Journal Of Exaudi [Finished]

By jsztet

115K 3.5K 131

#2 Fiksi Dewasa [28/7/2018] #1 Boyxboyromance [4/8/2018] #4 Cerita Gay [8/8/2018] Apa jadinya jika kamu meni... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20

Chapter 12

3.5K 107 1
By jsztet

Hubungan pribadi, tetaplah hubungan pribadi. Dan hubungan professional, tetaplah hubungan professional. Begitulah nilai yang selalu dijalankan oleh Exaudi selama menjabat sebagai pimpinan di organisasi sekolahnya. Dia dapat membedakan mana orang yang suka mencampurkan hubungan pribadi dan hubungan organisasi, dan mana yang tidak.

Memang benar, dia dan Arman adalah seorang teman yang dekat. Oh bukan teman lagi sepertinya, lebih dari itu. Hubungannya dengan Arman sudah seperti suami-istri. Memadu kasih sepanjang siang ke sore, dan entah berapa banyak gaya lagi yang harus mereka coba kedepannya. Karena sudah habis banyak gaya yang sudah di praktekkan oleh mereka.

Walau demikian, Arman tetaplah seorang teman di sekolah. Dan Exaudi tidak menganggapnya lebih dari itu, bahkan sedikitpun tidak. Dia memperlakukan Arman sama seperti dengan temannya yang lainnya, baik secara organisasi maupun ketika bermain bersama. Sehingga tidak ada satupun diantara teman mereka yang mengetahui bahwa sebenarnya mereka berdua memiliki hubungan yang sudah terlampau jauh.

Dan Arman sendiri juga tampaknya sangat pintar untuk menempatkan dirinya di sekitar pergaulan Exaudi. Dia tidak seperti pengemis yang meminta-minta untuk mendapatkan teman dengan memberikan perhatian yang tidak perlu. Dia hanya perlu mengucapkan kata-kata manis yang sering diucapkannya kepada Exaudi. Dan dengan itu, dia dapat dengan mudah membuat pertemanan.

Dia juga seharusnya berterima kasih kepada Exaudi. Karena tanpa dia, dia mungkin tidak dapat semudah ini membuat pertemanan. Sebab orang-orang di sekolah ini tergolong susah diajak berteman, dan terkadang terlalu egois dan dingin. Mulut manis Arman saja tidak cukup untuk membuat pertemanan dengan mereka. Setidaknya dia harus setampan Exaudi, sepintar Exaudi, dan juga sekaya Exaudi agar bisa menyaingi orang yang paling populer di sekolah ini.

Namun dia tidak mengharapkan hal itu. Karena dia sudah sudah mendapatkan hal yang lebih dari popularitas yang dimiliki orang itu. Orang yang memiliki popularitas itu sendiri. Terdengar aneh memang, namun dengan mendapatkan hati dan tubuh Exaudi sudah membuat dirinya bangga dengan dirinya sendiri.

Bagaimana tidak? Diluar sana, banyak pria dan juga wanita yang ingin memiliki hubungan spesial dengan Exaudi. Untung-untung mereka dapat menjadi teman dekatnya, terkadang mereka hanya bisa mengagumi Exaudi dari jauh tanpa Exaudi perlu tau siapa mereka sebenarnya.

Namun Arman, bukan hanya menjadi teman dekat. Arman sudah menyentuh seluruh sisi kehidupan Exaudi, dimulai dari hatinya, kulitnya, tangannya, bibirnya dan seluruh bagian tubuhnya yang lainnya. Dan Arman seakan-akan candu dengan seluruh bagian tubuh Exaudi, terutama matanya.

Mata itu sangat seksi ketika dia memandang wajah Arman sembari menghisap batangnya. Dan ketika Exaudi melakukan hal itu, dia semakin bergairah dan bernafsu akan tubuh Exaudi. Dan dia mengakui bahwa lelaki itu memang luar biasa menggairahkan, tidak hanya otaknya, kepemimpinannya, namun juga tubuh serta maskulinitasnya sangatlah membuat candu.

Dia juga harus berterima kasih kepada Exaudi. Bukan hanya karena tubuh yang menggairahkan itu dapat dimiliki olehnya, namun juga karir yang dimilikinya sekarang dapat terjadi oleh karena campur tangan darinya.

Arman yang memiliki hobi dalam bermusik pernah mengutarakan keinginannya untuk memiliki grup band sendiri yang dapat manggung di acara-acara sekolah ataupun di luar. Dan tidak hanya itu, dia juga pernah mengutarakan kepada Exaudi bahwa dia ingin sekali untuk memperdalam ilmunya dalam bermain gitar.

