My Annoying Bae || Bae Jinyou...

By baehwinoona

31.3K 3.6K 331

Bae Jinyoung x Lee Daehwi DeepHwi Lee Daehwi, 18 tahun, berstatus sebagai siswa tahun terakhir di SHS 101, ne... More

Awal Mula
First
Second
Third
Fourth
Fifth
sixth
eighth
ninth
tenth
eleventh
twelfth
thirteenth
fourteenth
fifteenth
sixteenth
seventeenth
eighteenth
UP

seventh

1.3K 181 12
By baehwinoona

Entah sudah berapa kali Daehwi menghela napas dan mengumpat kasar di pagi hari itu. Yang jelas, ia ingin sekali melemparkan barang-barang yang berserakan di atas tempat tidurnya ini ke wajah Jinyoung.

Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Setelah pulang mengantar Chaeyoung  pulang, mereka menuju ke rumah untuk menyiapkan  segala keperluan Daehwi sebelum pergi ke bazar sekolah juga keperluan Jinyoung.

Sesuai kesepakatan kemarin, Jinyoung mengatakan jika Daehwi akan berangkat bersamanya. Tapi setelah ia siap berangkat, Jinyoung melayangkan protesnya melihat penampilannya. Sebuah t-shirt putih polos yang dilapisi kemeja kotak-kotak berwarna hitam dipadu dengan jeans berwarna hitam, lalu tas selempang yang disampirkan di bahu kanannya, dan dilengkai juga dengan sneakers yang senada dengan warna t-shirtnya. Terlihat casual and chic. Lalu dimana letak kesalahannya, sehingga lelaki itu berubah menjadi cerewet seperti itu?

“Demi Tuhan, Hyung! Sudah kubilang jika aku sudah terbiasa berpakaian seperti ini setiap acara bazar tahunan sekolahku! Aku tidak mau berganti pakaian!” bantah Daehwi menanggapi protes dari Jinyoung.

“Kau berangkat denganku. Jadi ganti pakaianmu!”

“Aku bisa berangkat sendiri, Tuan Bae!” balas Daehwi dengan nada yang mulai meninggi.

Jinyoung berdiri dan mengangguk, “Baiklah jika begitu maumu. Sepertinya kau memang sudah tak ingin berurusan dengan ku lagi”, ia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu rumahnya. “Lupakan saja semuanya. Oh, iya. Kau memang pengecut, Lee Daehwi. Padahal kau sendiri yang menyanggupi ini semua.” Cibir Jinyoung pada Daehwi.

BRAK!

Daehwi menutup pintu kamarnya dengan kasar. “Aku akan mengganti pakaianku!”

Aku menang. Batin Jinyoung sembari tersenyum puas.

Daehwi benar-benar ingin berteriak. Ia tidak tahu jika Jinyoung akan mengaturnya hingga seperti ini. Padahal perjanjiannya hanya membantunya menjadi kekasih pura-pura, tetapi kenapa tingkahnya seperti seolah-olah dia kekasih yang sebenarnya?

Daehwi membongkar semua belanjaan yang dibelikan oleh Jinyoung, entah kapan lelaki itu membeli semuanya ini. Yang pasti, begitu sampai di rumah Jinyoung, semua barang-barang ini sudah tertata cantik di atas ranjangnya.  Berbagai kemeja flanel dari yang warna soft bahkan memiliki kerah renda di lehernya, t-shirt polos rumahan, celana jeans, dan sneakers yang berharga mahal. Mungkin Jinyoung menghabiskan banyak uang untuk semuanya. Tapi lelaki itu tampaknya tidak peduli.

Tanpa sadar Daehwi mencoba semua yang dibelikan oleh Jinyoung. Menggunakan kemeja flanel berwarna cream yang dipadukan dengan jeans putih. Aneh—ia tidak terbiasa dengan bayangannya yang memakai pakaian seperti itu. Bahkan ia merasa trauma melihat bayangannya sendiri—ini berlebihan. Tapi sungguh, Daehwi merasa bahwa cermin yang ada di depannya tersebut berdosa dan patut dipecahkan.

“Ini semua gara-gara kau, Hyung,” gerutu Daehwi yang berusaha menutupi wajahnya yang terlihat mengenakan make up tipis itu.

“Aku? Apa yang telah aku lakukan? Mengubahmu dari bebek yang jelek menjadi angsa yang cantik?”

