NEW HOPE

By masamuneRei

501 40 21

What do you see in this empty night? Even though I want to protect you I wonder if there are things I can't p... More

NEW HOPE - 2

NEW HOPE - 1

342 22 6
By masamuneRei

"Apa yang kau cari di saat kau sudah memiliki segalanya? Apa yang kau inginkan di saat kau dengan mudah mendapatkan yang kau inginkan?"

.

.

.

* NEW HOPE *

masamuneRei

.

.

.

Sorot lampu terus mengarah pada pria yang sedang bergaya dengan gagahnya. Mengangkat dagu, menajamkan mata, menegaskan setiap lekuk wajahnya. Sesekali ia menyisir rambutnya yang cokelat dengan jemarinya, membenarkan posisi setiap helai rambutnya. Sempurna. Satu kata yang dapat mencerminkan si pria. Dengan postur badan yang tidak terlalu tinggi tapi jadi yang dimilikinya dan juga wajah tampan rupawan bagai pangeran di negeri dongeng, membuatnya digilai semua photographer yang ingin mengabadikan keindahan yang dimilikinya.

Saat ini pria itu masih berdiri dan bergaya dengan berbagai macam gaya. Namun, karena tidak fokus atau karena hal lain, membuat hasilnya tidak sebagus biasanya. "Yamada-san, tolong fokus. Gayamu tidak natural. Tatapanmu juga kosong," komen photographer yang sedang memotret pria yang memiliki nama lengkap Yamada Ryosuke. "Kita ulangi lagi," lanjut sang photographer.

Ryosuke mengangguk, bersiap untuk mengulangi sesinya. Ia menatap lensa kamera, mencoba tersenyum. Memasukkan satu tangan kanannya pada saku celana serta tangan kirinya membawa bingkisan berwarna pink yang cukup besar sebagai properti pemotretannya. Ryosuke melakukan sebisanya. Terlihat tatapan kecewa dari orang sekitar. Dari make up artist, wardrobe, asisten photographer, manajernya, asistennya dan juga para crew. Entah apa yang dipikirkan Ryosuke saat ini sehingga ia tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Berulang kali photographer tidak puas dengan hasilnya. Sebanyak itulah Ryosuke mencoba kembali. Photographer meminta break agar Ryosuke bisa istirahat terlebih dahulu dan merenungi hasil pekerjaannya hari ini. Ia duduk di bangku lipat yang selalu asistennya bawa. Sambil bersandar, ia memejamkan matanya. Mengambil napas sedalam-dalamnya dan menghembuskannya kemudian.

"Yama-chan, sebenernya kau kenapa hari ini?" tanya seorang pria sambil menghampiri Ryosuke dan menyerahkan minuman kaleng padanya dan duduk di bangku sebelah Ryosuke.

"Terima kasih," ujar Ryosuke sambil menerima minuman kaleng itu. "Entahlah. Mungkin aku bosan," jawabnya setelah ia meminum minuman kalengnya.

"Kau tidak biasanya seperti ini. Lihatlah mereka merasa kecewa dengan kerjamu hari ini," kata pria itu sambil mengedarkan pandangannya. Ryosuke mengikuti pandangan si pria tadi.

"Aku juga tidak ingin membuat mereka kecewa. Tapi aku bosan, Hikaru-san. Sungguh. Aku lelah dengan pekerjaan ini," balas Ryosuke. "Aku merasa seperti... Entahlah," lanjutnya menerawang.

"Yama-chan, dengarkan aku," pinta pria yang memiliki nama lengkap Yaotome Hikaru itu sambil mengubah duduknya menjadi berhadapan dengan Ryosuke. Ryosuke diam menatap. "Kau adalah salah satu model yang tengah digandrungi. Banyak photographer di luar sana yang menginginkan untuk memotretmu. Bahkan banyak pemilik sebuah produk yang menginginkanmu menjadi ambasador mereka," katanya panjang lebar. "Aku mohon, fokus lah. Jika kau menginginkan sebuah liburan, aku akan memberikannya asal kau dapat menyelesaikan sisa pekerjaanmu dengan baik," lanjutnya memohon.

Ryosuke hanya menghembuskan napas, tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Benar kata Hikaru, saat ini dia adalah salah satu model yang sedang digandrungi banyak orang. Perjuangan Ryosuke ke level seperti sekarang ini tidaklah mudah. Lantas, apakah Ryosuke rela untuk merusak karirnya sendiri dengan alasan bosan dan lelah?

