Lebih Dari Sekedar Friendzone.

By melindafsupratman

17.4K 341 5

Apa yang Felly lakukan ketika Felix mengajaknya untuk berpacaran? Sedangkan Felly tidak diperbolehkan pacaran... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17
18 (End)
Thanks

14

552 12 0
By melindafsupratman

Seminggu berlalu, sejak kejadian saat hidung Siska berdarah, Felix jarang ada waktu untuk Felly.

Felix memutuskan untuk fokus melindungi Siska yang penyakitnya semakin parah, tanpa memperdulikan Felly.

Saat ini, Felix sedang berada di rumah Siska, tepatnya dikamar Siska.

Siska sedang berbaring, dia memutuskan untuk tidak sekolah terlebih dahulu sampai kondisinya membaik.

"Sebaiknya lo pulang dulu Fel, ganti baju dulu baru kesini. Lo udah makan?" tanya Siska sambil berusaha untuk duduk.

"Gapapa Sis, lo tenang aja. Gue udah makan kok tadi disekolah. Gue harus tetap jagain lo Sis." jawab Felix sambil membantu Siska untuk duduk.

Sudah seminggu Felix menemani Siska disini. Mama nya Siska hanya fokus bekerja tanpa memperhatikan kondisi anaknya. Oleh karena itu, Felix meminta izin kepada mama Felix untuk menemani Siska sampai kondisinya membaik.

"Besok gue mau sekolah." putus Siska sambil menatap sendu Felix.

"Sebentar lagi kita mau ujian kenaikan kelas, dan setidaknya gue harus tahan sampai gue lulus sekolah, habis itu gue bisa pergi dengan tenang." lanjut Siska dengan senyum yang menurut Felix sangat menyedihkan. Karena dibalik sikap Siska yang terkadang menjengkelkan, dia begitu rapuh. Dia membutuhkan seseorang yang begitu tulus menyayanginya, tidak seperti mamanya, yang sibuk dengan dunianya sendiri. Mungkin setelah Siska pergi, mamanya baru menyesalinya.

"Lo ga boleh gitu Sis, gimanapun juga lo harus tetap bareng sama gue! Lo harus tetap disisi gue!" jawab Felix sambil memeluk tubuh Siska seakan Felix memberinya kekuatan.

"Gue ga kuat Fel, gue ga kuat.. Gue takut lo ninggalin gue.. Gue takut, karena sekarang lo udah ada Felly. Gue takut lo pergi, dan akhirnya gue sendiri lagi.." lirih Siska sambil menangis sesenggukan dibahu Felix.

"Walaupun gue sama Felly, gue akan tetap ada disisi lo! Felly juga ngerti posisi gue. Gue ga akan ninggalin lo hanya karena Felly. Gue sayang kalian berdua. Kalian menempati posisi masing-masing dihati gue." jelas Felix panjang lebar sambil mengusap punggung Siska.

"Lo janji? Biarpun lo sama Felly, apa lo janji ga akan ninggalin gue?" tanya Siska sambil menatap Felix.

"Gue janji. Dan sebaiknya lo jangan jutek ke Felly, gue mau lo sama dia akrab, dia baik kok." jawab Felix sambil tersenyum tulus.

"Oke. Gue coba." jawab Siska sambil membalas senyum Felix dan kembali memeluk Felix.

***

Saat ini, Felly sedang duduk dibalkon kamarnya, ditemani dengan hot chocolate.

Bunyi ketukan pintu mengagetkan Felly, dan mengembalikan Felly dari acara melamunnya.

"Masuk aja." ucap Felly.

"Ini abang! Lo disuruh mama ke ruang tamu sekarang." ucap bang Riki.

Felly bingung, ada apa mamanya menyuruh Felly ke ruang tamu, kenapa tidak ke kamarnya saja. Daripada Felly semakin penasaran, dia memutuskan untuk segera ke ruang tamu.

Saat sampai ditangga terakhir, jantung Felly berdegup kencang, pasalnya disana sudah berkumpul semua keluarga kecilnya. Papa, mama, dan bang Riki.