“YA!” sebuah tamparan telah mendarat di pipi kanan Jinyoung akibat ulah Daehwi dan membuat lelaki itu mengerem secara tiba-tiba.

Terdengar suara klakson yang berbunyi nyaring di belakangnya. Jinyoung melongokan kepalanya keluar kendela mobil, “Maafkan aku. Istriku sedang sensitif karena hamil muda!” serunya pada pengemudi di belakangnya.

“HYUNG!―”

“Astaga, bibirku berdarah,”

“Itu akibatnya jika kau main-main denganku,” gerutu Daehwi lagi.

“Terserah. Jika orang-orang di rumah sakit nanti menanyaiku mengapa bibirku berdarah, aku akan mengatakan bahwa ada seorang siswa  bernama Daehwi yang sangat berharap menjadi kekasihku dan menciumku dengan kasar―”

“MATI SAJA KAU, BAE JINYOUNG!” teriaknya sambil mengangkat tanganya bersiap-siap melayangkan tamparannya lagi.

“Kenapa? Mau menamparku lagi? Silahkan. Jika terjadi kecelakaan, lalu yang selamat hanya aku, siapa yang akan rugi?”

Kesabaran Daehwi benar-benar di uji hari ini. Baru kali ini selama hidupnya ia diperlakukan seperti ini. Di awal pertemuannya dengan Jinyoung, ia tak mengira jika lelaki itu akan bersikap jahil seperti ini.

Ternyata benar perasaannya selama ini, ternyata lelaki itu menyembunyikan sifatnya yang lain. Sungguh menyebalkan!

Dan kekesalannya itu memuncak ketika lelaki itu memaksanya keluar dari mobil. Ia sangat tidak percaya diri jika harus keluar menggunakan pakaian seperti yang ia kenakan sekarang ini. Akan lebih nyaman jika lelaki itu mengizinkannya mengenakan setelan seperti yang biasa ia kenakan.

“Keluar kau.” usir Jinyoung.

“Tidak mau!”

“Kenapa?”

“Menurutmu?!” serunya.

Jinyoung akhirnya keluar dari mobilnya. Sungguh, kali ini tindakan yang dilakukan Jinyoung itu benar-benar tidak terduga oleh Daehwi. Lelaki itu membuka pintu mobil di samping Daehwi dan menarik paksa Daehwi. Ia menatap Daehwi dengan bosan melihat tingkah Daehwi yang mencoba menutupi wajahnya dengan tangannya itu.

“Kenapa kau menutupnya? Bagaiman caranya kau berjalan jika wajahmu di tutup habis seperti itu?”

“Diam kau, Hyung!” gertak Daehwi setelah kembali dalam mode galaknya. Daehwi menaikan tangannya lagi menutupi wajahnya.

Perdebatan terus berlangsung, sampai akhirnya terdengar sebuar sapaan dari arah belakang Daehwi.

“Oh, Daehwi-ya? Apa benar itu kau?”

Oh, tidak! Suara ituAhn Hyungseob ?! Mati saja aku!

Hyungseob  berjalan mendekati Daehwi dan meneliti Daehwi dari atas hingga bawah, “Daehwi-ya?” tanyanya penasaran.

“Aku bukan Lee Daehwi,” jawabnya singkat.

Jinyoung mendecakkan lidahnya, “Bodoh! Dia hanya menyebutkan Daehwi, bukan Lee Daehwi. Kenapa kau bodoh sekali? Hm? Jika kau menjawab seperti itu kau terlihat berbohong. Padahal nama Daehwi bisa saja bermarga Kim, Jung, Shin, atau yang lainnya—“

PLAAK!

Tamparan untuk pipi kanan Jinyoung pun melayang.

Hyungseob  terdiam menyaksikan kejadian itu. Baginya, bukan tamparan itu yang menarik—karena dia sudah sering melihatnya— ia lebih takjub dengan penampilan Daehwi. Jangan lupakan rambut yang ditata sedemikian rupa dengan poni yang di belah dua dan sebuah topi baret berwarna hitam yang menghiasi kepalanya, menambah kesan menawan bagi si pemakai.

Daehwi tidak pernah menata rambut nya jika kau ingin tahu.

Ia masih meyakinkan dirinya bahwa lelaki yang ada di depannya itu adalah Daehwi, karena Daehwi yang ia kenal tidak pernah memakai pakaian  seperti itu jika bukan untuk acara formal atau paksaan dari orang tuanya. Tapi lelaki mungil—yang ia anggap Daehwi—itu malah sebaliknya, bahkan mengenakan make up.