.

Yamada Ryosuke. Pria berusia 22 tahun. Berprofesi sebagai model. Tingginya hanya sekitar 164 cm, cukup pendek untuk ukuran seorang model pria, hanya saja ia memiliki keahlian untuk bergaya dengan sangat profesional di depan kamera. Ia memiliki kulit yang putih bersih bak porselen, rambut coklat yang indah yang sering kali ia ganti warnanya. Mata dan senyum yang penuh kehangatan adalah ciri khas dari seorang Ryosuke. Tinggal di sebuah rumah minimalis berlantai 2 yang didapatinya dari hasil kerja kerasnya sebagai model dan terletak di ibu kota, Tokyo. Memiliki satu orang asisten sekaligus temannya yang bernama Arioka Daiki atau yang biasa di panggilnya Dai-chan dan satu orang manajer bernama Yaotome Hikaru yang selalu menghandle setiap tawaran pekerjaan yang datang untuk Ryosuke.

Ryosuke adalah model yang sedang terkenal saat ini. Ia menjadi model beberapa photographer, model cat walk (peraga busana), model iklan, model majalah dsb. Dengan karir yang sangat cemerlang saat ini, Ryosuke ditimbulkan rasa bosan, rasa jenuh. Bahkan dia terkadang merasa kesepian. Bagaimana bisa seorang Ryosuke yang memiliki segalanya merasa kesepian? Pasalnya, dia selalu di tengah orang-orang yang mengaguminya. Banyak pasang mata menatap dirinya dengan kagum yang luar biasa. Apa yang kurang dari seorang Ryosuke? Pasangan.

Mengenai asmara, Ryosuke sendiri tidak ada niat untuk mencari pasangan dalam waktu dekat. Dia selalu mengejar karir sehingga melupakan masalah yang satu itu. Tidak peduli, seolah-olah memang Ryosuke tidak perlu memiliki sosok yang harus mengisi hatinya. Apakah rasa kesepian yang dirasakan Ryosuke adalah kekosongan hatinya yang perlu diisi? Entahlah. Lagi pula usia Ryosuke masih terbilang muda bukan?

.

Saat ini matahari sudah merunduk malu dari singgasana dan akan segera digantikan oleh kedudukan bulan dan juga bintang yang menemani. Ryosuke berdiri di balkon kamarnya, menumpukan sikunya pada besi pagar balkon. Tatapannya menerawang. Sesekali dia mengingat perkataan photographer yang memotretnya tadi siang.

"Yamada-san, aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Hasil fotomu hanya beberapa saja yang bagus. Bahkan kita terus mengulangnya dan hasilnya pun tetap sama. Kalau kau terus seperti ini, jangan harap kau akan terus berada di atas."

"Jika kau tidak ingin berada di bawah, cobalah singkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu pekerjaanmu."

"Yang akan menghancurkan karir yang sudah kau raih bukanlah orang lain, melainkan dirimu sendiri. Jadi, pikirkanlah baik-baik."

Dan beberapa tatapan kecewa dari orang-orang sekitar tak luput dari ingatannya. Pernahkah sebelumnya ia mengecewakan banyak orang? Belum. Baru kali ini untuk pertama kalinya Ryosuke membuat banyak orang kecewa dengan hasil kerjanya. Siapa yang patut disalahkan? Tidak ada. Jika ada yang harus disalahkan, Ryosuke memilih menyalahkan dirinya sendiri.

Ryosuke bukanlah orang yang tidak profesional. Dia selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan maksimal. Namun, tidak halnya saat ini. Dia merasa kalau konsentrasinya terpecah dengan pikiran-pikiran yang tengah mengganggunya. Ryosuke sedang merasakan titik di mana ia jenuh dengan pekerjaannya. Merasa lelah dengan segala aktifitasnya yang menyita banyak waktu. Ryosuke paham akan segala resiko yang didapatnya sebelum ia menjadi seorang model seperti sekarang ini.