"Felly, sini." ucap papanya dingin, tak biasanya papa Felly berkata seperti itu kepada Felly, dan sejak kapan papa dan mama Felly disini? Bukannya papa dan mama Felly sedang berada diluar negeri? Oh my God! Felly sangat rindu papa!

"Papa?! Papaaaa! Felly kangen banget! Sejak kapan papa pulang? Kok ga ngabarin Felly sih?! Kan Felly bisa jemput di bandara." ucap Felly sambil berteriak dan memeluk papanya dengan erat.

"Felly. Papa ga bisa nafas kalo kamu meluk erat banget." ucap papa Felly sambil mengelus rambut Felly.

"Biarin, abisnya Felly kangen banget tau." jawab Felly sambil menggembungkan pipinya.

Papa Felly hanya terkekeh geli mendengar celotehan anaknya yang super manja ini.

"Jangan kembali ke masa kecil dek! Disini ga ada doraemon, lo jangan kaya anak kecil." celetuk bang Riki yang sedang fokus bermain ponsel.

Felly hanya menjulurkan lidahnya dan tetap memeluk papanya.

"Fell, ada yang ingin papa dan mama bicarakan sama kamu." ucap mamanya dengan nada yang serius, dan suasana kembali tegang.

"Sama abang engga ma?" tanya Felly dengan polosnya.

"Menurut lo fungsinya gue disini apa? Jadi patung? Atau setan yang lagi gentayangan? Ya buat dengerin omongan mama sama papa lah." ucap bang Riki dengan gemas kepada adiknya yang bertingkah seperti anak kecil itu.

"Kalian berdua, ikut papa sama mama keluar negeri." ucap papa dengan nada yang menurut Felly horror.

"WHAT?!" tanya Felly dan bang Riki bersamaan. Bagaimana bisa mereka ikut orang tua mereka keluar negeri, sedangkan disini mereka berdua sedang menimba ilmu.

"Iya, opah dan omah meminta kita untuk tinggal disana, kalian kan lulusnya bersamaan. Riki lulus kuliah dan Felly lulus sekolah. Riki akan membantu papa meneruskan perusahaan, dan Felly melanjutkan kuliah disana." jelas papa Felly dengan wajah yang menurut Felly lebih lunak dibanding yang tadi.

"Aku ga mau." ucap Felly dengan pandangan kosong.

"Harus." balas mama Felly dengan tegas.

"Aku ga mau ninggalin teman-teman aku mah, pah. Aku ga mau." ucap Felly yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Kamu ga mau ninggalin teman-teman kamu atau ga mau ninggalin pacar kamu?" tanya papa Felly dengan muka yang berlipat-lipat kali horror.

"Maksud papa? Aku ga ngerti, dan aku tegaskan sekali lagi, aku ga punya pacar." jawab Felly dengan tegas dan wajah yang serius.

"Papa tau semuanya, walaupun papa jarang ada dirumah, tapi papa memantau kalian berdua, dan papa beri waktu sampai kalian lulus, untuk memutuskan hubungan kalian." ucap papa sambil menyesap kopinya.

"Riki ga punya pacar pah. Biarpun riki playboy dan riki mengakui itu, tapi riki ga pernah pacaran, riki menghargai keputusan papa dan mama. Dan riki setuju untuk tinggal di rumah omah dan opah." balas Riki yang entah kenapa menjadi serius.

Mama hanya tersenyum mendengar keputusan Riki, dia kagum dengan Riki, biarpun Riki sudah besar, dia tidak pernah membantah nasehat kedua orang tuanya.

"Felly?" tanya mama.

"Aku mau minta satu hal sebelum aku pergi." pinta Felly sambil menatap mama dan papanya bergantian.

"Apa?" tanya papa Felly dengan penasaran.

"Izinkan aku pacaran sekali ini aja, dan setelah waktunya tiba, aku akan mutusin dia." ucap Felly dengan wajah yang super duper serius.

"Kamu yakin?" tanya mama Felly.