Dengan bijaksana, Exaudi kemudian menyuruh Arman untuk bersabar sampai Exaudi dapat menemukan jalan keluarnya. Dan tak sampai sebulan, Arman mendapatkan sebuah kabar bahagia. Bahwa sekolahnya akan membuat ekstrakulikuler baru, yaitu Band dan juga Orchestra. Dimana Arman ditunjuk sebagai wakil ketua III, yang mengatur tentang Acara dan kegiatan.

Secara tidak langsung, posisinya menunjukkan bahwa dia akan menjadi bagian dari organisasi yang berada di bawah naungan OSIS sekolah ini. Dan itu semua terjadi berkat Exaudi. Dia dapat dengan mudah untuk melobby para petinggi di sekolah ini untuk membuat sebuat Ekstrakulikuler baru.

Dan sebenarnya tidak mudah untuk membuat sebuah ekstrakulikuler baru di sekolah ini. Karena banyak hal Administratif yang harus dilalui oleh orang yang mengajukan hal tersebut, dalam hal ini orang itu adalah Exaudi. Dia harus mengurusi segala proposal serta pendanaan untuk membuat ekskul ini. Sungguh sangat mengharukan memang.

Demi orang yang disayanginya, Exaudi rela untuk mengurusi hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Dan sebenarnya hal itu juga membahayakan karirnya di dalam politik OSIS ini. Karena jika hasil dari ekskul ini gagal atau tidak memuaskan, sekolah dapat menutup ekskul setelah sekian lama beroperasi.

Hal itu juga berarti bahwa Exaudi sudah membuat sebuah perubahan yang buruk bagi sekolah dan merugikan pihak sekolah dan institusi yang menaunginya, dalam hal ini adalah OSIS. Namun sebaliknya, jika ekskul ini berhasil, maka namanya akan menjadi semakin tenar dan dia semakin dipercaya oleh banyak orang.

Dan karena rasa sayangnya terhadap Arman, dia rela melakukan hal ini semua. Dengan keteguhan hati dan rasa sayang yang amat mendalam, dia mengambil resiko yang tidak kecil. Walaupun dia tidak terlalu mengetahui urusan tentang musik ataupun hal yang semacamnya, namun dia yakin bahwa bersama dengan Arman, ekskul ini akan berhasil.

Exaudi kemudian berhadapan dengan Majlis Perwakilan Kelas untuk menyampaikan proposalnya, dan setelah mendengar jajak pendapat dari Majlis itu, ternyata proposal Exaudi diterima namun dengan sekian banyak revisi. Setelah direvisi berulang kali, dia kemudian menghadap kembali ke Majlis dan bersama dengan Majlis tersebut mereka mengajukan proposal tersebut ke Wakil Kepala Sekolah.

Setelah disetujui oleh Wakil Kepala Sekolah, Exaudi harus kembali mempresentasikan Proposalnya itu ke hadapan dewan guru dan segala staf administrasi yang ada di tempat itu. Dan setelah dicecar berbagai macam pertanyaan yang terkadang menusuk hati dan pesimistis, Exaudi dapat meyakinkan siapapun yang ada di ruangan itu untuk menyetujui proposal tersebut.

Dan keputusan kemudian diambil, setelah Kepala Sekolah bertemu dan rapat dengan dinas pendidikan. Keputusan itu menyebutkan bahwa proposal itu diterima namun dengan syarat bahwa segala dana yang ada harus dipergunakan untuk memaksimalkan kegiatan belajar dan mengajar siswa.

Hal ini membuat Exaudi bahagia, namun juga menjadi waspada di waktu yang sama. Karena dengan adanya jabatan yang baru sebagai ketua ekskul baru ini, ada juga tugas dan tanggung jawab baru yang harus dipegang dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.

Dan pastinya, Arman harus masuk ke dalam ekskul ini. Oleh sebab karena Armanlah Exaudi berjuang keras untuk membangun ekskul ini, dan Exaudi memutuskan untuk mengangkat Arman menjadi wakil ketua yang mengurusi bagian kegiatan serta juga acara. Exaudi yakin dengan kemampuan musikalitas serta sifat Arman yang bertanggung jawab.

Semua mata kini mengarah kepada mereka berdua, setelah perubahan yang dibawa oleh Exaudi untuk sekolah mereka. Tidak seperti dahulu ketika semua memalingkan wajah mereka ketika mendengar ada ekskul baru yang dikomandoi oleh Arman. Karena masyarakat sekolah itu tidak mengenal Arman sama sekali ataupun kemampuannya.