Menyesal? Bukan. Lebih tepatnya Ryosuke hanya ingin rehat sejenak dari pekerjaannya. Hanya saja sang Manajer, Yaotome Hikaru sudah menandatangani beberapa kontrak yang harus di selesaikan Ryosuke. Tapi, bukankah Hikaru sudah berjanji jika Ryosuke menginginkan sebuah liburan ia akan memberikannya? Entah itu hanya iming-iming janji manis saja atau benar akan dikabulkan. Ryosuke hanya berpikir bagaimana ia bisa keluar dari lingkaran yang terlalu menjeratnya itu.

Ryosuke menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Matanya menerawang menatap langit senja. Senyumnya mengembang, tapi tidak ada kehangatan dari sana. Hambar. "Aku harus apa? Aku lelah dengan semua ini," suaranya terdengar lirih. "Siapa saja tolong aku, aku ingin bebas," lanjutnya, suaranya makin lirih.

Ryosuke meninggalkan balkon dan masuk ke dalam kamarnya. Setelah menutup pintu, Ryosuke menuju ranjangnya dan duduk di sisi ranjangnya yang empuk itu. Tempat di mana ia dapat bermimpi indah. Tempat di mana ia bisa bebas. Jika boleh Ryosuke memilih, rasanya ia tidak ingin bangun dari tidurnya yang bisa memberikan mimpi-mimpi indah itu. Bahkan jika harus selamanya ia menutup mata.

Perlahan Ryosuke membuka laci meja nakas yang terletak tepat di samping ranjangnya. Mengambil sebuah tempat kecil yang bentuknya seperti tabung dan berisikan pil-pil kecil berwarna putih. Dibukanya perlahan tutup tabung itu dan menuangkan beberapa pil ke telapak tangannya. Ryosuke segera menenggak pil-pil itu yang di lanjut dengan meminum air putih yang memang berada di sana.

Sejak kapan Ryosuke mengkonsumsi pil-pil itu? Ryosuke saja tidak tahu. Yang jelas dia memerlukan pil itu agar dia bisa tidur dengan tenang. Sejak kapan Ryosuke merasa tidurnya tidak tenang? Ryosuke saja tidak ingat. Yang jelas di saat dia sudah sangat tidak nyaman dengan segala yang menyibukkan dirinya.

.

Hembusan angin laut bertiup lembut mengenai punggung tegas Ryosuke. Ia merentangkan kedua tangannya membiarkan angin membawa kesejukan di tubuhnya sambil  memejamkan matanya. Berjalan terus ke depan, merasakan telapak kakinya terkena hangatnya air laut. Dalam kegelapan, ia melihat sesuatu yang indah. Hamparan laut yang luas. Ilusi? Bukan. Ryosuke benar-benar melihat hamparan laut itu dalam kegelapan. Makin jauh ia melangkah, tidak gentar, tidak bergetar sampai Ryosuke telah merasakan tubuhnya sebatas dada terbenam di dalam hangatnya air laut. Tersenyum. Ikhlas jika ia harus tenggelam bersama keindahan yang ia lihat dalam kegelapan saat ini juga.

.

Sinar matahari mengintip dari sela-sela jendela mengusik Ryosuke yang tengah tertidur dengan pulasnya. Samar ia membuka matanya perlahan sambil menguceknya pelan. Bangun dari posisi tidur menjadi duduk di atas ranjangnya. Matanya menatap lurus ke depan. "Laut yang indah," gumamnya pelan sambil tersenyum tipis. "Aku rela jika harus tenggelam bersama keindahan itu,” lanjutnya. Tanpa sadar, sudut matanya mengeluarkan air mata.

Tok.. tok..

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Ryosuke. Tanpa aba-aba, masuklah seseorang yang sudah sangat ia kenal sambil membawa nampan berisikan segelas susu putih. "Ya, Yama-chan. Aku membawakan segelas susu untukmu," ucap pria yang tingginya tak jauh beda dengan Ryosuke sambil menghampiri pria yang masih duduk di ranjangnya. Ryosuke hanya tersenyum mendapati asistennya yang juga temannya tengah menaruh segelas susu putih di atas meja nakasnya.

"Dai-chan. Apa kau rela jika kau harus tenggelam dalam pemandangan yang indah? Misalnya laut?" Tiba-tiba Ryosuke bertanya sambil melihat ke arah jendela.

"Y... ya?" Daiki menghentikan langkahnya saat ia hendak berjalan menjauh untuk keluar ketika Ryosuke bertanya pada dirinya.