“Daehwi-ya? Ini benar-benar kau—“

“Diam kau Ahn Hyungseob !” gertak Daehwi.

Hyungseob  mengerjapkan matanya, “Oh, sekarang aku yakin kau benar-benar Daehwi,” ucapnya santai.

Dengan santainya Hyungseob  meninggalkan Daehwi yang masih berapi-api dan masuk ke dalam sebuah kantin tak jauh dari mereka berdiri saat ini. Ia sudah menyiapkan segala macam jurus untuk menggoda Daehwi untuk seharian ini. Belum lagi jika ia bertemu Seonho, maka mereka berdua akan membuat Daehwi membakar sekolahnya—saking marahnya.

“Bibirku berdarah lagi, Daehwi-ya,” rengek Jinyoung.

“Terserah kau saja, Hyung!”

Daehwi pergi dan meninggalkan Jinyoung yang tersenyum dengan puas. Baginya, selain bisa membuat orang tuanya tidak banyak komentar agar ia cepat menikah, Jinyoung bisa menggoda Daehwi habis-habisan.

Daehwi berjalan dengan wajah yang memerah dan langkah yang super cepat. Benar, penampilannya cantik, tapi auranya lebih kelam daripada biasanya. Mata-mata disana memandangnya takjub sekaligus ngeri. Takjub karena Daehwi yang menjadi 'cantik', dan ngeri, karena jika kau mengeluarkan satu kata saja, maka kau harus siap mendapat petuah panjang berisi umpatan dari bibirnya.

.

“Daehwi!”

Suara cempreng dan lambaian tangan Seonho berhasil menghentikan langkah Daehwi. Seketika ia menghembuskan nafasnya ke atas.

“Sialan. Seharusnya kalian memanggilku dari tadi.” gerutu Daehwi setelah mengambil tempat di samping Seonho. Daehwi mengambil minuman Hyungseob, meminumnya dalam sekali teguk dan menghapus sisa-sisa jus jeruk di sudut bibirnya menggunakan punggung tangannya. Sedangkan si pemilik minuman mendengus sembari menggumam kata-kata seperti 'sudah seperti Putri Raja tapi tetap saja preman' dan sejenisnya.

“Itu karena kami takjub dengan penampilanmu. Benarkan, Hyungseob?”

Lupakan tentang minuman, Hyungseob  mengangguk setuju. Jujur ia dan Seonho sangat terkejut melihat perubahan fisik Daehwi.

“Jangan menggodaku!”

“Siapa yang menggodamu? Kau benar-benar terlihat berbeda dengan dandanan seperti itu.” Telunjuk Seonho mengarah pada rambut, wajah, dan badan Daehwi lalu memandang Hyungseob  untuk membantu argumennya.

That's right! Mungkin itu juga yang menyebabkan mereka tidak berhenti melihatmu.” Hyungseob  melirik beberapa siswa dan siswi yang masih diam-diam mengamati Daehwi.

“Menyebalkan sekali. Mereka melihatku seolah-olah aku adalah manusia aneh yang harus diberantas dari bumi. Aku benci menjadi pusat perhatian!”

Be patient Bae! Hanya sehari, dan besok kau sudah bebas.” ucap seseorang dari arah samping dengan tangan yang merangkul pundak Daehwi. Kehadiran sosok Jinyoung itu sontak membuat Daehwi tersentak kaget dan tersadar dari lamunan singkatnya. Akan tetapi, tak lama kemudian ia kembali ke mode 'kesal'nya. Lelaki itu mengikutinya rupanya.

“Sabar bokongmu!”

Jinyoung meledak dalam tawa. Melihat kefrustasian Daehwi menjadi hiburan tersendiri bagi dirinya. Jarang-jarang ia bisa melihat Daehwi tampil cantik dan menggemaskan sekaligus tampang kesalnya seperti sekarang.

Sekian detik kemudian, Jinyoung menghentikan tawanya. Memandang Daehwi yang tampak berkilau dengan penampilannya, semakin memenjarakan tatapan laki-laki itu dan berusaha merekam dengan baik di otaknya. Luar biasa! Kecantikan Lee Daehwi semakin terlihat jelas meski tak ayal kadang masih bertingkah bar-bar. Seperti saat ini misalnya.