Namun semua itu berubah, ketika Arman dapat membentuk Band mereka sendiri dan membuat karya yang orisinil. Band mereka dinamai HOPE, nama itu diambil Arman ketika dia putus asa mencari orang yang tepat untuk mengisi posisi di bandnya.

Semuanya memang tidak instan, termasuk ketika kita membangun serta membawa perubahan yang baru untuk lingkungan kita yang terbiasa berpikiran terbelakang. Berat rasanya, dan terkadang ingin mati putus asa karenanya. Namun Exaudi selalu bersama di samping Arman, baik susah maupun senang.

Disaat terpuruk Arman, Exaudi hadir membawa semangat serta motivasi yang dibutuhkan oleh Arman untuk menjalankan ekskul tersebut. Dan terkadang juga muncul ide-ide dalam pembuatan lagu dari gagasan-gagasan yang diberikan oleh Exaudi.

Sedikit demi sedikit, perlahan namun pasti, semua pekerjaan yang dibebankan terhadap Arman selesai. Dimulai dari mencari orang yang tepat, membuat jadwal latihan, mencari instruktur yang pas, serta juga membuat perencaan kegiatan selama setahun kedepan akhirnya selesai.

Dan seperti yang dikatakan oleh Exaudi, kunci untuk menyelesaikan sesuatu yang besar maupun paling kecil sekalipun adalah niat yang tulus serta konsistensi. Niat Arman untuk serius dalam bermusik serta komitmennya untuk menunjukkan diri kepada Exaudi menghantarkan dirinya sebagai salah satu orang yang cukup terpandang di sekolah ini dalam segi musikalitas.

Sebab, dibandingkan orang-orang yang ada di sekolah ini. Sisi musikalitas Arman merupakan yang paling terkuat. Arman dapat memainkan lebih dari tiga instrumen, Arman juga dapat mengaransemen lagu, dan Arman juga dapat membuat lagu.

Dan hal ini tidak akan pernah terjadi jika dia tidak mengutarakan keinginannya terhadap Exaudi dan Exaudi memberikan jalan padanya. Dan di masa depan, orang yang paling dikenangnya dalam kesuksesan karirnya sebagai musisi adalah Exaudi. Teman kesayangan yang akhirnya dikhianati oleh dirinya sendiri, atau kurang lebih begitu adanya.

Namun tugasnya tidak berhenti sampai disitu, dia masih memiliki tugas berat lainnya. Yaitu menunjukkan kepada sekolah bahwa ekskul yang dipimpinnya ini dapat menghasilkan karya-karya yang tidak kalah dengan professional lainnya. Dan dia hanya memiliki satu kesempatan untuk membuktikan hal itu, ketika Konser Tahunan.

Konser Tahunan adalah sebuah acara amal yang diadakan oleh sekolah dengan menghadirkan banyak band musik. Acara itu tidak hanya diikuti oleh sekolah Arman saja, namun seluruh sekolah menengah atas yang berada dibawah naungan dinas pendidikan setempat. Dan sekolah Arman dan Exaudi adalah sekolah yang bertanggung jawab untuk menjalankannya.

Konser Tahunan tahun ini diketuai oleh Exaudi sendiri, dan dia sudah menugaskan Arman jauh-jauh hari sebelumnya untuk mempersiapkan penampilan dari perwakilan sekolah mereka. Dan Arman merasa bersemangat untuk menjalankan hal ini.

Dia tidak hanya dapat menunjukkan kepada sekolah bahwa dia dapat dipercaya, namun juga kepada Exaudi dan pemimpin OSIS lainnya. Dia akan menunjukkan kepada mereka, bahwa seorang Arman yang kalian tidak percaya untuk memimpin selama ini dapat menjalankan amanahnya dengan baik.

Dan hari yang dinantikan pun tiba. Dengan segala persiapan yang matang, Arman yakin bahwa dia dapat membawakan lagunya ini dan dapat menghibur orang banyak. Arman melihat banyak sekali orang-orang yang datang ke tempat itu, tua dan muda bergabung menjadi satu.

Arman juga melihat banyak orang yang tidak dikenalinya ikut hadir dalam acara tersebut, dan dia juga melihat orang-orang yang sempat dikenalinya dulu di sekolah yang lama juga turut hadir di acara itu.

Tepuk tangan yang riuh serta merta menyambut Exaudi ketika dia akan memberikan pidatonya sebagai ketua pelaksana acara, dan Arman dapat melihat banyak gadis jalang yang tersipu-sipu malu ketika Exaudi melihat ke arah mereka. "Dasar wanita jalang murahan!" maki Arman dalam hati.