"Aku rela jika harus tenggelam dalam keindahan yang aku ciptakan sendiri." Ryosuke tersenyum sambil menatap Daiki. "Meski pun itu artinya aku harus pergi ke tempat yang sangat jauh." Senyumnya semakin mengembang.

Daiki yang mendengar kata-kata Ryosuke merasakan sesuatu di dadanya. Sesak, itu yang ia rasakan. Daiki perlahan menarik paksa sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Laut memang indah. Luas. Sangat luas," ujar Daiki kemudian. "Kau cukup memandang laut saja, kurasa itu sudah cukup," lanjutnya lagi tersenyum. Tanpa harus tenggelam dengan keindahan dan luasnya laut.

"Aku ingin melihat laut," ujar Ryosuke kemudian. "Tapi aku tak punya waktu untuk itu," lanjutnya merunduk.

"Kau bicara saja pada Yaotome-san kalau kau ingin sekali melihat laut," usul Daiki sambil tersenyum.

"Aku tidak yakin Hikaru-san akan mengizinkanku untuk pergi,” jawab Ryosuke dengan tatapan sedih. "Lagi pula, Hikaru-san sudah menandatangani beberapa kontrak kerja," lanjutnya sambil menghembuskan napasnya lelah.

"Kalau boleh, nanti aku akan coba bicara juga dengan Yaotome-san,” ujar Daiki memberi bantuan.

"Ti... tidak perlu Dai-chan,” cegah Ryosuke. "Jika aku mau, aku bisa bicara sendiri dengannya," lanjutnya. "Terima kasih sudah menawarkan bantuan." Ryosuke tersenyum.

“Tidak usah sungkan, aku ini kan juga temanmu. Apapun yang kau inginkan, katakan saja. Atau jika kau mau bercerita padaku, cerita saja,” ucap Daiki seraya duduk di pinggir ranjang Ryosuke.

“Kau tahu Dai-chan? Kemarin untuk pertama kalinya aku membuat orang-orang kecewa pada hasil kerjaku,” cerita Ryosuke tanpa diperintah. “Aku tidak dapat mengelaknya ketika tatapan kecewa itu ditujukan untukku. Aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya itu menyakitkan,” lanjutnya dengan suara lirih.

“Sebenarnya apa yang sedang kau rasakan, Yama-chan?” tanya Daiki sambil menyentuh pundak Ryosuke yang sedikit gemetar seperti menahan sesuatu.

“Aku lelah. Aku ingin istirahat dari segala kesibukanku. Tapi aku tak bisa,” jawabnya sambil merunduk.

“Kau sudah coba bicarakan ini dengan Yaotome-san?” tanya Daiki lagi yang mulai khawatir.

“Kemarin aku sudah bilang, tapi sepertinya pekerjaanku yang lain sudah menunggu…,” Ryosuke menghela napas sebelum melanjutkan, “tapi Hikaru-san bilang, jika semua pekerjaanku selesai dan dilakukan dengan baik, dia akan memberiku liburan,” lanjutnya mengingat.

“Nah, jika begitu ayo lakukan sisa pekerjaanmu dengan baik!” ujar Daiki dengan semangat dan memberikan senyuman terbaiknya untuk Ryosuke.

Ryosuke pun tersenyum dan entah dari mana langsung memiliki semangat untuk melaksanakan pekerjaan lainnya yang sudah menunggu. Sepertinya memang liburanlah yang dibutuhkan oleh Ryosuke.

.

Saat ini tepat pukul 09.30 pagi Ryosuke sudah berada di ruang rias sedang didandani oleh make up artist untuk melakukan pemotretan santai serta wawancara singkat untuk sebuah majalah yang sudah menjadi agendanya tiap bulan. Maklum saja, Ryosuke dipilih menjadi model tetap untuk majalah tersebut dengan tema fashion kesehariannya. Untuk wardrobenya saja, itu semua menggunakan pakaian yang menjadi koleksi pribadi Ryosuke. Setiap bulannya ia memilih pakaian terbaiknya untuk dipotret serta menceritakan pakaian yang dikenakannya tersebut.

Tak heran jika Ryosuke memiliki lemari khusus untuk menyimpan pakaian, jaket, coat, jas, celana di dalam kamarnya. Tidak hanya pakaian mahal yang menempel pada tubuhnya, pakaian yang hanya dibelinya dengan harga murahpun akan terlihat sangat mewah jika Ryosuke kenakan. Itu lah nilai plus Ryosuke menjadi seorang model terlepas dari tinggi badannya.