"Dek, jangan kayak gitu. Lo bisa nyakitin dia dek, abang ga pernah mau lo kayak gini, abang lebih suka lo yang manja dan cengeng, bukan kayak gini." ucap Bang Riki sambil menatap Felly dengan tatapan sendu.

"Plis bang, sekali ini aja gue mohon.. Gue janji, gue ga akan bikin sakit hati dia. Mah, pah, Felly yakin. Dan tolong kasih Felly satu kesempatan ini sebelum kita pergi." mohon Felly yamg sudah menangis sambil memohon kepada mama, papa, dan bang Riki.

"Setidaknya Felly mempunyai masa masa indah Felly disini, dan Felly mempunyai cerita Indah disini." lanjut Felly sambil menunjuk hatinya.

"Oke, saat kamu sakit hati dan dia sakit hati, kamu tanggung resikonya." ucap papa Felly sambil bangkit berdiri.

"Kamu yakin? Karena perasaan mama ga enak kamu mengambil keputusan ini." tanya mama Felly sambil menangkup wajah Felly dengan kedua tangannya.

"Aku yakin mah." jawab Felly sambil memeluk mamanya.

***

Davin yang saat ini sedang bermanja-manja dengan kasur kesayangannya, tiba-tiba dikagetkan dengan bunyi diponselnya.

From : Felly

Cafe biasa.

To : Felly

Cusss...

Davin segera bersiap-siap untuk menemui Felly di cafe langganan mereka. Untuk saat ini, entah mengapa perasaan Davin tidak enak.

Beberapa menit kemudian, sampailah Davin di cafe tersebut, dan betapa terkejutnya dia saat melihat Felly sudah sampai duluan. Padahal kan rumah Felly dengan cafe ini lumayan jauh, sedangkan rumah Davin dengan cafe ini begitu dekat.

"Lo kok udah sampe?" tanya Davin sambil duduk dihadapan Felly.

"Iya, pas gue chat lo juga gue udah disini." jawab Felly sambil mengaduk aduk minumannya, tanpa berniat untuk meminum minuman tersebut.

"Lo kenapa lagi?" tanya Davin to the point.

"Kebiasaan lo nih, to the point banget deh. Pesen minum dulu sana!" jawab Felly dengan jutek.

"B aja kali mbak." celetuk Davin sambil memanggil pelayan.

"Nanti.. Nanti... Naan..tii..." lirih Felly sambil berusaha untuk bercerita apa yang sedang terjadi, namun dia tidak tahu harus cerita darimana.

"Nanti, nanti, nanti, nanti apaan lo? Ngomong tuh yang jelas!" jawab Davin dengan jutek.

"Yeee.. Biasa aja kali mas! Kok ngegas?" tanya Felly sambil memandang Davin dengan tajam.

"Kok jadi adu bacot sih?! Cepet lo mau cerita apa? Atau gue pulang?!" balas Davin tak kalah sengit.

"Eh eh jangan." jawab Felly dengan melas.

"Yaudah cerita buruan!" balas Davin sambil meminum minumannya.

"Setelah lulus sekolah, gue sekeluarga akan tinggal di luar negeri, opah sama omah gue, minta kita untuk tinggal disana, dan gue akan lanjutin kuliah disana, bang Riki akan bantuin papa nerusin perusahaan papa disana." jelas Felly sambil menahan air matanya agar tidak tumpah.

"Lo bercanda?" tanya Davin dengan wajah yang sulit di artikan.

"Apa wajah gue menunjukkan kalo gue lagi bercanda Vin?" tanya balik Felly sambil menatap Davin yang memasang wajah cengo sekarang.

"Gimana bisa? Felix gimana?" balas Davin bertanya.

"Gue dikasih satu kesempatan sebelum gue pergi sama bonyok gue, dan lo tau apa itu? Kesempatannya adalah pacaran sama Felix, dan setelah gue lulus gue akan memutuskan hubungan sama dia."

"Lo gila?! Lo mainin perasaan dia Fell!" balas Davin dengan emosi, karena sama saja dia memainkan perasaan Felix.

"Gue akan menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin, lo hanya perlu mendukung gue, apapun resikonya gue yang bakalan tanggung." jawab Felly sambil tersenyum dipaksakan.