Dan akhirnya, nama band mereka kemudian dipanggil oleh pembawa acara. Arman beserta rekan-rekannya kemudian naik keatas panggung. Jantung Arman kemudian berdetak kencang, dia merasa demam panggung. Karena sejujurnya, Arman tidak pernah tampil di depan orang sebanyak ini sebelumnya. Namun kegugupannya itu kemudian hilang ketika dia melihat Exaudi memberikan jempolnya sebelum dia tampil diatas panggung.

Dengan tarikan nafas yang panjang, Arman berusaha tenang. Dia kemudian mencoba untuk mengusai panggung dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia bisa. Dan setelah semuanya siap, dia bersama dengan temannya kemudian memulai memainkan musik mereka. Dia lepaskan segala emosi melalui permainan musik mereka, dan setelah mereka selesai. Sebuah reaksi yang tidak diduga hadir dari para penonton.

Mereka teriak-teriak seakan Arman adalah seorang musisi ngetop yang baru saja tampil, dan dia juga melihat Exaudi bertepuk tangan bangga dengan senyum yang sangat mengembang di wajahnya. Dan disampingnya dia melihat gadis yang sangat sering bersama dengan Exaudi akhir-akhir ini. Arman merasa bahagia karena dapat membuat Exaudi tersenyum bangga padanya seperti itu.

Dan hal yang sama juga dirasakan oleh Exaudi, dia bangga terhadap kekasih gelap, teman baik dan juga rekan professionalnya itu. Dia merasa Arman adalah seseorang yang tepat untuk dirinya untuk saat ini dan melupakan Tiara yang sekarang sedang bergelayutan manja seperti biasanya di suasana ramai seperti ini.

"Eh bukankah dia adalah temanmu yang sering pulang bersamamu?" ucap Tiara setelah Arman tampil.

"Ya. Benar sekali. Bagaimana menurutmu penampilan mereka semua? Apakah bagus?" tanya Exaudi kembali.

"Bagus sekali. Aku bahkan mengira mereka artis ibukota sebelumnya sampai akhirnya aku sadar setelah melihat temanmu itu. Dan ternyata benar mereka adalah perwakilan sekolah kita seperti yang kau bilang sebelumnya" ucap Tiara.

"Aku sangat bahagia melihat mereka tampil barusan, ternyata Arman dapat membuktikan ucapnnya padaku" ucap Exaudi.

"Oh jadi namanya Arman, kau tidak pernah mengenalkan dia padaku sebelumnya" ucap Tiara dengan masih bergelayutan kepada Exaudi.

"Astaga. Benarkah? Sumpah aku sungguh lupa mengenalkan dia dengan dirimu, baiklah besok akan aku perkenalkan dia kepada dirimu" ucap Exaudi.

"Baiklah, aku akan mengingatkan dirimu lagi besok. Karena kau sekarang sudah bertambah tua, dan berubah menjadi pelupa seperti kakek-kakek" ucap Tiara.

"Baik. . .Baik. . Terserah kau sajalah" ucap Exaudi sembari menarik hidung Tiara manja.

Tiara sebenarnya kagum dengan sosok Arman. Lelaki itu memiliki aura maskulinitas lebih dari Exaudi, dan tampaknya lelaki itu juga memiliki sifat lucu yang tidak dimiliki Exaudi. Dan selama penampilan mereka, Tiara tidak terlalu memperhatikan lagu-lagu mereka. Namun sosok Armanlah yang sangat diperhatikan oleh Tiara.

Dan keesokan harinya, setelah semua acara telah selesai dan rapat evaluasi telah berakhir. Exaudi menghampiri Arman dan mengajak dia untuk berkenalan dengan teman dekatnya, yang tak lain adalah Tiara. Arman yang sudah biasa diajak untuk berkenalan dengan teman dekatnya Exaudi langsung menyetujui permintaan Exaudi tanpa mencari tau siapa sebenarnya yang akan mereka temui.

Mereka berjalan dari ruang rapat OSIS yang berada cukup jauh dari kelas Exaudi. Dan sebelumnya, hasil rapat tersebut tidak jauh dari pembahasan mengenai performa dari seluruh anggota team yang tergabung dalam acara tersebut. Ada beberapa pendapat yang dikemukakan mengenai performa dari acra kemarin, seperti acara itu berakhir lebih lama karena ada bintang tamu yang tampil lebih lama dari perkiraan sebelumnya namun semuanya tampak baik-baik saja.