Ryosuke sudah siap berdiri di dekat tangga studio dengan mengenakan kaos berwarna hitam yang dibalut dengan jaket berwarna abu-abu. Ia juga mengenakan sunglasses. Celana panjang jeans berwarna hitam dengan motif sobek di sekitar lutut menjadi pilihannya untuk menutupi kakinya, serta sepatu pantofel berwarna senada dengan celana panjangnya. Rambutnya diatur seadanya, tidak mempengaruhi ketampanan yang sudah ia miliki sedari kecil.

Kali ini Ryosuke menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik. Hikaru yang memandanginya tersenyum bangga padanya. Dan Hikaru tidak akan lupa dengan apa yang ia katakan jika Ryosuke dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Hikaru akan memberikannya liburan beberapa saat.

Hikaru mengeluarkan smartphone dari dalam saku celana untuk mengecek beberapa jadwal Ryosuke ke depan. Ia ingin memperhitungkan kapan bisa memberikan pria itu liburan.

“Sebentar, aku lupa lusa jadwal Ryosuke untuk pergi ke Prefektur Shizuoka untuk melakukan wawancara tempat wisata di sana,” ucap Hikaru pelan pada dirinya sendiri saat melihat tanggal yang ia tandai. “Apa sekalian saja ku ajak dia berlibur di sana beberapa hari?” lanjutnya bertanya entah pada siapa.

“Hikaru-san,” panggil Ryosuke saat menghampiri sang manajer yang sedang mempertimbangkan sesuatu. “Ada apa?” lanjut Ryosuke bertanya dengan tatapan bingung.

“Ah, tidak ada apa-apa. Bagaimana? Sudah selesai?” tanya Hikaru terburu-buru sambil memasukkan kembali smartphonenya ke dalam saku celananya. Ryosuke mengangguk menjawab pertanyaannya.

Hikaru melihat jam tangannya dan saat itu jam menunjukkan pukul 12.25 siang. “Ah, sudah waktunya makan siang. Bagaimana jika kita makan siang di luar?” tawar Hikaru.

“Boleh, kebetulan perutku juga sudah lapar,” jawab Ryosuke sambil mengusap-usap perutnya dengan cengiran yang membuat Hikaru mengacak-acak rambut Ryosuke.

“Tunggu, Hikaru-san,” tahan Ryosuke. “Kita ajak Dai-chan makan siang bersama,” usul Ryosuke.

“Tidak ada waktu lagi, aku sudah lapar. Nanti kita bungkuskan saja makanan untuk Dai-chan. Habis selesai makan, kita langsung pulang,” jawab Hikaru. Ryosuke mengangguk, setuju akan ucapan Hikaru.

Dengan menenteng tas yang berisikan pakaian Ryosuke, Hikaru berjalan terlebih dulu dan Ryosuke menyusul di belakang dengan membawa tas selempang pribadinya.

Mereka sudah berada di sebuah tempat makan ala rumah yang sangat nyaman. Jaraknya hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari studio Ryosuke bekerja tadi.

Karena Ryosuke menyukai daging, Hikaru memesankan Sukiyaki untuk Ryosuke dan juga dirinya. Mereka menunggu di meja yang berada di sudut ruangan. Tampak nyaman tempat makan tersebut dengan hiasan-hiasan rumahan yang unik.

"Aku tahu tempat makan ini dari para staf. Terlihat nyaman dan kau akan merasa makan seperti di rumah," ucap Hikaru tanpa diperintah. Mulut Ryosuke membentuk O sempurna mendengarkan ucapan Hikaru.

"Yama-chan. Aku minta maaf," ucap Hikaru lagi pelan. Namun dapat diterima dengan baik oleh telinga Ryosuke.

"Minta maaf? Untuk apa Hikaru-san?" tanya Ryosuke bingung.

"Aku tahu ada masanya di mana kau akan merasa bosan dengan pekerjaanmu sekarang. Aku minta maaf karena aku tidak bisa berbuat banyak untuk pekerjaanmu," jawab Hikaru merasa bersalah.

