Normal not NORMAL✔ (COMPLETE)

By reveliene_

4.7K 430 57

/Baca aja, sapa tau suka, yegak?\ Synopsis : Pacarku pembunuh. Tapi dia malah memilih untuk menjadikanku keka... More

Chapt 1 - Murderer
Chapt 2 - College B?
CASTING Y'ALL!!!
Chapt 3 - Text & Home
Chapt 4 - The BF
Chapt 5 - Murder Date
Chapter 6 - Holiday with the BF
Chapter 7 - Hawaii Emotions
MAAF GAIS, BUKAN APDET!
Chapter 8 - Beautiful Life
Chapter 10 - Mistake
Chapter 11 - Della's Alive
Chapter 12 - Problems
Chapter 13 - Memories
Chapter 14 - Not Fun(ny)
Chapter 15 - The Truth lies
Chapter 16 - Changed
Chapter 17 - Killing Spree!
Chapter 18 - Zalgofa and Indy
Chapter 19 - First Day
Chapter 20 - Brother
Chapter 21 - Finishing Touch
Epilogue

Chapter 9 - Psychopath's Parents

186 16 3
By reveliene_

   Aku dan Chriss memasuki lift hotel ditemani oleh seorang butler milik Chriss. Aku benar-benar gugup entah kenapa. Ada sedikit rasa senang sih...

Chriss menatapku bingung. "Ada apa denganmu, Grid?"

Aku menoleh. "Hah? Memangnya aku ngapain tadi?"

"Daritadi senyum-senyum gitu. Seneng banget kamu?"

Aku tertawa dan memeluk pinggang Chriss. "Iya dong! Kan mau ketemu calon mertua hehehe..."

"Dasar kamu!"

Ting!

Pintu lift terbuka dan menampilkan pemandangan yang lebih menyilaukan dibanding kamar hotel VIP tadi.

Aku menganga melihat ruangan luas itu. Dipenuhi emas dan marmer! Semuanya sangat menyilaukan mata.

Dari lift bisa dilihat ada tangga sedikit kebawah, dan didepan tangga terdapat coffe table kaca dengan frame hitam. Tiga sofa merah mengelilingi meja tersebut, sedangkan diatas meja terdapat vas bunga diisi bunga-binga yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Dibagian kanan ruangan, terdapat lemari kaca penuh perhiasan dan harta-harta lainnya. Ada lorong dengan dua pintu ruangan lain. Dibagian kiri ruangan terdapat kitchen set room seperti di bar, tapi ini dapur. Sebelah dapur ada piano berwarna putih dengan sedikit hiasan emas. Terdapat karpet merah digelar dibawah sampai sebelah piano yang juga ada tangga sedikit keatas, menunjukkan area balkon besar dengan hot tub untuk sekedar berendam.

Di sofa merah tadi, ada seorang pria ber jas hitam sedang melihat gadget nya dan beberapa berkas-berkas. Sedangkan di dapur ada seorang wanita yang sedang memakai apron, senang-senangnya memasak dan membuat minuman-minuman.

Pria tadi melihat kearahku dan Chriss. Tapi tatapannya agak aneh waktu melihatku.

"Chriss! Sini kau!" Teriak pria itu.

Aku agak tersentak, tapi aku langsung mengikuti Chriss untuk duduk di sofa sebelahnya.

Wanita tadi yang ada di dapur mendekati kita dengan nampan berisi kue dan cangkir-cangkir emas.

"Ini kue apa, Mom? Mocha?" Chriss mengambil piring kue dan memotong kue itu dengan garpu.

Wanita tadi melepas apronnya dan melipatnya. "No, it's tiramissu..."

Wait. Mom?

Dia ibunya Chriss?!

Wanita itu tersenyum padaku dan mendekatiku. Aku udah menyucurkan sedikit keringatku karena gugup. Dia memegang wajahku dan menekan pipiku, membuatku pipiku menggembul kearah mulut.

Wanita itu langsung berbinar dan tertawa. "Yak, mulai sekarang panggil aku Charllote! Aku ibunya Chriss! Kau cantik sekali, namamu siapa?"

Aku kebingungan tapi langsung menjawab.

"I-Ingrid Ardinel...T-tante Ch-Charllote?" Ucapku gugup.

"Oh jangan panggil aku tante, Ingrid! Panggil namaku saja..." Protes Charllote.

"Baik, Charllote..."

Charllote langsung memelukku dan duduk disebelah Pria tadi, yang berarti adalah ayah Chriss yaitu Hendry.

"Ehem. Jadi ayah ingin membicarakan tentang semua berita-berita pembunuhan ini DAN bagaimana caranya kau bisa berpacaran dengan perempuan jalang it--"

"YANG SOPAN, HENDRY!!" potong Charllote sambil memukul kencang punggung Hendry.

Hendry menggerutu. "Maaf, maksudku bagaimana cara kau bisa berpacaran dengan dia..."

Chriss menegakkan punggungnya dan berdeham.

"Oke, Dad. Pertama, memang benar aku yang membunuh orang-orang itu. Tapi itu tak apa karena bahkan polisi tidak tau siapa pembunuhnya karena aku sama sekali tidak meninggalkan jejak seperti ajaran ayah."

Hendry meminum kopinya yang tadi disedikan oleh Charllote dengan cangkir emas.

"Kedua. Aku berpacaran dengan Ingrid karena menurutku, dia itu sangat pemberani dan tak pernah sebegitunya tersentak atau kaget. Cool. Dan dia memang suka depresi karena masalah keluarga, tapi justru karena itu aku ingin sedikit demi sedikit mengubah perasaannya. And yes she is a former psychopath. And I want her to be one again."

Chriss menutup penjelasannya.

