 48
Alexis Piastri is Oscar Piastri's older sister. After feeling unfulfilled with her life, Alexis decides to drop everything to take a gap year and joi...