"Aku yang seharusnya minta maaf karena sudah terlalu membebanimu," ucap Ryosuke. "Aku janji tidak akan mengecewakanmu, sehingga kau tak perlu merasa bersalah padaku," lanjutnya dengan senyum mengembang.

Saat mereka tengah berbincang, pesanan pun datang. Ryosuke dan Hikaru memulai makannya dengan sangat lahap.

"Selamat makan," ucap mereka serempak.

.

Ryosuke sudah berada di dalam kamarnya setelah membersihkan diri dan berganti pakaian rumahan. Ia hanya menggunakan kaus berwarna putih lengan pendek serta celana 3/4 berwarna cream.

Matanya melihat ke arah jam dinding yang tergantung di dalam kamarnya. Jam menunjukkan pukul 15.15 sore. Hal yang sangat jarang ia sudah berada di rumah saat matahari belum terbenam.

Ryosuke hendak keluar dari kamar ketika pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dari luar. Dengan segera ia membuka pintu dan sudah melihat Hikaru berada di sana.

"Aku ingin berdiskusi sebentar," ucap Hikaru di ambang pintu. Ryosuke mengangguk dan mempersilakan Hikaru untuk masuk ke dalam kamarnya, tak lupa Ryosuke menutup kembali pintu kamarnya.

Mereka duduk di pinggir ranjang milik Ryosuke. Hikaru mengeluarkan smartphonenya sebelum memulai percakapan.

"Lusa kau harus ke Shizuoka. Kau ada wawancara tempat wisata di sana," ucap Hikaru perlahan. Ryosuke mendengarkan.

"Kita di sana 2 hari, selama 2 hari itu kau harus bekerja. Berkeliling kebeberapa tempat wisata yang berada di sana," lanjut Hikaru.

"Begini, jika kau mau, aku mengizinkanmu untuk berlibur di sana beberapa hari setelah pekerjaanmu selesai. Bagaimana?" tawar Hikaru dengan senyum mengembang di wajahnya.

Raut wajah Ryosuke bersinar, ia bahagia mendengar tawaran dari sang Manajer. "Benarkah?" tanyanya meyakinkan. Hikaru mengangguk pasti.

"Tapi maaf, aku tidak bisa bersamamu saat kau liburan di sana. Aku masih harus mengatur beberapa jadwalmu di sini," lanjut Hikaru.

Seketika wajah Ryosuke yang tadinya bersinar kembali meredup. "Sebagai gantinya, kau bisa mengajak Dai-chan untuk menemanimu di sana," ucap Hikaru yang berusaha membuat Ryosuke kembali bersinar.

"Itu artinya Dai-chan bisa liburan bersamaku?" tanya Ryosuke antusias. Hikaru mengangguk.

"Terima kasih, Hikaru-san," ucap Ryosuke dengan senyum mengembang di wajah tampannya.

"Aku akan siapkan segala sesuatunya besok. Hari ini kau istirahat saja. Besok seharian kau ada jadwal peragaan busana dengan salah satu perancang ternama," ujar Hiraku mengingatkan.

"Siap!" balas Ryosuke sambil tangannya memberi hormat pada Hikaru. Hikaru yang melihat mengacak-acak rambut Ryosuke sambil tersenyum.

Hikaru sangat menyayangi Ryosuke seperti adiknya sendiri. Usia mereka terpaut 5 tahun. Awalnya Hikaru tidak menyangka akan menjadi Manajer Ryosuke. Sebenarnya mereka sudah saling kenal saat Ryosuke masuk ke sekolah model. Saat itu Ryosuke berusia 15 tahun sedangkan Hikaru berusia 20 tahun.

Bisa dibilang Hikaru memiliki jasa yang teramat besar atas keberhasilan Ryosuke menjadi model ternama. Karena hal itu, Ryosuke sangat menghormati Hikaru. Dia juga sudah menganggap Hikaru sebagai seorang kakak.

Hikaru sangat mengkhawatirkan keadaan Ryosuke. Bertahun-tahun bersama, dia tidak pernah melihat Ryosuke murung seperti yang ia perhatikan belakangan ini. Sifat dan sikapnya Ryosuke pun cenderung berubah-ubah. Ada kalanya ia ceria, ada kalanya ia terlihat murung.

Setidaknya sekarang ia tahu apa yang diinginkan Ryosuke. Rehat dari pekerjaannya sementara waktu untuk mengembalikan semangatnya yang entah pergi kemana.