“Kenapa? Aku aneh kan? Silahkan tertawakan aku sesuka hatimu, Hyung!”

Merasa tidak ada tanggapan dari lelaki itu, membuat Daehwi kembali cemberut. Tatapan yang ia dapatkan sejak dari parkiran tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan tatapan tajam Jinyoung yang mampu menembus hatinya. Membuatnya berdebar dan titik-titik kemerahan timbul di pipi putihnya. Gugup. Daehwi berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain selama tidak memandang Jinyoung.

“Kau cantik.” Jinyoung mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi kemerahan yang menguar di pipi Daehwi. Tatapannya melembut, dan ia-pun tersenyum setelahnya. Sementara Daehwi berusaha mati-matian untuk tidak membalas senyuman itu sebab dirinya masih sangat kesal pada lelaki yang membuatnya harus berpenampilan berbeda untuk hari ini. “Aku sungguh suka penampilanmu saat ini. Besok kau harus mengajakku bertaruh lagi, dan aku tidak akan melewatkan kesempatan itu.”

Flash back~

“Tim Manchester United pasti akan menang!”, seru Daehwi bersemangat. Ia mengacak-acak rambutnya asal-asalan, dan pandangannya terpusat pada layar televise super besar yang menghuni ruang tamu rumah bibi Jinyoung. Setelah menidurkan Chaeyoung  di kamar, mereka memutuskan untuk menonton pertandingan sepak bola yang di tayangkan malam itu. Tangannya meraih setoples macaroon yang telah di sediakan oleh Jinyoung.

Kurasa tidak, musim lalu tim kesayanganmu itu bahkan tidak lolos semi final.” ujar Bae Jinyoung yang menjadikan paha Daehwi sebagai bantal.

Mau bertaruh?”

Apa keuntungan yang aku dapatkan?” Jinyoung terlihat tertarik.

Kalau tim kesayanganku menang, kau harus menuruti semua permintaanku.”

Kalau kalah?”

“Aku yang akan menuruti permintaanmu. Oh, tapi tim kesayanganku tidak akan kalah kali ini.” ucapnya percaya diri.

Jinyoung bangkit dari paha Daehwi, menyetujui taruhan yang di tawarkan Daehwi. “Baiklah, Call!”

Percaya diri sekali kau, Hyung.” decih Daehwi.

“I'm not! Tapi kalau kau benar-benar kalah, aku ingin kau menjadi orang yang baik dalam satu hari. Bagaimana?”

BUKK!

“Ya! Kau fikir selama ini aku bukan orang yang baik?”

Hei, kau ini sensitif sekali.” Jinyoung mendecakkan lidahnya.

Kau—YA! Hyung selalu membuatku emosi—“

Kau itu sebenarnya anak yang baik. Bahkan kau sabar ketika menghadapi Chaeyoung  yang super hiperaktif. Hanya saja itu terlihat jomplang dengan tingkahmu yang kadang seperti preman. Jangan marah karena kau memang seperti itu," Jinyoung meraih toples macaroon yang ada di tangan Daehwi, “Kau bisa berubah jika kau mau. Sabar itu penting. Menyelesaikan dengan otak dan hati lebih efektif daripada dengan otot, kau tahu. So, kali ini saja, kau harus berpenampilan seperti orang yang baik, terlebih lagi kau seorang pelajar. Mengenakan pakaian ataupun segala hal yang bisa membuatmu terlihat lebih baik. Bagaimana?”

“Okay, call!” Daehwi menyanggupi tanpa berpikir panjang.

“Aku tidak menyangka tim kesayanganku akan kalah.” Daehwi menghela nafas sedih. Ia kalah taruhan, itu berarti dirinya harus menuruti permintaan Jinyoung.

Sebenarnya cukup membingungkan dimana Daehwi yang biasanya tidak semurung ini setelah timnya kalah, tetapi sekarang bagaikan ditinggal tim kesayangannya tidak bertanding lagi selama-lamanya.

Seharusnya kalian menang, dengan begitu aku bisa memperbudak Jinyoung seharian. Sial!”, gumamnya.

Flashback end

Tbc...

Continue Reading

You'll Also Like

329K 35.4K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
182K 28.7K 52
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.2M 62.6K 66
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
6.2M 605K 96
Yang Haechan tahu dia dijodohkan dengan laki-laki lugu yang bernama Mark Jung, tapi siapa sangka ternyata dibalik cover seorang Mark lugu Jung terdap...