Dan selama rapat itu, pimpinan OSIS juga memberikan pujian mereka kepada Arman dan juga Exaudi yang telah menyukseskan acara ini. Terlebih kepada Arman atas penampilan mereka yang luar biasa kemarin. Arman dengan senang hati menerima pujian itu, dan merasa bangga atas pencapaian yang telah berhasil dia lakukan.

Setelah sekian lama berjalan akhirnya mereka sampai juga kedepan kelas Exaudi, dan sepertinya kelas itu sedang tidak ada guru di dalamnya. Exaudi kemudian masuk ke dalam dan mencari sosok Tiara, setelah dia menemukannya. Exaudi kemudian menarik gadis tersebut keluar kelas untuk menemui Arman, namun tidak mengatakan apa-apa sebelumnya kepada gadis itu.

"Arman, perkenalkan. Ini teman dekatku, namanya Mutiara Ivena. Aku biasanya memanggil dia Tiara, dan kami sudah berteman sejak aku pindah dulu" ucap Exaudi sembari memperkenalkan mereka.

"Oh hi, perkenalkan namaku Arman. Aku teman kecilnya Exaudi dari dulu sampai sekarang, senang mengenalmu" ucap Arman sambil memberikan tangannya.

"Hi!" ucap Tiara sembari menerima tangan tersebut, dan kemudian mereka berjabat tangan. Dan keadaan kemudian hening dan tidak jelas, sampai akhirnya Exaudi memutuskan untuk membuka pembicaraan.

"Hmm, teman. Bukankah kau ada kelas dengan guru horormu itu saat ini, akan lebih baik aku segera mengantarkanmu sekarang kembali ke kelas" ucap Exaudi.

"Oh iya, baik. Tapi sebelumnya, apakah nanti akan berkumpul bersama lagi? Setidaknya makan bersama di kantin" tanya Arman kepada mereka.

"Ya tentu boleh" ucap Exaudi dan Tiara secara bersama.

"Baiklah teman, sekarang lebih baik kau antarkan aku agar aku memiliki bukti konkret bahwa aku habis rapat tadi" ucap Arman.

"Baik, mari jalan" balas Exaudi.

Sebenarnya, Exaudi tidak ingin pembicaraan ini segera berakhir. Namun dia menangkap sebuah perubahan yang aneh diantara kedua temannya itu. Sebab tidak biasanya Tiara terdiam seperti itu kepada temannya yang diperkenalkan padanya.

Biasanya Tiara akan menceritakan hal-hal aneh tentang dirinya, dan juga terkadang cerita-cerita itu memalukan untuk di dengar. Dan sama halnya kepada Arman, dia tidak biasanya untuk diam dan canggung seperti itu terhadap orang baru.

Karena biasanya dia akan memuji orang yang baru ditemuinya itu dengan ucapan-ucapan manisnya yang terkadang agak dilebih-lebihkan, terkadang. Dan Exaudi merasa kejanggalan ini akan berakhir buruk serta mempengaruhi kehidupannya dia masa yang akan datang.

Dan perasaannya itu memang benar, di hari itu merupakan hari yang paling disesali olehnya. Karena di hari itu adalah permulaan kehidupannya kembali menjadi seorang yang kehilangan arah dan juga menyedihkan. Kehidupan yang sangat dia takuti itu akan tiba, dan entah dia harus mengutuki keputusannya itu ataupun menyalahkan takdir. Namun bagaimanapun juga, kejadian itu sudah terjadi dan tidak bisa direka ulang kembali.

Terkadang Exaudi ingin kembali ke hari itu. Dia ingin rasanya membuat keonaran ataupun membuat suatu kericuhan, agar dia tidak pernah memperkenalkan mereka. Atau dia, ataupun siapapun diantara mereka bertiga hilang ingatan sehingga tidak perlu untuk melakukan perkenalan tersebut.

Sungguh sial memang, permulaan kesengsaraan dimulai disaat kita merasa di titik sempurna kehidupan kita. Dan kesengsaraan itu sedikit demi sedikit membuat kita kehilangan harapan dan impian akan kehidupan yang lebih baik yang kita rasakan sebelumnya. 

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 282 14
Raden adalah pacar Fahri, selama ini mereka selalu menunjukan perhatian lebih satu sama lain. Fahri dengan keikhlasanya, Raden dengan hartanya. Namun...
123K 4.9K 24
RATED 18+ Cerita ini hanya fiktif belaka, dimana terdapat berbagai adegan seksual sesama jenis yang diceritakan di dalamnya. Cerita ini tidak ditujuk...
1.3M 95.7K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.4M 303K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...