"Bagaimana, Yaotome-san?" tanya Daiki saat melihat Hikari turun dari lantai 2.

"Dia setuju. Dan kuharap kau bisa menjaganya saat aku tak ada bersamanya," jawab Hikaru seraya duduk di bangku makan.

"Aku akan selalu menjaganya. Bagaimanapun juga Ryosuke juga temanku," ucap Daiki tersenyum sambil perlahan duduk tepat berhadapan dengan Hikaru.

"Aku sudah bisa menebaknya ini akan terjadi. Masa di mana Ryosuke sudah bosan dengan pekerjaannya," ucap Hikaru lelah. "Apa ini semua salahku, Dai-chan?" lanjut Hikaru bertanya.

"Tidak. Tidak semuanya salah Yaotome-san. Kurasa memang sudah saatnya Yama-chan untuk rehat dulu. Kalau terus dipaksa, aku khawatir dengan keadaannya," jawab Daiki apa adanya.

"Ya, kau benar sekali. Kuharap setelah ini semuanya akan kembali seperti sedia kala," ucap Hikaru penuh harap yang disambut anggukan dari Daiki.

.

Seorang pemuda tengah berlari di jalan setapak karena dikejar oleh temannya yang membawa sebuah bambu.

"Chii!!! Tunggu! Awas ya akan kubalas kau," teriak pemuda yang berlari membawa bambu sambil mengejar pemuda lainnya yang sudah jauh.

Pemuda yang sudah berlari jauh itu berhenti untuk mengatur napas. Ia berjalan sedikit untuk menuju sebuah pohon yang rindang. Ia memutuskan untuk duduk di sana.

Temannya, pemuda yang mengejarnya menghampirinya dengan napas terengah-engah.

"Larimu luar bisa cepat sekali, Chii. Aku tidak sanggup mengejarmu," ucap pemuda yang memiliki tubuh lebih tinggi dari pemudah satunya.

"Hahaha kau hanya menang tinggi saja, tapi mengejarku tak mampu," ledek pemuda yang lebih kecil itu dengan cengirannya yang membuat gigi kelincinya terlihat.

"Kau ini!"

Pemuda tinggi tersebut langsung menggelitiki pemuda yang meledeknya sampai tersungkur di hamparan rumput. Si pemuda kecil meronta minta dilepaskan. Tawanya lepas karena merasa geli akibat perbuatan temannya itu.

Merasa lelah, mereka berdua merebahkan tubuh di hamparan rumput, menatap langit-langit senja dan membiarkan angin meniup rambut mereka.

.

.

.

.

.

to be continue...

.

.

.

NEW HOPE!

Lanjut gak nih???

Tadinya mau dibuat oneshoot, tapi gak bisa karena akan terlalu panjang. Yasudah deh Rei buat sambungan saja. Ya semoga gak terlalu mager buat updatenya *dibuang

Kayaknya udah ketebak ya cerita ini tentang siapa xD

Semoga New Hope akan berakhir di chapter 10 *wacana

Oke deh, jika berkenan jangan lupa tinggalkan vote dan komen ya~

Maaf jika masih terdapat penulisan kata yang salah *bow

See ya next chappie~

Yamada Ryosuke

Yaotome Hikaru

Arioka Daiki

Continue Reading

You'll Also Like

273K 8.1K 93
Daphne Bridgerton might have been the 1813 debutant diamond, but she wasn't the only miss to stand out that season. Behind her was a close second, he...
209K 7.4K 97
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
92K 3.1K 52
"๐“๐ซ๐ฎ๐ญ๐ก, ๐๐š๐ซ๐ž, ๐ฌ๐ฉ๐ข๐ง ๐›๐จ๐ญ๐ญ๐ฅ๐ž๐ฌ ๐˜๐จ๐ฎ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐ก๐จ๐ฐ ๐ญ๐จ ๐›๐š๐ฅ๐ฅ, ๐ˆ ๐ค๐ง๐จ๐ฐ ๐€๐ซ๐ข๐ฌ๐ญ๐จ๐ญ๐ฅ๐ž" ๐ˆ๐ ๐–๐‡๐ˆ๐‚๐‡ Caitlin Clark fa...
104K 3.1K 31
"she does not remind me of anything, everything reminds me of her." lando norris x femoc! social media x real life 2023 racing season