"Terserah lo." balas Davin dengan cuek. Davin sudah tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Felly, seenaknya dia memutuskan hubungan dengan seorang cowok. Apakah dia tidak percaya dengan adanya karma kah? Ah sudahlah. Davin hanya perlu mendukung apapun keputusan yang diambil oleh sahabatnya itu.

"Lo harus janji satu hal sama gue." ucap Felly dengan penuh penekanan.

Davin hanya mengangkat sebelah alisnya tanda ia bertanya apakah hal itu.

"Jangan bilang bilang Christy dan yang lainnya tentang hal ini, terutama Felix." lanjut Felly sambil memasang wajah yang serius.

Davin hanya menganggukan kepalanya, entahlah dia agak ragu dengan keputusan yang sudah Felly ambil. Dia tidak percaya Felly akan melakukan hal seperti ini. Sepertinya dia sudah dibutakan oleh Cinta.

***

Keesokannya saat di sekolah, Felly meminta Felix untuk menemuinya di atap, setelah sekolah bubar.

"Kenapa?" tanya Felix yang tiba-tiba muncul di belakang Felly saat Felly sedang menikmati angin di sore hari.

"Aku mau bicara." jawab Felly tanpa memandang Felix yang ternyata sudah disamping Felly sambil menikmati angin sore hari juga.

"Apa?" tanya balik Felix yang sekarang sudah memandang Felly sepenuhnya.

Felly langsung memusatkan pandangannya ke arah Felix.

"Ayo kita pacaran." dengan sekali hembusan napas, Felly berhasil mengatakannya.

"Aku ga salah denger? Kamu kan belum lulus sekolah." balas Felix yang agak terkejut dengan ajakan Felly tersebut, bagaimana Felly mengajaknya pacaran, sedangkan dia dibolehkan pacaran pas lulus sekolah.

"Kamu ga salah denger kok, masalah itu aku sudah izin sama mama papa, kita dibolehin pacaran." jawab Felly dengan senyum yang sangat lebar.

"Kamu ga bohong kan? Atau aku lagi mimpi?" tanya Felix dengan muka yang super cengo.

"Aku ga bohong Fel, ini bukan mimpi, ini nyata. Aku dan kamu adalah kita. Ini nyata." jawab Felly sambil menangkup kedua pipi Felix dan senyum yang sangat lebar.

Felix langsung memeluk erat tubuh Felly.

"So, hari ini, di tempat ini kita fix jadi kekasih." jawab Felly di dada bidang Felix sambil tersenyum dan juga menumpahkan air mata kebahagiaannya.

Biarkan aku menikmati pelukan ini Tuhan, batin Felly.

"Aku sayang kamu." ucap Felix sambil mengeratkan pelukannya.

"Aku juga." jawab Felly sambil menutup matanya.

"Terima kasih kamu mau menerima aku, terima kasih Fell.." lirih Felix sambil menikmati moment manis ini.

Felly hanya tersenyum manis saat mendengar Felix berkata seperti itu, hatinya seperti tersayat ribuan pisau saat mendengarnya.

Felix melepaskan pelukannya, dan untuk meresmikan bahwa Felly miliknya sekarang, Felix mencium kening Felly sangat lama dan dengan sangat penuh Cinta.

Felly hanya bisa menutup mata dan mengeluarkan tangisan kebahagiannya.

"You're mine." ucap Felix sambil merapikan rambut Felly yang berantakan.

"I'm yours." jawab Felly sambil menyandarkan kepalanya di bahu Felix.

***

Tepat pukul 8 malam, Felix sudah sampai di rumahnya, setelah mengantarkan Felly pulang tadi.

Betapa senangnya dia hari ini, akhirnya dia dan Felly resmi pacaran.

Tetapi ada yang mengganjal sedari tadi dihatinya, entahlah dia merasakan bahwa tangisan Felly bukan sebuah tangisan kebahagiaan melainkan sebuah kesedihan yang amat dalam. Sudahlah, yang penting sekarang mereka sudah berpacaran.