Hendry menyeringai dan menatapku. "Former psychopath, eh?"

Aku agak kebingungan tapi tetap memasang wajah datarku.

Melihat ada sedikit gerakan dari tangan Hendry, aku langsung siap-siap tapi tidak bergerak sedikitpun. Bisa kulihat Hendry memasukkan tangannya kedalam lengan jas hitamnya, dan dia mengeluarkan sesuatu yang mengkilap.

Begitu mata Hendry melotot, aku tau apa yang akan dilakukannya. Dia melempar cepat benda mengkilau tadi, dan aku dengan cepat menghindar hanya dengan memiringkan kepalaku.

Aku melirik ke Hendry yang menatapku sedikit kaget. Tapi aku berjalan ke arah benda yang tadi meleset.

Dan itu adalah silet perak dengan ukiran unik. Aku mengambilnya dan mengembalikannya pada Hendry.

Hendry tertawa senang. Dia langsung menjabat tanganku yang sedang kebingungan parah.

"Selamat, Nak! Kau lulus jadi pacar anakku!" ucap Hendry lalu memelukku.

Chriss langsung menarikku ke pelukannya. "No touching, Dad!"

Hendry tersenyum. "Ah, oke. Tumben segitu posesifnya sama pacar sekarang, ya? Dulu waktu berpacaran sama Della, kau tidak seperti ini."

Della?

Chriss menyengir aneh. "Well yang penting sudah kubunuh dia. Mantan mah dibunuh aja."

"My line, boy!" Hendry tertawa.

Diam-diam Charllote memanggilku. Aku mengangguk dan mengikutinya ke dapur.

"Kau bisa memasak?" Tanya Charllote.

Aku gugup. "Bisa sedikit, sih. Pasti Chriss diajari Charllote biar bisa masak, ya?"

Charllote tertawa. "Hahaha! Anak itu memang tak mahir masak. Tapi kupaksa biar mau, baru tuh masakannya enak!"

Kita berdua tertawa.

Charllote memakai apron dan memberikanku satu lagi berwarna hitam. Yang dipakai Charllote warna pink. Aku memakainya.

"Bantu aku masak aglio olio, ya?"

"Oke!"

-----

Beberapa saat kemudian, Charllote sedang merebus mie di panci. Sementara aku memotong daging dan cabai.

Jujur. Aku masih bingung siapa perempuan bernama Della itu. Mungkin aku memang sedikit cemburu karena aku bukan orang pertama Chriss. Walaupun si Della ini sudah mati, aku masih sedikit khawatir kalau Chriss masih memiliki sedikit perasaan buatnya.

Aku melamun dan tak sengaja jariku teriris.

"Ah!"

Charllote mendatangiku. "Ada apa? Eh, HAH?! Itu jarimu kepotong! Ayo segera diobati!"

"Eh, enggak apa kok, Charllote. Ini dijilat juga sembuh..."

"Nonsense, dearie. Chriss! Ambilkan plester di kamar mandi!"

Chriss langsung berlari kearahku. "WHAT?! What happened with your finger?!"

Aku menjitaknya. "Ini cuma keiris! Gak usah ambil plester!"

"No! Kuambilkan. Sebentar..."

Chriss berlari ke kamar mandi dan langsung balik memberikan plester. Langsung ia pakaikan di jariku yang tadi teriris.

Dan dia cium jariku itu.

"EH! NGAPAIN KAU?! SEENAK JIDAT NYIUM-NYIUM JARI!!" Teriakku mendorong wajah Chriss.

"Eh, tapi kan aku cuma kasih heal charm!!"

"HEAL CHARM GUNDULMU! Ada orang tuamu bodoh!!"

Chriss dan kedua orang tuanya terbahak karena mukaku merah.

DUH MALU!

-----

Makan malam sudah disediakan. Hasil masakan Charllote dengan bantuanku dihidangkan di meja depan sofa. Terlihat enak walau aku tak yakin rasanya akan seperti ekspektasi.

Chriss disampingku sudah berbinar dan sudah menyiapkan mangkok untuk mengambil makanan.

"Ini yang bikin Ingrid, lho! Pasti enak!" Charllote tersenyum manis lalu terkekeh.

Aku malu. "Eh, enggak kok! Aku cuma membantu Charllote memotong bahan-bahan..."

Semuanya tertawa. Malu nih!

Setelah beberapa lama, Hendry menanyakan hal yang tak diduga.

"Ingrid. Kenapa lenganmu penuh goresan, dan yang satunya kau perban?"

Aku langsung menegakkan punggung. "Ah, ini hanya karena aku waktu itu sedang depresi, jadi aku suka menggores-gores lengan dengan gunting...Sedangkan yang satunya...uh.."

Aku melirik pada Chriss yang mukanya sudah gelap dan berkeringat.

Charllote terlihat ingin mendengarkan lanjutannya, begitu juga Chriss. "Yang satunya kenapa?"

"Uh, yang ini--"

"Aku memotong lengannya dengan pisau. Hampir terpotong, tapi tidak."

Aku menoleh pada Chriss yang barusan berbicara.

Kedua orang tuanya langsung memandang satu sama lain.

Pasti bakal terjadi sesuatu yang buruk....

-------------------Tbc---

Hai!

Aku bikin chapter langsung nih hehehe... lagi pengen nulis aja soalnya udah pulang dari kampung!

Smoga suka ya sama chapter ini!

Comment dan Vote juga ya biar makin semangat aku nulisnya!!!

Thank you readers!!

-VvR

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 35.4K 8
Di balik dunia yang serba normal, ada hal-hal yang tidak bisa disangkut pautkan dengan kelogisan. Tak selamanya dunia ini masuk akal. Pasti, ada saat...
193K 5.5K 50
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...