Dengan hati yang berbunga bunga, Felix membuka chat grup bersama teman-temannya.

Grup "Cogan Sedunia"

Felix : gaes.

Alfa : (?)

Kenny : (?)

Adit : (?)

Felix : GUE JADIAN SAMA FELLY! SEKARANG GUE SAMA DIA RESMI PACARAN! SO, SEKARANG JANGAN ADA YANG GANGGU DIA.👊

Kenny : SERIUS LO?!😱

Adit : akhirnya....😳

Alfa : baguslah....😁

Felix : seriusan.. Gue ga bohong kali ini.😂

Adit : peje ye peje.😍

Alfa : peje ye peje.😍 (2)

Kenny : peje ye peje.😍 (3)

Felix : bacot lo semua.

Adit : kamu mah gitu.. Udah punya doi lupa kita disini.😖

Kenny : alay najis.

Alfa : baper najis.

Felix : hidup lo penuh dengan kenajisan.

Adit : tai.

Felix segera mengalihkan chat grup temannya untuk menelpon gadisnya. Yap, sekarang Felly sudah menjadi miliknya.

"Hallo." suara lembut yang sangat Felix sayangi terdengar.

"Hallo Felix, kenapa kamu telepon aku? Ada masalah?" suara itu kembali terdengar. Sedangkan Felix hanya tersenyum senyum menikmati suara indah itu.

"Kalo kamu ga ngomong, aku tutup ya." Felix berhenti tersenyum mendengar ancaman itu, dan akhirnya dia menjawab.

"Emang nya kalo mau telepon pacar sendiri harus ada masalah dulu? Ngga kan? Aku kangen tau." jawab Felix sambil berjalan menuju balkon kamarnya.

"Satu hal yang baru aku tau dari kamu." ucap Felly, yang Felix yakini bahwa gadisnya itu sedang tiduran dikamarnya.

"Apa sayang?" tanya Felix.

"Kamu manja." jawab Felly sambil terkekeh disana.

"Manja sama pacar sendiri gapapa kan?" tanya balik Felix.

"Iya gapapa, aku seneng kamu manja kayak gini, artinya aku itu berarti buat kamu." jawab Felly sambil tersenyum sangat lebar.

"Kamu selalu berarti buat aku Fell. Yaudah sana kamu tidur, besok aku jemput." ucap Felix sambil berjalan kembali ke kamarnya.

"Iyaa. Aku tunggu besok, kamu langsung ke rumah aja ya, mama papa udah izinin kok. Kamu jangan tidur terlalu malam ya Fel, ga baik buat tubuh kamu. Oiya kamu jangan lupa makan dulu sama mandi, aku yakin kamu belum mandi sama makan. Inget ya jangan tidur kemalaman." ucap Felly panjang lebar.

Felix yang mendengar ocehan gadisnya hanya tersenyum manis, ia tak menyangka akan mendapat gadis seperti Felly yang begitu membuatnya merasa disayangi sekali.

"Felix! Kamu denger aku ga sih?!" tanya Felly dengan nada yang menurut Felix sangat lucu dan menggemaskan, kalau saja Felly ada di depannya saat ini, Felix sudah pastikan, dia akan memeluk dan mencium gadisnya.

"Iya sayang aku denger kok. Yaudah aku makan mandi dulu, abis itu tidur. Good night my queen." balas Felix.

"Oke. Night too my hero." balas Felly sambil tersenyum manis.

Biarkan aku rasain ini Tuhan, batin Felly.

Continue Reading

You'll Also Like

8.3K 949 14
Ini kisah Aline, seorang gadis yang sudah lama merindukan kasih sayang keluarganya. Hingga akhirnya ia menyerah dan pasrah jika Tuhan memang lebih me...
603K 16.9K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
203K 16.7K 36
Semua orang tahu bahwa Ali dan Prilly berstatus sebagai tunangan. Namun, tak ada yang tahu seperti apa kehidupan Ali dan Prilly. Ali baik dan romant...
42.3K 337 27
Lyrics fifty shades #fiftyshades #grey #fifty #shades #darker